You are on page 1of 15

MAKALAH NARKOBA

“ MORFIN”

DWI FAZRIANI

EXANTI F. MALATANI

SYAFAIYAH DJ HALIDA

FITRIANTI I. MANGALO

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Morfin
2.2 Narkotika Golongan 1
2.3 Sintesisi Morfin
2.4 Penyebaran Morfin
2.5 Batas Pemakaian Morfin.
2.6 Dampak Morfin
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyalahgunaan narkotika dan obat- obat berbahaya (narkoba) di Indonesia beberapa
tahun terakhir ini menjadi masalah serius dan telah mencapai masalah keadaan yang
memperihatinkan sehingga menjadi masalah nasional. Korban penyalahgunaan narkoba telah
meluas sedemikian rupa sehi ngga melampaui batas-batas strata sosial, umur, jenis kelami n.
Merambah tidak hanya perkotaan tetapi merambah sampai pedesaan dan melampaui batas
negara yang akibatnya sangat merugikan perorangan, masyarakat, negara, khususnya generasi
muda. Bahkan dapat menimbulkan bahaya lebih besar lagi bagi kehidupan dan nilai-nilai
budaya bangsa yang pada akhirnya dapat melemahkan ketahanan nasional.
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah sampai pada titik yang menghawatirkan.
Berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional, jumlah kasus narkoba meni
ngkat dari sebanyak 3. 478 kasus pada tahun 2000 menjadi 8.401 pada tahun 2004, atau
meningkat 28,9% pertahun. Jumlah angka tindak kejahatan narkoba pun meningkat dari
4.955 pada tahun 2000 menjadi 11.315 kasus pada tahun 2004. data baru sampai juni 2005
saja menunjukkan kasus 2 itu meni ngkat tajam.
Sekarang ini terdapat sekitar 3,2 juta pengguna narkoba di Indonesia, secara Nasional
dari total 111.000 tahanan, 30%karena kasus narkoba, perkara narkoba telah menembus batas
gender, kelas ekonomi bahkan usia Maraknya peredaran narkotika di masyarakat dan
besarnya dampak buruk serta kerugian baik kerugian ekonomi maupun kerugian sosial yang
ditimbulkannya membuka kesadaran berbagai kalangan untuk menggerakkan ‟perang‟
terhadap narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya (narkoba). Di bidang hukum, tahun
1997 pemerintah mengeluarkan 2 (dua) Undang–Undang yang mengatur tentang narkoba,
yaitu Undang–undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang–undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Kedua undang-undang tersebut memberikan
ancaman hukuman yang cukup berat baik bagi produsen, pengedar, maupun pemakainya
Narkotika dan psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan pada sisi lain
dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa
pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.1 Zat-zat narkotika yang semula
ditunjukkan untuk kepentingan pengobatan, namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, jenis-jenis narkotikadapat diolah sedemikian banyak serta dapat pula
disalahgunakan fungsinya. 2 Peningkatan pengawasan dan pengendalian sebagai upaya
mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba sangat diperlukan,
karena kejahatan di bidang ini semakin berkembang baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari Morfin?
2. Bagaimana narkotika golongan 1?
3. Bagaimanakan sintesis morfin?
4. Bagaimana Peyebaran morfin?
5. Berapa batas pemakaian morfin?
6. Bagaimana dampak negarif dari morfin?
7. Bagaimana cara identifikasi morfin?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Morfin
2. Untuk mengetahui narkotika golongan 1
3. Untuk mengetahui sintesis morfin
4. Untuk mengetahui Peyebaran morfin
5. Untuk mengetahui pemakaian morfin
6. Untuk mengetahui dampak negarif dari morfin
7. Untuk mengetahui cara identifikasi morfin
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN MORFIN


1. Pengertian dan Asal-usul Morfin
Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama
yang ditemukan pada opium. Umumnya opium mengandung 10% morfin. Kata “morfin”
berasal dari morpheus, dewa mimpi dalam mitologi yunani. Morfin adalah hasil olahan dari
opium/candu mentah. Morfin merupakan alkaloida utama dari opium (C17H19NO3). Morfin
rasanya pahit, berebntuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna.
Pemakainnya dengan cara dihisap dan disintukan. Adapun gambar morfin bentuk tepung
yaitu sebagai berikut.

