You are on page 1of 9

KONSEP STRES

1. Pengertian
 Stres adalah respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang
terganggu, suatu penomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak
dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres member dampak secara total pada
individu yang terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stress dapat
mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmus, 2004).
 Stress (Hans Selye) adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap
tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana respons tubuh seseorang manakala yang
bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup sanggup
mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang
bersangkutan tidak mengalami stress. Tetapi sebaliknya bila ternyata ia mengalami
gangguan pada satu atau lebih oraga tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat
menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distress
(Dadang, 2004)
2. Pandangan Stres
1. Pandangan Stres Sebagai Stimulus
Pandangan ini menyatakan stress sebagai suatu stimulus yang menuntut, di mana
semakin tinggi besar tekanan yang dialami seseorang, maka semakin besar pula
stres yang dialami .
2. Pandangan Stres Sebagai Respons
Mengidentifikasi stress sebagai respons individu terhadap stressor yang diterima,
dimana ini sebagai akibat respons fisiologis dan emosional atau juga sebagai
respons yang nonspesifik tubuh terhadap tuntutan lingkungan yang ada
.
3. Pandangan Stres Sebagai Transaksional
Pandangan ini merupakan suatu interaksi antara orang dengan lingkungan
dengan meninjau dari kemampuan individu dalam mengatasi masalah dan
terbentuknya sebagai koping.
3. Macam-macam Stres
Apabila ditijau dari penyebab stress, dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Stres Fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau rendah, suara
amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
2. Stres Kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone,
atau gas.
3. Stres Mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan
penyakit.
4. Stres Fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik
sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
5. Stres Proses Pertumbuhan dan Perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
6. Stres Psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial,
budaya, atau keamanan menurut. (Sunaryo, 2004)
4. Sumber Stresor
Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu :
1. Lingkungan
Lingkungan kehidupan memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri,diantaran
ya :
1. Cuaca, kebisingan, kepadatan,4
2. Tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman terhadap rasaaman dan harga
diri
3. Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman, pasangan, dan
perubahan keluarga.
2. Fisiologik ~ dari tubuh kita
1. Perubahan kondisi tubuh: masa remaja, haid, hamil, meno/andropause, proses
menua, kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur >tekanan terhadap tubuh.
2. Reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman dan perubahan lingkunganmengakibatkan
perubahan pada tubuh kita, menimbulkan stress.
3. Pikiran kita
Pikiran menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan danmenen
tukan kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita memberi maknaatau label
pada pengalaman dan antisipasi ke depan, bisa membuat kita relaxatau stress.
Ada tujuh sumber stres dalam pekerjaan (Schermerhorn, 1996, 411-412), yaitu:
1. Pekerjaan - terlalu banyak atau terlalu sedikit
2. Ambiguitas peran – tidak tahu apa yang diharapkan dalam pekerjaan atautidak pernah
tahu hasil evaluasinya
3. Konflik Peran – tidak mampu menjalankan tugas ganda yang diberikanatasan.
4. Dilema etika – diminta untuk melakukan pekerjaan yang bertentangandengan etika.
5. Problem interpersonal – kerjasama yang tidak cocok
6. Perkembangan karir – tidak lancer.
7. Setting fiisik – bising, kurang privasi, polusi, atau kondisi lain yang tidak layak.
5. Model Stres Kesehatan
1. Unsur kepribadian, bahwa stress dapat dipengaruhi karena adanya tipe kepribadian yang
memudahkan timbulnya kesakitan.
2. Unsur interaktif, stres dapat menyebabkan ketidakkebalan tubuh sehingga tubuh akan
menjadi mudah terjadi gangguan pada tubuh baik biologis maupun psikologis.
3. Unsur perilaku sehat, stress dapat secara tidak langsung mempengaruhi kesakitan akan
tetapi dapat merubah perilaku terlebih dahulu seperti adanya peningkatan konsumsi
alcohol, rokok, dan lain-lain.
4. Unsur perilaku sakit, stres dapat mempengaruhi secara langsung terhadap kesakitan
tanpa menyebabkan adanya perilaku sakit seperti mencari bantuan pengobatan
6. Faktor Pengaruh Respons Terhadap Stresor
1. Sifat Stresor
Sifat stresor merupakan factor yang dapat mempengaruhi respons tubuh
terhadap stresor. Sifat stresor ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsur-angsur,
sifat ini pada setiap individu dapat berbeda tergantung dari pemahaman tentang
arti stresor.
