You are on page 1of 20

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/305548975

Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) di


Pulau Madura

Working Paper · April 2013


DOI: 10.13140/RG.2.1.4545.9442

CITATIONS READS

0 941

1 author:

Idung Risdiyanto
Bogor Agricultural University
41 PUBLICATIONS 17 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

High Conservation Values Assessment and Management Plan of Environmental Services View project

The Dynamics of Surface Boundary Layer above Oil Palm Plantation View project

All content following this page was uploaded by Idung Risdiyanto on 23 July 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS)
di Pulau Madura
Oleh :
Idung Risdiyanto
idungris@ipb.ac.id

Pemahaman terhadap kondisi dan sistem hidrologi di wilayah ini akan dijelaskan dalam
konteks ekosistem daerah aliran sungai (DAS). Karakteristik spesifik DAS yang berkaitan
dengan unsur-unsur seperti jenis tanah, tata guna lahan dan penutupan lahan, topografi,
kemiringan dan panjang lereng memberikan respon terhadap curah hujan yang jatuh di
wilayah tersebut . Karakteristik tersebut akan mempengaruhi nilai (kualitas dan kuantitas)
dari peubah-peubah evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, air larian (run of), air permukaan,
kandungan air tanah dan sungai. Beberapa unsur yang memberikan pengaruh tersebut
diatas, beberapa diantaranya dapat di rekayasa atau dapat dirubah sifat alaminya terkait
dengan pemanfaatan di wilayah tersebut .

Daerah Aliran Sungai merupakan suatu ekosistem hidrologi yang tersusun oleh masukan,
proses dan luaran. Proses yang terjadi di dalam DAS akan mengalih ragamkam masukan yang
berupa hujan menjadi luaran yang berupa hasil air baik kualitas maupun kuantitas dan
sedimen. Apabila proses yang terjadi dalam DAS masih berjalan dengan baik maka akan
dicirikan oleh distribusi aliran permukaan pada outlet DAS terhadap waktu mempunyai
perbedaan yang relatif tidak besar dan kualitas`air juga masih baik. Selain itu sedimen yang
dihasilkan baik yang berupa sedimen yang melayang maupun yang ada di dasar sungai juga
relatif kecil.

Sebagai suatu sistem, maka sistem hidrologi dalam konteks daerah aliran sungai dapat
disederhanakan sebagai suatu model yang terdiri dari input-proses-output. Sebagai input
adalah curah hujan, yang kemudian masuk dalam suatu mekanisme proses yang dipengaruhi
oleh jenis tanah, vegetasi dan aliran sungai dimana didalamnya dapat diintervensi atau di
rekayasa oleh manusia, sedangkan sebagai output adalah debit aliran dan muatan sedimen.
Beberapa unsur yang terdapat dalam sistem telah dijelaskan di bagian sebelumnya, namun
hanya terbatas dalam konteks wilayah studi AMDAL yang arealnya tidak mencakup
keseluruhan wilayah DAS. Oleh karena itu, dalam bagian ini beberapa unsur tersebut diatas
akan dijelaskan dalam konteks DAS

Penjelasan kondisi hidrologi Pulau Madura akan dijelaskan menurut karakteristik DAS, aliran
permukaan dan infiltrasi dan neraca air. Karakteristik DAS menjelaskan mengenai kondisi
Biofisik, Sosial Ekonomi dan integrasi kegiatan antar sektor yang terdapat di dalam DAS
tersebut. Pada bagian ini, penjelasan tentang karakteristik DAS di pulau Madura lebih
ditekankan pada aspek biofisik.

1. Luas, Batas Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Kerapatan Drainase

Menurut Ditjen SDA (Departemen Pekerjaan Umum), daerah aliran sungai yang ada di pulau
Madura dikelompokkan menjadi satu satuan wilayah sungai (SWS) yaitu SWS Pulau Madura.
Dalam SWS ini, terdiri dari 10 daerah aliran sungai (DAS). Sedangkan menurut BPDAS

1
Pakelan-Sampean (Departemen Kehutahan), pulau Madura dibagi menjadi 10 DAS yang
mempunyai batas-batas yang berbeda dengan pembagian satuan menurut SWS Kepulauan
Madura (Dept. PU). Pembagian DAS menurut Departemen PU dan Departemen Kehutanan
tersebut tidak hanya berdasarkan pada pembagian batas DAS menurut daerah tangkapan air
yang dapat dibatasi berdasarkan kondisi topografinya, melainkan lebih mencerminkan
kepentingan administrasi pengelolaan DAS tersebut, sehingga pada keduanya didapatkan
beberapa DAS digabungkan menjadi satu DAS. Gambar 1 menunjukkan lokasi dan posisi DAS
di pulau Madura menurut Departemen PU dan Kehutanan.

Gambar 1. Peta DAS di SWS Madura (Ditjen SDA – Dept. PU) (atas) dan Peta DAS di pulau
Madura (BPDAS Pakelan-Sampean. Dept. Kehutanan) (bawah)

Terkait dengan perbedaan batas DAS antara Departemen PU dan Kehutanan, maka untuk
mempemudah pembahasan dan penjelasan tentang DAS di pulau Madura kedua peta
tersebut digabungkan. Untuk penamaan DAS akan disesuaikan dengan nama dari
Departemen PU maupun Kehutanan serta nama sungai induknya (ordo 1). Hasil
penggabungan kedua peta tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Selain itu juga dilakukan
pengelompokkan DAS menurut posisi wilayah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Berdasarkan pada kondisi topogafi dan fisiografi pulau Madura, dapat diketahui bahwa
semua aliran sungai yang ada di pulau ini mempunyai hulu di pegunungan bagian tengah
yang menjulur dari Barat-Timur.

