You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap transportasi umum menyebabkan

penyebaran transportasi di Indonesia kini semakin mengalami peningkatan seiring

dengan berjalannya waktu. Permintaan akan adanya transportasi yang dapat dengan

cepat tiba ditempat tujuan ditengah-tengah kemacetan di Kota Bandung, serta

transportasi yang dapat dengan mudah ditemukan oleh masyarakat sehingga efisiensi

waktu dapat lebih optimal.

Ojek, menjadi salah satu yang terpopuler diantara sarana transportasi lainnya.

Menggunakan motor sebagai alat transportasinya, membuat berkendara menggunakan

ojek lebih cepat dibandingkan dengan angkot, bus, maupun taksi. Dengan kemacetan

yang kini sering sekali terjadi di Kota Bandung, membuat warga Bandung lebih

memilih ojek sebagai alat transportasi agar dapat lebih cepat tiba ditempat tujuan.

Warga Malang pun lebih mudah mengakses ojek tersebut karena biasanya para tukang

ojek memiliki pangkalan didaerahnya masing-masing, sehingga warga tidak perlu repot-

repot menunggu transportasi untuk menghampiri mereka.

Dengan kemajuan teknologi informasi yang ada, muncul transportasi umum yang

dapat diakses menggunakan gadget. Berawal dari Jakarta sebagai pencetus ojek online

di Indonesia, kini ojek online juga telah marak dikalangan warga Kota Bandung. Setiap

pengguna transportasi ojek kini dapat menggunakan handphone dengan aplikasi khusus

untuk dapat mengakses ojek online.


Ojek online tersebut dirasa sebagai transportasi alternatif karena lebih mudah

diakses oleh setiap warga Kota Bandung. Mereka tidak perlu lagi berjalan kaki ke

pangkalan ojek dan hanya perlu menunggu ojek online menghampiri lokasi tempat

mereka berada. Selain itu, aplikasi ojek online memungkinkan calon penumpang

berinteraksi dengan pengendara ojek online. Hal tersebut mempermudah calon

penumpang untuk memberitahukan lokasi mereka kepada pengendara ojek online. Ojek

online juga tidak hanya menerima jasa ojek manusia sebagai objeknya, ojek online juga

menawarkan jasa pengantaran barang, seperti pemesanan makan siang untuk diantar

maupun hanya untuk mengambilkan barang yang tertinggal untuk kemudian diantarkan

sampai kepada pengguna jasa. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan ojek online

tersebut membuat para pengguna ojek online meningkat setiap harinya.

Meningkatnya penggunaan ojek online dikalangan warga Kota Bandung membuat

perusahaan yang menggerakan ojek online terus memperlebar jaringannya. Hal tersebut

membuat lapangan pekerjaan sebagai pengendara ojek online terbuka lebar. Selain

memberikan gaji pokok, perusahaan ojek online juga biasanya memberikan berbagai

fasilitas untuk mendukung kinerja pengendara ojek online salah satunya ialah

handphone untuk mengakses pengguna transportasi umum.

Penggunaan ojek online yang kini marak digunakan oleh warga Kota Bandung

berdampak terhadap berkurangnya minat penggunaan ojek konvensional. Kemudahan

yang ditawarkan oleh ojek online terkesan menenggelamkan keberadaan ojek

konvensional terutama di kecamatan Lowokwaru, Malang. Para pekerja ojek

konvensional yang berada di Kecamatan Cibenying Kaler, Bandung ini pun merasa

cukup dirugikan dengan kondisi tersebut. Berkurangnya minat warga Kota Bandung

terhadap penggunaan ojek konvensional mengurangi jumlah pengguna ojek


konvensional, hal ini dapat dilihat dari sepinya pangkalan ojek konvensional.

Berkurangnya minat warga Bandung terhadap ojek konvensional tentu saja akan

berdampak besar terhadap pendapatan mereka.

Berkurangnya pendapatan ojek konvensional ini menimbulkan penolakan terhadap

keberadaan ojek online yang ada di Bandung. Penolakan ini diwujudkan dengan

berdemo di depan Kantor Walikota, Bandung dengan tuntutan untuk meniadakan ojek

online di Kota Bandung. Penolakan tersebut tidak hanya sebatas demo, namun tidak

sedikit dari mereka yang melarang ojek online untuk beroperasi di tempat-tempat yang

ramai akan pengunjung seperti terminal, mall, dan stasiun. Bahkan ada juga oknum-

oknum yang menggunakan kekerasan fisik untuk menakut-nakuti pekerja ojek online

agar tidak beroperasi dan mengurangi calon penumpang ojek konvensional.

