You are on page 1of 39

MANAJEMEN KEUANGAN

BAB I FUNGSI DAN TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN

1. Fungsi Manajemen Keuangan


2. Tujuan Manajemen Keuangan
3. Keuangan Perusahaan
4. Perkembangan Manajemen Keuangan
5. Pasar Keuangan

BAB II NILAI WAKTU UANG ( TIME VALUE OF MONEY )

1. Nilai Yang Akan Datang ( Future Value )


2. Nilai Sekarang ( Present Value )
3. Model-model Perhitungan

BAB III KEPUTUSAN INVESTASI

1. Menaksir Arus Kas


2. Menilai Investasi Aktiva Tetap
3. Risiko Investasi

BAB IV MANAJEMEN AKTIVA LANCAR

1. Manajemen Modal Kerja


2. Manajemen Kas
3. Manajemen Piutang
4. Manajemen Persediaan

BAB V STRUKTUR MODAL

1. Sumber-Sumber Modal
2. Analisis Sumber Modal

BAB VI BIAYA MODAL


1.
2. Menghitung biaya modal masing-masing sumber midal
3. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang
4. Menghitung biaya modal marginal

BAB VII ANALISA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

1. Laporan Keuangan Perusahaan


2. Rasio- Rasio Keuangan
3. Teknik Analisis Laporan Keuangan

BAB VIII KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DEVIDEN

1. Pendanaan Jangka Panjang


2. Kebijakan Deviden

1
BAB I

FUNGSI DAN TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN

1. Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan

1.1. Pengertian Manajemen Keuangan


Pengertian manajemen keuangan cukup beragam sesuai dengan pihak yang
menafsirkan. Menurut Prof. Dr. Bambang Riyanto manajemen keuangan adalah “
semua aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana
yang dibutuhkan oleh perusahaan dan usaha untuk menggunakan dana tersebut
seefisien mungkin”. Dari aspek manajemen pengertian tersebut berarti manajemen
keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan
keuangan perusahaan.

1.2. Fungsi Manajemen Keuangan


Fungsi manajemen keuangan ada dua yaitu mencari dana yang dibutuhkan perusahaan
dan menggunakan dana yang diperoleh secara efisien (Suad Husnan 1996).
Fungsi pertama mencari dana berarti meliputi berbagai kegiatan menemukan,
menganalisis serta memutuskan sumber dana mana yang akan dipilih dan diambil serta
berapa jumlahnya. Melalui pelaksanaan fungsi ini akan terbentuk struktur finansiel
dan struktur modal. Struktur finansiel adalah susunan seluruh sumber dana perusahaan
( jangka pendek dan jangka panjang ) yang tercermin dalam neraca bagian kredit,
sedang struktur modal adalah susunan sumber dana jangka panjang perusahaan yang
terdiri dari hutang jangka panjang dan ekuitas ( modal sendiri ).
Fungsi kedua menggunakan dana berarti kegiatan merencanakan, menganalisis serta
memutuskan aktiva apa yang akan dibiayai dan berapa jumlahnya sehingga dapat
memberikan peningkatan keuntungan sekaligus meningkatkan nilai perusahaan.
Melalui pelaksanaan fungsi ini akan diperoleh struktur kekayaan (aktiva).

GAMBAR 1

PENGGUNAAN ANALISIS SUMBER DANA


(Investasi ) & KEPUTUSAN

1. Kas 1. Hutang Dagang


2. Piutang 2. Kredit BANK
3. Persediaan Brng PT. ASM 3. OBLIGASI
4. Tanah 4. Setoran Modal
5. Gedung Pemilik (Saham)
6. Mesin-mesin
7. Dlsb

2
1.3. Tujuan Manajemen Keuangan

Tujuan manajemen keuangan secara umum adalah membantu tercapainya tujuan


perusahaan. Secara normatif tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan
nilai perusahaan. Sedang nilai perusahaan adalah harga yang bersedia dibayar oleh
calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.
Nilai perusahaan berkaitan dengan kemakmuran pemilik, bila nilai perusahaan
meningkat maka kekayaan pemilik meningkat dan berarti kemakmuran pemilik akan
meningkat. Nilai perusahaan dapat diukur dari harga saham perusahaan, semakin tinggi
harga saham akan semakin tinggi nilai perusahaan.

