You are on page 1of 5

ARIF RAHMAD FAUZI ADI PRATAMA

Farmasi-A 201710410311035

1. Vaselin (Vaselinum Album)

Campurlah hidrokarbon yang diperoleh dari minyak tanah gubal. Benda putih, hampir –
hampir tak berbau, setengah hening, seperti salap. Pada pemanasan dalam sebuah penangas
air sampai 40° Paseline belum boleh dan pada pemanasan dalam sebuah penangas air
smpai 50° Paseline harus sudah meleleh menjadi zat cair yang berfluoresensi hening.

Kalau sebuah tabung diisi dengan paseline begitu rapat, hingga didalam paselinnya
tejadi sebuah geronggang yang seperti kepundan dan selama 24 jam dipanasi pada 25°,
maka paselinnya tidak boleh meleleh sebagaian, yang dapat dilihat dengan terjadinya zat
cair dalam bagian yang terdalam dari geronggang itu. Bila dalam lapisan tipisdilihat
dibawah mikroskop, maka paselin tidak boleh menunjukkan bagian – bagian hablur halus.

Kalau Vaseline dipanasi dengan spiritus dalam jumlah yang sama hingga mendidih dan
bila dikocok. Maka zat cainya yang mengandung spiritus setelah didinginkan dan
diencerkan dengan air yang volumennya sama, harus bereaksi netral. Kalau Vaseline
dipanasi dengan jumlah yang sama dari sebuah campuran dari 1 bagian air dan 4 bagian
asam sulfat dalam sebuah penangas air selama 10 menit pada 60° dengan berulang – ulang
dikocok, maka kedua lapisannya tidak boleh berwarna. Vaseline yang dipergunakan untuk
obat dalam, harus juga seluruhnya tak berbau dan juga tak berasa. (PH.V.501)

2. Parafin Cair (Paraffinum Liquidum)

Campuran dari hidrokarbon – hidrokarbon cair, dari minyak tanah gubal yang diperoleh
dengan penyulingan. Zat cair yang mengandung minyak, tak berbau dan tidak berwarna,
hernih, tidak berflouresensi. Berat jenis tidak lebih rendah dari 0,87 – 0,88 (selisih 0,0006
untuk 1°). Titik didih tidak dibawah 300° (selisih 0,7° untuk tekanan 10 mm). kekentalan
10 -12° Engler.

Paraffinum liquidum apabila didinginkan sampai 5° harus tetap jernih, bila paraffinum
liquidum dipanasi dengan spiritus yang banyaknya sama sehingga mendidih dan dikocok,
maka zat cair yang mengandung spiritus itu setelah didinginkan dan diencerkan dengan air
yang volumennya sama, maka reaksinya adalah netral. Kalau paraffinum liquidum
dipanaskan pada suhu 60° dengan campuran yang volumenya sama dari 1 bagian air dan 1
bagian asam sulfat dalam penangas air selama 10 menit dengan dikocok berulang – ulang,
maka kedua lapisannya masing – masing tidak boleh mendapat warna. Paraffinum
liquidum tidak dapat larut dalam air dan dalam segala perbandingan dapat dicampur
dengan aether, dengan petroleumaether, dan dengan minyak lemak, tetapi tidak dengan
minyak jarak. Paraffinum liquidum yang dipergunakan untuk obat dalam harus tidak
mempunyai rasa.(PH.V.336)
3. Parafin Padat (Paraffinum Soeidum)

Campuran dari hidrokarbon – hidrokarbon padat, dari minyak tanah gubal yang
diperoleh dengan penyulingan. Potongan hablur mikro halus, putih tak berbau. Bila
dipanasi dalam sebuah penangas air sampai 54° Paraffinum Solidum belum boleh meleleh,
tetapi bila dipanasi dalam sebuah penangas air sampai 60° maka Paraffinum Solidum harus
meleleh menjadi zat cair jernih yang tidak berflouresensi. Paraffinum Solidum selanjutnya
harus memenuhi syarat – syarat kemurnian seperti yang telah ditentukan bagi Paraffinum
Liquidum.(PH.V.337)

4. Adeps Lanae (lemak bulu domba)

Cholestolesters yang dibersihkan dari bulu domba mentah. Adeps Lanae berwarna
kuning muda, setengah bening, dengan consistentia yang menyerupai salep yang Hat, dan
mempunyai bau yang agak dikenal.

Kalau larutan adeps lanae dalam kloroform (kira – kira 1 = 100) dikocok dengan asam
sulfat yang volumenya sama, maka setelah tidak tercampur, lapisan yang paling bawah
menjadi coklat merah dan menunjukkan fluoresensi yang hijau.