Gambar 1. Pemakaian morfin dengan cara disuntikan


Opium berasal dari getah putih yang keluar dari kelopak mentah bunga Papaver
somniferum atau biasa disebut tanaman poppy. Tanaman ini tumbuh subur disekitar dataran
Amerika Utara, Eropa, Asia, dan Australia. Banyak sekali spesies tanaman dari golongan
papaveraceae, tapi tidak ada yang sebanding dengan Papaver somniferum. Kelopak bunga
poppy ini kemudian banyak digunakan sebagai obat selama berabad-abad sebagai penghilang
rasa sakit, pelemas otot yang kejang, diare, hingga keracunan.
Opium dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Opium berasal dari kata "opion" yang
berarti sari atau getah tanaman poppy. Tanaman poppy yang siap untuk dijadikan opium
terlihat pada kulit kelopak bunganya yang matang dengan bilah daun yang meruncing.
Kelopak itu kemudian diiris untuk mengeluarkan getah putih yang kemudian dikeringkan
menjadi resin berwarna kecokelatan yang agak lengket.
Gambar 2. Tumbuhan Papaver Somniferum.
Opium yang dihasilkan memiliki beberapa warna mulai dari kuning hingga hitam
kecokelatan serta memiliki bau khas dengan rasa agak pahit. Opium menghasilkan alkaloid
berupa morfin yang termasuk dalam kategori narkotika.
2. Struktur morfin dan sifatnya