Melihat masalah yang tengah terjadi di masyarakat tersebut antara ojek online dan

ojek konvensional tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Kondisi Pendapatan Ojek Konvensional Terhadap Keberadaan Ojek

Online”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi pendapatan ojek konvensional sebelum adanya ojek online?

2. Bagaimana kondisi pendapatan ojek konvensional setelah adanya ojek online?


1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis kondisi pendapatan ojek

konvensional sebelum adanya ojek online.

2. Untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis kondisi pendapatan ojek

konvensional setelah adanya ojek online.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

untuk kalangan masyarakat , perusahaan transportasi dan dari kalangan pemerintah,

antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mempunyai kontribusi menambah ilmu

pengetahuan dalam dunia pendidikan tentang dampak dari keberadaan ojek

online terhadap pendapatan ojek konvensional.

b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan atau referensi bagi

penelitian–penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kondisi pendapatan

ojek konvensial terhadap keberadaan ojek online.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, agar dapat lebih memahami dampak dari keberadaan ojek

online terhadap pendapatan ojek konvensional.


b. Bagi Masyarakat, agar dapat lebih bijak untuk memilih moda transportasi

apa yang baik digunakan sesuai dengan kondisi yang ada.

c. Bagi perusahaan transportasi , agar dapat menciptakan dan selalu

mengembangkan alternative solusi transportasi bagi masyarakat Kota

Bandung yang tidak merugikan pihak manapun.

d. Bagi pemerintah, agar dapat mempertimbangkan, memecahkan masalah,

serta mengambil kebijakan/keputusan yang tepat mengenai keberadaan ojek

online maupun ojek konvensional.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ojek Online

2.1.1 Definisi Ojek Online

Ojek online merupakan angkutan umum yang sama dengan ojek pada umumnya,

yang menggunakan sepeda motor sebagai sarana pengangkutan namun ojek online dapat

dikatakan lebih maju karena telah terintegrasi dengan kemajuan teknologi. Ojek online

merupakan ojek sepeda motor yang menggunakan teknologi dengan memanfaatkan

aplikasi pada smartphone yang memudahkan pengguna jasa untuk memanggil

pengemudi ojek tidak hanya dalam hal sebagai sarana pengangkutan orang dan/atau

barang namun juga dapat dimanfaatkan untuk membeli barang bahkan memesan

makanan sehingga dalam masyarakat global terutama di kota-kota besar dengan

kegiatan yang sangat padat dan tidak dapat dipungkiri masalah kemacetan selalu

menjadi polemik, ojek online ini hadir untuk memudahkan masyarakat dalam

melakukan kegiatan sehari-hari dengan mengedepankan teknologi yang semakin maju

Dalam aplikasi yang diunduh customers sudah dapat diketahui jarak, lama

pemesanan, harga, nama orang yang menjemput, serta perusahaan pengelolannya.

Seluruh identitas pengendara sudah diketahui secara pasti karena perusahaan pengelola

telah melakukan proses verifikasi terlebih dahulu sebelum melakukan kerjasama

kemitraan. Terdapat beberapa hal yang bisa diketahui oleh pelanggan saat memesan

ojek online yaitu:


 Identitas Pelanggan

 Mudah menemukan tukang ojek

 Tidak perlu tawar menawar

 Bisa menemukan pengendara yang tahu lokasi tujuan

 Mengetahui harga secara pasti sebelum berangkat.

 Foto pengendara

Sedangkan dari sisi pengendara atau rider, tukang ojek online yang selama ini harus

menawarkan jasa ke pelanggan yang lewat kini tidak perlu lagi menawarkan jasanya.

Yang perlu dilakukan oleh seorang pengendara ojek online adalah memutuskan

menerima atau tidak menerima tawaran dari customers yang berhubungan langsung

dengan perusahaan pengelola.. kelebihan yang dapat dirasakan oleh pengendara/driver

ojek online adalah tidak adanya proses tawar-menawar, tidak adanya proses

menanyakan tujuan, serta tidak ada lagi ketidakpastian harga. Semuanya sudah

ditentukan lewah HP hanya dengan sekali klik di HP.

Selain kelebihan yang dijelaskan diatas, pihak driver atau pengendara juga

memperoleh kelebihan lain dengan menjadi ojek online, seperti:

 Tidak perlu menawarkan jasanya ke setiap orang yang lewat.

 Tidak perlu nongkrong dipangkalan

 Pulang ke rumah berarti tidak ada order

 Tidak perlu berhadapan dengan pelanggan yang tawar berlebihan.

