You are on page 1of 5

1

Bioremediasi Air Laut Terkontaminasi Minyak


Bumi Dengan Menggunakan Bakteri
Pseudomonas aeruginosa
Lusiana Riski Yulia 1), Bindanetty Marsa 1), dan Sri Rachmania Juliastuti 1*)
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: juliaz30@chem-eng.its.ac.id

Abstrak — Teknologi bioremediasi merupakan salah satu Remediasi secara fisika dan kimia bersifat remediasi jangka
cara yang efektif, efisien, ekonomis dan tidak merusak lingkungan pendek dan tidak tuntas (perpindahan massa antar media
untuk mengatasi pencemaran tumpahan minyak di air laut lingkungan), hanya sekitar 10-15% pencemar dapat
Indonesia. Bioremediasi adalah proses penguraian secara biologi
dipindahkan dari media laut [2]. Untuk penuntasan remediasi
suatu polutan organik yang beracun menjadi senyawa lain yang
lebih sederhana dan tidak beracun. Tujuan dari penelitian ini diperlukan penghilangan media secara biologi (bioremediasi).
adalah mengetahui pengaruh perbandingan konsentrasi Bioremediasi didefinisikan sebagai teknologi yang
kontaminan terhadap konsentrasi mikroorganisme pada degradasi menggunakan mikroba untuk mengolah (cleaning)
kadar TPH (Total Petroleum Hydrocarbon) dan BTX (Benzene, hidrokarbon minyak bumi dari kontaminan melalui mekanisme
Toluene, dan Xylene) yang terkandung dalam air laut buatan biodegradasi alamiah (intrinsic bioremediation) atau
tercemar minyak bumi dengan menggunakan Pseudomonas meningkatkan mekanisme biodegradasi alamiah dengan
aeruginosa,serta mengetahui pengaruh aerasi dan tanpa-aerasi menambahkan mikroba, nutrien, donor elektron dan atau
pada degradasi kadar TPH (Total Petroleum Hydrocarbon) dan
akseptor elektron (enhanced bioremediation) [3].
BTX (Benzene, Toluene, dan Xylene) dalam proses bioremediasi.
Metode yang digunakan adalah metode bioremediasi ex situ dengan BTX (Benzene, Toluene, dan Xylena) merupakan senyawa
menggunakan air laut buatan yang tercemar minyak bumi dari aromatik dalam jumlah kecil dalam hidrokarbon, namun
lokasi pengeboran minyak Pusdiklat Migas Cepu. Biakan murni pengaruhnya sangat besar terhadap pencemaran perairan.
bakteri yang digunakan adalah Pseudomonas aeruginosa. Variabel Canadian Water Quality Guidelines Protection memberi
yang digunakan adalah konsentrasi penambahan mikroba ambang batas benzena pada badan air tawar adalah 0,3 mg/l [4].
Pseudomonas aeruginosa sebanyak 0%; 1%; 3% (v/v), konsentrasi Pseudomonas aeruginosa mampu menggunakan lebih dari
cemaran minyak bumi 1000 ppm dan 1500 ppm serta media aerasi
75 macam organik sebagai sumber karbon dan sumber energi,
dan media tanpa aerasi. Penelitian ini berlangsung secara batch
dengan menjaga suhu pada kisaran 27-30 oC dan pH 6-8. Dari hasil mampu menggunakan respirasi aerobik (dengan oksigen)
penelitian didapatkan hasil terbaik pada bioreaktor dengan dan anaerob pada nitrat atau akseptor elektron alternatif lainnya
penambahan Pseudomonas aeruginosa sebanyak 3%(v/v), media juga mampu tumbuh pada nutrien dalam jumlah sedikit.
teraerasi dan konsentrasi cemaran minyak 1000 ppm dengan % Pseudomonas aeruginosa dapat mendegradasi hidrokarbon
biodegradasi TPH yang dicapai sebesar 100% dalam waktu 21 hari polisiklik aromatik seperti toluena, bentuk sederhana dari
dan degradasi senyawa BTX (Benzene, Toluene, Xylene)
seluruhnya dalam waktu 14 hari.
methylbenzene, melalui oksidasi dari kelompok metil aldehida,
alkohol, dan asam, yang kemudian diubah menjadi katekol.
Kata Kunci — Biodegradasi, Bioreaktor, BTX, Pseudomonas P.aeruginosa tumbuh dengan optimal pada suhu 37ºC dan
aeruginosa ,TPH. bertahan hidup pada suhu berkisar dari 10 ºC sampai 45 ºC
dalam air garam dan air distilat, serta pada pH media antara
6,0-9,0 [5]. Pseudomonas aeruginosa dapat tumbuh pada air
I. PENDAHULUAN
garam hingga salinitas 50‰ [6].