Misal ; Ada dua perusahaan wartel ( wartel A dan wartel B ) keduanya memiliki
investasi awal yang sama ( Rp. 100.000.000 tiap wartel ), bedanya wartel A berada di
daerah ramai pengunjung ( depan pasar ) sehingga pendapatannya banyak sedang
wartel B berada didaerah sepi pengunjung sehingga pendapatannya sedikit. Kedua
wartel tersebut bila dijual akan memiliki harga yang berbeda, harga wartel A akan lebih
tinggi dari wartel B karena wartel A dianggap memiliki nilai lebih tinggi. Tingginya
nilai wartel A adalah akibat keputusan manajemen yang tepat. ( Contoh diambil dari
Suad Husnan )

2. Keuangan Perusahaan

Perusahaan merupakan sebuah lembaga ( organisasi ) yang mengelola kegiatan usaha


(bisnis) dan berorientasi pada memperoleh keuntungan. Dalam setiap organisasi
perusahaan memiliki berbagai aspek seperti pemasaran, produksi, sumberdaya manusia
serta keuangan, semua aspek tersebut harus dimanajemeni (dikelola) dengan baik
sehingga dapat mencapai tujuan didirikannya perusahaan. Salah satu aspek yang harus
dikelola yaitu aspek keuangan perusahaan melalui penerapan manajemen keuangan
perusahaan ( corporate finance ).
Dalam memahami keuangan perusahaan perlu dibedakan secara tegas adanya perbedaan
antara keuangan pemilik dan keuangan perusahaan. Keuangan pemilik (share holder)
bearada pada rumah tangga tangga pemilik sedangkan keuangan perusahaan berada pada
rumah tangga perusahaan yang terpisah secara tegas.

3. Perkembangan Manajemen Keuangan

Disiplin keuangan mengalami perkembangan dari disiplin yang diskriptif menjadi makin
analitis dan teoritis. Perkembangan ini karena banyaknya sumbangan para ekonom dalam
perumusan teori – teori keuangan seperti konsep capital budgeting dengan memasukkan
teori tentang bunga uang ( time value of money ), teori portfolio serta lainnya.

4. Laporan Keuangan Perusahaan

Secara periodik ( bulan / tahun ) perusahaan harus membuat laporan keuangan. Laporan
keuangan perusahaan terdiri dari Neraca ( Balance sheet ), Laporan Laba / Rugi ( Income
Statement ) serta Laporan Aliran Kas ( Cash flow ). Laporan keuangan perusahaan sangat
penting karena melalui laporan keuangan tsb berbagai pihak baik internal maupun
eksternal perusahaan akan dapat menilai kinerja perusahaan selama periode tertentu.
Pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan diantanya adalah ;

3
manajemen, pemilik, kreditur serta pemerintah dan pihak lain yang memiliki kepentingan
dengan perusahaan.
a. Neraca ( Balance sheet )

Neraca merupakan laporan posisi keuangan pada saat tertentu yang terdiri dari
kekayaan ( aktiva ), kewajiban dan ekuitas.
( 1 ). Aktiva terdiri dari ;
i. Aktiva lancar ( Current assets ) yaitu aktiva yang memiliki masa
perputaran kurang dar satu periode pembukuan ( satu tahun )
ii. Aktiva tetap atau aktiva jangka panjang ( Fixed asset and long-term
assets ) yaitu aktiva yang memiliki masa perputaran lebih dari satu periode
pembukuan ( satu tahun ).
iii. Aktiva lain ( Other assets ) yaitu aktiva yang tidak dapat dikatagorikan
aktiva lancar maupun aktiva tetap diatas, misalnya hak paten, good will,
investasi surat2 berharga jangka panjang.
( 2 ). Kewajiban terdiri dari ;
 Kewajiban lancar yaitu kewajiban / hutang yang harus dibayar pada tahun
berjalan, seperti hutang dagang, hutang biaya, hutang bank yang jatuh
tempo dll.
 Kewajiban / hutang jangka panjang yaitu hutang yang memiliki jangka waktu
lebih dari satu tahun.
( 3 ). Ekuitas
Ekuitas merupakan kekayaan bersih dari perusahaan yang menjadi hak pemilik
perusahaan dan sering disebut sebagai modal sendiri..

b. Rugi / Laba ( Income statement )