Adeps lanae pada 40° belum mencair, tetapi pada 50° mencair juga dan hening. Larutan
2 g. Adeps Lanae dalam 10cm³ aether, tidak boleh menjadi merah, karena 2 tetes
phenolphthalenie, setelah kemudian di tambah 0,3cm³ 1/10 N basa, maka campuran
tersebut harus menjadi merah (asam lemak bebas).

Kalau 10g adeps lanae dengan 50cm³, yang di panasi sampai meleleh dan selalu di
aduk, maka setelah di dinginkan, air yang terpisah harus menjadi sangat jernih dan
bereaksi netral. Kalau pada 10cm³ air yang telah terpisah di tambahkan 3 tetes kalium
permanganat (1=1000), maka campuran tersebut setelah 10 menit harus tetap tinggal
merah.(PH.V.67)

5. Malam (wax)

CERA ALBA/WIT WAS/ ( Malam Putih)

Malam lebah yang diputihkan. Bahan-bahan yang hamper-hampir putih dalam


lingkungan dingin rapuh, ada suhu panas badan dapat diuli, dengan bau lemah, lebih-lebih
pada pemanasan mempunyai bau yang jelas dan mudah dikenal. Malam putih harus
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan pada malam kuning.

CERAFLAVA/CEELWAS (Malam Kuning)

Malam yang di peroleh dengan jalan pelelehan dari rumah lebah Apis Mellilica, Linn.
Malam kuning dalam lingkungan dingin menjadi berbutir-butir, pada suhu panas badan
menjadi dapat diuli, dengan potongan yang kusam dan bau yang mudah di kenal. Titik cair
62°-64°. Pada pemanasan diatas penangas air maka malam kuning harus meleleh menjadi
sebuah zat cair yang jernih.

Kalau 40 cm3 spiritus dengan 2 g malam kuning didihkan beberapa menit setelah 1 jam
didinginkan lalu disaring, maka filtratnya hanya boleh berwarna sedikit dan setelah
penambahan air tidaj boleh menjadi sangat keruh; 10 cm3 dari filtratnya dicampur dengan
2 tetes phenolphtaleine, untuk pewarnaan merah tidak boleh memerlukan lebih dari 1 cm3
1/10 N basa (asam lemak).

Kalau 3 g malam kuning dengan 20 cm3 larutan kali yang mengandung spiritus
dididihkan selama 5 menit ditambahkan 10 cm3 asam garam encer dan disaring, filtratnya
dicampur dengan 5 cm3 indi natron dan 1 cm3 tembaga sulfat dan disaring lagi, maka
filtratnya tidak boleh menjadi menjadi hijau atau biru (giserida).

6. Setil Alkohol

Setil alkohol berbentuk butiran atau serpihan kecil dan licin, berwarna putih, berminyak,
memiliki bau dan rasa yang khas, mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutannya
meningkat dengan penigkatan temperature, serta tidak larut dalam air. Setil alkohol stabil
dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan udara sehingga tidak menjadi tengik. Berfungsi
sebagai stiffening agent atau bahan pengeras, 11 pelembut dan emulgator lemah. Tidak
kompatibel dengan oksidator kuat, setil alkohol bekerjauntuk menurunkan titik leleh
ibuprofen, yang hasil dalamkecenderungannya selama proses lapisan flim ibuprofen kristal.

Selain itu, setil alkohol juga dapat memperbaiki stabilitas emulsi O/W, memperbaiki
konsistensi atau zat pembentuk, serta sebagai surfaktan nonionik dan bahan pelembut efektif
pada produk krim. Setil alkohol merupakan lemak putih agak keras yang mengandung gugus
hidroksil dan digunakan sebagai penstabil emulsi pada produk seperti krim dan losion
(Mitsui, 1997).

7. Minyak – minyak tumbuhan

Minyak Atsiri (Olea Volatilia)

Minyak Atsiri, bila perlu setelah pemanasan harus jernih, harus sangat berbau murni
seperti bagian dari tumbuh – tumbuhan, dan dalam tiap – tiap perbandingan dapat larut
dalam ether dan dalam kloroform. Bau minyak atsiri sebaiknya diperiksa dalam campuran
1 tetes minyak dengan 2g gula.

1 tetes minyak atsiri aoabila dimasukkan dalam air tidak boleh menjadi keruh, pada
pemanasan dal sebuah penangas air minyak atsiri tidak boleh member sulingan, kalau
minyak atsiri dikocok dengan larutan natrium chloride yang jenuh yang volumenya sama
dan selanjutnya didiamkan maka setelah pemisahan yang sempurna dari lapisannya. Kalau
1 tetes minyak atsiri yang di buat dengan penyulingan diletakkan pada kertas, harus segera
menguap dan tidak meninggalkan noda yang hening (minyak lemak). Minyak – minyak
atsiri harus disimpan dalm botol kering, dtutup rapat, ditempat yang sejuk, diluar pengaruh
cahaya.