2
Tabel 1. Nama DAS, luas dan lokasi

No. Luas Luas Total


Nama DAS (PU/Dephut) Kabupaten
Wilayah (ha) (%) (ha)
1 Tambengan Bangkalan 19541.0 100.0 19541.0
2 Bangkalan/Banjir Kanal Bangkalan 55477.1 100.0 55477.1
Bangkalan 19730.5 94.1
3 Budur-Ambunten/Tambengan 20972.1
Sampang 1241.6 5.9
Bangkalan 24860.8 75.7
4 Blega 32823.2
Sampang 7962.4 24.3
Bangkalan 39.6 0.1
5 Budur-Ambunten/Nedung Pamekasan 192.7 0.5 36268.0
Sampang 36035.7 99.4
Bangkalan 10210.3 26.0
6 Majangan-Pandena/Blega 39223.4
Sampang 29013.1 74.0
Pamekasan 57.5 0.2
7 Bediyan/Kemuning 38219.9
Sampang 38162.4 99.8
Pamekasan 15137.7 95.7
8 Budur-Ambunten/Tamberu 15819.4
Sampang 681.7 4.3
Pamekasan 30281.6 95.2
9 Tarokan-Bungbunder/Samajid 31796.2
Sampang 1514.6 4.8
10 Bulay/Samajid Pamekasan 9020.6 100.0 9020.6
Pamekasan 3870.5 9.2
11 Saroka/Marengan/Patean 42056.3
Sumenep 38185.8 90.8
12 Marengan/Patean Sumenep 7003.6 100.0 7003.6
13 Budur-Ambunten/Patean Sumenep 18309.4 100.0 18309.4
Pamekasan 11580.5 22.0
14 Budur-Ambunten/Sobuko 52744.8
Sumenep 41164.3 78.0
Pamekasan 3819.9 26.2
15 Bulay/Saroka 14603.0
Sumenep 10783.1 73.8
Pamekasan 5842.3 43.5
16 Patemon/Samajid 13438.8
Sampang 7596.5 56.5
Luas Total 447316.7

Gambar 2. Peta DAS di pulau Madura (hasil kajian ini)

Jaringan Aliran dan Debit Sungai

Secara keseluruhan sungai-sungai yang berada di pulau Madura dapat dikelompokkan


menjadi 3 golongan, yaitu :

• Sungai Perenial yaitu sungai yang mengalir sepanjang tahun.


• Sungai Intermitten yaitu sungai yang mengalir selama musim hujan hal ini karena
muka air tanah berada di bawah dasar sungai selama musim kering

3
• Sungai Ephemeral yaitu sungai yang mengalir saat ada hujan hal ini karena muka air
tanah selalu berada di bawah dasar sungai. Sungai jenis ini banyak ditemui di daerah
kapur, seperti di sebagian wilayah Timur Pulau Madura

Panjang sungai tahunan (perenial) untuk seluruh pulau Madura adalah 2728.7 km,
sedangkan untuk sungai musiman (intermiten dan ephemeral) adalah 3937.5 km. Sungai-
sungai musimam pada umumnya terletak di bagian hulu yang merupakan daerah
pegunungan dengan tinggi muka air tanah berada di bawah dasar sungai. Berdasarkan
panjang sungai tersebut maka kerapatan drainase untuk seluruh madura adalah 1.5 km/km2
yang terdiri dari 0.6 km/km2 untuk sungai perenial dan 0.9 km/km2 untuk sungai musiman
(intermiten/ephemerel). Beberapa sungai utama seperti sungai Tambangan, Blega, Saroka,
bangkalan, Kemuning dan Majangan/Pandena mempunyai aliran sungai tahunan yang lebih
panjang dibandingkan sungai musimannyanya.

Tabel 2. Nama DAS , luas, panjang sungai dan kerapatan jaringan

Kerapatan jaringan sungai


Panjang Sungai (km)
No. Luas (km/km2)
Nama DAS
Wilayah (km2) Intermiten/E Intermiten/E
Perenial Perenial Total
phemeral phemeral
1 Tambengan 195.4 123 156 0.6 0.8 1.4
Bangkalan/Banjir Kanal 554.8 324 277 0.6 0.5 1.1
- Bangkalan/Banjir Kanal 301.3 227 149 0.8 0.5 1.2
2
- Bangkalan/Tambengan 27.4 19 11 0.7 0.4 1.1
- Banjir Kanal 226.1 79 117 0.3 0.5 0.9
3 Budur-Ambunten/Tambengan 209.7 110 144 0.5 0.7 1.2
4 Blega 328.2 307 301 0.9 0.9 1.9
5 Budur-Ambunten/Nedung 362.7 101 401 0.3 1.1 1.4
6 Majangan-Pandena/Blega 392.2 456 256 1.2 0.7 1.8
7 Bediyan/Kemuning 382.2 133 658 0.3 1.7 2.1
8 Budur-Ambunten/Tamberu 158.2 98 165 0.6 1.0 1.7
9 Tarokan-Bungbunder/Samajid 318.0 217 372 0.7 1.2 1.9
10 Bulay/Samajid 90.2 157 19 1.7 0.2 2.0
Saroka/Marengan/Patean 420.6 301 305 0.7 0.7 1.4
11 - Marengan/Saroka 108.0 124 95 1.1 0.9 2.0
- Saroka 312.6 177 210 0.6 0.7 1.2
12 Marengan/Patean 70.0 34 33 0.5 0.5 1.0
13 Budur-Ambunten/Patean 183.3 89 170 0.5 0.9 1.4
14 Budur-Ambunten/Sobuko 527.4 146 522 0.3 1.0 1.3
15 Bulay/Saroka 146.0 82 116 0.6 0.8 1.4
16 Patemon/Samajid 134.4 66 80 0.5 0.6 1.1
Total 4461.7 2728.7 3937.5 0.6 0.9 1.5
(Sumber data : Peta SWS-DAS Dept. PU, Peta BPDAS - Dept. Kehutanan, Aster DEM 30m )