 Mengetahui tujuan pelanggan sebelum berangkat.

 Pengertian dan definisi ojek online sendiri berbeda dengan pengertian dari ojek

panggilan. Walaupun dalam prakteknya keduanya menggunakan HP, tetapi yang


satu menggunakan telp untuk memesan, sedangkan yang satunya melalui

aplikasi di HP.

 Walaupun beberapa perusahaan menyelenggarakan pesanan ojek melalui online,

perusahaan demikian tidak dapat disebut sebagai perusahaan ojek online.

Pengertian dan definisi ojek online sendiri berbeda dengan pengertian dari ojek

panggilan. Walaupun dalam prakteknya keduanya menggunakan HP, tetapi yang satu

menggunakan telp untuk memesan, sedangkan yang satunya melalui aplikasi di HP.

Walaupun beberapa perusahaan menyelenggarakan pesanan ojek melalui online,

perusahaan demikian tidak dapat disebut sebagai perusahaan ojek online.

2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Keberadaan Ojek Online

Memboomingnya ojek berbasis online pada tahun 2015 menimbulkan dampak

positif dan negatif. Warga Bandung yang membutuhkan angkutan cepat menembus

kemacetan tentu saja sangat terbantu dengan keberadaan ojek online. Tetapi dampak

lainya, mereka juga menimbulkan kemacetan.

a. Kelebihan Ojek Online

1. Mempermudah warga

Sebagian besar pengguna jasa ojek online mengaku dimudahkan dengan

layanan jemput di lokasi. Mereka tidak perlu repot-repot mencari pangkalan

ojek lagi. Cukup memesan layanan melalui layar smartphone, pengemudi

ojek online siap mengantar.


2. Menghemat ongkos

Adanya promosi yang dibuat oleh para perusahaan ojek online membawa

keuntungan pada konsumen. Seperti Go-Jek dan Grab Bike. Dengan memberi

promo tarif flat, keduanya memanjakan konsumennya dengan tarif flat sekitar

Rp 5.000 hingga Rp 15.000 dalam jarak km tertentu. "Saya biasanya kalau ke

kantor naik ojek yang dekat rumah, tapi sekarang lebih nyaman naik ojek

online. Lebih murah soalnya, bisa hemat berapa ribu, lumayan," kata Toto

(34), seorang karyawan yang berkantor di Jakarta Selatan.

3. Lapangan kerja

Pendapatan ojek online yang lumayan dibandingkan ojek pangkalan, cukup

menggiurkan. Ojek pangkalan yang melihat peluang ini memilih bergabung

dengan ojek online. Bahkan, ketika gembar-gembor pendapatan dari ojek

online hingga puluhan juta sebulannya, beberapa pegawai swasta tertarik

bergabung sebagai pekerjaan sampingan. Bahkan, ada yang rela

meninggalkan pekerjaannya sebagai manajer sebuah perusahaan, karena

tergiur dengan pendapatan yang lumayan besar. Seperti pengojek Grab Bike,

Rudianto (26). Sejak bergabung dengan Grab Bike, 20 Mei 2015 lalu,

pendapatan terbesar Rudianto dalam sebulan bisa mencapai Rp 23 juta.

4. Pelayanan yang lebih professional

Selain menyediakan helm bagi pengendara dan penumpang (lengkap dengan

masker dan penutup rambut), ojek online juga melengkapi supir-supirnya

dengan perangkat yang menunjang pemesanan dan aktivitas lainnya.


5. Layanan pesan antar

Selain mengantar penumpang, konsumen juga banyak menggunakan layanan

ojek online untuk kurir dan pemesanan makanan. Artinya? Kita bisa pesan

makanan dari manapun, termasuk dari warung sate kesukaan yang tidak

punya delivery service!

6. Diskon dan harga promosi

Semua orang suka diskon. Ini yang digunakan oleh ojek online untuk menarik

massa. Mulai dari potongan harga untuk pengguna pertama hingga promosi

jelang bulan puasa.

7. Tidak perlu ke pangkalan

Aplikasi ojek online memungkinkan pengguna untuk memesan ojek tanpa

harus ke pangkalan. Mereka bisa mendapatkan ojek di manapun dan

kapanpun.

8. Potensi kerja paruh waktu

Bagi pengemudi, ojek online memberikan keleluasaan dalam bekerja.

