You are on page 1of 18

Pengaruh Berat Badan dengan metabolisme karbohidrat

Indra nur anggi

102014016

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Telephone: (021) 5694-2061, fax: (021) 563-1731

INDRA.2014fk016@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Pemasukan makanan penting dalam menghasilkan energi yang digunakan untuk


menjalankan aktivitas kehidupan. Di dalam tubuh makanan yang telah masuk akan diolah
melalui serangkaian proses kimia yang disebut dengan metabolisme. Metabolisme mencakup
sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) molekulorganik kompleks. Proses
metabolisme sangat penting untuk mengetahui apakah kadar makanan yang kita makan telah
sesuai untuk tubuh atau tidak.Bila ada seseorang yang mengalami kegemukan, berarti terjadi
kelebihan zat-zat dalam tubuh, antara lain karbohidrat dan lemak. Kegemukan juga bisa
terjadi akibat gangguan pada organ endokrin yang menghasilkan hormon-hormon.
Kata kunci: metabolisme, karbohidrat, lemak, hormon

Abstract
Food intake is important in generating the energy used to run the activities of life. In the
body, the food will be processed through a cemical process, called metabolism. Metabolism
includes synthesis (anabolism) and breakdown (catabolism) of complex organic molecules.
Metabolism process is very important to know whether the levels of the food we eat has been
appropriate for the body or not. If there is someone who is overweight, it means there is
excess substances in the body, such as carbohydrates and fats. Obesuty may also occur due to
interference with the endocrine organs that produce hormones.
Keywords: metabolism, carbohydrate, fat, hormone

Pendahuluan

Problem berat badan berlebih bukanlah masalah baru bagi masyarakat kita. Masalah
obesitas banyak dialami oleh berbagai macam kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang
tua. Kelebihan berat badan memiliki resiko yang sangat buruk bagi kesehatan. Berbagai
penyakit dapat timbul sebagai akibat dari elebihan berat badan, antara lain obesitas, diaetes

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 1


melitus, hipertensi, bahkan gangguan jantung. Oleh karena itu penting bagi kita untuk
mneghindari kelebihan berat badan.
Dalam hal ini akan dijelaskan metabolisme dari karbohidrat dan lemak, selain itu
pengaturan hormon-hormon yang mempengaruhinya serta akan dijabarkan pula sumber
makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak dan bagaimana cara mengatur pola makan
yang lebih baik.

Pembahasan

Metabolisme

Metabolisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan interkonversi senyawa


kimia di dalam dubuh, jalur yang diambil tiap molekul, hubungan antarmolekul, dan
mekanisme yang mengatur aliran metabolit melalui jalur-jalur metabolisme. Jalur metabolik
digolongkan menjadi tiga kategori. Jalur anabolik, yaitu jalur-jalur yang berperan dalam
sintesis senyawa yang lebih besar dan kompleks dari prekurso yang lebih kecil. Jalur anabolik
bersifat endotermik. Jalur katabolik, berperan dalam penguraian molekul besarm sering
melibatkan reaksi oksidatif; jalur ini bersifat eksotermik, yang menghasilkan ekuivalen
pereduksi, dan ATP terutama melalui rantai respiratorik. Jalur amfibolik, yang berlangsung di
“persimpangan” metabolisme, bekerja sebagai penghubung antara jalur katabolik dan
anabolik misalnya siklus asam sitrat.1

Metabolisme Karbohidrat

1. Glikolisis
Kebanyakan jaringan memerlukan glukosa. Di otak, kebutuhan ini bersifat
substansial. Glikolisis, yaitu jalur utama metabolisme glukosa, terjadi di sitosil semua
sel. Jalur ini unik karena dapat berfungsi baik dalam keadaan aerob maupun anaerob,
bergantung pada ketersediaan oksigen dan rantai transpor elektron. Eritrosit yang tidak
memiliki mitokondria, bergantung sepenuhnya pada glukosa sebagai bahan bakar
metaboliknya, dan memetabolisme glukosa melalui glikolisis anaerob. Namun, untuk
mengoksidasi glukosa melewati piruvat (produk akhir glikolisis) oksigen dan sistem
mitokondria diperlukan.1
Glikolisis merupakan rute utama metabolisme glukosa dan jalur utama untuk
metabolisme fruktosa dan galaktosa, dan karbohidrat lain yang berasal dari makanan.

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 2


Kemampuan glikolisis untuk menghasilkan ATP tanpa oksigen sangat penting karena
hal ini memungkinkan otot rangka bekerja keras ketika pasokan O2 terbatas.1
Glikolisis dibagi menjadi dua fase yaitu fase preapartory dan fase payoff. Setiap
molekul glukosa yang melewati fase preparatory, dua molekul gliseraldehid-3-fosfat
terbentuk. Kedua molekul itu menuju fase payoff. Piruvat adalah produk akhir dari fase
kedua glikolisis.2
Semua enzim glikolisis ditemukan di sitosol. Glukosa memasuki glikolisis
melalui fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang dikatalis oleh heksokinase dengan
menggunakan ATP sebagai donor fosfat. Dalam kondisi fisiologis, fosforilasi glukosa
menjadi glukosa 6-fosfat dapat dianggap bersifat ireversibel. Heksokinasi dihambat
secara alosterik oleh produknya, yaitu glukosa 6-fosfat.1

Gambar 1. Proses glikolisis2

Di jaringan selain hati (dan sel pulau-pankreas), ketersediaan glukosa untuk


glikolisis dikontrol oleh transpor ke dalam sel yang selanjutnya diatur oleh insulin.
Heksokinase memiliki afinitas tinggi untuk glukosa, dan di hati dalam kondisi normal