Berdasarkan pada kondisi jenis tanah, geologi dan kerapatan jaringan drainase yang
menunjukkan bahwa pada saat musim hujan untuk wilayah-wilayah di bagain Barat
mempunyai limpasan permukaan yang besar sedangkan di bagian Timur terjadi limpasan
bawah permukaan yang disebabkan tanah kapur yang leboh poros. Hal ini menyebabkan
lahan-lahan di wilayah ini mempunyai kemampuan menyimpan air tanah tersedia yang
rendah dan potensi kekeringan yang tinggi.

Pengukuran debit aliran sungai secara kontinyu hanya dilakukan di beberapa sungai utama
seperti sungai Blega (Kab. Bangkalan), S. Kemuning (Kab. Pamekasan), S. Ambunten (Kab.
Sumenep) dan K. Nipah (Kab. Sampang). Pengukuran debit sungai tersebut dilakukan oleh
instansi terkait seperti Dinas Pengairan (PU) dan BPDAS (Dep. Kehutanan) sesuai dengan

4
tupoksi dari masing-masing instansi. Tabel 3 menunjukkan ringkasan pengkuran debit
sungai di kepulauan Madura.

Tabel 3. Ringkasan pengukuran debit beberapa sungai di Pulau Madura

Debit (m3/dt)
Nama Sungai Induk Sungai Lokasi Tahun data Sumberdata
Min Max
Desa Telok, Kec. Blega, Kab.
Qmin (Jan, 2000), WRDC - Ditjen
Blega Pandean Bangkalan (07 05 54 LS / 113 0.00 68.10
00 26 BT)
Qmax (Jan, 2000) SDA - PU

Desa Pengilen, Kec. Qmin (27 Agt,


WRDC - Ditjen
Kemuning Sampang Sampang, Kab. Pamekasan 0.22 185.00 1992), Qmax (11
(07 07 14 LS / 113 14 34 BT)
SDA - PU
Maret, 1972)
Desa Tambakung, Kec. Qmin (7 Nov,
WRDC - Ditjen
Ambunten Klampok Ambunten, Kab. Sumenep (6 0.03 15.40 1992), Q max (13
54 26 LS / 113 44 32 BT)
SDA - PU
Des, 1992)

Desa Tebanah, Kec. Qmin (Jan dan


WRDC - Ditjen
Nipah-Tebanah Nipah Sampang, Kab. Sampang (8 0.00 178.00 Okt, 2000), Qmax
54 18 LS / 113 16 51 BT)
SDA - PU
(Feb, 2000)

Dari pengukuran debit empat sungai tersebut diatas (Tabel 3) diketahui bahwa nilai
koefisien regim sungai (KRS) atau rasio antara debit maksimum dan minimum menunjukkan
nilai lebih dari 120 atau dalam kondisi yang buruk. Hal ini berarti kisaran nilai limpasan
permukaan pada musim penghujan sangat besar dan pada saat musim kemarau alirannya
sangat kecil. Secara tidak langsung kondisi ini menunjukkan daya resap lahan di DAS
tersebut kurang mampu menahan dan menyimpan air hujan yang jatuh, sehingga
ketersediaan air pada saat kemarau menjadi sedikit.

Tabel 4. Pengukuran debit rata-rata bulanan tahun 2007 di beberapa sungai Pulau Madura
Induk Lokasi Debit rata-rata bulanan (m3/detik)
Pos Duga Air
Sungai Desa, Kec, Kab 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rerata
K.Blega Blega Telok, Blega, 0.16 0.18 0.18 0.22 0.16 0.18 0.16 0.15 0.14 0.14 0.17 0.22 0.17
Tebanah, Sampang,
K.Nipah Nipah 1.31 1.73 2.89 3.13 1.35 1.70 1.20 1.40 1.17 1.22 3.45 6.98 2.30
Sampang
Pangilen, Sampang,
K.Kemuning Sampang 0.20 0.23 0.41 0.40 0.26 0.15 0.12 0.08 0.09 0.10 0.24 0.24 0.21
Sampang
Polagan, Sampang,
K.Sampang 1.19 1.44 1.66 1.66 1.58 1.54 1.40 1.26 1.09 1.02 2.23 1.89 1.50
Sampang
Banjar, Kedundung,
K.Klampis Klampis 0.51 0.93 0.87 1.00 1.11 1.31 1.13 0.76 0.36 0.15 0.98 1.27 0.87
Sampang
Kacok, Propo,
K.Samiran Sela 0.18 0.29 0.32 0.23 0.08 0.07 0.07 0.06 0.14 0.17 0.10 0.32 0.17
Pamekasan
Sumedangan,
K.Semajid Semajid Pamekasan, 0.42 1.03 1.14 1.06 0.24 0.13 0.04 0.04 0.04 0.09 0.29 1.33 0.49
Pamekasan
Madelan, Lenteng,
K.Sarokah Sarokah 0.61 0.21 0.49 1.61 0.10 0.08 0.08 0.10 0.06 0.40 0.65 1.19 0.47
Sumenep
Tambak Agung,
K.Klampok Klampok 0.18 0.21 0.53 0.56 0.30 0.25 0.17 0.10 0.16 0.24 0.18 0.53 0.28
Ambunten, Sumenep