Artinya, siapapun asal punya SIM dan STNK bisa jadi supir ojek tanpa harus

mangkal.
b. Kekurangan Ojek Online

1. Menambah Kemacetan

Meski mengklaim diri berbeda dengan ojek pangkalan, kenyataan di

lapangan, pengojek online tetap membuat beberapa pangkalan atau memang

mangkal di sebuah tempat sambil menunggu order dari konsumen. Tidak

jarang, trotoar hingga badan jalan jadi tempat mangkal pengojek online.

Kondisi ini sampai membuat pihak kepolisian sepakat untuk menindak tegas

para pengojek online yang mangkal, terutama di trotoar. Salah satu pengojek

online yang biasa mangkal, Rudi (36), mengaku sengaja mangka ditempat-

tempat yang ramai akan pengunjung dan pada jam-jam tertentu seperti sejak

pukul 16.00 WIB hingga 19.00 WIB. Menurut dia, lebih mudah untuk

mengambil order jika menetap di tempat ramai seperti mall, kampus, dan

lain-lain. karena konsumen yang memesan dari tempat-tempat yang ramai

cukup banyak.

2. Konflik dengan ojek konvensional

Dinamika antara pengojek online dengan pengojek pangkalan yang lebih

"senior" beberapa kali terjadi. Dengan layanan ojek online yang tampak lebih

laku, pengojek pangkalan merasa terintimidasi dengan keberadaan mereka,.

Karena selain drivernya yang semakin banyak dari waktu ke waktu,

permintaan mereka pun semakin bertambah pula yang menyebabkan minat

terhadap ojek konvensional semakin menurun dan berdampak pada

pendapatan mereka yang semakin merosot pula. Hal ini pun sering menjadi

menyebab terjadinya konflik diantara ojek online dan ojek konvensional.

Konflik pengojek online dan pengojek konvensional tidak berlangsung lama.


Kini, kebanyakan pengojek konvensional sudah mau bergabung dengan

perusahaan ojek online. Mereka yang masih bertahan sebagai pengojek

konvensional, berangsur-angsur sudah bisa menerima keberadaan pengojek

online yang dianggap memiliki konsumen berbeda.

3. Server aplikasi yang mengalami gangguan

Seperti aplikasi digital lainnya, server ojek online mengalami gangguan

sehingga pengguna tidak bisa memesan layanan. Kesalahan teknis juga

terkadang terjadi pada penggunaan pembayaran via credit, alat pembayaran

sejenis pulsa. Ada yang mengeluh kreditnya terpakai, namun layanan tidak

datang, ada pula supir yang kebingungan karena tidak paham sistem ini.

Entah ini kesalahan teknis atau akal-akalan supir, masalah credit cukup

menjadi sorotan pengguna layanan ojek online.

4. Sulitnya mencari pengendara/driver ojek online

Penggunaan aplikasi berarti konsumen harus bergantung pada sistem

pencarian di sana. Terkadang, aplikasi tidak berhasil mendapatkan supir yang

dibutuhkan, padahal banyak pengendara/driver ojek online berkeliaran di

daerah tersebut.

5. Perubahan struktur sosial?

6. Sebuah blog mengkritik sistem baru yang dibangun oleh Go-Jek secara

antropologis. Menurut penulisnya, sistem ini merusak tatanan sosial dan nilai-

nilai yang terkandung dalam sebuah pangkalan ojek: sistem mengantri,

sopan-santun, hingga sentuhan personal yang terjadi dalam setiap transaksi di

pangkalan ojek. Layanan angkutan ojek sepeda motor berbasis telepon seluler

seperti GoJek dan Grab Bike memberikan peluang bagi pengemudi ojek
untuk mendapatkan pelanggan di lokasi mana saja tanpa terikat pangkalan.

GoJek di laman resminya menyatakan bahwa seluruh calon pengemudi GoJek

akan mendapat pelatihan menyeluruh mulai penggunaan telepon seluler

hingga keamanan mengemudi. Selain itu pengemudi akan mendapat

pembagian keuntungan sebesar 80 persen untuk pengemudi dan 20 persen

untuk perusahaan, termasuk bonus saat mencapai target tertentu.

2.2 Ojek Konvensional

2.2.1 Definisi Ojek Konvensional

Ojek konvensional adalah para pekerja transportasi ojek yang biasa berkumpul atau

menetap di sebuah jalan yang sekiranya banyak akan mendapat penumpang. Biasanya

ojek pangkalan ini bertempat di depan komplek, atau depan gang, pasar dan lain-lain.

Pihak penyedia jasa ojek online sebenarnya sudah banyak melakukan pendekatan

dengan pihak ojek pangkalan dengan berbagai penawaran untuk bergabung, nyatanya

banyak yang masih menolak. Singkatnya, alasan mereka yang menolak adalah mereka

merasa “ribet” dengan segala aturan yang harus mereka patuhi. Bahkan ada pula yang

keberatan dengan tata cara untuk bergabung dengan ojek online yang dianggap berbelit

dengan harus melengkapi beberapa dokumen yang dibutuhkan.