M inyak bumi adalah sumber utama energi fosil yang


memegang peranan penting untuk industri, transportasi,
dan rumah tangga. Produksi minyak mentah dunia II. METODOLOGI PENELITIAN
diperkirakan sebanyak tiga miliar ton per tahun, dan Penelitian ini dilakukan dengan sistem batch di
sekitar setengahnya diangkut melalui laut [1]. Berbagai Laboratorium Pengolahan Limbah Industri, Jurusan Teknik
kegiatan eksplorasi, eksploitasi, transportasi, penyimpanan, Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
pengolahan dan distribusi minyak mentah maupun minyak dengan menggunakan air laut buatan dan minyak bumi yang
olahan masih sering menghasilkan kejadian kebocoran dan atau diperoleh dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas
tumpahan minyak ke lingkungan. Penanganan yang tidak tepat (Pusdiklat Migas),Cepu-Jawa Tengah. Sedangkan biakan
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan berbahaya murni bakteri Pseudomonas aeruginosa yang digunakan dalam
bagi makhluk hidup. penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi,
Penanganan kondisi lingkungan yang tercemari minyak Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi ,Universitas
bumi dapat dilakukan secara fisika, kimia dan biologi. Airlangga, Surabaya.
2

A. Peremajaan Isolat Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
pembuatan starter
Peremajaan isolat bakteri Pseudomonas aeruginosa A. Pengaruh terhadap Total Petroleum Hidrokarbon (TPH)
dilakukan pada media cair (Nutrien Broth). Bakteri dalam TPH keberadaannya dalam limbah minyak bumi harus
media agar miring diinokulasikan ke dalam labu erlenmeyer sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
250 ml yang berisi 100 ml media cair Nutrien Broth. Kemudian Nilai TPH pada baku mutu air laut daerah pelabuhan ditentukan
media baru tersebut di inkubasi pada suhu 30°C dan setelahnya dibawah 5 mg/liter atau 5 ppm, sedangkan untuk biota laut
dilakukan analisa populasi bakteri serta membuat kurva dibawah 1 mg/liter atau 1 ppm [8].
pertumbuhan bakteri, pada saat bakteri mencapai phase log,
bakteri dibudidayakan pada media air laut buatan dimana
sebelumnya bakteri diadaptasikan dengan air laut tetes demi
tetes dan siap digunakan untuk bioremediasi.
B. Persiapan Media Air Laut Buatan
Air laut buatan dibuat sesuai ASTM D1141-90, “Standard
Specification for Substitute Ocean Water” [7], dengan salinitas
35 ‰. Tabel 1 menunjukkan kandungan garam terlarut dalam
larutan pengganti air laut.
Tabel 1.
Kandungan garam terlarut (g/l) dalam larutan pengganti air laut
Gambar 2. Kadar TPH vs waktu pada cemaran minyak 1000 ppm
Senyawa Jumlah (g/l)

NaCl 24,530
MgCl2 5,200
Na2SO4 4,090
CaCl2 1,160
KCl 0,695
NaHCO3 0,201
KBr 0,101
H3BO3 0,027
SrCl2 0,025
NaF 0,003