17-metil-7,8-didehidro-4,5α-epoksimorfinan-3,6α-diol
Struktur yang tepat untuk alkaloid ini ditemukan oleh Gulland dan Robinson pada
tahun 1925. Zat tersebut adalah senyawa pentasiklik dengan atom dan cincin yang diberi
nomor dan huruf seperti dibawah ini: Morfin mempunyai lima pusat asimetrik (karbon
5,6,9,13 dan 14), tetapi hanya 16 (8 pasangan rasemik diastereoisomer) dan bukan 32 (25)
isomer yang mungkin, karena atom 10 dan 12 harus cis, jadi 1,3-diaksial, dibandingkan
terhadap cincin piperidin (D). Sterokimia relatif pada kelima pusat itu direduksi secara tepat
oleh strok pada tahun 1952. Peristilahan klasik (misalnya morfin, kodein) digantikan oleh
tatanama sistematik yang didasarkan pada inti morfinan dengan mempertahankan sistem
penomoran fenantren. Jadi morfin sekarang disebut (chemical Abstract) 17-metil-7,8-
didehidro-4,5α-epoksimorfinan-3,6α -diol: dimana α menunjukan orientasi trans terhadap
jembatan 15,16 17 yang berhubungan dengan sistem cincin ABC.
Sifat morfin yaitu khasiat analgesik morfin lebih efektif pada rasa nyeri yang terputus-
putus (interminten) dan yang batasnya tidak tegas. Dalam dosis cukup tinggi, dapat
menghilangkan kolik empedu dan uretur. Morfin menekan pusat pernafasan yang terletak
pada batang otak sehingga menyebabkan pernafasan terhambat. Kematian pada kelebihan
dosis morfin umumnya disebabkan oleh sifat menghambat pernafasan ini. Efek menekan
pernafasan ini diperkuat oleh fenotiazin, MAO-I dan imipramin. Sifat morfin lainnya ialah
dapat menimbulkan kejang abdominal, muka memerah, dan gatal terutama di sekitar hidung
yang disebabkan terlepasnya histamin dalam sirkulasi darah, dan konstipasi, karena morfin
dapat menghambat gerakan peristaltik. Melalui pengaruhnya pada hipotalamus, morfin
meningkatkan produksi antidiuretik hormon (ADH) sehingga volume air seni berkurang.
Morfin juga menghambat produksi ACTH dan hormon gonadotropin sehingga kadar 17
ketosteroid dan kadar 17-hidroksi kortikosteroid dalam urine dan plasma berkurang.
Gangguan hormonal ini menyebabkan terganggunya siklus menstruasi dan impotensi.
1. Farmakodinamik
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos.
Efek morfinpada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi.
Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar.
Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis,miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal,
konvulsi dan sekresi hormon anti diuretika (ADH). .(Latief dkk, 2001; Sarjono dkk, 1995;
Wibowo S dan Gopur A., 1995; Omorgui, 1997).
2. Farmakokinetik
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka.
Morfin juga dapatmenembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik
setelah pemberian oral jauhlebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah
pemberian parenteral dengan dosis yangsama. Morfin dapat melewati sawar uri dan
mempengaruhi janin. Ekskresi morfin terutama melaluiginjal. Sebagian kecil morfin bebas
ditemukan dalam tinja dan keringat.
2.2 NARKOTIKA GOLONGAN 1
Morfin termasuk pada narkotika golongan 1. Yaitu golongan opiates (opium).
Narkotika golongan satu hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan
2.3 SINTESIS MORFIN
Sintesis total morfin pertama kali dipaparkan oleh Gates dan Tsehudi (1952-1956) dan
oleh Elad dan Ginsburg (1954). Hal ini menegaskan hipotesis Robinson-Stork. Beberapa
sintesis lain yang baik menyusul tetapi tak satu pun sintesis total dapat bersaing secara
dagang dengan hasil sumber alami. Pembuktian langsung tentang stereokimia relatif pada
karbon 5,6,9 dan 13 diberikan oleh Rapoport (1950-1953) perincian terakhir, C (14),
diberikan pada tahun 1955 melalui telaah difraksi sinar-X Kristal tunggal tentang garam
morfin yang dilaporkan oleh MacKay dan Hodgkin. Telaah ini memberikan juga gambar
konformasi lengkap pertama untuk molekul morfin. Konfigurasi absolut ditetapkan pada
tahun yang sama oleh Kalvoda dan rekan-rekannya melalui penguraian tebain secara kimia
menjadi senyawa menjadi senyawa yang lebih sederhana yang konfigurasi absolutnya
diketahui. Konfigurasi absolut untuk (-)-morfin yang terdapat di alam adalah seperti yang
diperlihatkan. Citra cerminnya, (+)-morfin, tidak mempunyai aktivitas analgesic. Morfin dan
semua senyawa sejenisnya yang aktif adalah basa organik (amin) dengan pKa yang berkisar
antara kira-kira 8,5 sampai 9,5. Jadi, pada pH fisiologis (7,4) sekitar 97 sampai 99 %
terprotonasi. Basa bebas sangat sukar larut dalam air, tetapi pada umumnya, garamnya yang
