You are on page 1of 11

All About Pharmacy Harian Farmasi

telusuri

Klasik Kartu Lipat Majalah Mozaik Bilah Sisi Cuplikan Kronologis

Pengujian Sediaan Tablet

Cara membuat suppositoria

Biomolekul Asam Nukleat

Biomolekul Karbohidrat

Biomolekul Protein

Biomolekul Lipid

Animasi mengenai Kelainan jantung

Animasi mengenai Hipertensi

May 26th, 2017

Animasi mengenai kanker

Animasi mengenai diabetes melitus #repostfromyoutube

Daftar Obat-obat selama kehamilan dan laktasi

mekanisme kerja obat didalam tubuh manusia

Cara Pemakaian Obat Yang Tepat

kenapa sih antibiotik harus dihabiskan ?

TITRASI METODE ALKALIMETRI

MAKALAH METABOLISME KARBOHIDRAT

fase farmakokinetik metabolisme obat didalam tubuh

TITRASI METODE ALKALIMETRI

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesetimbangan asam-basa suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang lain
yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran, dan pertanian. Titrasi yang melibatkan
asam dan basa digunakan secara luas dalam pengendalian analitik. Banyak produk komersial dan
penguraian asam-basa mempunyai pengaruh yang penting atas proses-proses metabolisme dalam
sel hidup.

Alkalimetri merupakan salah satu metode titrasi asam-basa yang sering digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu asam. Metode alkalimetri merupakan metode reaksi penetralana
asam dengan basa. Natrium hidroksida merupakan basa yang paling lazim digunakan.
Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau konsentrasi larutan basa melalui
cara titrimetri. Untuk penentuan titik akhir titrasi alkalimetri adalah dengan terjadinya perubahan
warna. Indikator yang digunakan dalam metode alkalimetri adalah indikator PP (Phenophtalein).

Suatu larutan bila ditambahkan asam akan turun pH-nya karena memperbesar konsentrasi H+.
Sebaliknya, bila ditambah basa akan menaikkan pH karena meningkatkan konsentrasi OH-.
Seterusnya, suatu larutan asam atau basa bila ditambah air akan mengubah pH, karena
konsentrasi asam atau basanya akan mengecil

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana metode titrasi alkalimertri?

2. Aspek apa sajakah yang di perhatikan ketika melakukan titrasi alkalimetri?

C. Manfaat

Manfaat yang di peroleh setelah membaca makalah ini adalah:

1. Dapat mengetahui cara titrasi alkalimetri dan metodenya.

2. Dapat mengetahui detil dalam perlakuan titrasi alkalimetri.

3. Dapat mengetahui reaksi dalam titrasi alkalimetri.

D. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara dan pengaplikasian titrasi dengan metode
alkalimetri

BAB II

DASAR TEORI

A. Pengetian titrasi

Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa. Reaksi ini
menghasilkan lartan yang PH-nya lebih netral. (khopkar, 1990) secara umum metode titrimetri
didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut:

aA + tT = produk
dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul preaksi T. Untuk menghasilkan produk
yang beraifat PH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar)
konsentrasi PH-nya telah diketahui, saat equivalen molmtitran sama dengan mol analitnya begitu
juga mol equivalen juga berlaku sama. (khopkar, 1990).

N titran = N analit

N eq titran = N eq analit

Dengan demikian secara stoikiometri dapat di tentukan konsentrasi larutan ke dua (day, dkk
1986). Dalam reaksi titrimetri sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum
reaksi tersebut dalam di pergunakan, diantaranya:

· Reaksi itu sebaliknya diperoses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan tidak adanya reaksi
samping

· Reaksi itu sebaiknya di proses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalensi. Dengan
kata lain konstanta keseimbangan dari reaksi tersebut haruslah sangant besar. Maka dari itu dapat
terjasi perubahan yang besar dalam konstentrasi analit (atau titran) pada titik ekivalensi.

· Diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat. Sehingga titrasi dapat di lakukan dalam
beberapa menit. (day, dkk, 1986)

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar dari suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah di ketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya di bedakan berdasarkan jenis
preaksinya di dalam proses titrasi. Sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka di
sebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya (day, dkk, 1986).