Laporan Laba / Rugi merupakan laporan kegiatan operasi perusahaan yang terdiri dari
penerimaan dikurangi dengan seluruh beban ( biaya ) dalam periode tertentu.

c. Aliran Kas ( Cashflow )

Laporan arus kas menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas untuk jangka
waktu tertentu ( biasanya satu tahun ).
Arus kas terdiri dari ; Arus kas dari operasi dan Arus kas dari pendanaan

 Arus Kas dari Operasi


 Arus Kas dari Pendanaan

4
Contoh : Laporan Neraca

PT. JAMIN CORPORATION


LAPORAN LABA / RUGI
Per 31 Desember 2004 dan 2005

AKTIVA Jumlah HUTANG DAN Jumlah


EKUITAS
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Kas Rp. 44.000 Hutang dagang Rp. 76.110
Piutang dagang Rp. 78.000 Hutang pajak Rp. 17.390
Persediaan barang Rp.211.400 Hutang upah Rp. 3.900
Aktiva lancar lainnya Rp. 13.800 (+) Hutang bunga Rp. 2.500 (+)
Jumlah aktiva lancar Rp.347.200 Jumlah Hutang lancar Rp. 99.900
Aktiva Tetap
Bangunan dan Peralatan Rp.838.000 Hutang Obligasi Rp. 200.000 (+)
Akumulasi penyusutan Rp.( 383.200 ) Total Hutang Rp. 299.900
Tanah Rp. 70.000 (+)
Jumlah aktiva tetap Rp.524.800
Saham biasa Rp. 300.000
Aktiva lain ( Hak Paten ) Rp. 30.000 Saldo laba ditahan Rp. 327.100 (+)
Total ekuitas Rp. 627.100
Total Asktiva Rp.927.000 Total Hutang dan Ekuitas Rp. 927.000

Contoh : Laporan Rugi / Laba

PT. JAMIN CORPORATION


LAPORAN LABA / RUGI
Tahun Buku yang berakhir 31 Desember 2005

Penjualan Rp. 830.200


Harga Pokok Penjualan Rp. 539.750 ( - )
Laba Kotor Rp. 290.450
Biaya Operasi
Beban / Biaya Penjualan Rp. 90.750
Beban / Biaya Umum dan Administrasi Rp. 71.800
Depresiasi Rp. 28.200
Total Beban / Biaya Operasi Rp. 190.750 (- )
Laba Operasi Rp. 99.700
Beban Bunga Rp. 20.000 ( - )
Laba Bersih Sebelum pajak Rp. 79.700
Pajak Penghasilan Rp. 17.390 ( - )
Laba Bersih Setelah Pajak Rp. 62.310

Pendapatan bersih bagi pemegang saham Rp. 62.310


Pembayaran Deviden saham biasa Rp. 15.000 ( - )
Perubahan saldo laba Rp. 47.310

5
5. Pasar Keuangan
Kehidupan perusahaan dewasa ini dalam aspek keuangan didukung oleh banyak lembaga
keuangan modern seperti bank, pasar uang, pasar model dalam berbagai produk generik
maupun derevatifnya, asuransi , dana pensiun, leasing dll. Berbagai lembaga tsb
menjadikan semua aktivitas dan keputusan keuangan perusahaan menjadi lebih mudah.

5.1. Bank Umum


Bank yang memiliki fungsi intermediasi dan dapat menciptakan uang giral. Bank
memiliki peran yang sangat penting bagi terciptanya effisiensi keuangan perusahaan
karena melalui bank kelebihan likuiditas bisa diinvestasikan serta membantu proses
transfer keuangan dengan mudah.

5.2. Lembaga Keuangan Lainnya


Lembaga pembiayaan merupakan lembaga yang berusaha dibidang pembiayaan seperti
modal ventura, leasing, anjak piutang, pegadaian dsb.

 Perusahaan asuransi
Perusahaan asuransi adalah lembaga keuangan yang berusaha dibidang pertanggungan
atas kerugian baik kerugian atas nyawa, harta dsbnya.

 Dana Pensiun

Dana Pensiun merupakan lembaga keuangan yang mengelola dan menjalankan program
yang menjanjikan manfaat pension.