(sumber data : Dinas Pengairan Prop. Jawa Timur)

Selain dari nilai KRS, kondisi DAS di pulau Madura dapat juga dinilai dari koefisien variasi (cv)
debit rata-rata bulanan. Semakin kecil nilai cv menunjukkan variasi debit rata-rata bulanan
tidak banyak mengalami perubahan dan sebaliknya. Berdasarkan pada Tabel 4, diketahui
bahwa pada tahun 2007 hanya terdapat dua sungai yang mempunyai nilai cv debit rata-rata
bulanan dalam kategori sedang (nilai cv 0.1-0.3), yaitu sungai Blega dan K.Sampang. Hal ini

5
berarti di kedua sungai tersebut, aliran sungai cenderung stabil sepanjang tahun jika
dibandingkan sungai-sungai yang lain yang mempunyai nilai cv lebih dari 0.3. Selain
masukan air dan jenis tanah, pola penggunaan lahan di wilayah ini juga mempungaruhi
kestabilan aliran sungai ini.

2. Limpasan Permukaan, Erosi dan Sedimentasi

Limpasan permukaan, erosi dan sedimentasi merupakan parameter yang sering digunakan
untuk menilai kualitas suatu DAS. Parameter-parameter adalah sebuah sintesa dari hasil
pengelolaan DAS dari aspek biofisik maupun sosial ekonomi. Oleh karena itu, dalam
kegiatan penyusunan baseline lingkungan, maka perlu disajikan kondisi parameter tersebut
untuk masing-masing DAS sehingga dapat diketahui kondisi awalnya sebelum terdapat suatu
kegiatan atau pengelolaan yang dapat mempengaruhi kondisi DAS.

Limpasan Permukaan

Limpasan permukaan atau air larian merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir
diatas permukaan tanah menuju ke sungai, danau, lautan atau badan air lainnya. Besaran
limpasan permukaan ditentukan oleh faktor curah hujan dan karakteristik biofisik DAS yang
terdiri dari bentuk dan ukuran DAS, topografi, geologi, tanah dan kondisi tata guna lahan.

Dalam kajian ini, pendekatan yang digunakan untuk menduga nilai limpasan permukaan
adalah dengan menggunakan nilai bilangan kurva aliran permukaan yang diturunkan dari
sifat kelompok hidrologi tanah (SHG – Soil Hydrologi Group) dan jenis tutupan lahan
diatasnya. Semakin besar nilai CN, maka potensi jumlah curah hujan yang menjadi limpasan
permukaan juga semakin besar. Berdasarkan penjelasan sifat tanah dan tutupan lahan
diatasnya maka nilai bilangan kurva aliran permukaan (CN) untuk pulau Madura berkisar
antara 36 s.d 100. Nilai CN terkecil dihasil pada tanah dengan SHG A dan jenis tutupan lahan
hutan tanaman, sedangkan untuk nilan CN lebih dari 90 rata-rata didapatkan pada jenis
tutupan lahan berupa sawah, lahan terbangun dan badan air. Meskipun kisaran nilai CN
yang ada di pulau Madura relatif lebar, namun sebagian besar wilayah ini mempunyai nilai
CN lebih besar dari 80 terutama di bagian Tengah dan Selatan. Untuk nilai CN kurang dari
40, sebagian besar didapatkan di bagian Utara. Oleh karena itu, DAS yang berada di bagian
Utara lebih mampu menyimpan air hujan dibandingkan dengan DAS yang ada di bagian
Selatan. Gambar 3 menunjukkan sebaran nilai CN di pulau Madura.

Pada peta sebaran nilai CN (Gambar 3) tersebut diketahui bahwa nilai CN yang besar
terdapat pada DAS-DAS yang mempunyai aliran air ke selat Madura (bagian Selatan) seperti
DAS Kemuning, Samajid, Majangan-Pandena, Blega dan Marengan/Patean. Di wilayah ini
bahkan sering terjadi bencana banjir seperti yang terjadi di hilir sungai Kemuning, Blega,
Majangan-Pandena. Selain nilai CN yang tinggi, DAS-DAS tersebut mempunyai daerah
tangkapan air yang lebih luas jika dibandingkan dengan DAS lainnya. Oleh karena itu, dalam
setiap kegiatan pemanfaatan lahan perlu memperhatikan pengelolaan tutupan lahan
diatasnya sehingga tidak memperbesar nilai CN. Gambar 4 menunjukkan besar nilai CN
untuk masing-masing DAS di pulau Madura.

6
Gambar 3. Sebaran nilai bilangan kurva aliran permukaan (CN) di pulau Madura

Tarokan-Bungbunder/Samajid

Tambengan

Saroka/Marengan/Patean

Patemon/Samajid

Marengan/Patean

Majangan-Pandena/Blega

Bulay/Saroka

Bulay/Samajid

Budur-Ambunten/Tamberu

Budur-Ambunten

Budur-Ambunten/Sobuko

Budur-Ambunten/Patean

Budur-Ambunten/Nedung

Blega

Bediyan/Kemuning

Bangkalan/Banjir Kanal

60 65 70 75 80 85 90
CN (unit less)

Gambar 4. Nilai CN untuk masing-masing DAS di P. Madura

Limpasan permukaan menurut DAS

Berdasarkan nilai sebaran CN di tiap wilayah dan peta wilayah hujan bulanan seperti yang
dijelaskan pada bagian kondisi iklim pulau Madura, maka dapat dihitung rata-rata limpasan
permukaan di wilayah P. Pulau Madura. Dalam satu tahun, besar limpasan permukaan
untuk seluruh wilayah Madura berkisar antara 206 s.d 2397 mm/tahun dari kejadian hujan
rata-rata tahunan yang berkisar antara 1320 s.d 2769 mm/tahun. Wilayah-wilayah di bagian