sangat baik larut dalam air. Basa yang tak terion yang ada dalam keseimbangan dengan
membentuk (ion) yang terprotonasi dianggap sebagai jenis yang menembus hambatan lipoid
darah otak. Secara luas diterima bahwa opium berinteraksi dengan reseptor dalam bentuk ion.
Cara pembuatan morfin:
1. Ekstraksi 20 gram bahan tanaman kering
2. Merefluks dengan 80% etanol.
3. Setelah dingin kemudian disaring dan residu dicuci dengan 80% etanol
4. Menguapkan filtratnya
5. Melarutkan residu yang tertinggal dengan menggunakan aquades.
6. Menyaring dan mengasamkan dengan asam klorida 1%
7. Mengendapkan alkaloid dengan menggunakan pereaksi mayer atau siklotungstat.
8. Bila hasil tes positif, maka dilakukan dengan cara laruan yang besifat asam dibasakan.
9. Mengestrak alkaloid dalam larutan asam.
2.4 PENYEBARAN MORFIN
Dalam perkembanganya, pada tahun 1805, seorang dokter berkebangsaan jerman
bernama Friedrich Wilhelm menemukan senyawa opium amoniak yang kemudian diberi
nama morfin dimana morphine sendiri diambil dari nama dewa Yunani yaitu Morphius yang
berarti dewa mimpi. Morfin diperkenalkan sebagai pengganti dari opium yang merupakan
candu mentah. Di india dan persia, candu di perkenalkan oleh Alexander The Great pada 330
SM, dimana pada waktu itu candu digunakan sebagai tambahan bumbu pada masakan.
Awal abad 19 opium di bawa ke daratan china (tiongkok) oleh para pedagang Inggris.
Opium digunakan sebagai obat dan diperdagangkan. Saat kekaisaran ming-cing, china
menghentikan perniagaan dengan bangsa barat karena menganggap telah sanggup memenuhi
keperluan rakyat tanpa bergantung kepada barat. Kondisi ini sangat menyulitkan Inggris,
karena inggris butuh barang-barang tiongkok seperti sutera, rempah dan teh, melalui
perundingan akhirnya kekaisaran china menginjinkan inggris berdagang dhanya di wilayah
Guangzou, rupanya inggris menyalahgunkan kesepakatan ini dengan memsukan opium ke
Goangzou. Mereka ingin menjalankan perdagangan baru yaitu menjual opium tau candu.
Mengetahui semakin banyaknya pecandu Goangzou. Pada tahun 1839, masa pemerintahan
kaisar Tao Kwang, kaisar memusnahkan candu ilegal di Guangzou.
Pada tahun 1906, amerika membuat undang-undang makanan dan obat yang meminta
pihak farmasi memberi label secara jelas mengenai komposisi kandungan opium dalam
produknya. Namun peraturan tersebut belum berhasil, peredaran opium masih dijual secara
bebas dan semakin tidak terkontrol. Hal tersebut memicu semakin meningkatnya jumlah
pecandu, terutama di kalangan tentara.
Peredaran opium selama abad 19 semakin pesat di amerika, opium selama abad 19
semakin pesat di amerika, opium mudah dijumpai dalam bentuk tonikum (zat yang digunakan
untuk mengembalikan kondisi normal jaringan atau merangsang nafsu makan).
2.5 BATAS PEMAKAIAN MORFIN
5 mg; 15 mg; 20 mg; 30 mg; 45 mg; 50 mg; 60 mg; 70 mg; 75 mg; 80 mg; 90 mg; 100
mg; 120 mg; 130 mg; 200 mg. 1 mg/mL; 2 mg/mL; 4 mg/mL; 5 mg/mL; 8 mg/mL;15
mg/mL; 20 mg/mL; 25 mg/mL; 50 mg/Ml.
Dosis awal: 5 mg injeksi epidural; setelah 1 jam berikan dosis tambahan 1-2 mg
sampai dosis total 10 mg/ 24 jam jika nyeri belum juga reda. Beberapa pasien dapat diberikan
dosis maksimum hingga 20-30 mg per hari.
2.6 DAMPAK MORFIN
a) Gejala fisik yang timbul akibat penggunaan morfin:
1. Pupil mata menyempit
2. Denyut urat nadi makin lambat
3. Tekanan darah menurun
4. Suhu badan menurun
5. Otot menjadi lemah.
6. Bila sudah mencapai tingkat kercunan, terjadi kejang otot
b) Dampak fisik penggunaan morfin
1. Kejang lambung.
2. Muka merah.
3. Gatal sekitar hidung.
4. Meningkatkan produksi antidiuretik.
5. Hormon sehingga produk air seni berkurang.
6. Menghambat produksi hormon.
7. Gonadotropin yang menimbulkan gangguan menstruasi serta gangguan impotensi.
8. Merasa mulut kering, seluruh badan panas, anggota badan terasa berat.
c) 1. Menimbulkan rasa gembira berlebihan.
2. Dampak anti depresan
3. Merasa rilex
4. Mengantuk , tertidur dan mimpi indah
5. Menjelang tertidur, kesadaran menjadi kabur
6. Menimbulkan gangguan konsentrasi pikiran, sulit berpikir apatis/tidak acuh
2.7 CARA IDENRIFIKASI MORFIN
Identifikasi morfin bisa dilakukan dengan cara penentuan kuantitatif morfin dalam
urin secara spektrofotodensitometri yaitu :
1. Larutan baku morfin 5 g/mL .
2. Dilarutkan dalam metanol.
3. Kemudian ditotolkan dengan linomat berkisar dari 4–24 L pada pelat Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) Spektrofoto-densitometri. Larutan tersebut ditotolkan secara seri
sehingga diperoleh jumlah morfin sebanyak 20, 40, 60, 80, 100, 120, dan 140 ng.

