Professional Documents
Culture Documents
Etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian normatif tentang apakah
perilaku ini benar atau yang memang sudah seharusnya dilakukan. Praktik bisnis merupakan
aktivitas utama masyarakat yang wajib didukung oleh perilaku baik. Oleh karena itu, perilaku etika
diperlukan untuk mencapai kesuksekan jangka panjang di dalam mengelola sebuah bisnis. Etika
bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya
dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan
dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan. Adapun prinsip-
prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut:
a. Prinsip otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas
keputusan yang diambil.
b. Prinsip kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran
karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (misal kejujuran dalam
pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan
lain-lain).
c. Prinsip keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai
dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
d. Prinsip saling menguntungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan,
demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
e. Prinsip integritas moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku
bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar
tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik
4. KASUS ENRON
Enron adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika
Serikat. Perusahaan ini didirikan pada 1930 sebagai Northern Natural Gas Company, sebuah
konsorsium dari Northern American Power and Light Company, Lone Star Gas Company, dan
United Lights and Railways Corporation. Kepemilikan konsorsium ini secara bertahap dibubarkan
antara 1941 hingga 1947 melalui penawaran saham kepada publik. Pada 1979, Northern Natural
Gas mengorganisir dirinya sebagai perusahaan induk, Internorth, yang menggantikan Northern
Natural Gas di New York Stock Exchange. Enron sebelum tahun 2001 mempekerjakan sekitar
21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang
listrik, gas alam, bubur kertas dan kertas, serta komunikasi.
Enron menyalahgunakan kekuatan ekonomi dan hubungan pribadi pada Arthur Andersen
untuk mencapai “pendekatan agresif dalam akuntansinya”. Tim Audit Andersen yang dipimpin
David Duncan kelihatannya mengakomodasi keagresifan Enron. Ketika ada akuntan Andersen
yang bereaksi secara tidak simpatik terhadap upaya Enron untuk memaksimalkan laba atau untuk
memanipulasinaturan akuntansi, besar kemungkinannya dia digeser dari penugasannya di Enron
yang prestisius.
Sejak tahun 1998 Enron mulai mengeluh terhadap keputusan-keputuwsan yang
dibuat Professional Standards Group (PSG). Sebenarnya PSG adalah suatu lembaga kunci di
Andersen yang mempunyai wewenang tertinggi menetapkan hal-hal yang berkenaan dengan
kebijakan akuntansi, atau masalah-masalah yang mungkin timbul mengenai kebijakan akuntansi.
Pada 2 Desember 2001, Enron mengajukan permohonan perlindungan Chapter 11 akibat
kebangkrutan yang melanda perusahaan tersebut. Kebangkrutan ini disebabkan kegagalan pada
proses bisnis dan manajemen (Eiteman, dkk, 2007). Juga akibat adanya penipuan akuntansi yang
sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif.
Jeffrey Skilling menjelaskan kebangkrutan Enron disebabkan terganggunya proses bisnis
akibat credit rating perusahaan menurun pada November 2001. Hal ini dikarenakan sebagai
perusahaan trading, membutuhkan rating nilai investasi untuk melakukan perdagangan dengan
perusahaan lain. Tidak ada nilai yang baik, maka tidak akan ada perdagangan (Eiteman, dkk,
2007).
Terjadinya penurunan nilai rating investasi perusahaan disebabkan hutangnya yang terlalu
besar, yang sebelumnya tidak tercatat dalam neraca (off balance sheet) kemudian diklasifikasikan
ulang sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet). Hutangnya tidak hanya sebesar $13 juta
tetapi bertambah hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang dilakukan karena terdapat
banyak special purpose entity (SPEs) dan kerjasama yang tidak tercatat dalam neraca yang
memiliki banyak hutang. Sehingga terjadi ketidakcocokan saat dilakukan konsolidasi ulang yang
kemudian menyebabkan nilai ekuitas perusahaan jatuh (Eiteman, dkk, 2007).
Meningkatnya defisit dalam arus kas perusahaan menyebabkan timbulnya masalah
manajemen keuangan yang mendasar pada Enron. Pertumbuhan perusahaan membutuhkan adanya
modal eksternal. Tambahan modal dapat diperoleh dari hutang baru dan ekuitas baru. Ken Lay dan
Jeff Skilling, enggan untuk menerbitkan jumlah besar dari ekuitas baru. Karena akan mendilusi
laba dan jumlah saham yang dipegang oleh pemegang saham. Pilihan menggunakan utang juga
terbatas, dengan tingkat utang yang tinggi menyebabkan rating Enron hanya sebesar BBB, tingkat
rating yang rendah oleh lembaga pemberi rating (Eiteman, dkk, 2007).
Andrew Fastow bersama dengan asistennya membuat SPEs, alat yang digunakan dalam jasa
keuangan. SPEs memiliki dua tujuan penting, pertama; menjual aset-aset yang bermasalah ke
rekanan. Enron menghilangkan aset tersebut dari neraca, mengurangi tekanan akibat utang dan
menyembunyikan kinerja buruk investasi. Hal ini dapat mendatangkan dana tambahan untuk
membiayai kesempatan investasi baru. Kedua; memperoleh pendapatan untuk memenuhi laba
yang disyaratkan oleh Wall Street.
SPEs dibiayai dari tiga sumber; (1) ekuitas dalam bentuk saham treasury, (2) ekuitas dalam
bentuk minimum 3% dari aset yang berasal dari pihak ketiga yang tidak berhubungan, (3) jumlah
yang besar dari utang bank. Modal ini berada pada sisi kanan neraca SPEs, akan tetapi pada sisi
kiri modal digunakan untuk membeli aset dari Enron. Hal ini menyebabkan harga saham SPEs
berkaitan dengan harga saham Enron. Saat saham SPEs naik, maka saham Enron ter-apresiasi.
Sedangkan saat harga saham SPEs turun, maka harga saham Enron ter-depresiasi (Eiteman, dkk,
2007).
Menurunnya harga saham Enron hingga $47 per lembar saham pada bulan Juli 2001,
menyebabkan investor curiga. Hal ini menyebabkan Sherron Watkins, wakil presiden Enron
mencoba memperingatkan Kenneth Lay dengan membawa 6 lembar surat yang menjelaskan
proses akuntan yang tidak wajar sehubungan dengan SPEs dan memperingatkan akan kecurangan
proses akuntan. Akan tetapi peringatan Sherron Watkins tidak dihiraukan oleh Ken Lay, sehingga
terjadilah tsunami di Enron. Harga sahamnya jatuh hingga tersisa $1 per lembar saham yang
menyebabkan Enron bangkrut. Pada Bulan Februari 2002, Sherron Watkins dipanggil oleh DPR
untuk menjelaskan skandal Enron, tentang aktivitas akuntansi perusahaan.