C. Proses Bioremediasi
Media air laut buatan dimasukkan ke dalam bioreaktor A dan Gambar 3. Kadar TPH vs waktu pada cemaran minyak 1500 ppm
B, dimana bioreaktor A diperlakukan tanpa aerasi sedangkan
bioreaktor B dilengkapi dengan aerator sebagai pensuplai Pada grafik 2 dan 3 terlihat bahwa pada bioreaktor dengan
oksigen untuk kebutuhan bakteri dengan kadar DO ± 5 mg O 2 /l. perlakuan yang sama (3% v/v penambahan P.aeruginosa dan
Kemudian bioreaktor A dan B diperlakukan sesuai variabel media teraerasi) namun dengan konsentrasi cemaran minyak
konsentrasi kontaminan (1000 dan 1500 ppm minyak bumi) yang berbeda yakni 1000 ppm dan 1500 ppm minyak bumi,
dan penambahan bakteri Pseudomonas aeruginosa (0%, 1% memerlukan waktu yang berbeda untuk mendegradasi TPH
hingga mencapai baku mutu air laut. Pada bioreaktor 6 dengan
dan 3% v/v). Masing-masing bioreaktor diinjeksikan nutrien
konsentrasi cemaran minyak 1000 ppm memerlukan waktu
dengan cara menambahkan urea dan KH 2 PO 4 hingga rasio C :
untuk mencapai baku mutu selama 21 hari, sedangkan
N : P = 100 : 10 : 1. Secara periodik dilakukan pengukuran
bioreaktor 12 dengan konsentrasi cemaran minyak 1500 ppm
temperatur, pH, DO (Dissolved oxygen), populasi bakteri ,TPH, memerlukan waktu 28 hari. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
dan BTX. bahwa semakin besar konsentrasi cemaran minyak bumi maka
semakin lama waktu yang dibutuhkan mikroba untuk
mendegradasi TPH hingga mencapai baku mutu air laut.
B. Pengaruh terhadap Populasi Bakteri P.aeruginosa selama
bioremediasi
Pertumbuhan mikroorganisme merupakan indikator
terjadinya proses biodegradasi. Pertumbuhan mikroorganisme
akan meningkat bila ia mampu hidup dengan memanfaatkan
substrat yang ada dalam air laut tersebut.

Gambar 1. Skema peralatan


3

terhadap waktu pada bioreaktor 6 (3 % v/v Pa, Aerasi, 1000 ppm minyak bumi)

Grafik 6 menunjukkan bahwa pada bioreaktor 6 dengan


penambahan bakteri P.aeruginosa sebanyak 3% (v/v) hingga
hari ke-9 penelitian jumlah sel P.aeruginosa mengalami
kenaikan dari 5,56 x 106 sel/ml sampai 2,28 x 107 sel/ml diikuti
dengan penurunan nilai TPH dari 899 mg/liter menjadi 32
mg/liter pada interval hari ke-0 hingga hari ke-14. Penurunan
nilai jumlah sel terjadi pada interval waktu hari ke-9 hingga
akhir penelitian hari ke-21, yaitu dari 2,28 x 107 sel/ml hingga
9,31 x 104 sel/ml diikuti penurunan nilai TPH hingga menjadi 0
Gambar 4. Konsentrasi bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi
mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme yang ada
cemaran minyak 1000 ppm
mulai mengalami fase kematian karena nutrisinya semakin
berkurang.