Jika melihat dari sudut pandang tersebut, wajar jika masyarakat berpendapat bahwa

ojek konvensional ini buruk pelayananannya. Tarif yang semena-mena, pelayanan yang

kurang nyaman, tak ada jaminanan keamanan jika terjadi hal buruk di jalanan, dan lain

sebagainya. Tapi, benarkah sepenuhnya seperti itu?


Nyatanya, meski tak dianggap terorganisir, ojek pangkalan ini sebenarnya memiliki

struktur sosial yang tertata rapih dalam suatu komunitas atau paguyuban. Sistem

paguyuban ini tidak main-main, di sana mereka menentukan tarif pasar yang berlaku,

sistem antrian, bagi-bagi rejeki, dan juga pelanggan lokal. Penerapannya lebih ke arah

kekeluargaan, bukan korporasi seperti yang diterapkan oleh jasa ojek profesional.

Memang jika harus dijabarkan lebih lanjut, fungsi dari paguyuban ini masih sangat

abstrak dan tak bisa diukur secara pasti karena erat kaitannya dengan sosial. Melalui

paguyuban, tukang ojek juga bisa mendapat “asuransi” berupa bantuan keluarga atau

teman. Selain itu, tak sembarang tukang ojek juga bisa bergabung untuk masuk dalam

satu paguyuban.

2.2.2 Kelebihan Ojek Konvensional

Ojek konvensional pun tentu saja memiliki kelebihan yang berbeda dengan ojek

online, seperti:

1. Harga dapat ditawar.

2. Melestarikan bisnis komunitas lokal agar tidak dimonopoli perusahaan.

3. Tidak perlu menunggu pengendara Go-Jek, bisa langsung mencari

ojek pangkalan di luar.

4. Lebih fleksibel dalam perubahan tempat tujuan, waktu penjemputan, dan lain-

lain.

5. Merasa kasihan terhadap ojek pangkalan


2.2.3 Alasan Ojek Konvensional Menolak Gabung Ojek Online

Perusahaan ojek online pun telah melakukan beberapa cara untuk mengajak mereka

untuk bergabung, namun malah penolakan yang terjadi. Penolakan ini tentu saja

beralasan, para ojek konvensional ingin mempertahankan paguyuban yang lebih

memegang tinggi asas kekeluargaan. Selain itu, alasan mereka yang menolak adalah

mereka merasa “ribet” dengan segala aturan yang harus mereka patuhi. Bahkan ada pula

yang keberatan dengan tata cara untuk bergabung dengan Go-Jek yang dianggap

berbelit dengan harus melengkapi beberapa dokumen yang dibutuhkan. Bukan hanya

itu, salah satu tukang ojek yang tidak mau disebutkan namanya menjelaskan bahwa ia

tidak mau repot menggunakan smartphone dan tidak mau menggunakan sistem

potongan biaya yang nantinya harus disetor ke pengelola GoJek.

Seperti yang diketahui, GoJek memang menerapkan sistem pembagian hasil untuk

setiap transaksi tunai dengan layanannya. Pembagian tersebut adalah 80 dan 20 persen.

Sebanyak 20 persen untuk perusahaan, lalu 80 persen untuk karyawan itu sendiri. Selain

itu, bentuk pembayaran lainnya menggunakan GoJek Credit. Pelanggan pun bisa

melakukan top-up dengan pulsa untuk transaksi. Dari deposit tersebut, bagian

pendapatan untuk tukang ojek hanya bisa diambil jika datang langsung ke kantor GoJek.

Bahkan, para pengendara GoJek pun akan mendapatkan smartphone yang nantinya

dapat dicicil perbulannya untuk memudahkan mereka menggunakan aplikasi GoJek.

Salah satu tukang ojek lainnya pun berpendapat bahwa ia ingin dibayar langsung

dengan uang asli, bukan sistem kredit yang sebagaimana sudah hadir di dalam GoJek.

Salah seorang tukang ojek pun menjelaskan bahwa ia tidak mau bergabung dengan

GoJek karena tidak bisa menawar dengan pelanggannya.


Yang menjadi kesimpulan adalah sistem transaksi non-tunai disini nampaknya

masih menjadi pertimbangan besar bagi para tukang ojek pangkalan untuk bergabung

dengan GoJek.

