You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya setiap manusia menginginkan keadaan tubuhnya terus
dalam keadaan sehat, Sehat merupakan modal awal, karena dengan keadaan
tubuh yang sehat, manusia bisa menjalankan semua aktivitasnya seperti
biasa. Dalam menempuh keadaan sehat ini manusia tidak bisa hanya
berdiam diri. Sehat harus ditempuh dengan sebuah usaha. Dengan kata lain
sehat merupakan sebuah fenomena yang dinamis bukan statis. Sering
muncul sebuah jargon di masyarakat bahwa “Sehat itu mahal”. Jargon
tersebut bisa dikatakan benar, karena memang ketika seseorang mengalami
sakit, pasti dia membutuhkan obat dan suplemen-suplemen lainnya yang
tentunya itu semua harus dibeli menggunakan uang. Keadaan sehat sangat
terkait dengan fungsi organ, jaringan, serta unsur-unsur penyusun tubuh
lainnya. Seorang dikatakan sehat apabila itu semua berfungsi dengan
semestinya.
Pada zaman sekarang keadaan sehat sangat sulit untuk dicapai
mengingat banyaknya faktor-faktor penyakit yang dapat menyerang tubuh
manusia kapan saja dan dimana saja. Untuk menjaga kesehatan tubuh
sebenarnya dipengaruhi oleh kebiasan perilaku setiap individu. Banyak
sekali individu yang belum memenuhi standar perilaku sehat yang ada.
Mereka masih sering menganggap remeh adanya faktor penyebab penyakit
disekitar mereka. Sehingga ketika mereka terserang sakit karena penyakit,
mereka baru sadar akan pentingnya perilaku sehat. Memang benar bila
istilah mencegah lebih baik daripada mengobati.
Banyaknya faktor-fakor penyakit yang ada di sekitar lingkungan
merupakan ancaman utama setiap individu untuk mencapai keadaan sehat.
Terkadang seorang individu tidak memperdulikan kondisi kesehatannya
karena sudah merasa sehat. Padahal mempertahankan kesehatan lebih sulit
daripada mencapainya. Sehingga sudah menjadi kewajiban setiap individu
untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya serta mempertahankannya.

1
Nyeri atau rasa sakit merupakan respon yang paling dipahami oleh
individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman
pribadi yang diekspresikan secara berbeda oleh masing-masing individu
dan nyeri termasuk sensasi ketidaknyaman yang bersifat individual. Rasa
sakit melekat pada sistem syaraf manusia dan merupakan pengalaman
individual yang berlangsung lama. The International Associaton for The
Study of Pain (2010) memberikan definisi yang paling banyak dijadikan
acuan yaitu berdasarkan faktor yang berkaitan dengan waktu dan
kesesuaian dengan penyakit. Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik,
dan universal. Dalam banyak literatur menyebutkan bahwa adanya definisi
nyeri yang berbeda-beda dan hal ini merefleksikan bahwa sifat nyeri yang
subjektif sehingga ada keragaman dalam cara memahami dan
mengkategorikan pengalaman manusia yang kompleks ini. Nyeri memiliki
konstruk multidimensional yaitu hubungan antara penyakit (sebagai
pengalaman biologis) dan rasa sakit (sebagai pengalaman ketidaknyamanan
dan disfungsi) sehingga sangat sulit untuk menguraikannya dengan jelas
(Ospina dan Harstall, 2002)

Keluhan adanya rasa nyeri atau sakit sering kali merupakan alasan
individu untuk mendapatkan perawatan medis.Berdasarkan American Pain
Society (APS) 50 juta warga Amerika lumpuh sebagian atau total karena
nyeri, dan 45% dari warga Amerika membutuhkan perawatan nyeri yang
persisten seumur hidup mereka. Kira-kira 50-80% pasien di rumah sakit
mengalami nyeri disamping keluhan lain yang menyebabkan pasien masuk
rumah sakit (Ivan, 2013). Nyeri lebih merupakan pengalaman psikologis
dan bentuk dari distress manusia yang paling umum, menetap dan
seringkali berkontribusi terhadap penurunan kualitas hidup
(Hadjistravopoulos and Craigh, 2004).