Gambar 5. Konsentrasi bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi


cemaran minyak 1500 ppm

Berdasarkan gambar 4 dan 5 terlihat adanya beberapa fase Gambar 7. Hubungan TPH dengan jumlah sel bakteri P.aeruginosa terhadap
pertumbuhan. Pada hari pertama proses bioremediasi terlihat waktu pada fase log bioreaktor 6 (3 % v/v Pa, Aerasi, 1000 ppm minyak bumi)
adanya fase lag yang merupakan masa penyesuaian
mikroorganisme. Kemudian setelah fase lag, terjadi Pada gambar 7 terlihat bahwa, pada interval waktu hari ke-0
peningkatan jumlah sel bakteri yang sangat tajam pada hingga hari ke-9 (pada fase log), terjadi penurunan TPH yang
bioreaktor dengan penambahan bakteri Pseudomonas cukup signifikan yaitu dari 899 mg/l sampai ± 100 mg/l. Laju
aeruginosa hingga waktu yang berbeda-beda. Setelah itu penurunan TPH ditunjukkan pada slope kurva TPH vs t
terjadi penurunan jumlah sel P.aeruginosa dalam bioreaktor. dengan persamaan garis y = - 73,34x + 821,1 mg/l.hari.
Hal ini menunjukkan bahwa bakteri mulai mengalami fase Sedangkan nilai jumlah sel bakteri mengalami kenaikan dari
kematian. Diduga hal ini disebabkan senyawa hidrokarbon 5,56 x 106 sel/ml hingga 2,28 x 107 sel/ml. Laju pertumbuhan
yang ada dalam air laut tercemar limbah minyak bumi, yang bakteri ditunjukkan oleh slope pada kurva jumlah sel vs t
merupakan nutrisi untuk bakteri semakin berkurang. dengan persamaan garis y = (2 x 106)x + (5 x 106) sel/ml.hari.
Untuk cemaran minyak 1000 ppm (gambar 4) jumlah sel Dari gambar 7 dapat disimpulkan bahwa kenaikan rate
bakteri P.aeruginosa tertinggi dicapai oleh bioreaktor 6 yaitu pertumbuhan bakteri diikuti dengan penurunan konsentrasi
2,28 x 107 sel/ml. Sedangkan pada cemaran minyak 1500 ppm TPH dari hari ke hari.
(gambar 5) dicapai oleh bioreaktor 12 yaitu sebesar 2,12 x 107 Tabel 2.
sel/ml. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar Perbandingan slope dan intercept pada fase log
jumlah cemaran minyak bumi pada air laut maka pertumbuhan Persamaan garis
Rate penurunan Nilai TPH awal
bakteri P.aeruginosa akan semakin terhambat yang Bioreaktor regresi linier TPH vs
TPH (mg/l.hari) (mg/l)
ditunjukkan dengan berkurangnya jumlah sel bakteri pada fase waktu pada fase log
3 y = -38,42x + 741 -38,42 741
lognya.
4 y = -61,81x + 768.1 -61,81 768.1
5 y = -51x + 816.3 -51 816,3
6 y = -73.34x + 821.1 -73,34 821,1
9 y = -51.42x + 1294 -51,42 1294
10 y = -75.71x + 1280 -75,71 1280
11 y = -57.42x + 1261 -57,42 1261
12 y = -87.14x + 1298 -87,14 1298

Pada tabel 2 telah disajikan slope dan intercept persamaan


regresi linier TPH terhadap waktu pada fase log untuk
bioreaktor dengan penambahan P.aeruginosa. Slope pada
seluruh bioreaktor bertanda minus (-), yang berarti penurunan
Gambar 6. Hubungan TPH dan jumlah sel bakteri Pseudomonas aeruginosa
4

TPH terhadap waktu, sedangkan intercept merupakan nilai dalam air yang diperbolehkan adalah 0,005 mg/l. Pada
awal TPH pada hari ke-0. cemaran 1500 ppm minyak bumi juga menghasilkan hasil yang
Dari perbandingan perlakuan pada bioreaktor 1 hingga serupa namun dalam waktu yang lebih lama seperti terlihat
bioreaktor 12, terlihat slope yang paling besar penurunannya pada gambar 9.
adalah treatment pada reaktor dengan penambahan 3% v/v
P.aeruginosa , media teraerasi dan konsentrasi cemaran
minyak 1500 mg/l minyak bumi, yaitu bioreaktor 12.