2. Durasi Stresor
Lamanya stresor yang dialami klien akan mempengaruhi respons tubuh. Apabila
stresor yang dialami lebih lama, maka respons yang dialaminya juga akan lebih
lama dan dapat mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.
3. Jumlah Stresor
Jumlah stresor yang dialami seseorang dapat menentukan respons tubuh.
Semakin banyak stresor yang dialami pada seseorang, dapat menimbulkan
dampak yang besar bagi fungsi tubuh juga sebaliknya dengan jumlah stresor yang
dialami banyak dan kemampuan adaptasi baik, maka seseorang akan memiliki
kemampuan dalam mengatasinya.
4. Pengalaman masa lalu
Pengalaman ini juga mempengaruhi respons tubuh terhadap stresor yang
dimiliki. Semakin banyak stresor dan pengalaman yang dialami dan mampu
menghadapinya, maka semakin baik dalam mengatasinya sehingga kemampuan
adaptifnya akan semakin baik pula.
5. Tipe kepribadian
Tipe kepribadian seseorang diyakini juga dapat mempengaruhi respons terhadap
stressor. Menurut Friedman dan Rosenman, 1974, terdapat dua tipe kepribadian,
yaitu Tipe A dan Tipe B. Orang dengan tipe kepribadian A lebih rentan terkena
stress apabila dibandingkan dengan orang yang memiliki tipe kepribadian B. tipe
A memiliki ciri-ciri: ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar,mudah tegang,
mudah tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebihan,
berbicara dengan cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai berorganisasi dan
memimpin atau memerintah, lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan,
kaku terhadap waktu, tidak mudah dipengaruhi, dan sulit untuk santai.
Sedangkan tipe B memiliki sifat kebalikan dari tipe A, antara lain lebih santai,
penyabar, tenang, tidak mudah marah/tesinggung, jarang kekurangan waktu
untuk melakukan hal-hal yang disukai, fleksibel, mudah bergaul, dll.
6. Tahap perkembangan
Tahap perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi yang
semakin baik terhadap stressor. Stressor yang dialami individu berbeda pada
setiap tahap perkembangan usia sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini.

Tahap
Jenis Stressor
Perkembangan
Konflik kemandirian dan tergantung pada orang tua
Mulai besekolah
Anak Hubungan dengan teman sebaya
Kempetisi dengan teman

Perubahan tubuh
Hubungan dengan teman
Remaja
Seksualitas
Kemandirian
Menikah
Meninggalkan rumah
Dewasa muda Mulai bekerja
Melanjutkan pendidikan
Membesarkan anak
Menerima proses peuaan
Dewasa tengah
Status social
Usia lanjut
Perubahan tempat tinggal
Dewasa tua
Penyesuaian diri pada masa pension
Proses kematian

7. Tahapan Stres
1. Stres Tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya di sertai
dengan perasaa-perasaan sebagai berikut :
1. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
2. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya
3. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa di sadari
cadangan energy dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula
4. Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun
tanpa di sadari cadangan energy semakin menipis.
2. Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stress yang semula “menyenangkan” sebagaimana
yang di uraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-
keluhan yang di sebabkan karena cadangan energy tidak lagi cukup sepanjang
hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Keluhan-keluhan yang sering
dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stress tahap II adalah sebagai
berikut :
1. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.
2. Merasa mudah lelah sesudah makan siang
3. Lekas merasa capai menjelang sore hari
4. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort)
5. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
6. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
7. Tidak bisa santai
3. Stres Tahap III
Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana di uraikan pada stress tahap II
tersebut diatas, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan
yang semakin nyata dan mengganggu yaitu :
1. Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan “maag” (gastritis),
buang air besar tidak teratur (diare).
2. Ketegangan otot-otot semakin terasa
3. Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat
4. Ganguan pola tidur (insomnia) misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early
insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia),
atau bangun terlalu pagi/dini hari tidak dapat kembali tidur (lae insomnia)
5. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan)
4. Stres tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan
dengan keluhan-keluhan stress tahap III diatas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit
karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya.
Maka gejala stress tahap IV akan muncul :
1. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit
2. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudan di selesaikan menjadi
membosankan dan terasa lebih sulit
3. Yang semula tanggapan terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk
merespons secara memadai (adequate)
4. Ketidak mampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
5. Gangguan pola tidur di sertai dengan mimpi-mimpi yang menyenagkan
6. Sering kali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan
7. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun
8. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat di jelaskan apa
penyebabnya.
5. Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress tahap V yang
di tandai dengan hal-hal berikut :
1. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological
exhaustion)
2. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan
sederhana
3. Gangguan system pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder)
4. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah
binggung dan panic
6. Stres Tahap VI
Tahap ini merupakan tahap klimaks, seseorang mengalami serangan panic (panic
attack) dan perasaan takut mati tidak jarang orang yang mengalami stress tahap
IV ini berulang kali di bawa ke UGD bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya di
pulangkan karena tidak di temukan kelainan fisik organ tubuh.
Gambaran stress tahap VI ini adalah sebagai berikut :
1. Debar jantung teramat keras
2. Susah bernafas (sesak dan megap-megap)
3. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
4. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
5. Pingsan atau kolaps (collaps). (Dadang, 2004)
8. Reaksi Tubuh Terhadap Stres
Sebagaimana telah disebutkan dimuka bahwa yang dimaksud dengan stress
adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau
beban kehidupan). Kecuali gejala-gejala tahapan stress maupun perubahan perilaku
yang telah di uraikan di muka, maka seseorang yang mengalami stress dapat pula di
lihat atupun di rasakan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya
misalnya antara lain:
1. Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna
menjadi kecoklat-coklatan serta kusam.
2. Mata
Ketajaman mata sering kali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena kabur
3. Telinga
Pendengaran sering kali terganggu dengan suara berdenging (tinitus)
4. Daya piker
Kemampuan berfikir dan mengingat serta konsentrasi menurun.Orang menjadi
pelupa dan sering kali mengeluh sakit kepala atau pusing.
5. Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stress Nampak tegang, dahi berkerut, mimic Nampak
serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan kulit muka
kedutan (tin facialis)
6. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu pada
tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini di sebabkan
karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga
serasa “tercekik”
7. Kulit
Pada orang yang mengalami stress reaksi kulit bermacam-macam pada kulit dari
sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan.
8. Sistem pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stress dapat terganggu misalnya
nafas terasa berat dan sesak di sebabkan terjadi penyempita pada saluran
pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot rongga dada
9. System Kardiovasculer
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovasculer dapat terganggu faalnya
karena stress
10. Sistem pencernaan
Orang yang mengalami stress sering kali mengalami gangguan pada system
pencernaannya.Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih.
11. Sistem perkemihan
Orang yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni ) dapat juga
terganggu.Yang sering di keluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil
lebih sering dari biasanya messkipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes
mellitus)
12. Sistem otot dan tulang
Stress dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang
(musculosceletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju)
seperti di tusuk-tusuk, pegal dan tegang
13. Sistem Endokrin
Gangguan pada system endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stress
adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bias
mengakibatkan penyakit kencing manis (diabetes mellitus)
14. Libido
Kegairahan seseorang di bidang seksual dapat pula terpengaruh karena stress. (Dadang,
2004)
9. Manajemen Stres
1. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau
mengatasi stress melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan,
dengan mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makanan
dingin dan monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.
2. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stress karena
dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan akan
memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan
dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
3. Olahraga atau Latihan Teratur
Olahraga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya
tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga dapat dilakukan dengan cara
jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang
penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk
memulihkan kebugaran.
4. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stress karena dapat
meningkatkan status kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan
tubuh.
5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan factor pencetus yang dapat mengakibatkan
terjadinya stress. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan
ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena
minuman keras banyak mengandung alcohol.
6. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan factor yang dapat menyebabkan timbulnya
stress karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stress. Keadaan
tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh
terhadap stress.
7. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan
menanggulangi stress. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang dapat
menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan
dengan cara mengunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek
produktivitas waktu.
8. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stress yang dialami
dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga
stresor psikososialyang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau
psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obat yang
digunakan biasannya anti cemas dan anti depresi.
9. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stress yang dialami
sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu system tubuh yang lain.
10. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan
kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif
danpsikoterapi redukatif dimana psikoterapi suportif ini memberikan motifasi
atas dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi
reedukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu
ada psikoterapi rekontruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.
11. Terapi Psikoreligius
Terapi ini menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan
psikologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan
seseorang harus sehat secara fisik,psikis, social dan spiritual sehingga stres yang
dialami dapat diatasi.
10. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis terhadap stress adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keadaan relative seimbang. Kemampuan adaptif ini adalah bentuk
dinamik dari ekuilibrium lingkungan internal tubuh. Lingkungan internal secara
konstan berubah dan mekanisme adaptif tubuh secara continue berfungsi untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan ini dan untuk mempertahankan ekuilibrium
atau homeostatis.
Homeostatis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol
fungsi tubuh dan memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini
dikontrol oleh system saraf dan endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh
membuat penyesuaian dalam frekuensi jantung,frekuensi pernafasan, tekanan
darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit, sekresi hormone dan tingkat
kesadaran yang semuanya ditunjukan untuk mempertahankan adaptasi.
11. Mekanisme Adaptasi Fisiologis
Ketika seseorang menyadari tentang kebutuhan fisiologis yang tidak
terpenuhi, seperti makanan atau kehangatan, tindakan yang akan dilakukan adalah
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk sebagian besar, bagaimanapun juga,
adaptasi mencakup penyesuaian yang dibuat tubuh secara otomatis untuk
mempertahankan ekuilibrium. Mekanisme homeostatis ini adalah penganturan-
mandiri dengan kata lain, mekanisme ini adalah otomatis. Namun demikian, pada
individu yang sakit atau mengalami cedera, mekanisme ini mungkin tidak mampu
untuk mempertahankan dan menopang homeostatis.
Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negative, yaitu
suatu proses dimana mekanisme control merasakan suatu keadaan abnormal, seperti
penurunan suhu tubuh, dan membuat suatu respons adaptif, seperti mulai menggigil
untukmembangkitkan panas tubuh. Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan
dalam mengadaptasi stresor dikontrol oleh medulla oblongata, formasi reticular, dan
kelenjar hipofisis.
Medulla Oblongata . Medula oblongata mengontrol fungsi fungsi vital yang
diperlukan untuk bertahan. Fungsi ini termasuk frekuensi jantung, tekanan darah,
dan pernafasan. Impuls yang menjalar ked an dari medulla oblongata dapat
meningkatkan atau menurunkan fungsi ini.
Formasi Retikuler. Formasi retikuler adalah kelompok kecil neuron dalam
batang otak dan medulla spinalis. Kelompok ini juga mengontrol fungsi vital dan
secara kontinu memantau status fisiologis tubuh melalui sambungan dengan traktus
sensoris dan motoris.
Kelenjar Hipofisis. Kelenjar hipofisis adalah kelenjar kecil yang melekat pada
hipotalamus, menyuplai hormone yang mengontrol fungsi vital. Kelenjar hipofisis
menghasilkan hormone yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap stress. Selain
itu, kelenjar hipofisis mengatur sekresi dari hormon-hormon tiroid, gonad dan
paratiroid.
12. Keterbatasan Mekanisme Fisiologis Adaptasi
Mekanisme fisiologis adaptasi bekerja sama melalui hubungan yang kompleks
dalam saraf dan system endoktrin dan system tubuh lainnya untuk mempertahankan
konstansitas relative didalam tubuh. Pada individu yang sehat, mekanisme ini
mempengaruhi keseimbangan fisiologis dan terpenuhinya kebutuhan tubuh. Namun
demikian, mekanisme adaptasi fisiologis hanya dapat memberikan kontrol jangka
pendek terhadap ekuilibrium tubuh. Mekanisme ini tidak dapat mengadaptasi
perubahan jangka panjang dalam sekresi hormone atau fungsi vital. Oleh karenanya,
penyakit, cedera, atau stress yang berkepanjangan dapat menurunkan kapasitas
adaptif. Fungsi yang menurun dapat mengakibatkan control homeostatis berlanjut
tetapi tidak adekuat atau kerusakan mekanisme umpan balik yang memungkinkan
terjadi control. Kedua bentuk fungsi yang menurun tersebut dapat mengakibatkan
penyakit lebih memburuk atau kematian.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Jadi, bisa dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas
yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu,
maka tubuh akan berespons dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga
orang tersebut dapat mengalami stress. Sebaliknya apabila seseorang yang dengan
beban tugas yang berat tetapi mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh
berespons dengan baik, maka orang itu tidak mengalami stress.
2. Kritik dan Saran
Semoga makalah bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis
khususnya dan pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharap kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Perry dan Potter. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC .

You might also like