2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini ditujukan untuk merumuskan
permasalahan yang akan dibahas dalam pembahasan makalah. Ada pun
rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian sehat itu?
2. Apa pengertian sakit itu?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan sakit dan penyakit itu?
4. Bagaimana upaya kesehatan yang harus dilakukan untuk
menanggulangi ancaman berbagai penyakit?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui konsep sehat dan sakit
Untuk Mengetahui Respon sakit
2. Tujuan Khusua
Tujuan penulisan dalam makalah ditujukan untuk mencari
tujuan dari dibahasnya pembahasan atas rumusan masalah dalam
makalah. Ada pun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengerti berbagai pengertian dari kata sehat.
2. Mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab sakit dan penyakit.
3. Mengerti beberapa upaya kesehatan untuk menangguangi
ancaman penyakit.
4. untuk mengetahui reaksi, ambang dan presepsi sakit
5. untuk mengetahu faktor-faktor yang mempengaruhi rasa sakit
6. untuk memahami respon tingkah laku terhadap nyeri

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Sehat Dan Sakit
A. Pengertian Sehat
Sehat adalah suatu kondisi di mana segala sesuatu berjalan normal dan
bekerja sesuai fungsinya dan sebagaimana mestinya. Secara sederhana,
sehat bersinonim dengan kondisi tidak sakit. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, definisi sehat adalah baik seluruh badan serta bagian-
bagiannya. Ada beberapa pengertian sehat dari berbagai sudut pandang,
diantaranya adalah:
1. Pengertian Sehat menurut WHO (World Health Organizations)
Pengertian sehat menurut WHO atau organisasi kesehatan
dunia adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan
sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Definisi sehat
menurut WHO ini adalah sehat secara keseluruhan, baik jasmani,
rohani, lingkungan berikut faktor-faktor serta komponen-komponen
yang berperan di dalamnya. Sehat menurut WHO terdiri dari suatu
kesatuan penting dari 4 komponen dasar yang membentuk ‘positif
health’, yaitu:
 Sehat Jasmani
 Sehat Mental
 Sehat Spiritual
 Kesejahteraan sosial
2. Pengertian sehat menurut UU No.23 / 1992
Pengertian sehat menurut UU No. 23/1992 adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Artinya seseorang di katakan
sehat jika tubuh, jiwa dan kehidupan sosialnya berjalan dengan normal
dan sebagaimana mestinya. Jika salah satu komponen tersebut
terganggu, maka kehidupannya akan menjadi tidak sehat.

4
3. Pengertian sehat menurut MUI
MUI dalam MUNAS Ulama 1983 mendefinisikan sehat
sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki
manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri, dijaga, di
pelihara, di kembangkan serta diamalkan sesuai dengan tuntunan-Nya.
4. Pengertian sehat menurut Paune (1983)
Menurut Paune (1983), sehat adalah fungsi efektif dari sumber-
sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakan
perawatan diri ( self care actions). Sumber perawatan diri (Self care
Resouces) mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan
Self care Actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan yang
diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan
fungsi psikososial dan spiritual.

B. Pengertian Sakit
Sakit adalah keadaan tidak normal atau tidak sehat. Secar sederhana,
sakit merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal.
Tolak ukur yang paling mudah untuk menentukan kondisi sakit adalah jika
terjadi perubahan dari rata-rata nilai normal yang telah ditetapkan. Ada
beberapa definisi mengenai sakit yang dapat dijadikan acuan yaitu:
1. Menurut Parson. Ketidakseimbangan fungsi normal tubuh
manusia, termasuk jumlah sistem biologis dan kondisi
penyesuaian.
2. Menurut Bauman. Ada tiga kriteria keadaan sakit yaitu adanya
gejala, presepsi tentang keadaan sakit yang dirasakan, dan
kemampuan beraktifitas sehari-hari yang menurun.
3. Menurut Batasan Medis. Ada dua bukti adanya sakit yaitu adanya
tanda dan gejala
4. Menurut Perkins. Suatu keadaan tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada
aktifitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani maupun sosial.

5
Penyakit berbeda dengan rasa sakit. Penyakit sifatnya objektif karena masing-
masing memilki parameter tertentu, sedangkan rasa sakit sifatnya subjektif karena
merupakan keluhan yang dirasakan seseorang. Perbedaan ini mempunyai
implikasi yang berbeda. Seseorang yang menderita penyakit belum tentu
merasakan sakit. Sebaliknya seseorang yang mengeluh sakit belum tentu
menderita suatu penyakit.(Asmadi, 2008)

Gangguan-gangguan yang menyebabkan penyakit beraneka ragam. Pada


umumnya gangguan-gangguan itu dapat dibagi dua golongan yaitu, golongan
yang hidup seperti hama penyakit dan golongan yang mati seperti racun.
Gangguan juga dibagi dalam dua golongan, yang menyerang jasmani disebut
gangguan jasmani, dan yang menyerang rohani disebut gangguan rohani. Sering
pula terjadi bahwa satu gangguan menyerang jasmani dan rohani.

