Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Nama : Yolandina Salsabila Putri
NIM : B1A015052
Rombongan : II
Kelompok :1
Asisten : Arie Tri Pangestu Judanto
A. Latar Belakang
Karakterisasi terbagi dalam dua tahap yaitu klasifikasi dan identifikasi. Untuk
dapat mengidentifikasi dan mengkasifikasi suatu mikroorganisme, maka kita harus
mempelajari karakteristik mikroorganisme tersebut terlebih dahulu. Klasifikasi
merupakan pengelompokan mikroba ke dalam suatu kelompok taksonomi tertentu.
Teori identifikasi mikroba merupakan perbandingan antara yang tidak diketahui dan
yang diketahui. Tingkat keakuratan dari identifikasi bergantung pada ketelitian kerja
preparasi seperti pembuatan media, pembuatan reagen dan pewarnaan, dan ketelitian
dalam melakukan, mengamati, dan mencatat berbagai uji. Pewarnaan Gram ini
bertujuan untuk mlihat bakteri bersifat Gram positif atau negatif dan bentuknya.
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni Gram positif dan
Gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel. Bakteri Gram positif
ditandai dengan sel yang berwarna ungu, sedangkan bakteri Gram negatif ditandai
dengan warna sel yang merah (Pelczar, 1993).
Berdasarkan tempat bekerjanya, bakteri memiliki juga jenis enzim yaitu
endoenzim dan eksoenzim. Sebagian besar eksoenzim bersifat hidroliktik, yang
berarti bahwa eksoenzim menguraikan molekul kompleks menjadi molekul yang
molekul-molekul yang lebih sederhana. Uji amilolitik adalah uji yang dilakukan pada
amilum (berupa pati) untuk menghasilkan enzim amilase. Enziim amilase yang akan
menghidrolisis pati menjadi polisakarida yang lebih pendek (dextrin), dan
selanjutnya menjadi maltosa. Hidrolisis akhir maltosa menghasilkan glukosa terlarut
yang dapat ditransport masuk kedalam sel. Indikator yang dipakai pada uji amilolitik
adalah Lugol’s Iodine. Interpretasi uji amilotik dikatakan positif jika terdapat zona
jernih ketika ditetesi Lugol’s Iodine dan negatif jika tidak terdapat zona jernih. Uji
proteolitik ditujukan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme menghasilkan
enzim protease. Interpretasi uji proteolitik dikatakan positif jika terdapat zona jernih
dan negatif jika tidak terdapat zona jernih. Uji Lipolitik dimana untuk mendapatkan
energi dari lipid, mikroba menghasilkan enzim lipase dan esterase yang memecah
ikatan ester menghasilkan gliserol dan asam lemak (Tortora et al., 2013).
Endoenzim merupakan enzim yang bekerja di dalam sel. Enzim oksidase
memegang peranan penting dalam transport elektron selama respirasi aerobik.
Sitokrom oksidase mengkatalisis oksidasi dan reduksi sitokrom oleh molekul
oksigen. Enzim oksidase dihasilkan oleh bakteri aerob, fakultatif anaerob, dan
mikroaerofilik. Interpretasi hasil pada uji oksidae adalah positif jika kertas merang
berubah warna menjadi biru dan negatif jika kertas merang ttidak berubah warna. Uji
katalase, selama respirasi aerobik (proses fosforilasi oksidatif), mikroorganisme
menghasilkan hidrogen peroksida, bahkan ada yang menghasilkan superoksida yang
sangat beracun. Senyawa ini dalam jumlah besar akan menyebabkan kematian pada
mikroorganisme. Senyawa ini dihasilkan oleh mikroorganisme aerobik, fakultatif
aerob maupun mikroaerofilik yang menggunakan jalur respirasi aerobick. Interpretasi
hasil uji katalase adalah positif jika terdapat gelembung dan negatif jika tidak
terdapat gelembung ( Tortora et al., 2013).
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme. Pengaruh temperatur pada petumbuhan
mikroorganisme dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu: Mikroorganisme
Psikofilik, adalah bakteri yang dapat bertahan hidup antara temperatur 0°C sampai
30°C. Sedangkan temperatur optimumnya antara 10°C sampai 20°C.