Larutan yang telah di ketahui konsentrasinya di sebut dengan titran, titran di tambahkan sedikit
demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang di titrasi) sampai terjadi perubahan
warna indikator baik titrat maupun titran biasanya berupa larutan saat terjadi perubahan warna
indikator, maka titrasi di hentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri
disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen.
Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan
oleh karna itu pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik
ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka PH-nya 7 (netral)

B. syarat zat yang bisa dijadikan standar primer:

1. Zat harus 100% murni


2. Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar maupun pada waktu dilakukan pemanasan,
standar primer biasanya di keringkan terlebih dahulu sebelum dtimbang

3. Mudah di peroleh

4. Biasanya zat standar primer memiliki masa molar (Mr) yang besar hal ini untuk
memperkecil kesalahan pada waktu proses penimbangan. Menimbang zat dalam jumlah besar
memiliki kesalahan relatif yang lebih kecil dibanding menimbang zat dalam jumlah yang
kecil.Zat tersebut harus juga memenuhi persyaratan teknik titrasi (anonim, 2009) proses
penambahan larutan standar sampai reaksi tetap lengkap disebut titrasi.

Titik dimana reaksi itu tepat dan lengkap, di sebut titik ekivalen (setara) atau titik akhir teoritis.
Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan. Kemudia kita mencatat volume titran,
volume dan konsentrasi titrer maka kita dapat menghitung kadar titran. Lengkapnya titrasi harus
terdeteksi oleh suatu perubahan yang tak dapat disalah lihat boleh mata, yang dihasilkan oleh
larutan standar (biasanya di tambahkan dari dalam buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi oleh
penambahan suatu reagensia yang di kenal sebagai indikator (anonim, 2009)

Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini di gumakan indikator. Menurut W.
Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam
bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan
dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk lain ada konsentrasi H+ tertentu atau
pada PH tertentu (harjadi, 1986)

Jalannya proses titrasi netralisasi dapat di ikuti dengan melihat perubahan PH larutan selama
titrasi, yang terpenting adalah perubahan PH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen karena hal
ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya (harjadi,
1986)

Larutan asam bila di reaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam
dan basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang di sebut garam yang memiliki sifat
berbeda dengan sifat zat asalnya.mkarena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral
yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu di sebut reaksi
netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah
basa.

Untuk itu perlu di tentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah
mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalenada
reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa.

Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik


ekivalen.pemilihan indikator didasarkan atas PH larutan hasil reaksi atau pada garam saat terjadi
titik ekivalen (harjadi, 1986)
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang
tidak di ketahui penentuan konsentrasi ini di lakukan dengan titrasi asam basa.

1. TITRASI

Titrasi adalah cara menentukan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan
menggunakan larutan yang sudah di ketahui konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi asam
basa maka di sebut dengan titrasi ASIDI-ALKALIMETRI ( harjadi, 1986)

2. ADISI-ALKALIMETRI

Adisi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang
berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam
yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu
basa setandar (alkalimetri) bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air
merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (ham, 2006)

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan
basa dan sebaliknya. Keadaan ini di sebut sebagai titik ekivalen (pierce, 1967)

Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi di hentikan, kemudian kita mencatat volume titer
yang di perlukan untuk mencapai keadaan tersebut dengan menggunakan data volume titran,
volume dan konsentrasi titer maka kita dapat meng hitung kadar titran (pierce, 1967)

C. Alkalimetri

Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau konsentrasi larutan basa melalui
titrimetri. Metode alkalimetri merupakan reaksi penetralan asam dengan basa. Titrasi asam-basa
menetapkan beraneka ragam zat yang bersifat asam dengan basa, baik organik maupun
anorganik. Banyak contoh dalam analitiknya dapa diubah secara kimia menjadi asam atau basa
dan kemudian ditetapkan dengan titrasi (Underwood, 2002).

Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warnanya apabila pH lingkungannya
berubah. Misalnya biru brom timol (bb) dalam larutan asam ia berwarna kuning, tetapi dalam
lingkungan berwarna biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dan indikator
(kuning untuk bb) sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa, setiap indikator asam-
basa mempunyai trayeknya sendiri, demikian warna asam dan besarnya (Vogel, 1994).
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk digunakan
penggunaan dengan indikator pH pada titik ekivalen 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan
tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika penetralan adalah basa atau asam kuat (Mulyono,
2006).

Salah satu metode titrasi adala alkalimetri, yaitu penetralan asam dengan basa. Kadar suatu
larutan basa dapat ditentukan dengan mengambil volume tertentu larutan asam tersebut dan
kemudian titrasi dengan larutan basa yang konsentrasinya diketahui. Jadi titrasi adalah penetapan
kadar suatu larutan dengan mengambil volume tertentu dengan mengukur volume suatu pereaksi
yang diketahui kadarnya dengan tepat bereaksi dengan sejumlah tertentu larutan tersebut
(Harjadi, 1993).

Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa. pH dan perubahan warna indikator tergantung
secara tidak langsung pada temperatur. Ini disebabkan perubahan kesetimbangan asam basa
dengan temperatur. Ka akan bertambah besar dengan kenaikan temperatur sampai suatu batas
tertentu, kemudian akan turun kembali pada kenaikan labih lanjut (Rivai, 1995).

D. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah sebagai
berikut :

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.

3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia
maupun secara fisika.

4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator
potensiometrik dapat pula digunakan.

E. Larutan baku (standar)

adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa
dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).Larutan baku dapat dibuat dengan
cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan dalam sejumlah pelarut(air). Larutan baku ini sangat
bergantung pada jenis zat yang ditimbangnya/dibuat.

· Syarat-syarat larutan baku primer :

Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat tertentu .Syarat agar suatu zat menjadi
larutan baku primer adalah:
1. Mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-1200C) dan
disimpan dalam keadaan murni.

2. Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.

3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu.

4. Sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga
kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.

5. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih

Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.

F. Larutan standar sekunder

Larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer,
biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2. Zat yang dapat
digunakan untuk larutan baku sekunder, biasanya memiliki karakteristik seperti di bawah ini:

1. Tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya.

2. Zatnya tidak mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air, menyerap CO2 pada waktu
penimbangan

3. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer

4. Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan

5. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan

Cara Melakukan Titrasi Asam Basa:

1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret

2. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau
erlenmeyer).Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran

3. Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator fenoftalien


4. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat dibawah ujung
buret, dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di bawah wadah titrat

5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit) sampai larutan di
dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan
titrasi!!

6. Kemudian catat volume titran, volume dan konsentrasi titrer dan hitung kadar titran

G. Pengaplikasian alkalimetri

· Pengaplikasian dalam bidang farmasi

Dalam bidang farmasi ,titrasi alkalimetri biasa digunakan untuk menentukan kadar dari suatu
obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,penyimpanan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih
mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan perubahan warna,begitu pula
dengan waktu yang digunakan akan lebih efisien. Cara ini lebih mudah dan lebih
menguntungkan karena ketepatanya yang tinggi.
BAB III

penutup

a. Kesimpulan

Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa. Reaksi ini
menghasilkan lartan yang PH-nya lebih netral.

Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau konsentrasi larutan basa melalui
titrimetri. Metode alkalimetri merupakan reaksi penetralan asam dengan basa.

Larutan asam bila di reaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam
dan basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang di sebut garam yang memiliki sifat
berbeda dengan sifat zat asalnya.mkarena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral
yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu di sebut reaksi
netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah
basa.

Untuk itu perlu di tentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah
mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalenada
reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa.

DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.

Mulyono, 2006, Kamus Kimia, Bumi Aksara, Jakarta.

Pudjaatmaka, A.H, 2002, Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, terjemaha
dari Vogel’s text book of Qualitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental
Analysis oleh J.Basset, dkk, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Rivai, 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, UI Press, Jakarta.

Sopyan, Lis, 1999, Analisis Kimia Kuantitaif, terjemahan dari Quantitative Analysis oleh R. A
Day, Jr dan A. L Underwood, Erlangga, Jakarta

Diposting 31st December 2016 oleh inggrid palupi

0 Tambahkan komentar

Memuat

Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like