2.2.4. Pendapatan Ojek Konvensional

Pendapatan dapat diartikan sebagai penghasilan yang diperoleh dari suatu pekerjaan,

atau menurut FASB, pengertian pendapatan (Stice, Skousen, 2004, 230), didefinisikan

sebagai berikut: “Pendapatan adalah sebagai arus masuk atau kenaikan-kenaikan

lainnya dari nilai harta suatu satuan usaha atau penghentian hutang- hutangnya atau

kombinasi dari keduanya dalam suatu periode akibat dari penyerahan atau produksi

barang-barang, penyerahan jasa-jasa, atau pelaksanaan aktivitas-aktivitas lainnya yang

membentuk operasi-operasi utama atau sentral yang berlanjut terus dari satuan usaha

tersebut.”

Keberadaan ojek online tentu saja memengaruhi penurunan pendapatan ojek

konvensional hingga 90 persen seiring dengan penurunan minat masyarakat terhadap

jasa antar konvensional tersebut. Permintaan dari masyarakat turun karena penumpang

lebih suka menggunakan ojek online yang pemesannya cukup lewat telepon genggam

sehingga terkesan mudah.

Tarif penumpang ojek konvensional bergantung pada tempat tujuan, jika dekat

biasanya Rp6.000, jauh berkisar Rp15.000-Rp20.000. Tarif ini sudah diketahui oleh

penumpang pada umumnya. Semenjak adanya ojek online, jika biasanya dalam sehari

dia bisa mendapat 10 penumpang kini hanya dua penumpang. Menurut pengakuan

seorang ojek konvensinal, jika dahulu biasanya bisa mengantongi pendapatan sekitar
Rp60.000 dengan 10 penumpang tujuan dekat. Pemasukan tersebut belum termasuk dari

penumpang dengan tujuan yang jauh. Akan tetapi, sejak maraknya ojek berbasis

aplikasi membuat pendapatannya turun drastis menjadi Rp.30.000/hari dengan sekitar 2

penumpang saja dalam sehari.

Bahkan semenjak munculnya ojek online, ada pula ojek konvensional yang tidak

mendapatkan penumpang dari pagi sampai sore, dari sore sampai malam, 24 jam tidak

mendapatkan penumpang. hal ini disebabkan karena kuantitas ojek konvensional dalam

satu paguyuban hanya kisaran puluhan orang, jumlah ini tentu saja tidak sebanding

dengan jumlah ojek online yang mencapai ribuan orang di Kota Bandung. Perbedaan

kuantitas ini juga menjadi salah satu alasan yang mempengaruhi pendapatan ojek

konvensional.

Berdasarkan pengakuan pengguna ojek, alasan mereka lebih memilih

menggunnakan ojek online, selain karena mudah untuk dijangkau, tarif yang lebih

murah dibandingkan dengan ojek konvensional juga menjadi alasan pelanggan lebih

memilih ojek online yang menyebabkan ojek konvensional menuntut untuk penyamaan

tarif.

Hal itu terungkap dari pengakuan sejumlah pengendara ojek pangkalan yang

diwawancarai Kantor Berita Antara dari pengojek yang biasa mangkal di Terminal

Cicahem, Kota Bandung.. Mereka meminta tarif ojek online disamakan, karena jika

tetap ada perang tarif maka tindakan ojek berbasis aplikasi itu hanya akan merugikan

para pengojek konvensional.

Diakuinya, kehadiran ojek online belakangan hari ini yang kian marak dan

membuat pengojek pangkalan kesulitan mencari penumpang karena kalah bersaing


dengan mereka yang mematok tarif kelewat murah. Dalam sehari, kata dia, dia dahulu

biasanya bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp150.000. Akan tetapi, sejak maraknya

ojek berbasis aplikasi membuat pendapatannya turun drastis menjadi Rp50.000/hari

sampai dengan Rp60.000/hari.

Hal ini sangat berbanding terbalik dengan pendapatan ojek online yang berkali-kali

lipat berbeda. Diakui oleh salah satuojek online, pendapatannya per bulan rata-rata bisa

mencapai angka Rp 4 juta. Bahkan, jam kerjanya pun fleksibel dan ia mengatakan lebih

banyak waktu bersama keluarga.

Menurut ojek konvensional seharusnya pengojek online tidak mengambil

penumpang berkisar 500 meter dari area pangkalan. Dengan begitu ojek pangkalan tidak

mengalami penurunan pemasukan yang terlalu besar. Karena jika penurunan pemasukan

ini dibiarkan terus menurus bias saja mereka akan kehilangan pekerjaan mereka sebagai

ojek konvensional karena kurangnya minat masyarakat terhadap keberadaan mereka.