Mikroorganisme mesofilik adalah bakteri yang dapat bertahan hidup antara
temperatur 5°C sampai 60°C. Sedangkan temperatur optimumnya antara 25°C
sampai 40°C. Mikroorganisme Termofilik adalah bakteri yang dapat bertahan hidup
antara temperatur 55°C sampai 65°C, meskipun bakteri ini mampu berkembang biak
pada temperatur yang lebih rendah ataupun lebih tinggi dengan batas optimumnya
antara 40°C sampai 80°C. Pengaruh tekanan osmosis pada pertumbuhan bakteri
disebabkan karena adanya perbedaan tekanan osmosis di dalam dan di luar sel yang
akan menyebabkan gangguan pada sistem metabolisme di dalam sel bakteri jika
lingkungan mempunyai tekanan osmosis yang besar akan dapat mengganggu
metabolisme dalam sel. Meskipun demikian beberapa jenis bakteri dan juga mikroba
lainnya ada yang mempunyai ketahanan terhadap tekanan osmosis tinggi, misalnya
mikroba golongan osmofilik. Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di
dalam larutan yang hipertonis. Jika bakteri di tempatkan di dalam suatu larutan yang
hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan garam
atau larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya plasmolisis
ini. Sebaliknya, apabila kepekatan suspensi di lingkungan rendah daripada di dalam
sel (hipotonik) maka akan terjadi pergerakan massa cair ke dalam sel
mikroorganisme sehingga dapat mengalami plasmoptisis (Burrows, 2004). Mikroba
umumnya menyukai pH netral yaitu pH 7. Beberapa bakteri dapat hidup pada pH
tinggi (medium alkalin) Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka
pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan
didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pHnya mikroba dapat dikelompokan menjadi 3
yaitu mikroba asidofil adalah kelompok mikroba yang dapat hidup tumbuh baik pada
pH 6,0 – 8,0 pada pH 2,0-5,0, mikroba mesofil (neutrofil) adalah kelompok mikroba
yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan mikroba alkafil adalah kelompok mikroba
yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.0. Adapun interpretasi pada uji Fisiologis, yaitu
positif jika medium menjadi keruh dan negatif jika tidak ada perubahan pada
medium (Fardiaz, 2002).
Uji gula-gula digunakan untuk mengetahui apakah bakteri memfermentasi
masing-masing gula membentuk asam. Adapun interpretasinya negatif (-) jika tidak
terjadi perubahan warna media dari merah menjadi kuning dan tidak terdapat
gelembung. Positif (+) jika terjadi perubahan warna media dari merah menjadi
kuning dan terdapat gelembung. Uji Urease bertujuan untuk mengetahui apakah
bakteri mempunyai enzim urease yang dapat menguraikan urea membentuk amoniak.
Interpretasi hasil dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi perubahan warna media
menjadi merah muda dan positif (+) jika terjadi perubahan warna media menjadi
merah muda (Lim, 2006). Uji OF merupakan salah satu uji dengan media yang
digunakan untuk pengujian fisio-metabolisme suatu bakteri yakni untuk mengetahui
kemampuan memecah karbohidrat (glukosa) dalam suasana aerobik (oksidatif) atau
anerobik (fermentatif) Interpretasi hasil dari Uji OF adalah positif oksidatif jika
medium tanpa parafin cair berubah warna menjadi kuning, positif fermentatif jika
medium dengan parafin cair berubah warna menjadi kuning, dan negatif jika kedua
tabung tidak berubah warna. Uji H2S dengan media SIM A selain untuk melihat
motilitas bisa juga untuk test indol dan pembentukan H 2S. Interpretasi hasil positif
(+) jika medium berubah warna menjadi kehitaman di titik inokulasi. Negatif (-) jika
tidak ada perubahan warna (Tortora et al., 2013).
Untuk mengetahui jenis bakteri Coliform dilakukan uji IMVIC, yang meliputi
uji Indole, uji Methyle Red (MR), uji Voges Proskauer (VP), dan uji Citrate. Uji
Indole menggunakan media Tryptone Broth (TB) dan memproduksi Indole.