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 3


enzim ini mengalami saturasi sehingga bekerja dengan kecepatan tetap untuk
menghasilkan glukosa 6-fosfat untuk memenuhi kebutuhan sel. Sel hati juga
mengandung isoenzim heksokinase, glukokinase yang memiliki afinitas rendah. Fungsi
glukokinasi di hati adalah untuk mengeluarkan glukosa dari darah setelah makan dan
menghasilkan glukosa 6-fosfat yang melebihi kebutuhan untuk glikolisis, yang
digunakan untuk sintesis glikogen dan lipogenesis.1
Glukosa 6-fosfat adalah senyawa penting yang berada di pertemuan beberapa
jalur metabolik: glikolisis, glukoneogenesis, jalur pentosa fosfat, glikogenesis, dan
glikogenolisis. Pada glikolisis, senyawa ini diubah menjadi fruktosa 6-fosfat oleh
fosfoheksosa isomerasi yang melibatkan suatu isomerasi aldosa-ketosa. Reaksi ini
diikuti oleh fosforilasi lain yang dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase untuk
membentuk fruktosa 1,6-bisfosfat. Reaksi fosfofruktokinase secara fungsional dapat
dianggap ireversibel dalam kadaan fisiologis; reaksi ini dapat diinduksi dan diatur
secara alosterik, dan memiliki peran besar dalam mengatur laju glikolisis. Fruktosa 1,6-
bisfosfat dipecah menjadi aldolase menjadi dua triosa fosfat, gliseraldhida 3-fosfat dan
diidroksiaseton fosfat. Gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat dapat saling
terkonveksi oleh enzim fosfotriosa isomerase.1
Glikolisis berlanjut dengan oksidasi gliseraldehida 3-fosfat menjadi 1,3-
bisfosfogliserat. Enzim yang mengatalisis reaksi oksidasi ini, gliseraldehida 3-fosfat
dehidrogenase, bersifat dependen NAD. Dalam reaksi berikutnya yang dikatalisis oleh
fosfogliserat kinase, fosfat dipindahkan dari 1,3-bisfosfogliserat ke ADP, membentuk
ATP dan 3-fosfogliserat.1
Karena untuk setiap molekul glukosa yang mengalami glikolisis dihasilkan dua
molekul triosa fosfat, padan tahap ini dihasilkan dua molekul ATP per molekul glukosa
yang mengalamu glikolisis. Lalu 3-fosfogliserat mengalami isomerasi menjadi 2-
fosfogliserat oleh fosfogliserat mutase. Besar kemungkinan bahwa 2,3-bisfosfogliserat
merupakan zat antara dalam reaksi ini.1
Langkah berikutnya dikatalisis oleh enolase dan melibatkan suatu dehidrasi yang
membentuk fosfoenolpiruvat. Enolase dihambat oleh fluorida, dan jika pengambilan
sampel darah untuk mengukur glukosa dilakukan, tabung penampung darah tersebut
diisi oleh fluorida untuk menghambat glikolisis. Enzim ini juga bergantung pada
keberadaan Mg2+ atau Mn2+. Fosfat pada fosfoenolpiruvat dipindahkan ke ADP oleh
piruvat kinase untuk membentuk dua molekul ATP per satu molekul glukosa yang
teroksidasi.1

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 4


Keadaan redoks jaringan kini menentukan jalur mana dari dua jalur yang diikuti.
Pada kondisi anaerob, NADH tidak dapat direoksidasi melalui rantai respiratorik
menjadi oksigen. Piruvat direduksi oleh NADH menjadi laktat yang dikatalisisi oleh
laktat dehidrogenasi.
Terdapat berbagai isoenzim laktat dehidrogenasi spesifik-jaringan yang penting
secara klinis. Reoksidasi NADH melalui pembentukan laktat memungkinkan glikolisisi
berlangsung tanpa oksigen dengan menghasilkan cukup NAD+ untuk siklus berikutnya
dari reaksi yang dikatalisis oleh gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase. Pada keadaan
aerob, piruvat diserap ke dalam mitokondria, dan setelah menjalani dekarboksilasi
oksidatif menjadi asetil KoA, dioksidasi menjadi CO2 oleh siklus asam sitrat. Ekuivalen
pereduksi dari NADH yang dibentuk dalam glikolisis diserap ke dalam mitokondria
untuk dioksidasi.1
Kebanyakan reaksi glikolisisi bersifat reversibel, namun ada tiga reaksi jelas
bersifat eksergonik dan karena itu harus dianggap ireversibel secara fisiologis. Ketiga
reaksi tersebut, yang dikatalisis oleh heksokinase (dan glukokinase), fosfofruktokinase,
dan piruvat kinase, adalah tempat-tempat utama pengendalian glikolisis.
Fosfofruktokinase dihambat oleh ATP dalam konsentrasi intrasel, hambatan ini dapat
cepat dihilangkan oleh 5’AMP yang terbentuk sewaktu ADP mulai menumpuk, yang
memberi sinyal akan perlunya peningkatan laju glikolisis.1
Fruktosa masuk ke jalur glikolisis melalui fosforilasi menjadi fruktosa 1-fosfat,
dan tidak melalui tahap-tahap regulatorik utama sehingga dihasilkan lebih banyak
piruvat (dan asetil KoA) daripada piruvat yang dibutuhkan untuk membentuk ATP. Di
hati dan jaringan adiposa, hal ini menyebabkan peningkatan lipogenesis dan tingginya
asupan fruktosa berperan menyebabkan obesitas.1

2. Glikogenesis
Glikogen adalah karbohidrat simpanan utama pada hewan, setara dengan pati
pada tumbuhan; glikogen adalah polimer bercabang –D-glukosa. Zat ini terutama
ditemukan di hati dan otot; meskipun kandungan glikogen hati lebih besar daripada
kandungan glikogen otot, namun karena massa otot tubuh jauh lebih besar daripada
massa hati, sekitar tiga-perempat glikogen tubuh total berada di otot.1
Glikogen otot merupakan sumber glukosa yang dapat cepat digunakan untuk
glikolisis di dalam otot itu sendiri. Glikogen hati berfungsi untuk menyimpan dan
mengirim glukosa untuk mempertahankan kadar glukosa darah di antara waktu makan.