Hal ini tentu saja malah akan menyebabkan semakin besarnya pengangguran dan

tentunya akan berujung pada keluarga mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan

hidup.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Digunakannya metode kualitatif dikarenakan teknik pengumpulan sumber

data menggonakan metode wawancara dengan teknik bertanya dan diskusi. Dengan

digunakannya penelitian kualitatif maka menggunakan analisa data secara analisis

induktif, sehingga dapat menemukan kenyataan-kenyataan yang berbentuk jamak yang

diperoleh dari narasumber dan dengan digunakannya analisis induktif dapat diperoleh

pengaruh bersama yang dapat mempertajam hubungan suatu hal dengan hal lain.

Menurut Moleong (2005:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistic, dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah,

serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Terdapat enam macam metode penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif

yaitu : metode etnografis,studi kasus, grunded theory, interaktif, partisipatoris dan

penelitian tindakan kelas. Peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus, yaitu

penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara intensif tentang fakta latar belakang

keadaan yang terjadi dan bagaimana interaksi suatu unit sosial seperti individu,

kelompok dan masyarakat.


3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian menyatakan pokok permasalahan apa yang menjadi pusat perhatian

atau tujuan dalam penelitian, sehingga mempermudah penulis dalam melakukan

penelitian. Dalam penelitian ini, untuk mempermudah penulis untuk menganalisis hasil

penelitian, maka penelitian ini difokuskan pada:

1. kondisi pendapatan ojek konvensional sebelum adanya ojek online

2. kondisi pendapatan ojek konvensional setelah adanya ojek online

3.3 Lokasi dan Situs Penelitian

3.3.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Penetapan lokasi

penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam penelitian kualitatif, karena

dengan ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah ditetapkan

sehingga mempermudah penulis dalam melakukan penelitian. Lokasi ini bisa di wilayah

tertentu atau suatu lembaga tertentu dalam masyarakat. Untuk memperoleh data primer,

lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Cibenying Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat

Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karena terdapat banyak pangkalan-pangkalan

ojek konvensional yang terdapat pada lokasi tersebut dikarenakan banyaknya pendatang

yang bertempat tinggal di Kecamatan Cibenying


3.3.2 Situs Penelitian

Situs penelitian adalah suatu tempat dimana peneliti menangkap keadaan

sebenarnya dari objek yang diteliti untuk memperoleh data atau informasi yang

diperlukan. Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan dalam bab terdahulu, maka

penetapan situs penelitian berada di pangkalan ojek yang ada di jalan Cukang Kawung,

Kecamatan Cibenying Kaler, Kota Bandung. Pemilihan situs penelitian ini didasarkan

pada kondisi lingkungan di Jl. Cukang Kawung yang banyak memiliki tempat-tempat

umum seperti; sekolah, Tempat Wisata, Perumahan Warga, dan lain-lain.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara,

observasi serta dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di mengerti

maksudnya secara baik, jika dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara

mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut terjadi, di samping itu

untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh

atau tentang subyek).

1. Teknik Pengamatan atau Observasi.

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145) mengemukakan bahwa, observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses

biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan.


Teknik Observasi, dalam penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan menurut 3

cara. Pertama, pengamat bisa bertindak sebagai partisipan atau nonpartisipan. Kedua,

observasi dapat dilaksankan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi

yang menyangkut latar penelitian dan dalam penelitian ini menggunakan teknik

observasi yang pertama di mana pengamat bertindak sebagai partisipan.

2. Teknik Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara merupakan pertemuan

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Tujuan digunakannya teknik

wawancara dalam penelitian ini, antara lain:

a. mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan,

motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain,

b. mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian yang dialami masa lalu.

Pada penelitian ini teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara

mendalam maksudnya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang

berhubungan dengan fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian bisa terkumpul secara maksimal sedangkan subjek peneliti dengan teknik

Purposive Sampling yakni pengambilan sampel bertujuan, sehingga memenuhi

kepentingan peneliti.

3. Teknik Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Gambar dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan seperti catatan harian, sejarah

kehidupan, ceritera,biografi, peraturan, kebijakan, dan lain-lain, sedangkan yang

berbentuk gambar seperti lukisan, foto, gambar hidup dan lain-lain. Teknik dokumentasi

merupakan suatu pelengkap dari teknik pengumpulan data observasi dan wawancara

dalam penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari

sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.

a. Rekaman sebagai setiap tulisan/pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk

individual atau kelompok dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa.

b. Dokumen digunakan untuk mengacu atau bukan selain pada rekaman, yakni

tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku

harian, catatan khusus, foto-foto dan lain sebagainya.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengetahui data primer dari

responden sebagai sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survei,Instrumen

penelitian ilmu sosial pada umumnya berbentuk kuesioner dan pedoman pertanyaan

(interview guide).