7
tengah seperti DAS Kemuning dan Timur seperti Marengan/Patean mempunyai nilai
limpasan permukaan yang tinggi yang disebabkan oleh curah hujan tahunan yang lebih besar
dan permeabilitas tanah dan lahan yang rendah yang disebabkan oleh jenis tanah serta
tutupan lahan yang ada. Terkait dengan sebaran limpasan permukaan ini, hal yang harus
diperhatikan adalah nilai limpasan permukaan tersebut rata-rata lebih besar di bagian hulu
dibandingkan dengan bagian hilir. Hal ini dapat dilihat hampir di seluruh DAS yang ada di
pulau Madura. Sebaran nilai limpasan permukaan ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Sebaran limpasan permukaan di pulau Madura

Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa limpasan permukaan yang terbesar terdapat di DAS
Bediyan/Kemuning, Marengan/Patean dan Saroka. Di ketiga DAS tersebut, lebih dari 80%
jumlah curah hujan dalam setahun menjadi limpasan permukaan. Fakta di lapangan juga
menunjukkan bahwa selain luas DAS yang lebih besar dibandingkan DAS yang lain, jenis
tutupan lahan dan SHG mempengaruhi jumlah limpasan tersebut.

8
Gambar 6. Limpasan permukaan (mm/tahun) dan perbandingannya dengan curah hujan
(%) di DAS pulau Madura.

Rasio limpasan permukaan dengan curah hujan dalam setahun, maka dapat dikatakan
bahwa seluruh DAS yang ada di pulau Madura dalam kondisi yang buruk, karena hampir
semuanya mempunyai rasio lebih dari 50 persen. Sebagian besar curah hujan yang jatuh di
wilayah ini akan menjadi limpasan permukaan dan terbuang ke laut dibandingkan dengan
yang dapat disimpan sebagai air tanah. Gambar 7 dan Tabel 6 menunjukkan koefisien
limpasan permukaan di DAS P. Madura. Hasil atau jumlah limpasan permukaan di hampir
seluruh DAS di pulau Madura ini akan menyebabkan kesetimbangan neraca air yang
cenderung negatif, karena nilai simpanan air dari infiltrasi curah hujan yang jatuh di
permukaan nilainya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan limpasan permukaannya.

Gambar 7. Sebaran kondisi DAS di P. Madura menurut koefisien limpasan permukaan

Tabel 6. Prosentase kondisi DAS menurut koefisien limpasan permukaan terhadap luas
DAS menurut

Luas Luas DAS menurut kondisi


No Nama DAS DAS koefisien limpasan (%)
(km2)
baik sedang jelek
1 Bangkalan/Banjir Kanal 554.8 1.7 4.4 93.1
2 Bediyan/Kemuning 382.2 0.9 0.0 99.0
3 Blega 328.2 6.7 3.0 88.0
4 Budur-Ambunten 209.7 10.0 5.8 81.0
5 Budur-Ambunten/Nedung 362.7 22.7 3.1 72.0
6 Budur-Ambunten/Patean 183.3 2.9 94.7
7 Budur-Ambunten/Sobuko 527.4 26.9 11.4 58.9
8 Budur-Ambunten/Tamberu 158.2 24.5 2.6 72.1
9 Bulay/Samajid 90.2 24.2 73.1
10 Bulay/Saroka 146.0 10.7 88.0
11 Majangan-Pandena/Blega 392.2 6.2 0.5 93.2
12 Marengan/Patean 70.0 5.3 4.3 90.3
13 Patemon/Samajid 134.4 100.0
14 Saroka/Marengan/Patean 420.6 1.1 97.6
15 Tambengan 195.4 5.6 1.0 93.0
16 Tarokan-Bungbunder/Samajid 318.0 1.5 98.4
Total 4473.4 8.1 4.1 87.8

9
Erosi lahan di tiap DAS

Selain hasil limpasan permukaan, kualitas lingkungan DAS dapat dinilai dari tingkat erosi
yang dihasilkan. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi nilai erosi DAS di pulau Madura
adalah panjang dan sudut lereng serta curah hujan dibandingkan dengan faktor lainnya
seperti yang tutupan lahan dan jenis tanah. Meskipun sebagian besar jenis tutupan lahan di
wilayah ini adalah pertanian lahan kering/ladang/tegal, namun karena diusahakan di jenis-
jenis tanah yang mempunyai erosivitas rendah dan mempunyai kecenderungan berbatu
telah menyebabkan nilai erosi menjadi rendah dan sebagian besar masuk dalam kategori
sedang. Gambar 8 menunjukkan beberapa jenis tutupan lahan, kondisi permukaan tanah
dan perbukitan di beberapa wilayah.