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 5


Setelah berpuasa 12 – 18 jam, glikogen hati hampir seluruhnya terkuras. Meskipun
glikogen otot tidak secara langsung menghasilkan glukosa bebas, namun piruvat yang
terbentuk oleh glikolisis di otot dapat mengalami transaminasi menjadi alanin yang
dikeluarkan dari otot dan digunakan untuk glukoneogenesis di hati.1
Seperti glikolisis, glukoas mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang
dikatalisis oleh heksokinase di otot dan glukokinase di hati. Glukosa 6-fosfat
mengalami isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat oleh fosfoglukomutase. Kemudian
glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk nukleotida
aktif uridin difosfat glukosa (UDPGlc) dan pirofosfat yang dikatalisis oleh UDPGlc
pirofosforilase. Reaksi berlangsung dalam arah pembentukan UDPGlc karena
pirofosfatase mengatalisis hidrolisis pirofosfat menjadi dua kali fosfat sehingga salah
satu produk tersebut reaksi dihilangkan.1
Glikogen sintase mengatalisis pembentukan sebuah ikatan glikosida antara C1
glukosa UDPGlc dan C4 residu glukosa terminal glikogen yang membebaskan uridin
difosfat (UDP). Suatu molekul glikogen yang sudah ada (primer glikogen) harus ada
agar reaksi ini dapat berlangsung. Primer glikogen ini pada gilirannya dapat dibentuk
pada suatu orimer protein yang dikenal sebagai glikogenin. Residu glukosa lain melekat
pada posisi 14 untuk membentuk suatu rantai pendek yang merupakan substrat untuk
glikogen sintase. Di otot rangka, glikogenin tetap melekat pada bagian tengah molekul
glikogen; di hati, jumlah molekul glikogen lebih banyak daripada jumlah molekul
glikogenin.1
Penambahan sebuah residu glukosa ke rantai glikogen yang sudah ada terjadi di
ujung luar molekul sehingga cabang-cabang molekul nonpereduksi glikogen
memanjang seiring dengan terbentuknya ikatan 14 . Ketika rantai memiliki panjang
sedikit 11 residu glukosa, sebagian rantai 14 dipindahkan ke rantai di dekatnya oleh
branching enzyme untuk membentuk ikatan 16 sehingga terbentuk titik percabangan.
Cabang tumbuh melalui penambahan unit-unit 14 glukoasil dan percabangan
selanjutnya.1

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 6


Gambar 6. Jalur glikogenesis dan glikogenolisis1

3. Glikogenolisis

Gambar 7. Tahap-tahap dalam glikogenolisis2

Glikogen fosforilase mengatalisis tahap penentu kecepatan glikogenolisis dengan


mengatalisis pemecahan fosforoilitik ikatan ikatan 14 glikogen untuk menghasilkan
glukosa 1-fosfat. Residu glukoasil terminal dari rantai terluar molekul glikogen
dikeluarkan secara sekuensial sampai tersisa sekitar empat residu glukosa di kedua sisi
suatu cabang 16. Hidrolisis ikatan 16 memerlukan debranching enzyme; glukan
transferase dan debranching enzyme mungkin merupakan kedua bentuk aktivitas dari
suatu protein tunggal. Kerja fosforilase selanjutnya dapat berlangsung. Kombinasi kerja

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 7


fosforilase dan enzim-enzim lain menyebabkan terurainya glikogen secara sempurna.
Reaksi yang dikatalisis oleh fosfoglukomutase bersifat reversibel sehingga glukosa 6-
fosfat dapat dibentuk dari glukosa 1-fosfat. Di hati glukosa 6-fosfatase menghidrolisis
glukosa 6-fosfat yang menghasilkan glukosa yang diekspor sehingga kadar glukosa
darah meningkat.1

Gambar 8. Kontrol fosforilase1

Enzim-enzim utama yang mengendalikan metabolisme glikogen-glikogen


fosforilase dan glikogen sintase, diatur oleh mekanisme alosterik dan modifikasi
kovalen karena terjadi fosforilasi dan defosforilasi reversibel protein enzim sebagai
respons terhadap kerja hormon.1
AMP siklik (cAMP) dibentuk dari ATP oleh adenilil siklase pada permukaan
dalam membran sel dan berfungsi sebagai second messenger intrasel sebagai respons
terhadap berbagai hormon, misalnya epinefrin, norepinefrin, dan glukagon. cAMP
dihidrolisis oleh fosfodiesterase sehingga kerja hormon-hormon tersebut terhenti; di
hati insulin meningkatkan aktivitas fosfodiesterase.1
Di hati peran glikogen adalah menyediakan glukosa bebas untuk diekspor guna
mempertahankan kadar glukosa darah, di otot berperan sebagai sumber glukosa 6-fosfat
untuk glikolisis sebagai respons terhadap kebutuhan akan ATP untuk kontraksi otot. Di
kedua jaringan, enzim diaktifkan oleh fosforilasi yang dikatalisis oleh fosforilase kinase
(untuk menghasilkan fosforilase a) dan diinaktifkan oleh defosforilasi yang dikatalisis
oleh fosfoprotein fosfatase (untuk menghasilkan fosforilase b), sebagai respons
terhadap sinyal hormon dan sinyal lain.1
Fosforilase a aktif di kedua jaringan dihambat secara alosterik oleh ATP dan
glukosa 6-fosfat; di hati, tetapi tidak di otot, glukosa bebas juga merupakan suatu