C. Pengaruh terhadap kadar Benzene, Toluene, dan Xylene


(BTX)
BTX (Benzene, Toluene dan Xylene), merupakan
komponen senyawa hidrokarbon aromatik yang terkandung
dalam minyak bumi. BTX bersifat rekalsitran dan mutagenik.
Oleh karena itu, BTX menjadi salah satu parameter
keberhasilan pada penelitian ini. Gambar 10. Perbandingan laju degradasi benzena, toluene dan xylene pada
bioreaktor 6 (3% v/v P.aeruginosa, Aerasi, 1000 ppm minyak bumi)

Dari gambar 10 diperoleh slope degradasi benzena pada


bioreaktor 6 adalah 1,739, slope degradasi xylene adalah 3,126,
dan slope degradasi toluene adalah 3,658. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa senyawa yang paling mudah terdegradasi
oleh Pseudomonas aeruginosa adalah Toluene, kemudian
diikuti oleh Xylene, dan yang paling sulit adalah benzene. Hal
ini dikarenakan benzena memiliki energi resonansi sehingga
diperlukan lebih banyak energi untuk memecah cincin benzena
[9]. Benzena sangat stabil berkaitan dengan sifat molekulnya
yang memiliki resonansi yang tinggi. Hal ini membuat benzena
bersifat rekalsitran terhadap degradasi, juga bersifat toksik dan
karsinogenik. Toluene dan xylene memiliki gugus –CH 3 yang
Gambar 8. Kadar senyawa BTX vs waktu pada cemaran minyak 1000 ppm
bersifat mengaktifkan cincin benzena terhadap substitusi
elektrofilik sehingga toluene dan xylene lebih reaktif bila
dibandingkan dengan benzena sehingga lebih mudah
didegradasi oleh bakteri.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil analisa pada penelitian dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Semakin besar prosentase bakteri Pseudomonas aeruginosa
yang ditambahkan maka akan meningkatkan persen
biodegradasi TPH, rate penurunan TPH pada fase log yang
dinyatakan sebagai nilai slope serta mempercepat degradasi
BTX. Bioreaktor dengan media teraerasi dan konsentrasi
cemaran minyak 1000 ppm, pada penambahan bakteri
Gambar 9. Kadar senyawa BTX vs waktu pada cemaran minyak 1500 ppm P.aeruginosa 1% v/v menghasilkan % biodegradasi TPH
akhir sebesar 100% dalam waktu 28 hari, slope penurunan
Dari gambar 8, pada cemaran minyak 1000 ppm penurunan TPH pada fase log sebesar 61,812 mg/l.hari, dan degradasi
kandungan BTX terbesar dan dalam waktu yang singkat senyawa BTX seluruhnya pada hari ke-28. Sedangkan pada
dicapai oleh bioreaktor 6 (penambahan 3%v/v Pseudomonas penambahan bakteri P.aeruginosa 3% v/v menghasilkan %
aeruginosa, aerasi, konsentrasi cemaran minyak 1000 ppm). biodegradasi TPH akhir sebesar 100% dalam waktu 21 hari,
Dimana konsentrasi Benzene turun dari 24,354 mg/liter slope penurunan TPH pada fase log sebesar 73,34 mg/l.hari,
dan degradasi senyawa BTX seluruhnya pada hari ke-14.
menjadi tidak terdeteksi pada minggu ke-2, Toluene turun dari
2. Semakin tinggi konsentrasi cemaran minyak bumi maka akan
51,216 mg/liter menjadi tidak terdeteksi pada minggu ke-2, dan
memperlama waktu biodegradasi TPH dan BTX. Bioreaktor
Xylene turun dari 43,764 mg/liter menjadi tidak terdeteksi pada
dengan penambahan 3% v/v P.aeruginosa dan media
minggu ke-2. Hal ini telah sesuai dengan baku mutu yang teraerasi pada cemaran minyak 1000 ppm memerlukan waktu
ditetapkan WHO bahwa konsentrasi maksimum benzena di 21 hari untuk degradasi TPH dan 14 hari untuk degradasi
5