Gangguan jasmani yang menyabakan penyakit jasmani, pada umunya


disebabkan karena hal-hal berikut ini :

1. Masuknya hama penyakit ke dalam tubuh, lazim disebut infeksi seperti


penyakit malaria, disentri, dan sebagainya.
2. Salah dalam mengatur makanan seperti pada penyakit avitaminosisi dan
lain-lain.
3. Umumnya gangguan pertumbuhan, khususnya sel-sel yang tumbuhdengan
luar biasa cepatnya disebut penyakit tumor, pekung, atau daging jadi.
4. Serangan yang menimpa tubuh umumnya disebut trauma atau jesas.
Misalnya, serangan benda tajam, tumpul, dan serangan lunak adalah
trauma mekanis, serangan panas dan dingin adalah trauma termis,
serangan listrik disebut trauma elektris.
5. Keracunan atau intosikosis seperti sublimat, candu, dan sebagainya.
6. Cacat bawaan seperti bibir sumbing.
7. Penyempitan atau penyumbatan alat yang bersaluran seperti batu dalam
saluran air kencing.
8. Bertambah tua.

6
9. Alergi.
10. Gangguan faal kelenjar buntu, dan lain-lain.

Di samping itu, perlu diketahui bahwa keadaan pada tubuh itu yang
mengakibatkan tubuh mudah terserang penyakit. Keadaan demikian disebut
pradisposisi. Misalnya, alat-alat tubuh pada semua orang tidak sama kuat terhadap
serangan suatu penyakit. Pradisposisi mungkin terdapat secara keturunan
(herediter), misalnya, seseorang lebih cepat menderita kencing manis (diabetes
mellitus), karena pankreasnya lebih lemah terhadap serangan penyebab penyakit
itu. Ada pula faktor-faktor yang menyebabkan badan menjadi lemah seperti
kelelahan dan kekurangan makanan. Faktor-faktor itu disebut faktor-faktor
pradisposisi. Ada juaga tubuh yang mempunyai pradisposisi terhadap suatu
golongan penyakit. Keadaan demikian disebut diatesa. Pradisposisi dapat pula
disebabkan karena bentuk perawakan atau habitus yang agak menyimpang.

Penyakit jasmani seringkali diikuti oleh gangguan rohani. Misalnya,


penyakit infeksi dapat menyerang pada otak penderita, sehingga timbul gangguan
kesadaran seperti membuat rebut, ataupun sebaliknya menjadi pendiam. Mungkin
pula penderita penyakit jiwa, kemudian menderita penyakit jasmani, misalnya,
karena tidak mau makan. Hubungan erat antara jiwa dan raga terdapat pada
berbagai penyakit psikomatis. Pengetahuan ini agak dan berdasarkan pandangan
bahwa ada unity of psycho dan soma, of mind and body yakni adanya kesatuan
antara rohani (psike) dan jasmani (soma) yang tidak dapat dipisahkan. Kesatuan
ini, misalnya, agak tampak pada penyakit asthma bronchiale, karena timbulnya
serangan asthma sering mempunyai latar belakang rohani. Pengetahuan tentang
kesatuan psikosomatis menganjurkan supaya dalam pengobatan seorang pasiaen
selalu diperhatikan latar belakang rohaninya. (R. Admiral Surasetja, 1989 : 4)

7
Usaha pemberantasan penyakit terdiri dari beberapa usaha pokok seperti
berikut ini :

1. Pendidikan kesehatan.
Dengan jalan memberikan penerangan tentang hal-hal yang berhubungan
dengan kesehatan yang terkandung dalam ilmu hidup sehat (hygiene)
dengan maksud dapat membantu perorangan dan masyarakat dalam
mencapai nilai kesehatan yang wajar melalui usaha sendiri.
2. Member perlindungan khusus terhadap penyakit-penyakit, misalnya :
a. Dengan mempertinggi daya tangkais sebelum sakit, dengan jalan
imunisasi.
b. Mengisolasikan yang menderita penyakit menular, dan menyehatkan
lingkungan hidup.
3. Penyelidikan penyakit dalam masa permulaan dengan saksama, diikuti
pengobatan dan pencegahan yang tepat.
4. Pembatasan terjadinya cacat dengan pengobatan dan perawatan yang
sempurna.
5. Usaha rehabilitasi yakni orang-orang yang baru sembuh diberi perawatan
sedemikian rupa sehingga ia menjadi sehat kembali, selanjutnya dijaga
agar penyakit itu tidak kambuh lagi. (Prof. Leavell, dalam R. Admiral
Surasetja, 1989)