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 8


inhibitor. Fosforilase otot berbeda dari isoenzim di hati karena memiliki tempat
pengikatan untuk 5’AMP yang berfungsi sebagai aktivator alosterik bentuk b
terdefosforilasi (inaktif) enzim. 5’AMP bekerja sebagai sinyal poten statu energi sel
otot; 5’AMP terbentuk sewaktu konsentrasi ADP mulai meningkat, akibat reaksi
adenilat kinase: 2x ADP  ATP + 5’AMP.1
Fosforilase kinase diaktifkan sebagai respons terhadap cAMP. Peningkatan
konsentrasi cAMP anak mengaktifkan protein kinase dependen-cAMP yang
mengatalisis fosforilasi oleh ATP fosforilase kinase b inaktif menjadi fosforilase kinase
a aktif yang selanjutnya memfosforilasi fosforilase b menjadi fosforilase a. Di hati,
cAMP dibentuk sebagai respons atas menurunnya kadar glukosa darah; otot kurang
peka terhadap glukagon. Di otot, sinyal untuk meningkatkan pembentukan cAMP dalah
efek norepinefrin yang disekresikan sebagai respons terhadap takut dan cemas, ketika
kebutuhan akan glikogenolisis meningkat agar aktivitas otot dapat ditingkatkan.1
Baik fosforilase a maupun fosforilase kinase a mengalami defosforilasi dan
diinaktifkan oleh protein fosfatase-1. Protein fosfatase-1 dihambat oleh suatu protein,
yakni inhibitor-1, yang hanya aktif setelah terfosforilasi oleh protein kinase dependen
c-AMP. Oleh sebab itu, cAMP mengontrol baik pengaktifan maupun penginaktifan
fosforilase. Insulin memperkuat efek ini dengan menghambat pengaktifan fosforilase b.
Hormon ini melakukannya secara tidak langsung dengan meningkatkan penyerapan
glukosa sehingga meningkatkan pembentukan glukosa 6-fosfat yang merupakan suatu
inhibitor fosforilase kinase.1

Gambar 9. Kontrol glikogen sintase1

Seperti fosforilase, glikogen sintase terdapat baik dalam keadaan terfosforilasi


maupun tidak-terfosforilasi; namun, efek fosforilasi adalah kebalikan efek yang

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 9


dijumpai pada fosforilase. Glikogen sintase a aktif mengalami defosforilasi dan
glikogen sintase b inaktif mengalami fosforilasi.1
Terdapat enam protein kinase berbeda yang bekerja pada glikogen sintase. Dia
diantaranya bersifat dependen Ca2+. Kinase lain adalah protein kinase dependen-cAMP
yang memungkinkan hormon, melalui perantaraan cAMP, menghambat sintesis
glikogen secara sinkron dengan pengaktifan glikogenolisis. Insulin juga memacu
glikogenesis di otot secara bersamaan dengan penghambatan glikogenolisis dengan
meningkatkan kadar glukosa 6-fosfat yang merangsang defosforilasi dan pengaktifan
glikogen sintase. Defosforilasi glikogen sintase b dilaksanakan oleh protein fosfatase-1
yang berada dalam kendali protein kinase dependen-cAMP.1
Pada saat yang sama dengan terjadinya pengaktifan fosforilase oleh peningkatan
konsentrasi cAMP, glikogen sintase diubah menjadi bentuk inaktif; kedua efek
diperantarai oleh protein kinase dependen-cAMP. Jadi, inhibisi glikogenolisis
meningkatkan glikogenesis netto, dan inhibisi glikogenesis meningkatkan
glikogenolisis netto. Defosforilasi fosforilase a, fosforilase kinase, dan glikogen sintase
b dikatalisis oleh satu enzim dengan spesifitas yang luas yaitu protein fosfatase-1.
Selanjutnya. Protein fosfatase-1 dihambat oleh protein kinase dependen-cAMP melalui
inhibitor-1. Jadi, glikogenolisis dapat dihentikan dan glikogenesis dirrangsang secara
sinkron atau sebaliknya karena kedua proses bergantung pada aktivitas protein kinase
dependen-cAMP. Baik fosforilase kinase maupun glikogen sintase dapat difosforilasi
secara reversibel di lebih dari satu tempat oleh kinase dan fosfatase yang berbeda.
Fosforilasi sekunder ini memodifikasi sensivitas bagian/tempat utama terjadinya
fosforilasidan defosforilasi. Fosforilasi sekunder ini juga memungkinkan insulin
menimbulkan efek yang timbal-balik dengan efek cAMP melalui peningkatan glukosa
6-fosfat.1

4. Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah proses mengubah prekursor nonkarbohidrat menjadi
glukosa atau glikogen. Substrat utamanya adalah asam-asam amino glukogenik, laktat,
gliserol, dan propionat. Hati dan ginjal adalah jaringan glukoneogenik utama.1
Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan glukosa tubuh jika karbohidrat dari
makanan atau cadangan glikogen kurang memadai. Pasokan glukosa merupakan hal
yang esensial terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Kegagalan glukoneogenesis
biasanya bersifat fatal. Glukosa juga penting dalam mempertahankan kadar zat-zat

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 10


antara siklus asam sitrat meskipun asam lemak adalah sumber utama asetil-KoA di
jaringan. Selain itu, glukoneognenesis membersihkan laktat yang dihasilkan oleh otot
dan eritrosit serta gliserol yang dihasilkan oleh jaringan adiposa.1

Gambar 10. Jalur utama dan glukoneogenesis dan glikolisis hati.1

Tiga reaksi tidak-seimbang dalam glikolisis yang dikatalisis oleh heksokinase,


fosfofruktokinase, dan piruvat kinase, menghambat pembalikan sederhana glikolisis
untuk membentuk glukosa.1
Pembalikan reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase dalam glikolisis
melibatkan dua reaksi endotermik. Piruvat karboksilase mitokondria mengatalisis
karboksilasi piruvat menjadi oksaloasetat, suatu reaksi yang membutuhkan ATP dengan
vitamin biotin sebagai koenzim. Biotin mengikat CO2 dari bikarbonat sebagai
karboksibiotin sebelum penambahan CO2 ke piruvat. Enzim kedua, fosfoenolpiruvat
karboksikinase, mengatalisis dekarboksilasi dan fosforilasi oksaloasetat menjadi
fosfoenolpiruvat dengan menggunakan GTP sebagai donor fosfat. Di hati dan ginjal,
reaksi suksinat tiokinase dalam siklus asam sitrat menghasilkan GTP, dan GTP ini
digunakan untuk reaksi fosfoenolpiruvat karboksikinase sehingga terbentuk hubungan
antara aktivitas siklus asam sitrat dan glukoneogenesis, untuk mencegah pengeluaran
berlebihan oksaloasetat untuk glukoneogenesis yang dapat mengganggu aktivitas siklus
asam sitrat.1

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 11


Perubahan fruktosa 1,6-bisfosfat menjadi fruktosa 6-fosfat, untuk pembalikan
glikolisis, dikatalisis oleh fruktosa 1,6-bisfosfatase. Keberadaan enzim ini menentukan
apakah suatu jaringan mampu membentuk glukosa tidah saja dari piruvat, tetapi juga
dari triosa fosfat. Enzim ini terdapat di hati, ginjal, dan otot rangka, tetapi mungkin
tidak ditemukan di otot jantung dan otot polos.1
Perubahan glukosa 6-fosfat menjadi glukosa dikatalisis oleh glukosa 6-fosfatase.
Enzim ini terdapat di hati dan ginjal, tetapi tidak di otot dan jaringan adiposa, akibatnya
tidak dapat mengekspor glukosa ke dalam aliran darah.1
Pemecahan glikogen menjadi glukosa 1-fosfat dikatalisis oleh fosforilase. Sintesis
glikogen melibatkan jalur yang berbeda melalui uridin difosfat glukosa dan glikogen
sintase.1
Setelah transaminasi atau deaminasi, asam-asam amino glukogenik menghasilkan
piruvat atau zat-zat antara siklus asam sitrat. Oleh karena ini, reaksi yang dijelaskan
sebelumnya dapat menyebabkan perubahan laktat maupun asam amino glukogenik
menjadi glukosa atau glikogen.1
Pada hewan bukan pemamah biak, termasuk manusia, propionat berasal dari
oksidasi- asam lemak rantai-ganjil yang terdapat pada lipid hewan pemamah biak, serta
oksidasi isoleusin dan rantai samping kolesterol, serta merupakan substrat bagi
glukoneogenesis.1
Gliserol dibebaskan dari jaringan adiposa melalui lipolisis lipoprotein
triasilgliserol dalam keadaan kenyang: gliserol dapat digunakan untuk re-esterifikasi
asam lemak bebas menjadi triasilgliserol di jaringan adiposa atau hati, atau menjadi
substrat untuk glukoneogenesis di hati. Dalam keadaan puasa, gliserol yang dibebaskan
dari lipolisis triasilgliserol jaringan adiposa digunakan semata-mata sebata substrat
untuk glukoneogenesis di hati dan ginjal.1

Metabolisme Lemak

1. Oksidasi Asam Lemak


Meskipun asam lemak mengalami oksidasi menjadi asetil-KoA dan disintesis dari
asetil-KoA, namun oksidasi asam lemak bukan merupakan pembalikan sederhana dari
biosintesis asam lemak, tetapi merupakan proses yang sama sekali berbeda dan
berlangsung di kompartemen sel yang berbeda. Pemisahan oksidasi asam lemak di
mitokondria dari biosintesis di sitosol memungkinkan tiap proses dikendalikan secara