Gambar 8a.
Kondisi perbukitan kapur di DAS Patean
(pada bukit ini cenderung untuk tidak
terjadi erosi)

Gambar 8b.
Kondisi permukaan tanah di wilayah DAS
Saroka hulu

Gambar 8c.
Tutupan lahan hutan mahoni di hulu DAS
Tambengan

10
Gambar 8d.
Pengambilan sampel tanah untuk
mengetahui tingkat erosivitas dan
permeabilitas tanah di DAS Budur
Ambunten/Nedung

Jumlah erosi total untuk seluruh pulau Madura adalah 48,13 juta ton/tahun, sehingga
dengan asumsi nilai massa jenis tanah adalah 1200 kg/m3, maka Pulau Madura mengalami
pengurangan lapisan tanah rata-rata sedalam 0.89 cm/tahun. Sebaran nilai erosi menurut
DAS di pulau Madura menunjukkan bahwa wilayah di bagian Timur cenderung lebih tinggi
dibandingkan bagian Barat. Berdasarkan pada Tingkat Bahaya Erosi (TBE), maka secara
keseluruhan untuk pulau Madura dikategorikan sedang dengan rata-rata erosi tanah sebesar
108 ton/ha/tahun. Jika diperinci untuk masing-masing DAS, maka hanya DAS Tamberu yang
mempunyai TBE dalam kategori berat dengan rata-rata erosi sebesar 184 ton/ha/tahun.
Sedangkan untuk DAS yang lainnya sebagian besar dalam kategori sedang, meskipun untuk
DAS di bagian Timur cenderung untuk mendekatai ambang kategori TBE Berat. Tabel 7
menunjukkan kagoeri TBE untuk masing-masing DAS di Pulau Madura, sedangkan untuk
sebarannya dapat dilihat pada Gambar 9.

Tabel 7. Nilai erosi dan Tingkat Bahaya Erosi DAS di Pulau Madura

Erosi
No DAS Luas DAS (ha) Tingkat Bahaya
ton/tahun ton/ha/tahun
Erosi
1 Tambengan 19,541.0 1,975,060 101 Sedang
2 Bangkalan/Banjir Kanal 55,477.1 3,519,867 63 Sedang
3 Budur-Ambunten/Tambengan 20,972.1 1,665,171 79 Sedang
4 Blega 32,823.2 2,597,807 79 Sedang
5 Budur-Ambunten/Nedung 36,268.0 1,902,933 52 Ringan
6 Majangan-Pandena/Blega 39,223.4 4,439,315 113 Sedang
7 Bediyan/Kemuning 38,219.9 5,651,923 148 Sedang
8 Budur-Ambunten/Tamberu 15,819.4 2,907,061 184 Berat
9 Tarokan-Bungbunder/Samajid 31,796.2 5,209,916 164 Sedang
10 Bulay/Samajid 9,020.6 719,102 80 Sedang
11 Saroka/Marengan/Patean 42,056.3 5,500,002 131 Sedang
12 Marengan/Patean 7,003.6 358,692 51 Ringan
13 Budur-Ambunten/Patean 18,328.4 777,171 42 Ringan
14 Budur-Ambunten/Sobuko 52,744.8 6,796,658 129 Sedang
15 Bulay/Saroka 14,603.0 2,517,559 172 Sedang
16 Patemon/Samajid 13,438.8 1,594,222 119 Sedang
Total 447335.7 48132458 108 Sedang

11
Gambar 9. Sebaran Tingkat Bahaya Erosi di DAS Pulau Madura

Nilai TBE berdasarkan di bagian Tengah P. Madura (Barat-Timur) terdapat sekitar 38.3%
termasuk dalam kategori sedang dan hanya 15.2% dalam kategori berat dan sangat berat.
Sedangkan sisanya sekitar 46.3% dalam kategori ringan dan sangat ringan. Meskipun TBE di
dalam blok dapat dikategorikan dalam kondisi sedang, namun di wilayah ini masih
mempunyai potensi menjadi berat jika dilakukan kegiatan-kegiatan yang merubah bentuk
tutupan lahan menjadi lahan terbuka serta melakukan perubahan bentuk-bentuk
lereng/teras yang telah ada. Hal ini dapat diduga dari kondisi tutupan yang ada pada saat ini
yang sebagian besar pertanian lahan kering/ladang dan tegalan yang dikerjakan oleh
masyarakat rata-rata telah dikerjakan menurut kaidah konservasi tanah yang sesuai seperti
pembuatan teras serta penanaman rumput gajah pada saat tidak dilakukan penanaman
tanaman pokok (jagung dan padi). Kondisi tersebut sampai dengan sekarang masih dapat
menekan nilai erosi yang terjadi di wilayah ini.

Sedimentasi

Hasil erosi seperti akan tersedimentasi di alur sungai dan/atau di lahan-lahan yang
teridentifikasi menjadi daerah endapan sedimen. Berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan, rata-rata hasil erosi terbawa oleh aliran sungai dimana sungai-sungai yang
mengalir ke arah Selatan dan Barat membawa lebih banyak material hasil erosi dibandingkan
dengan bagian lainnya. Hal ini disebabkan oleh jenis tanah serta tipologi permukaan yang
relatif berbeda antara bagian Barat Selatan dan Timur Utara. Sungai-sungai seperti
Tambengan, Blega, Pandean, Kemuning dan Samajid relatif lebih keruh atau mempunyai
muatan sedimen yang lebih tinggi dibandingkan sungai-sungai yang lain. Tingkat kekeruhan
ini akan makin meningkat pada musim hujan yang menyebabkan erosi lahan. Gambar 10
menunjukkan beberapa contoh tingkat kekeruhan di beberapa aliran sungai.