Interpretasi hasil negatif (-) jika tidak terbentuk lapisan cincin berwarna merah pada
permukaan biakan. Positif jika terbentuk lapisan cincin berwarna merah pada
permukaan biakan. Uji MR menggunakan media Protease Broth (PB) Uji methyl red
dilakukan untuk mengukur keasaman terakhir pada medium yang sudah terisi dan
mengandung glukosa dan peptosa. Uji methyl red menguji kemampuan untuk
fermentasi campuran asam. Mikroorganisme yang mampu memfermentasi campuran
asam menghasilkan beberapa asam untuk memenuhi kapasitas buffer dalam media
broth sehingga nilai pH menurun (Hemraj et al., 2013). Interpretasi hasil negatif (-)
jika tidak terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah ditambah methyl red
1%. Positif (+) jika terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah
ditambahkan methyl red 1%. Uji VP menggunakan media Protease Broth (PB). Uji
ini digunakan untuk mengetahui pembentukan asetil metil karbinol (asetoin) dari
hasil fermentasi glukosa. Interpretasi hasil dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi
perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan α-naphtol dan KOH
40%. Positif (+) jika terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah
ditambahkan α-naphtol dan KOH 40% (Ratna, 2012). Baik uji MR maupun uji VP
mengandung glukosa, pepton, dan fosfat buffer (Hemraj et al., 2013). Uji Citrate
menggunakan media Simmon’s Citrate. Interpretasi hasil dikatakan negatif (-) jika
tidak terjadinya perubahan warna media dari hijau menjadi biru. Positif (+) jika
terjadinya perubahan warna media dari hijau menjadi biru (Ratna, 2012).
Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup, karena
makhluk hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan
substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang
meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dapat dipakai sebagai pengukuran derajat pencemaran. Pemeriksaan derajat
pencemaran air secara mikrobiologi umumnya ditunjukkan dengan kehadiran bakteri
indikator seperti Coliform dan fecal coli. Kelompok bakteri Coliform antara lain
Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, dan Citrobacter fruendii (Pelczar, 1993).
Keberadaan bakteri ini dalam air minum juga menunjukkan adanya bakteri patogen
lain, misalnya Shigella, yang bisa menyebabkan diare hingga muntaber (Nemser et
al., 2014). Jadi, bakteri Coliform adalah indikator kualitas air. Semakin sedikit
kandungan Coliform, maka kualitas air semakin baik (Pelczar, 1993).
B. Tujuan
A. Materi
Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, kaca pembesar, mikroskop
cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet (gloves), masker, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam acara praktikum ini adalah beberapa spesimen
hewan Porifera dan Cnidaria.
B. Metode
Gambar 3.8 Hasil Uji Gambar 3.9 Mikromorfologi Gambar 3.10 Hasil Uji
Oksidae Isolat B Isolat B Katalase Isolat B
Gambar 3.11 Hasil Uji Gambar 3.12 Gambar 3.12 Hasil Uji
Oksidae Isolat C Mikromorfologi Isolat C Katalase Isolat C
Gambar 3.13 Hasil Uji Gambar 3.14 Hasil Uji Gambar 3.15 Hasil Uji
Proteolitik Isolat A Proteolitik Isolat B Proteolitik Isolat C
Hasil uji proteolitik pada isolat A dan B dinyatakan positif karena terdapat
zona jernih pada media. Sedangkan, isolat C dinyatakan negatif karena tidak terdapat
zona jernih pada media. Hal ini sesuai dengan Tortora et al. (2013) bahwa isolat A
dan B mampu menghidrolisis protein karena terbentuk zona jernih.
Gambar 3.16 Hasil Uji Gambar 3.17 Hasil Uji Gambar 3.17 Hasil Uji
Amilolitik Isolat A Amilolitik Isolat B Amilolitik Isolat C
Hasil uji amilolitik pada isolat A dan C dinyatakan positif karena terdapat
zona jernih psetelah ditetesi Lugol’s Iodine. Sedangkan, isolat B dinyatakan negatif
karena tidak terdapat zona jernih pada media. Hal ini sesuai dengan Tortora et al.
(2013) bahwa Isolat tersebut mampu menghidrolisis amilum karena terlihat zona
jernih disekitar koloni setelah ditetesi reagen Lugol’s Iodine.