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 12


individual, dan diintegrasikan sesuai kebutuhan jaringan. Setiap tahap pada oksidasi
asam lemak melibatkan turunan asil-KoA yang dikatalisis oleh enzim-enzim yang
berbeda, menggunakan NAD dan FAD sebagai koenzim, dan menghasilkan ATP.
Proses tersebut merupakan suatu proses aerob yang memerlukan keberadaan oksigen.1
Asam lemak bebas (FFA) adalah asam lemak yang berada dalam keadaan tidak
teresterifikasi. Di plasma, FFA rantai-panjang berikatan dengan albumin, dan di sel
asam-asam ini melekat pada protein pengikat-asam lemak sehingga pada kenyataannya
asam-asam lemak ini tidak pernah benar-benar “bebas”. Asam lemak rantai-pendek
lebih larut air dan terdapat dalam bentuk asam tak terionisasi atau sebagai anion asam
lemak.1
Asam lemak mula-mula harus diubah menjadi suatu zat antara aktif sebelum
dapat dikatabolisme. Reaksi ini adalah satu-satunya tahap dalam penguraian sempurna
suatu asam lemak yang memerlukan energi dari ATP. Dengan adanya ATP dan
koenzim A, enzim tiokinase mengatalisis perubahan asam lemak menjadi asam lemak
aktif atau asil-KoA yang menggunakan satu fosfat berenergi-tinggi disertai
pembentukan AMP dan PPi. PPi dihidrolisis oleh pirofosfatase anorganik disertai
hilangnya fosfat berenergi-tinggi lainnya yang memastikan bahwa seluruh reaksi
berlangsung hingga selesai. Asil-KoA sintetase ditemukan di retikulum endoplasma,
peroksisom, serta di bagian dalam dan membran luar mitokondria.1
Karnitin tersebar luas dan terutama banyak terdapat di otot. Asil-KoA rantai
panjang tidak dapat menembus membran dalam mitokondria. Namun, karnitin
palmitoiltransferase-I, yang terdapat di membran luar mitokondria, mengubah asil-KoA
rantai panjang menjadi asilkarnitin yang mampu menembus membran dalam dan
memperoleh akses ke sistem oksidasi- enzim. Karnitin-asilkarnitin translokase
bekerja sebagai pengangkut penukar di membran dalam mitokondria. Asil karnitin
diangkut masuk, dan disertai dengan pengangkutan keluar satu molekul karnitin. Asil
karnitin kemudian bereaksi dengan KoA yang dikatalisis oleh karnitin
palmitoiltransferase-II yang terletak di bagian dalam membran dalam. Asil-KoA
terbentuk kembali di matriks mitokondria dan karnitin dibebaskan.1
Pada oksidasi- , terjadi pemutusan tiap dua karbon dari molekul asil-KoA-
yang dimulai dari ujung karboksil. Rantai diputus antara atom karbon - (2) dan – (3)
karena itu dinamai oksidasi-. Unit dua karbon yang terbentuk adalah asetil-KoA; Jadi,
palmitoil-KoA menghasilkan delapan molekul asetil-KoA.1

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 13


Asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil dioksidasi melalui jalur oksidasi-
, yang menghasilkan asetil-KoA sampai tersisa sebuah residu tiga karbon (propionil-
KoA). Senyawa ini diubah menjadi suksinil-KoA, suatu konstituen siklus asam sitrat.
Karena itu, residu propionil dari asam lemak rantai ganjil adalah satu-satunya bagian
asam lemak yang bersifat glukogenik.1

2. Lipogenesis
Asam lemak disintesis oleh sistem ekstramitokondria yang bertanggung jawab
untuk menyintesis palmitat dari asetil-KoA di sitosol. Pada sebagian besar mamalia,
glukosa adalah substrat utama untuk lipogenesis, tetapi pada hewan pemamah biak
substrat tersebut adalah asetat, yaitu molekul bahan bakar terpenting yang dihasilkan
dari makanan.1
Jalur utama sintesis de novo asam lemak berlangsung di sitosol. Sistem ini
terdapaat di banyak jaringan, meliputi hati, ginjal, otak, paru, kelenjar mamaria, dan
jaringan adiposa. Kebutuhan kofaktornya mencakup NADPH, ATP, Mn2+, biotin, dan
HCO3-. Asetil-KoA adalah substrat langsungnya, dan palmitat bebas adalah produk
akhirnya.1
Pembentukan malonil-KoA adalah tahap awal dan pengendali dalam sistem asam
lemak. Bikarbonat sebagai sumber CO2 diperlukan dalam reaksi awal untuk
karboksilasi asetil-KoA menjadi malonil-KoA dengan keberadaan ATP dan asetil-KoA
karboksilase. Asetil-KoA karboksilase memerlukan vitamin biotin. Enzim ini adalah
suatu protein multienzim yang mengandung subunit-subunit identik dengan jumlah
bervariasi, masing-masing mengandung biotin, biotin karboksilase, protein pembawa
biotin karboksil, dan transkarboksilase, serta tempat alosterik regulatorik. Reaksi ini
berlangsung dalam dua tahap: karboksilasi biotin yang melibatkan ATP dan
pemindahan karboksil ke asetil-KoA untuk membentuk malonil-KoA.1
Kompleks asam lemak sintase adalah suatu polipeptida yang mengandung tujuh
aktivitas enzim. Pada bakteri dan tumbuhan, masing-masing enzim pada sistem asam
lemak sintase terpisah, dan ditemukan radikal asil dalam betuk kombinasi dengan suatu
protein yang disebut protein pengangkut asil (ACP). Namun pada ragi, mamalia, dan
unggas, sistem sintase adalah suatu kompleks polipeptida multienzim yang
memasukkan ACP dan mengambil alih peran KoA. Kompleks ini mengandung vitamin
asam pantotenat dalam bentuk 4’-fosfopantetein. Pemakaian satu unit fungsional
multienzim memiliki keunggulan berupa tercapainya efek kompartementalisasi proses