C. Faktor Penyebab Sakit dan Penyakit


Menurut Hendrik L. Bloom ada empat faktor yang mempengaruhi
status kesehatan masyakarat, yaitu herediter (keturunan), layanan
kesehatan, lingkungan, dan perilaku. Dari keempat faktor tersebut dapat
dilihat bahwa faktor yang paling mempengaruhi derajat kesehatan adalah
faktor lingkungan, kemudian disusul oleh faktor perilaku, pelayanan
kesehatan dan terakhir keturunan. Uraian faktor – faktor tersebut adalah :
1. Keturunan. Secara sederhana, penyakit pada manusia dapat dibagi
kedalam beberapa kategori, salah satunya adalah penyakit yang

8
disebabkan oleh faktor gen. Penyakit ini juga disebut sebagai penyakit
herediter atau keturunan. Contoh penyakit ini antara lain diabetes
mellitus, albino, dan penyakit Wilson.

2. Layanan Kesehatan. Layanan kesehatan dapat mempengaruhi status


kesehatan seseorang. Beberapa aspek layanan kesehatan yang dapat
mempengaruhi status kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Tempat layanan kesehatan. Letak geografis tempat layanan
kesehatan sangat mempengaruhi keterjangkauan seseorang
terhadap layanan kesehatan. Jika letak layanan kesehatan terlalu
jauh dari pemukiman masyarakat, apalagi jika transportasi tidak
memadai akan menghambat pertolongan-segera saat seseorang
menderita sakit. Akibatnya, kondisi seseorang akan bertambah
parah.
b. Kualitas petugas kesehatan. Petugas kesehatan yang tidak memiliki
kompetensi yang berkualitas, akan membahayakan pasien, karena
seorang pasien akan pasrah terhadap tindakan yang dilakukan oleh
petugas kesehatan.
c. Biaya kesehatan. Tingginya biaya pengobatan akan menyebabkan
seseorang enggan untuk memanfaatkan layanan kesehatan, karena
keadaan ekonomi yang rendah tidak memungkinkan mereka untuk
menjangkau layanan kesehatan.
d. Sistem layanan kesehatan. Layanan kesehatan terdepan bukan
hanya focus pada pengobatan, tetapi juga pada pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan, untuk itu layanan kesehatan juga harus
berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.

3. Lingkungan. Lingkungan memberi pengaruh besar terhadap status


kesehatan seseorang.

9
4. Perilaku. Sehat atau sakitnya seseorang dipengaruhi oleh
perilakunya.jika perilaku sehat dapat dipastikan akan akan sehat
hidupnya. Begitu juga sebaliknya. Perilaku manusia buka sesuatu yang
berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi oleh banyak factor, seperti
pendidikan, adat istiadat, kepercayaan, dan sosial ekonomi.

D. Upaya kesehatan
Dalam garis besar upaya kesehatan ada 4 macam, yaitu :
1. Upaya peningkatan (upaya promotif)
Adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan
status/ derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah kelompok
orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu
meningkatkan kesehatannya, kelompok orang sehat meningkat dan
kelompok orang sakit menurun. Bentuk kegiatannya adalah pendidikan
kesehatan tentang cara memelihara kesehatan.

2. Upaya pencegahan (upaya preventif)


Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara
etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum
atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam
pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara
sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau
kerugian bagi seseorang atau masyarakat
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, usila,dll)
melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah
b. Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun
dirumah

10
c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
d. Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita, penyakit).
e. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil.

3. Upaya pengobatan (upaya kuratif)


Upaya kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga,
kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan.
Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :
a. Dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya : dukungan psikis
penderita TB
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas
dan rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis dirumah, ibu bersalin
dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
f. Pemberian obat : Fe, Vitamin A, oralit.

3. Upaya pemulihan (upaya rehabilitasi)


Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita
yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama.Usaha yang dilakukan, yaitu:
a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah
tulang, kelainan bawaan
b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC
(latihan nafas dan batuk), Stroke (fisioterapi).