Gambar 3.18 Hasil Uji Gambar 3.19 Hasil Uji Gambar 3.20 Hasil Uji
Lipolitik Isolat A Lipolitik Isolat B Lipolitik Isolat C
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji lipolitik, dinyatakan bahwa isolat A,
B, dan C adalah negatif. Interpretasi positif apabila terbentuk zona jernih dan warna
media berubah. Interpretasi hasil dikatakan positif apabila terjadi perubahan warna
media karena penurunan nilai pH yang menjadi lebih asam dan terlihat bahwa dibalik
koloni terdapat titik merah (Tortora et al., 2013).
Gambar 3.21 Hasil Uji Fisiologis Suhu Gambar 3.22 Hasil Uji Fisiologis
5⁰C Isolat A, B, dan C Suhu Ruang Isolat A,B, dan C
Gambar 3.23 Hasil Uji Fisiologis Gambar 3.24 Hasil Uji Fisiologis
Suhu 37⁰C Isolat A,B, dan C Suhu 80⁰C Isolat A,B, dan C
Uji yang selanjutnya dilakukan, yaitu uji suhu. Uji suhu dilakukan dengan
menggunakan variabel suhu 5⁰C, SR, 37⁰C, dan 80⁰C. Uji suhu menguji kemampuan
bakteri untuk hidup pada rentang suhu tertentu. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
diketahui bahwa isolat A, B, dan C dinyatakan positif pada setiap variabel. Menurut
Fardiaz (2002), hasil dikatakan positif jika terjadi kekeruhan pada isolat.
Gambar 3.25 Hasil Uji Gambar 3.26 Hasil Uji Gambar 3.27 Hasil Uji
Fisiologis pH Isolat A Fisiologis pH Isolat B Fisiologis pH Isolat C
Berdasarkan hasil yang didapat, uji salinitas yang diberi NaCl dengan
konsentrasi 0%, 0,5%, 0,85%, dan 1% pada ketiga isolat dinyatakan positif. Hal ini
karena, media berubah menjadi keruh. Sesuai dengan Fardiaz (2002), bahwa isolat
yang medianya mengalami kekeruhan dinyatakan positif, sebaliknya tidak terjadi
kekeruhan adalah negatif.
Gambar 3.31 Hasil Uji Gambar 3.32 Hasil Uji Gambar 3.33 Hasil Uji
Urease Isolat A Urease Isolat B Urease Isolat C
Uji H2S pada isolat A, B, dan C pada praktikum kali ini dinyatakan negatif,
karena medium tidak berubah warna menjadi kehitaman di titk inokulasi. Hal ini
sesuai dengan Tortora et al. (2013), bahwa interpretasi hasil pada uji H 2S positif (+)
jika medium berubah warna menjadi kehitaman di titik inokulasi. Negatiff (-) jika
tidak ada perubahan warna.
Gambar 3.36 Hasil Uji Gambar 3.37 Hasil Uji Gambar 3.38 Hasil Uji
Berdasarkan
OF Isolat A hasil uji OF pada isolat
OF Isolat BA, B, dan C didapatkan bahwaCIsolat A
OF Isolat
dan C yang diberi parafin cair positif fermentatif, karena terjadi perubahan warna
pada media. Isolat A dan C tanpa parafin cair positif oksidatif. Sedangkan isolat B
negatif (sakarolitik), karena tidak terjadi perubahan pada media. Tortora et al. (2013)
mengatakan uji dengan media yang digunakan untuk pengujian fisio-metabolisme
suatu bakteri yakni untuk mengetahui kemampuan memecah karbohidrat (glukosa)
dalam suasana aerobik (oksidatif) atau anerobik (fermentatif).
Gambar 3.42 Hasil Uji Gambar 3.43 Hasil Uji Gambar 3.44 Hasil Uji
MR Isolat A VP Isolat A SC Isolat A
Gambar 3.45 Hasil Uji Gambar 3.46 Hasil Uji Gambar 3.47 Hasil Uji
Indole Isolat A MR Isolat B VP Isolat B
Gambar 3.48 Hasil Uji Gambar 3.49 Hasil Uji Gambar 3.50 Hasil Uji
Indole Isolat B MR Isolat C VP Isolat C
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk acara praktikum kali ini sebaiknya dapat
bekerja aseptis agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR REFERENSI