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 14


di dalam sel tanpa perlu membentuk sawar permeabilitas, dan sintesis semua enzim di
kompleks tersebut terkoordinasi karena dikode oleh satu gen.1
Pada mamalia, kompleks asam lemak sintase adalah suatu dimer yang terdiri dari
dia monomer identik, masing-masing menganding ketujuh aktivitas enzim lemak
sintase pada sati rantai polipeptida. Pada awalnya, suatu molekul priming asetil-KoA
berikatan dengan gugus –SH sistein yang dikatalisis oleh asetil transasilase. Malonil-
KoA berikatan dengan –SH di dekatnya pada 4’-fosfopantetein ACP di monomer yang
lain yang dikatalisis oleh malonil transasilase, untuk membentuk asetil-malonil enzim.
Gugus asetil menyerang gugus metilen di residu malonil yang dikatalisis oleh 3-ketoasil
sintase dan membebaskan CO2, membentuk 3-ketoasil enzimm membebaskan gugus –
SH sistein. Dekarboksilasi memungkinkan reaksi tersebut berlangsung tuntas, dan
menarik sekuens reaksi keseluruhan ke arah selanjutnya. Gugus 3-ketoasil akan
tereduksi, terdehidrasi, dan kembali tereduksi untuk membentuk enzim asil-S jenuh.
Molekul malonil-KoA baru berikatan dengan –SH pada 4’fosfopantetein, menggeser
residu asil jenuh ke gugus –SH sistein bebas. Rangkaian reaksi diulang enam kalo lagi
sampai terbentuk radikal asil 16-karbon (palmitil) yang jenuh.1

Gambar 11. Kompleks multienzim asam lemak sintase.2

Senyawa ini dibebaskan dari kompleks enzim oleh aktivitas enzim ketujuh di
kompleks, yaitu tioesterase. Palmitat bebas harus diaktifkan menjadi asil-KoA sebelum
dapat diproses lebih lanjut melalui jalur metabolik lain. Biasanya palmitat ini
mengalami estrifikasi menjadi asilgliserol, pemanjangan rantai atau desaturasi, atau
esterifikasi menjadi ester kolesteril.1
Asetil-KoA yang digunakan sebagai primer membentuk atom karbon 15 dan 16
pada palmitat. Penambahan seluruh unit C2 selanjutnya adalah melalui malonil-KoA.1

Triasilgliserol

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 15


Triasilgliserol adalah lipid utama di timbunan lemak dan di dalam makanan. Peran
senyawa ini adalah dalam transpor dan penyimpanan lipid. Triasilgliserol harus dihidrolisis
oleh lipase menjadi unsur pokoknya, yaitu asam lemak dan gliserol sebelum dapat
dikatabolisme lebih lanjut. Sebagian besar proses hidrolisis ini terjadi di jaringan adiposa
disertai pembebasan asam lemak bebas ke dalam plasma, tempat asam-asam ini berikatan
dengan albumin serum. Hal ini diikuti oleh penyerapan asam lemak bebas oleh jaringan
tempat asam-asam ini dioksidasi atau mengalami re-esterifikasi. Pemakaian gliserol
bergantung pada apakah jaringan memiliki gliserolkinase yang dijumpai dalam jumlah
bermakna di hati, ginjal, usus, jaringan adiposa cokelat, dan kelenjar mamaria laktasi.1
Dua molekul asil-KoA yang dibentuk melalui pengaktifan asam lemak oleh asil-KoA
sintetase berikatan dengan gliserol 3-fosfat untuk membentuk fosfatidat (1,2-diasilgliserol
fosfat). Hal ini berlangsung dalam dua tahap, yang dikatalisis oleh gliserol-3-fosfat
asiltransferase dan 1-asilgliserol-3-fosfat asil transferase. Fosfatidat diubah oleh fosfatidat
fosfohidrolase dan diasilgliserol asiltransferase (DGAT) menjadi 1,2-diasilgliserol dan
kemudian trasilgliserol. DGAT mengatalisis satu-satunya tahap yang spesifik untuk sintesis
triasilgliserol dan diperkirakan menentukan laju reaksi pada sebagian besar keadaan. Di
mukosa usus, monoasilgliserol asiltransferase mengubah monoasilgliserol menjadi 1,2-
diasilgliserol di jalur monoasilgliserol. Sebagian besar aktivitas enzim-enzim ini dijumpai di
retikulum endoplasma, tetapi sebagian dijumpai di mitokondria. Fosfatidat fosfohidrolase
terutama ditemukan di sitosol, tetapi bentuk aktif enzim ini terikat dengan membran.1
Simpanan triasilgliserol di jaringan adiposa secara terus-menerus mengalami lipolisis
dan re-esterifikasi. Kedua proses ini adalah jalur yangs ama sekali berbeda yang melibatkan
reaktan dan enzim yang berlainan. Hal ini memungkinkan proses esterifikasi atau lipolisis
diatir secara terpisah oleh banyak faktor nutrisi, metabolik, dan hormon, Hasil kedua proses
ini menentukan besarnya kompartemen asam lemak bebas di jaringan adiposa, yang pada
gilirannya menentukan kadar asam lemak bebas di dalam plasma. Karena kadar asam lemak
bebas ini memiliki efek paling mencolok pada metabolisme jaringan lain, terutama hati dan
otot, faktor-faktor yang bekerja pada jaringan adiposa yang mengatur aliran keluar asam
lemak bebas menimbulkan pengaruh yang jauh melebihi pengaruh pada jaringan itu sendiri.1
Triasilgliserol disintesis dari asil-KoA dan gliserol 3-fosfat. Karena enzim gliserol
kinase tidak diekspresikan di jaringan adiosa, gliserol tidak dapat digunakan untuk
menghasilkan gliserol 3-fosfat yang harus dipasok oleh glukosa melalui glikolisis.1
Triasilgliserol dihidrolisis oleh lipase peka-hormon untuk membentuk asam lemak
bebas dan gliserol. Lipase ini berbeda dari lipoprotein lipase yang mengatalisis hidrolisis