11
2.1 Respon Sakit
Sakit adalah mekanisme perlindungan diri dalam tubuh yang akan muncul
ketika suatu jaringan mengalami kerusakan. Dan ini menyebabkan individu
bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri. Sebagai contoh sederhana, duduk di
kursi yang terlalu lama akan menyebabkan kerusakan jaringan karena kurangnya
aliran darah pada kulit karena tertekan oleh berat badan.

Hal ini menyebabkan kondisi iskemia dan rasa sakit pada area kulit
tersebut. Pada orang normal, dia akan merubah posisi duduknya atau bahkan
berdiri untuk mengurangi rasa sakitnya, tetapi pada orang yang kehilangan sensasi
sakit, seperti pada penderita kelainan batang otak (spinal cord injury), dia tidak
akan beranjak dari tempat duduknya. Hal ini akan menyebabkan ulserasi pada
kulit yang mengalami tekanan. Ini membuktikan bahwa masing-masing individu
memiliki reaksi sakit yang berbeda-beda meskipun menerima rangsangan nyeri
yang sama.

A. Reaksi Sakit

Karena mekanisme persepsi rasa sakit bekerja dengan prinsip ‘semua atau
tidak’ umumnya dianggap bahwa bila satu unit stimulus diaplikasikan ke kedua
individu, kedua individu ini seharusnya mempersepsi jumlah rasa sakit yang
sama. Namun, ternyata dari pengalaman terlihat bahwa pada sistuasi ini salah satu
individu bisa saja menangis dan berguling-guling kesakitan sedang individu
lainnya tampaknya tidak mengacuhkan rasa sakit yang dideritanya.

Respons yang bervariasi terhadap stimulus sakit yang identik bukan


disebabkan oleh perbedaan persepsi rasa sakit tetapi disebabkan oleh variasi
reaksi rasa sakit. ‘Reaksi rasa sakit’ adalah istilah yang digunakan untuk
mendiskripsikan integrasi dan apresiasi rasa sakit pada sistem saraf pusat di
korteks dan thalamus posterior.

12
Pada penelitian klinis terlihat adanya berbagai faktor yang menyebabkan
variasi intensitas rasa sakit dan respon pasien, tidak saja antar individual namun
juga dari waktu ke waktu pada satu individu.

B. Persepsi Rasa Sakit

Kulit yang membungkus tubuh dan membran mukosa yang mengelilingi


beberapa orifice biasanya memiliki beberapa organ ujung saraf untuk persepsi
stimulus sentuhan, temperatur dan panas. Organ-organ ujung saraf yang
mempersepsi rasa sakit adalah serabut non-medula bebas dimana aplikasi stimulus
elektrik, termal, kimia, mekanis pada organ-organ ini akan menumbulkan impuls
atau gelombang rangsang pada serabut saraf swa-propogasi dengan intensitas
merata.

Ini disebabkan karena tiap serabut menaati ‘ hukum semua atau tidak’,
yaitu bila ada cukup stimulus untuk merangsang timbulnya impuls, impuls yang
timbul biasanya mempunyai pola yang sama dan tidak dapat diperbesar dengan
menambah jumlah stimulus. Keparahan rasa sakit yang dialami oleh subjek
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah jumlah serabut
saraf yang diaktifkan dan bukan karena perubahan besar umpuls yang diterima
serabut saraf.

Stimulus berjalan sepanjang serabut saraf neural ke thalamus, dimana rasa


sakit hebat akan dikonduksi oleh serabut saraf perifer yang mempunyai akson
berdiameter lebih besar daripada serabut yang mengkonduksi rasa sakit yang
samar.

C. Ambang Rasa Sakit

Istilah ini digunakan dalam diskusi tentang respon terhadap rasa sakit.
Pasien dianggap mempunyai ambang batas rasa sakit yang tinggi bila ia hanya
memberikan sedikit atau tidak bereaksi terhadap stimulus sakit, sedang pasien
dianggap mempunyai ambang batas sakit rendah bila ia cenderung memberi reaksi
berlebihan terhadap stimulus yang sama atau yang lebih kecil. Dengan kata lain

13
ambang rasa sakit umumnya berbanding terbalik dengan reaksi terhadap rasa
sakit.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rasa Sakit

Faktor yang mempengaruhi rasa sakit juga bervariasi antara individu satu
dengan lainnya pada waktu yang berbeda di satu individu yang sama. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat toleransi, yaitu:

1. Psikologis

Jelas terlihat bahwa individu dengan kondisi emosional yang tidak stabil
biasanya mempunyai ambang batas rasa sakit yang rendah, memang kita sering
tidak menyadari bahwa reaksi kita semua biasanya terpengaruh oleh penilaian kita
terhadap prosedur perawatan, operator dan lingkungan. Pada beberapa pasien
pengalaman yang tidak menyenangkan di masa lalu masih saja mempunyai
pengatuh visual dan olfaktori yang dapat membuat ambang batas rasa sakit
menurun pada situasi tertentu.