 Pasar Modal

Pasar modal merupakan suatu aktivitas bertemunya permintaan (orang/lembaga yg butuh


dana) dan penawaran (orang/lembaga yang menawarkan dana) akan modal jangka
panjang. Secara fisik pasar modal merupakan lembaga yang mengelola permintaan dan
penawaran akan modal, di Indonesia misalnya Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek
Surabaya ( BES ) dlsbnya.
Dipasar modal diperdagangkan instrumen keuangan seperti ; saham, obligasi, warrant.

 Pasar uang

Pasar uang merupakan aktivitas bertemunya permintaan dan penawaran dana jangka
pendek ( kurang dari satu tahun ). Dipasar ini ditransaksikan ; call money, Pronote
(promessory notes), Repo (reepurchases agreement), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU),
Sertfikat Bank Indonesia ( SBI ) dll.

6
BAB II

NILAI WAKTU UANG ( TIME VALUE OF MONEY )

Berbagai keputusan keuangan memiliki tujuan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik


dan umumnya berhubungan dengan masa yang akan datang, sementara keadaan masa yang
akan datang memiliki ketidakpastian ( risiko ). Disamping itu dalam investasi ada perbedaan
waktu antara uang yang dikeluarkan dengan uang yang diterima oleh investor, sementara
rupiah ( uang ) yang diterima sekarang akan berbeda nilainya dengan rupiah ( uang )
yang akan diterima dimasa masa yang akan datang disebabkan adanya inflasi, kesempatan
untuk memperoleh untung dsb. Dengan kata lain dalam kalkulasi keuangan masalah nilai
waktu dari uang sangat menentukan dalam mempengaruhi penilaian atas investasi.

1. Nilai Yang Akan Datang ( Future Value )

Future value yaitu nilai uang yang akan diterima dimasa yang akan datang dari sejumlah
modal yang ditanamkan sekarang dengan tingkat discount rate ( bunga ) tertentu.
Nilai waktu yang akan datang dapat dirumuskan sbb ;

Future Value = Mo ( 1 + i )n

Mo = Modal awal
i = Bunga per tahun
n = Jangka waktu dana dibungakan

Contoh 1 :
Tuan Budi pada 1 januari 2005 menanamkan modalnya sebesar Rp. 10.000.000,-dalam
bentuk deposito di bank selama 1 tahun, dan bank bersedia memberi bunga 10 % per
tahun, maka pada 31 Desember 2005 Tuan Budi akan menerima uang miliknya yang
terdiri dari modal ppoko ditambah bunganya.
Perhitungannya sbb ;

Future Value = Mo ( 1 + i )n

FV = 10.000.000 ( 1 + 0.10 )1.


FV = 10.000.000 ( 1 + 0.10 ).
FV = 10.000.000 + 1.000.000 .  FV = 11.000.000

Jadi nilai yang akan datang uang milik Tn Budi adalah Rp. 11.000.000,-

Contoh 2 :
Bila tuan depositi tuan Budi tersebut menjadi 2 tahun berapa nilai modal pada akhir tahun
ke dua ?

FV = 10.000.000 ( 1 + 0.10 )1( 1 + 0.10 )1


FV = 10.000.000 ( 1 + 0.10 )2.
FV = 10.000.000 ( 1,21 ).
FV = 10.000.000 + 1.210.000 .  FV = 12.100.000

7
Jadi nilai yang akan datang uang milik Tn Budi adalah Rp. 12.100.000,-
Contoh 3 :
Tuan Ali selama 3 tahun berturut turut mulai 1 januari 2005 sampai dengan tahun 2008
menanamkan modalnya sebesar Rp. 10.000.000,-pertahun dalam bentuk deposito di bank
dan bank bersedia memberi bunga 10 % per tahun. Berapa jumlah uang milik Tuan Ali
pada 31 Desember 2008 ?.

Perhitungannya sbb ;
n
FV  Mo (1  i )
t 1

FV = Mo ( 1 + i )1 + Mo ( 1 + i )2 + Mo ( 1 + i )3
FV = 10.000.000 ( 1,1 ) + 10.000.000 ( 1,1 )2 + 10.000.000 ( 1,1 )3
FV = 10.000.000 ( 1,1 ) + 10.000.000 ( 1,21 ) + 10.000.000 ( 1,331 )
FV = 10.000.000 ( 3,641 ).
FV = 36.641.000

2. Nilai Sekarang ( Present Value )

Nilai sekarang ( Present Value ) yaitu nilai sejumlah uang yang akan diterima dimasa
yang akan datang apabila dinilai sekarang dengan tingkat bunga tertentu.

