Professional Documents
Culture Documents
Pengembangan Sosial
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai
aspek perkembangan anak, termasuk perkemabangan sosialnya. Proses pendidikan yang
bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan keluarga. Pola pergaulan
dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan
dan diarahkan oleh keluarga.
b. Kematangan
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut
pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik dipeerlukan kematangan fisik
sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
d. Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh
kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Hakikat pendidikan sebagai proses
pengoperasian ilmu yang normatif. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja
diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Etik pergaulan
dan pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membenuk perilaku
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Pencerminan sifar egois sering dapat menyebabkan “kekakuan” pada remaja dalam cara
berfikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak
bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu dirinya dalam bergaul, karena
disangkanya orang lain sepikiran dan ikut tidak puas mengenai penampilan dirinya. Hal ini
menimbulkan perasaan “seperti” selalu diamati orang lain, perasaan malu, dan membatasi gerak-
geriknya. Akibat dari hal itu akan terlihat paa tingkah laku yang canggung.
Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi lain dimana
remaja itu justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri, sehingga berani menantang
malapetaka dan menceburkan diri dalam aktivitass yang acapkali dipikirkan atau direncanakan.
Aktivitas yang dilakukan pada umumnya tergolong aktivitas yang membahayakan.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat
orang lain, maka sifat ego semakin berkurang. Pada akhir masa remaja berpengaruh egosentrisitas
sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat berhubungan dengan orang lain tanpa
meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.
Remaja dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu
tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Ia (mereka) belum memahami benar tentang norma-
norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan
hubungan sosial yang kurang serasi, karena ia (mereka) sukar untuk menerima norma sesuai
dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam
pergaulan akan merugikan kedua belah pihak.
Perkembangan Moral
1. Pengertian dan Saling Keterkaitan Antara Nilai, Moral, dan Sikap serta Pengaruhnya
tehadap Tingkah Laku
Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan
sebagainya. Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan
suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dan kemampuan
untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral
merupakan kendali dalam bertingkah laku.
Dalam kaitannya dengan pengamalan nilai-nilai hidup, maka moral merupakan kontrol
dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Misalnya
dalam pengamalan nilai hidup: tenggang rasa, dalam perilakunya seseorang akan selalu
memperhatikan perasaan orang lain, tidak “semau gue”. Dia dapat membedakan tindakan yang
benar dan yang salah.
Dengan demikian, keterkaitan antara nilai nilai moral, sikap dan tingah laku akan tampak
dalam pengamalan niai-nilai . Dengan kata lain nilai-nilai perlu dikenal terlebih dulu, kemudian
dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut
dan pada akhirnya terwujud tingkh laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.
Nilai-nilai kehidupan yang perlu diinformasikan dan selanjutnya dihayati oleh para
remaja tidak terbatas pada adat kebiasaan dan sopan santun saja, namun juga seperangkat nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila, misalnya nilai-nilai kegamaan, nilai-nilai
perikamanusiaan dan perikeadilan, nilai-nilai estetik, nilai-nilai etik, dan nilai-nilai intelektual,
dalam bentuk-bentuk sesuai dengan perkembangan remaja
Menurut Furter(1965)(dalam Monks, 1984:252), kehidupan moral merupakan
problematik yang pokok dalam masa remaja. Maka perlu kiranya untuk meninjau perkembangan
moralitas ini mulai dari waktu anak dilahirkan, untuk dapat memahami mengapa justru pada
masa remaja hal tersebut menduduki tempat yang sangat penting.
Bagi para ahli psikoanalisis perkembangan moral dipandang sebagai proses internalisasi
norma-norma masyarakat dan di pandang sebagai kematangan dari sudut organik biologis.
Menurut psikoanalisis moral dan nilai menyatu dalam konsep superego. Superego dibentuk
melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah yang datang dari luar
(khususnya dari orang tua) sedemikian rupa sehingga akhirnya terpencar dari dalam diri sendiiri.
Dalam kenyataan sehari-haru selalu saja ada gradasi dalam intensitas penghayatan dan
pengetahuan individu mengenai nilai-nilai tertentu, apapun niai tersebut. Misalnya pemahaman
konsep dan nilai tenggang rasa, bila dibandingkan dengan sikap serta tingkah laku nya dalam
kaitannya dengan tenggang rasa, memunginkan kita menempatkan individu dalam satu
kontinum.
a. Di ujung paling kiri, kita kelompokkan individ yang hampir-hampir atau sama sekali
tidak tahu tentang konsep dan niai tenggang rasa dan karenanya juga tidak bertindak
secara benar ditinjau dari konsep tenggang rasa.
b. Di ujung kanan terdapat individu yang baik pengetahuan maupun tingkah lakunya,
mencerminkan penghayatan nilai tenggang rasa yang sangat meyakinkan.
5. Upaya Mengembangkan Nilai, Moral, dan Sikap Remaja serta Implikasinya dalam
Penyelenggaraan Pendidikan
Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral, dan sikap remaja antara lain:
a. Menciptakan Komunikasi
Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral.
Anak tidak pasif mendengarkan dari orang dewasa bagaimana seseorang harus bertingkah laku
sesuai dengan norma dan nilai-nilai moral, tetapi anak-anak harus dirangsang supaya lebih aktif.
Hendaknya ada upaya untuk mengikutsertakan remaja dalam beberapa pembicaraan dalam
pengambilan keputusan keluarga, sedangkan dalam kelompok sebaya, remaja turut serta secara
aktif dalam tanggung jawab dan penentuan maupun keputusan kelompok.