2. Takut dan segan menghadap perawatan

Pasien yang gelisah akan menjadi hiperaktif dan cenderung membesar-


besarkan rasa sakit yang dialaminya melebihi kenyataan yang ada. Karena itulah,
kita harus berusaha dengan berbagai cara agar pasien sesegera mungkin dapat
mempercayai niat baik kita.

3. Kelelahan

Bila badan terasa lelah, ambang batas rasa sakit akan menurun.

4. Usia

Paisn dewasa umumnya dapat mentolerir rasa sakit dengan baik, namum
anak-anak sering kali mempunyai ambang batas rasa sakit yang rendah, serta sulit
membedakan antara sakit dengan tekanan.

5. Lingkungan praktik

14
Ini sangat mempengaruhi kondisi pasien. Misalnya dengan adanya musik
di lingkungan praktik, seorang dokter dapat menurunkan nilai ambang batas rasa
sakit pasien karena musik dapat menyebabkan sinapsis sistem limbik dan
thalamus terhambat.

6. Obat penenang

Sedasi pra operatif sepserti diazepam ataupun benzodiazepin yang bekerja


pada daerah limbik mengendali respon emosi terhadap nyeri, membuat pasien
lebih enak dan kooperatif.

7. Faktor lama kerja

Tergantung jenis anestesi yang digunakan.

8. Operator dan asisten

Menangani pasien dengan penuh pengertian dan meyakinkan pasien


bahwa yang dilakukan adalah prosedur biasa yang harus dilakukan.

9. Jenis kelamin dan hormonal

Pria dan wanita mempunyai reaksi terhadap sakit yang berbeda. Wanita
umumnya lebih sensitif terhadap rasa sakit, hal ini juga disebabkan oleh hormon
estrogen.

E. Respon Tingkah Laku Terhadap Nyeri


Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
 Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
 Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
 Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi,Ketegangan otot, peningkatan
gerakan jari & tangan

15
 Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,
Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd
aktivitas menghilangkan nyeri)

Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi


sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau
menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu
terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan
nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena
menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.

Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:


a. Fase antisipasi—–terjadi sebelum nyeri diterima.
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting,
karena fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini
memungkinnkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk
menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat
penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.
Contoh: sebelum dilakukan tindakan bedah, perawat menjelaskan tentang
nyeri yang nantinya akan dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan
begitu klien akan menjadi lebih siap dengan nyeri yang nanti akan
dihadapi.

b. Fase sensasi—–terjadi saat nyeri terasa.


Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu
bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-
beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang
dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi
terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil,

16
sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah
merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi
tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya
orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upay
pencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan
bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang
sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin
tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin
merasakan nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai
dari ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi yang
ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali pola
perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan pengkajian
secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum
tentu orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri.
Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk
membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara efektif.

c. Fase akibat (aftermath)——terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti


Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase
ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat
krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri.
Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat
((aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat
berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan
rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

17
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Sehat merupakan suatu kondisi normal manusia dimana dengan
dengan kondisi sehat tersebut manusia dapat menjalankan berbagai
aktivitas. Kondisi sehat pada manusia dapat mencangkup fisik,
mental, sosial dan religi
1.2 Saran
Begitu pentingnya kondisi sehat pada manusia maka sangat perlu
untuk setiap manusia menjaga kesehatan. Dengan upaya preventif,
kuratif, dan promotif kesehatan dapat terjaga manusia dan mempu
menjalankan berbagai aktivitas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Surasetja, R. Admiral. 1983. Ilmu Penyakit Dasar. Jakarta: Bhatara Karya


Aksara.
Asmadi.2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Azizah, Nurlela. 2008. Pengertian dan Definisi Sehat. (online)
(http://www.kamusq.com/2013/08/sehat-adalah-pengertian-dan-
definisi.html#sthash.iHECjVBh.dpuf) diakses 5 Desember 2013.

19

You might also like