Minyak Kacang(Oleum Arachidis)

Minyak lemak yang dimurnikan yang diperoleh dengan memeras biji dari Arachidis
hypogaea Linn, yang telah dihilangkan kulit bijinya. Minyak yang rasanya halus, kuning
muda, hampir – hampir tak berbau. Berat jenis 0,915 – 0,922. Indeks bias 1,4694 – 1,
4725.

Oleum Arachidis menjadi benda yang seperti salep pada sebuah suhu tidak lebih rendah
dari -3°. Pada percobaan pada oleum Arachidis, asam – asam lemaknya mulai menghablur,
setelah sebelumnya dipanasi sampai campurannya menjadi jernih, pada suhu dari kira-kira
40°. Bilangan adisinya tidak boleh lebih rendah dari 83 dan tidal lebih tinggi dari 103.
Bilangan penyabunannya berjumlah 185-197. Bilangan asamnya dari oleum Arachidis
boleh berjumlah setinggi-tingginya 2.

Minyak Kelapa (Oleum Cocos)

Lemak yang padat pada suhu biasa yang diperoleh dengan pemerasan panas dari inti
copra yang dikeringkan dari cocosnuciferra Linn. Lemak yang sedikit bening, putih, bau
yang mudah dikenal, rasanya lemah, yang mudah tengik. Oleum cocos pada 5°-10°
menjadi padat, 15°-20° lunak. 1 kg oleum cocos suhunya harus 35° dapat larut dalam 5 cm
alcohol mutlak.

8. Dasar Salep Hidrokarbon

Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin putih dan salep
putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep
ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak
sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien,
sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. Dasar salep
hidrokarbon Vaselin putih ( = white petrolatum = whitwe soft paraffin), vaselin kuning
(=yellow petrolatum = yellow soft paraffin), campuran vaselin dengan cera, paraffin cair,
paraffin padat, minyak nabati.

9. Dasar Salep Serap (diadermic)

Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar
salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin
hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak
yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga
berfungsi sebagai emolien. Dasar salep serap (dasar salep absorbsi) Adeps lanae,
unguentum simpleks (cera flava : oleum sesami = 30 : 70), hydrophilic petrolatum ( vaselin
alba : cera alba : stearyl alkohol : kolesterol = 86 : 8 : 3 : 3 ).
10. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air

Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik (krim).
Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air, karena mudah dicuci dari
kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa
bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini dari pada dasar salep
hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan
mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik. Dasar salep dapat
dicuci dengan air Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream), emulsifying
ointment B.P., emulsifying wax, hydrophilic ointment.

11. Dasar Salep larut dalam air

Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air.
Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti dasar salep yang dapat
dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti paraffin, lanolin
anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel. Dasar salep larut air Poly
Ethylen Glycol (PEG), campuran PEG, tragacanth, gummi arabicum.

12. Vanishing cream

Umumnya emulsi minyak dalam air, mengandung air dalam presentase yang besar dan
asam stearat. Setelah pemakaian cream, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput
asam stearat yang tipis.

Banyak dokter dan pasien yang suka pada cream dari pada salep, untuk satu hal,
umumnya mudah menyebar rata dan dalam hal cream dari emulsi jenis minyak dalam air
lebih mudah di bersihkan dari pada kebanyakan salep pabrik farmasi sering memasarkan
preparat topikalnya dalam bentuk dasar cream maupun salep, kedua-duanya untuk
memuaskan kesukaan dari dokter dan pasien.

13. Salep Polietilen Glikol

Formula resmi basis ini memerlukan kombinasi 400g polietilen glikol 3350 (padat) dan
600g polietilen glikol 400 (cair) untuk membuat 1000g dasar salep. Akan tetapi bila di
perlukan salep yang lebih baik lagi, formula dapat di ubah lagi untuk memungkinkan
bagian yang sama antara ke dua bahan. Jika 6-25% dari larutan berair di campurkan ke
dalam dasar salep, penggantian 50g polietilen glikol 3350 dengan jumlah alcohol stearat
berguna untuk membuat produk akhir lebih padat dalam jumlah yang sama. Polietilen
glikol adalah polimer dari etilenoksida dan air. Panjang dapat berbeda – beda untuk
mendapatkan polimer yang mempunyai viskositas bentuk fisik (cair, padat atau setengah
padat) yang diinginkan. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi 505)

You might also like