12
Gambar 10a.
Aliran sungai Tambengan yang keruh oleh
material hasil erosi. Kondisi ini terjadi
setelah hujan

Gambar 10b
Aliran sungai Nedung yang relatif bersih
dari material hasil erosi (Pada saat hujan
aliran air lebih keruh)

Gambar 10c
Aliran sungai Saroka yang relatif bersih dari
material hasil erosi (Pada saat hujan aliran
air lebih keruh)

Hasil sedimen dapat dihitung berdasarkan jumlah erosi, luas dan bentuk DAS. Tiap DAS
mempunyai nilai rasio hantaran sedimen (sedimen delivery ratio-SDR) yang berbeda-beda
tergantung pada faktor luas dan bentuk DAS serta jenis tanah dan tutupan lahan diatasnya.
Nilai SDR DAS di pulau Madura berkisar antar 10.2% - 15. 4%. Berdasarkan pada nilai SDR
tersebut dan asumsi bahwa sedimen juga dihasilkan dari tebing dan dasar sungai maka rata-
rata sedimentasi yang terjadi di DAS pulau Madura pada umumnya masih kurang dari 2
mm/tahun sehingga menurut SK No.346/Menhut-V/2005 tingkat sedimentasi ini dapat
dikategorikan baik, kecuali DAS Tamberu dan Saroka yang masuk dalam kategori sedang.
Tabel 9 menunjukkan tingkat sedimentasi DAS di pulau Madura.

Faktor utama yang membuat DAS di pulau Madura mempunyai sedimentasi yang rata-rata
dikategorikan baik adalah jenis tanah yang ada di wilayah ini cenderung bersifat poros dan
mempunyai tekstur yang kasar sehingga daya angkutnya juga rendah. Selain itu permukaan

13
lahan yang cenderung berbatu terutama kapur (karts) juga menyebabkan erosi dan
sedimentasi yang rendah. Namun demikian, meskipun hampir seluruh DAS di pulau Madura
mempunyai nilai sedimentasi yang rendah tetap harus memperhatikan jenis-jenis kegiatan
yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan yang dapat merubah bentuk dan jenis tutupan
lahan diatasnya terutama pada lahan-lahan yang masih mempunyai top soil yang dalam.

Tabel 9. Jumlah dan kategori sedimentasi di DAS di pulau Madura

Erosi Sedimen
No DAS Luas DAS (ha) SDR (%)
ton/tahun ton/km2 mm/tahun Status

1 Tambengan 19,541.0 1,975,060 12.5 1,583.6 1.32 baik


2 Bangkalan/Banjir Kanal 55,477.1 3,519,867 10.2 806.9 0.67 baik
3 Budur-Ambunten/Tambengan 20,972.1 1,665,171 12.4 1,226.6 1.02 baik
4 Blega 32,823.2 2,597,807 11.3 1,117.9 0.93 baik
5 Budur-Ambunten/Nedung 36,268.0 1,902,933 11.1 726.5 0.61 baik
6 Majangan-Pandena/Blega 39,223.4 4,439,315 10.9 1,542.7 1.29 baik
7 Bediyan/Kemuning 38,219.9 5,651,923 11.0 2,026.1 1.69 baik
8 Budur-Ambunten/Tamberu 15,819.4 2,907,061 13.1 3,003.6 2.50 sedang
9 Tarokan-Bungbunder/Samajid 31,796.2 5,209,916 11.4 2,329.1 1.94 baik
10 Bulay/Samajid 9,020.6 719,102 14.6 1,457.9 1.21 baik
11 Saroka/Marengan/Patean 42,056.3 5,500,002 10.8 1,757.8 1.46 baik
12 Marengan/Patean 7,003.6 358,692 15.4 985.2 0.82 baik
13 Budur-Ambunten/Patean 18,328.4 777,171 12.7 672.9 0.56 baik
14 Budur-Ambunten/Sobuko 52,744.8 6,796,658 10.3 1,655.4 1.38 baik
15 Bulay/Saroka 14,603.0 2,517,559 13.3 2,863.3 2.39 sedang
16 Patemon/Samajid 13,438.8 1,594,222 13.5 2,003.2 1.67 baik
Total 447335.7 48132458

3. Neraca Air Das

Jumlah air di suatu luasan tertentu di suatu wilayah dipengaruhi oleh besarnya air yang
masuk ( input) dan keluar (output) pada jangka waktu tertentu. Neraca masukan dan
keluaran air di suatu tempat dikenal sebagai neraca air (water balance). Karena air bersifat
dinamis maka nilai neraca air selalu berubah dari waktu ke waktu sehingga di suatu tempat
kemungkinan bisa terjadi kelebihan air ( suplus) ataupun kekurangan (defisit). Apabila
kelebihan dan kekurangan air ini dalam keadaan ekstrim tentu dapat menimbulkan bencana,
seperti banjir ataupun kekeringan. Bencana tersebut dapat dicegah atau ditanggulangi bila
dilakukan pengelolaan yang baik terhadap lahan dan lingkungannya.

Neraca air DAS di pulau Madura diduga berdasarkan data iklim curah hujan (CH) dan
evapotranspirasi potensial (ETP) rata-rata bulanan serta data sifat fisik tanah yang terkait
dengan kemampuan tanah menahan air. Dengan keterbatasan data iklim yang ada di
wilayah, maka untuk mendapatkan nilai curah hujan wilayah di setiap DAS digunakan
pendekatan interpolasi spasial pada titik-titik pengukuran hujan yang ada di wilayah Pulau
Madura, sedangkan nilai ETP dihitung dengan metode Thorthwaite Matter yang
menggunakan data suhu rata-rata-rata wilayah.

Kondisi neraca air di suatu wilayah dapat digambarkan dengan grafik yang mebandingkan
antara nilai curah hujan bulanan, ETP dan Evapotranspirasi aktual (ETA). Suatu kondisi
wilayah disebut surplus jika nilai ETA sama dengan ETP nya dan terjadi kelebihan air curah
hujan setelah dikurangi dengan ETP nya, dan sebaliknya jika hasil pengurangan curah hujan
oleh ETP bernilai negatif dan ETA kurang dari ETP nya maka wilayah tersebut mengalami

14
kondisi defisit air. Gambar 11 menunjukkan grafik yang membandingkan nilai curah hujan,
ETP dan ETA di masing-masing DAS di pulau Madura.