Proses Analisis Morfin dengan metode Gc-Ms yaiu:

1. Morfin (100 ug m%) disiapkan dalam 10 ml labu 3 volumetrik dengan urine.


2. Menambahkan tetes demi tetes sampai pH8.
3. Kemudian menambahkan larutan boraks.
4. Menambahkan 2ml pelarut ekstraksi (etil asetat) organik dipindahkan ke dalam
kaca tabung.
5. Kemudian dikeringkan
6. Residu kering dilarutkan dalam 10m % anhidrid propionat dan 10 piridin.
7. Setelah kering disuntika ke GC-Ms
DAFTAR PUSTAKA

Budavari, Susan. The Merck Index, 12th edition. Merck. 1996

Clark E.C.G. : Isolation and Identification of Drug, General Medical Counsil, London, 1969.

Drs. Y.P. Jokosuyuno, 1980, Masalah Narkotika dan Bahan Sejenisnya, Penerbitan Yayasan
Kanisius.
James Scorzelli, 1987, Drug Abuse- Preventions and Rehabilitations In Malaysia, Universiti
Kebangsaan Malaysia.
LeCouteur P. and Burreson J. Napoleon’s Buttons: How 17 Molecules Changed History.
Penguin Putnam. 2003

Sudjono D, 1977, Narkotika dan Remaja, Penerbitan Alumni Bandung


LAMPIRAN

1. Bagaimana struktur dari morfin dan cara mensintesisnya?

Jawab :

17-metil-7,8-didehidro-4,5α-epoksimorfinan-3,6α-diol
Struktur yang tepat untuk alkaloid ini ditemukan oleh Gulland dan Robinson pada tahun
1925. Zat tersebut adalah senyawa pentasiklik dengan atom dan cincin yang diberi nomor dan
huruf seperti dibawah ini: morfin mempunyai lima pusat asimetrik (karbon 5,6,9,13 dan 14),
tetapi hanya 16 (8 pasangan rasemik diastereoisomer) dan bukan 32 (25) isomer yang
mungkin, karena atom 10 dan 12 harus cis, jadi 1,3-diaksial, dibandingkan terhadap cincin
piperidin (D).

Cara pembuatan morfin:

1. Ekstraksi 20 gram bahan tanaman kering


2. Merefluks dengan 80% etanol.
3. Setelah dingin kemudian disaring dan residu dicuci dengan 80% etanol.
4. Menguapkan filtratnya.
5. Melarutkan residu yang tertinggal dengan menggunakan aquades.
6. Menyaring dan mengasamkan dengan asam klorida 1%.
7. Mengendapkan alkaloid dengan menggunakan pereaksi mayer atau siklotungstat.
8. Bila hasil tes positif, maka dilakukan dengan cara laruan yang besifat asam dibasakan.
9. Mengestrak alkaloid dalam larutan asam.
2. Bagaimana cara mensistesis Morfin dari gula?

Jawab :
Gula + Enzim

3. Bagaimana penggunaan morfin pada dunia medis?

Jawab :

Morfin, terutama digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri yang hebat yang tidak
dapat diobati dengan analgetik non narkotika. Apabila rasa nyeri makin hebat maka dosis
yang digunakan juga makin tinggi. Semua analgetik narkotika dapat menimbulkan adiksi
(ketagihan). Morfin juga digunakan untuk mengurangi rasa tegang pada penderita yang akan
dioperasi.

You might also like