BTX, sedangkan pada cemaran minyak 1500 ppm Oil Contaminated Soil at the Jordanian Oil Refinery. World Applied
Sciences Journal 6 (2) : 208-220.
memerlukan waktu 28 hari untuk degradasi TPH dan 21 hari
[7] Ninis T. dan Bambang Irawan, 2008, Kelimpahan lorjuk(solen vaginalis)
untuk degradasi senyawa BTX. di pantai timur surabaya,Universitas Hang Tuah Surabaya,Ilmu kelautan,
3. Perlakuan dengan media teraerasi menghasilkan persen vol.13 (2):67-72
biodegradasi TPH yang lebih tinggi dibandingkan media [8] Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 51 tahun 2004.
tanpa aerasi yang ditunjukkan pada bioreaktor dengan [9] Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 1 edisi ketiga.
Jakarta : Erlangga.
penambahan 3% v/v P.aeruginosa dan konsentrasi cemaran
minyak 1000 ppm dimana pada media teraerasi
menghasilkan % biodegradasi TPH akhir sebesar 100%,
sedangkan pada media tanpa aerasi sebesar 79,6 %.
4. Hasil yang terbaik untuk persen biodegradasi TPH dan BTX
adalah bioreaktor dengan penambahan Pseudomonas
aeruginosa 3% (v/v), media teraerasi dan konsentrasi
cemaran minyak bumi 1000ppm dengan hasil biodegradasi
TPH 100% dalam waktu 21 hari dan penurunan kadar BTX
sebesar 100% dalam waktu 14 hari.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng selaku Ketua Jurusan
Teknik Kimia FTI-ITS.
2. Ibu Dr.Ir.Sri Rachmania Juliastuti, M.Eng. selaku Dosen
Pembimbing dan Kepala Laboratorium Pengolahan Limbah
Industri yang senantiasa sabar membimbing kami.
3. Ibu Ir. Nuniek Hendrianie, M.T dan Ibu Ir.Sri Murwanti,
M.T yang teah banyak memberikan saran kepada kami.
4. Bapak Ediyanto dan Bapak Sumarto selaku laboran
Laboratorium Teknologi Pengolahan Biologis Limbah Cair
Industri.
5. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Kimia FTI –
ITS.
6. Orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan
semangat, kasih sayang, perhatian serta dukungan dan doa.
7. Teman-teman ”Waste Water Treatment Laboratory” dan
seluruh elemen Teknik Kimia, khususnya K-48, atas segala
bantuannya
8. Seluruh pihak manajemen Karya Salemba Empat selaku
pemberi beasiswa Skripsi KSE 2011/2012 yang sangat
membantu dan mendukung penelitian kami agar dapat
berjalan dengan lancar.
9. Juga tidak lupa kepada semua pihak yang belum sempat
disebutkan satu per satu disini yang telah membantu
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Hartanto, Benny, 2008, Oil Spill (Tumpahan Minyak) di Laut dan
Beberapa kasus di Indonesia, Bahari jogja Vol.VIII No.12
[2] Office of Technology Assessment (OTA), 1990, Coping With an Oiled
Sea: An Analysis of Oil spill Response Technologies, OTA-BP-0-63,
Washington, DC
[3] Astri Nugroho, 2006, Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi, Graha
Ilmu Universitas Trisakti, Indonesia.
[4] Atlas, R.M, & Bartha R. 1992. Hydrocarbon Biodegradation and Oil
Spill . Adv.in Microbiol. Ecol. Vol.12,p.287-338.
[5] Environmental Canada Health Canada, 2011, Screening Assessment for
Pseudomonas aeruginosa ATCC 31480-700370-700371, Canada.
[6] Malkawi, Hanan.l, Linda M.Fatmi dan Taghleb M.Al-Deeb. 2009.
Mutational Analysis of Oil Degrading Genes in Bacterial Isolates from

You might also like