Berdasarkan pada Gambar 11 dan hasil perhitungan neraca air menunjukkan bahwa di
semua DAS mengalami periode defisit air berkisar antara 4-6 bulan. DAS yang ada di bagian
Barat seperti Tambengan, Bangkalan/Banjir Kanal, Budur-Ambunten dan Blega, pada
umumnya mengalami peride defisit yang panjang dibandingkan dengan DAS di bagian Timur,
yaitu sekitar 6 bulan dan mulai pada bulan Mei s.d Oktober. Sedangkan DAS yang lainnya
rata-rata mulai mengalami defisit pada bulan Juni. Jika diakumulasikan untuk seluruh
wilayah Pulau Madura atau wilayah kajian SPE, maka periode defisit air terjadi mulai bulan
Juni s.d November. DAS yang paling pendek periode defisitnya adalah DAS Saroka yaitu
sekitar 4 bulan (Juli-Oktober).

Periode pengisian cadangan air tanah mulai terjadi pada bulan November, dimana pada saat
tersebut adalah waktu inisialisasi curah hujan lebih besar dari nilai ETP nya. Periode
pengisian tersebut akan menghasilkan kondisi surplus air yang rata-rata terjadi pada bulan
Desember, kecuali di DAS Blega, Budur-Ambunten/Patean dan Patemon/Samajid. Kondisi
surplus air ini rata-rata terjadi sampai dengan bulan April untuk DAS di wilayah Barat dan
Mei untuk DAS di bagian tengah dan Timur, meskipun pada saat itu nilai curah hujan mulai
rendah. Lebih detail tentang kondisi surplus dan defisit di tiap DAS di pulau Madura dapat
dilihat pada Tabel 10

Tabel 10. Neraca Air bulanan DAS di pulau Madura

Surplus dan Defisit Neraca Air DAS di Pulau Madura (mm)


No Nama DAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
1 Tambengan 326 112 98 26 -2 -28 -32 -102 -118 -84 0 36 231
2 Bangkalan/Banjir Kanal 301 99 104 32 -2 -31 -64 -111 -122 -85 0 22 143
3 Budur-Ambunten 326 103 98 12 -4 -30 -62 -111 -122 -72 0 27 166
4 Blega 220 103 90 26 -1 -22 -56 -107 -120 -84 0 0 47
5 Budur-Ambunten/Nedung 345 137 148 11 -3 -14 -37 -100 -117 -62 0 25 332
6 Majangan-Pandena/Blega 176 124 142 63 7 -1 -33 -92 -114 -49 0 31 253
7 Bediyan/Kemuning 243 195 190 61 11 3 -19 -82 -104 -13 0 70 554
8 Budur-Ambunten/Tamberu 301 162 198 31 20 -5 -49 -100 -117 -50 0 113 503
9 Tarokan-Bungbunder/Samajid 176 124 210 57 16 -8 -47 -100 -106 -33 0 64 353
10 Bulay/Samajid 226 149 185 41 12 -7 -48 -100 -112 -56 0 57 347
11 Saroka/Marengan/Patean 393 228 273 67 3 0 -29 -89 -113 -49 0 98 782
12 Marengan/Patean 334 226 242 59 5 -2 -33 -92 -114 -63 0 49 612
13 Budur-Ambunten/Patean 276 224 210 51 7 -4 -36 -94 -115 -78 0 0 441
14 Budur-Ambunten/Sobuko 314 170 185 63 20 -1 -39 -94 -115 -64 0 72 509
15 Bulay/Saroka 276 174 160 26 7 -6 -49 -100 -118 -79 0 49 341
16 Patemon/Samajid 187 137 198 51 20 -5 -47 -99 -103 -35 -22 0 281
Rata-rata Pulau Madura 280 150 166 44 7 -11 -42 -98 -115 -59 -1 46 366

15
Bangkalan/Banjir Kanal CH Tambengan CH CH
Budur-Ambunten
500 ETP 500 ETP 500 ETP
ETA ETA ETA
400 400 400

300 300 300


mm

mm

mm
200 200 200

100 100
100

0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
bulan bulan
bulan

CH Budur-Ambunten/Nedung CH CH
Blega Majangan-Pandena/Blega
400 ETP 500 ETP 400 ETP
ETA ETA ETA
400
300 300
300

mm
mm

mm
200 200
200

100 100 100

0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
bulan bulan
bulan

16
Bediyan/Kemuning CH Budur-Ambunten/Tamberu CH CH
Tarokan-Bunbunder/Samajid
400 ETP 500 ETP 400 ETP
ETA ETA ETA
400
300 300
300
mm

mm

mm
200 200
200

100
100 100

0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
bulan bulan
bulan

Saroka/Marengan/Patean CH CH Budur-Ambunten/Sobuko CH
Budur-Ambunten/Patean
600 ETP 500 ETP 500 ETP
ETA ETA ETA
500 400
400
400
300 300

mm
mm

mm
300
200
200
200
100
100 100

0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
bulan bulan
bulan

17
Bulay/Saroka CH CH
Patemon
500 ETP 400 ETP
ETA ETA
400
300
300
mm

mm
200
200

100 100

0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
bulan
bulan

Gambar 11. Kondisi neraca air dan perbandingan curah hujan, ETP dan ETA bulanan DAS di Pulau Madura

18
19

View publication stats

You might also like