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 16


triasilgliserol lipoprotein sebelum penyerapannya ke dalam jaringan ekstrahepatik. Karena
tidak dapat digunakan, gliserol masuk ke darah dan diserap serta digunakan oleh jaringan,
seperti hati dan ginjal yang memiliki suati gliserol kinase aktif. Asam-asam lemak bebas yang
dibentuk oleh lipolisis dapat diubah kembali di jaringan adiposa menjadi asil-KoA oleh asil-
KoA sintetase dan dire-esterifikasi dengan gliserol 3-fosfat untuk membentuk triasilgliserol.
Oleh karena itu, terjadi siklus lipolisis dan re-esterifikasi yang terus menerus di dalam
jaringan tersebut. Namun, jika laju re-esterifikasi tidak dapat mengimbangi laju lipolisis,
terjadi akumulasi asam lemak bebas yang kemudian berdifusi ke dalam plasma tempat asam-
asam ini berikatan dengan albumin dan meningkatkan kadar asam lemak bebas plasma.1
Kolesterol

Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau dalam bentuk
simpanan, yang berikatan dengan asam lemak rantai-panjang sebagai ester kolesteril. Di
dalam plasma, kedua bentuk tersebut diangkut dalam lipoprotein. Kolesterol adalah lipid
amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial pada membram dan laposan luar
lipoprotein plasma. Senyawa ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA dan merupakan
prekursor semua steroid lain di tubuh.1
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap. Tahap pertama adalah
biosintesis mevalonat. HMG-KoA dibentuk melalui reaksi-reaksi yang digunakan di
mitokondria untuk membentuk badan keton. Namin, karena sintesis kolesteriol berlangsing di
luar mitokondria, kedua jalur ini berbeda. Pada awalnya, dua molekul asetil-KoA bersatu
untuk membentuk asetoasetil-KoA yang dikatalisis oleh tiolase sitosol. Asetoasetil-KoA
mengalami kondensasi dengan molekul asetoasetil-KoA lain yang dikatalisis oleh HMG-KoA
sintase untuk membentuk HMG-KoA yang direduksi menjadi mevalonat oleh NADPH dan
dikatalisis oleh HMP-KoA reduktase. Ini adalah tahap regulatorik utama di jalur sintesis
kolesterol.1
Tahap dua adalah pembentukan unit isoprenoid. Mevalonat mengalami fosforilasi
secara sekuensial oleh ATP dengan tiga kinase, dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit
isoprenoid aktif, isopentenil difosfat.1
Tahap tiga adalah enam unit isoprenoid membentuk skualen. Isopentenil difosfat
mengalami isomerasi melalui pergeseran ikatan rangkap untuk membentuk dimetilalil
difosfat, yang kemudian bergabung dengan molekul lain isoprenoil difosfat untuk
membentuk zat antara sepuluh-karbon geranil difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan
isopentenil difosfat membentuk farnesil difosfat. Dua molekul farnesil difosfat bergabung di

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 17


ujung difosfat skualen untuk membentuk skualen. Pada awalnya, pirofosfat anorganik
dieliminasi, yang membentuk praskualen difosfat, yang kemudian mengalami reduksi oleh
NADPH disertai eliminasi satu molekul pirofosfat anorganik lainnya.1
Tahap empat adalah pembentukan lanosterol. Skualen dapat melipat membentuk suatu
struktur yang sangat mirip dengan inti steroid. Sebelum terjadi penutupan cincin, skualen
diubah menjadi skualen 2,3-epoksida oleh oksidase berfungsi campuran, skulaen epoksidase
di retikulum endoplasma. Gugus metil di C14 dipindahkan ke C13 dan yang ada di C8 ke C14
sewaktu terjasdi siklisasi, dikatalisis oleh oksidoskualen: lanosterol siklase.1
Tahap lima adalah pembentukan kolesterol. Pembentukan kolesterol dari lanosterol
berlangsung di membran retikulum endoplasma dan melibatkan pertukaran-pertukaran di inti
steroid dan rantai samping. Gugus metil di C14 dan C4 dikeluarkan untuk membentuk 14-
desmetil lanosterol dan kemudian zimosterol. Ikatan rangkap di C8-C9 kemudian dipindahkan
ke C5-C6 dalam dua langkah, yang membentuk demosterol. Akhirnya, ikatan rangkap rantai
samping direduksi, dan menghasilkan kolesterol.1

Daftar Pustaka

1. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC;
2009.
2. Nelson DL, Cox MM. Lehninger principles of biochemistry. 4th edition. New York: W.
H. Freeman and Company; 2005.
3. Suhardjo, Kusharto CM. Prinsip-prinsip ilmu gizi. Yogyakarta: Kanisius; 2006.
4. Mayer BH, Tucker L, Williams S. Ilmu gizi menjadi sangat mudah. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC; 2011.h.36-7; 57-9.
5. Harjasasmita. Ikhtisar biokimia dasar B. Jakarta: FKUI; 2003.
6. Barker HM. Nutrition and dietetics for health care. 10th edition. UK: University of
Coventry; 2002.p. 18.
7. Sumardjo D. Pengantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan
program strata I fakultas bioeksakta. Jakarta: EGC; 2009.h.270-2.
8.

PBL Blok 11 – Universitas Kristen Krida Wacana 18

You might also like