Pedoman pertanyaan (interview guide) umumnya berisi daftar pertanyaan yang

sifatnya terbuka dan jawabannya bebas agar diperoleh jawaban yang luas serta

mendalam. Dalam Interview guide peneliti menghendaki pendapat yang lebih luas, lebih

rinci dan lengkap.


Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

a. Utama : Peneliti

b. Bantu

1. Interview Guide

hal ini dilakukan untuk membatasi pengumpulan data yang terlalu luas sehingga

jika hal tersebut dilakukan peneliti bia lebih fokus dan mendapatkan data yang

akurat

2. Buku catatan lapangan

Digunakan untuk mencatat apa saja terjadi dilapangan terutama ketika

melakukan proses wawancara

3. Dokumentasi

Dokumentasi ini digunakan beberapa alat seperti handphone yang fungsinya

untuk memfoto fenomena apa saja yang berapa dilokasi dan alat perekam suara.

3.6 Analisa data

Menurut Moleong (2004:280), analisis data adalah proses pegorganisasian dan

mengurutkan data kedalam teori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Sesuai dengan jenis

penelitiannya, maka penelitian ini mengguanakan analisis deskriptif, dimana setelah

data yang terkumpul tersebut diolah kemudian dianalaisa dengan memberikan

penafsiran berupa uraian diatas tersebut.

Adapun kegiatan dalam analisis data yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian

ini dari prengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Milles dan Huberman (1992:19-20), bahwa

analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan, sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data bergerak dari lapangan/ranah

empiris dalam upaya membangun teori dari data. Proses pengumpulan data ini

diawali dengan memasuki lokasi penelitian. Dalam hal ini peneliti mendatangi

tempat penelitian, yaitu kantor Stasiun Meteorologi Tabing Padang dengan

membawa izin formal penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan menemui orang-

oarang yang ditarget sebagai informan penelitian. Pada proses selanjutnya baru

dilakukan pengumpulan data dengan tekhnik wawancara dan studi dokumentasi

untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan lengkap yang diperoleh

dilapangan.

2. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data merupakan pemilihan data dan pemusatan perhatian kepada data-data

yang betul-betul dibutuhkan sebagai data utama dan juga data yang sifatnya hanya

pelengkap saja. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data lapangan

dituangkan dalam uaraian atau laporan yang lengkap dan terinci. Laporan lapangan

direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang

penting.

3. Klasifikasi data

Data yang telah terkumpul selama penelitian kemudian dikelompokkan sesuai

dengan tujuan penelitian, mana yang masuk kepada bentuk-bentuk pembinaan ,

hambatan-hambatan dan juga upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi

hambatan dalam pembinaan pegawai fungsional stasiun meteorologi tabing padang.


4. Penyajian data (data display)

Penyajian data dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat

gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian.

5. Penarikan kesimpulan (verification)

Verifikasi merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran

menganalisis selama peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada catatan-

catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara teman sejawat

untuk mengembangkan “kesempatan intersubjektif”, dengan kata lain makna yang

muncul dari kata harus teruji kebenarannya, kekokohannya, ke cocokannya

(validitasnya). Kesimpulan akhir baru ditarik setelah tidak ditemukan informasi lagi

mengenai kasus yang diteliti. Kemudian kesimpulan yang telah ditarik akan

diverifikasi baik dengan kerangka bererfikir peneliti maupun dengan catatan

lapangan yang ada hingga tercapai konsesus pada tingkat optimal pada peneliti

dengan sumber-sumber informasi maupun dengan kolega peneliti sehingga

diperoleh validitas dan akuratisasinya.

Kelima komponen itu saling mempengaruhi dan mempunyai keterkaitan. Pertama-

tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan mengadakan wawancara,

observasi dan sebagainya yang disebut tahap pengumpulan data. Karena data yang

dikumpulkan banyak, maka diadakan reduksi data. Setelah direduksi kemudian

disajikan data, selain itu pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data.

Apabila ketiga tahapan tersebut selesai dilakukan, maka selanjutnya diambil kesimpulan

dan verifikasi terhadap data yang ada sebelumnya yang bertujuan menghasilkan suatu

kesimpulan akhir yang benar-benar baik

You might also like