1 Januari 2004 1 Januari 2005


Bunga 10 %
Rp. 909.090.91 Rp. 1.000.000

Sejumlah dana ( Rp.1.000.000 ) yang akan diterima 1 tahun yang akan datang apabila
dinilai sekarang dengan tingkat bunga 10 % maka nilainya Rp. 909.090,91
Rumus Nilai sekarang ( Present Value ) yaitu ;

 1 
Present Value = Mn  n 
 (1  i ) 
Mn = Modal yang akan diterima dimasa yang akan datang
i = Bunga per tahun
n = Jangka waktu

Contoh 1 :
Tuan Budi tahun depan ( th 2005 ) akan menerima warisan senilai Rp. 100.000.000
apabila warisan tsb dinilai sekarang ( tahun 2004 ) dengan tingkat bunga 10 % pertahun
berapa nilai warisan tsb sekarang ?
 1 
Present Value = 100.000.000  (1  0.10)1 
 

Present Value = 100.000.000 x 0.90909  Present Value = 90.909.090,91

Untuk mempermudah perhitungan maka dapat digunakan tabel present value yang ada di
berbagai buku manajemen keuangan

8
3. Model-model Perhitungan

Contoh 2 :
Tuan Budi tahun depan ( th 2005 ) akan menerima warisan senilai Rp. 100.000.000
apabila warisan tsb dinilai sekarang ( tahun 2003 ) dengan tingkat bunga 10 % pertahun
berapa nilai warisan tsb sekarang ?
Karena jangka waktu dana yg akan diterima adalah 2 tahun yang akan datang maka
perhitungannya menjadi ;
 1 
Present Value = 100.000.000  2 
 (1  0.10) 

Present Value = 100.000.000 x 0.82645 ( dibulatkan )


Present Value = 82.645.000

Contoh 3 :
Proyeksi penerimaan PT “X” untuk 5 tahun kedepan dimulai tahun 2006 s/d 2010
berturut-turut sebagai berikut ; Rp 300 juta ;Rp 350 juta; Rp 400 juta; Rp 450 juta ; Rp.
500 juta. Berapa nilai penerimaan tsb bila dinilai ditahun 2005 ( present value )
penerimaan tsb dengan tingkat bunga ( discount factor ) 15 %

Jawaban dapat menggunakan cara sbb ;

Tahun Penerimaan (Rp) Discount Factor Present Value


15 % Penerimaan
2006 300.000.000 0.869565 260.869.500
2007 350.000.000 0.756144 264.650.400
2008 400.000.000 0.657516 263.006.400
2009 450.000.000 0.571753 257.288.850
2010 500.000.000 0.497177 248.588.500
Present Value Penerimaan tahun 2005 1.294.403.650

Jadi nilai sekarang ( th 2005 ) atas penerimaan selama 5 tahun berturut turut adalah Rp.
1.294.403.650.

Contoh 4 :
Proyeksi penerimaan PT “Y” untuk 5 tahun kedepan dimulai tahun 2006 s/d 2010 sebesar
Rp 400 juta setiap tahun. Berapa nilai penerimaan tsb bila dinilai ditahun 2005 ( present
value ) dengan tingkat bunga ( discount factor ) 15 %
Karena penerimaan sama ( Rp. 400.000.000 ) pertahun maka solusinya tidak perlu
mengalikan satu persatu penerimaan per tahun dengan discount factor, cukup dengan
mengalikan penerimaan 1 tahun dengan jumlah discount factor selama 5 tahun.

PV = 400.000.000 x (0.8695 + 0.7561 + 0.6575 + 0.5717 + 0.4971)


PV = 400.000.000 x 3.352155
PV = Rp. 1.340.862.000

9
BAB III
KEPUTUSAN INVESTASI

1. Investasi

Pengertian investasi yaitu penanaman dana pada suatu aktiva. Dalam hal investasi aktiva
tetap sering di hubungkan dg Capital Budgeting ( CB )
Capital Budgeting merupakan keseluruhan proses menganalisis proyek untuk
menentukan apakah suatu proyek dapat masuk dlm anggaran modal atau tidak.

Keputusan dalam C B penting karena ;


 Implikasi keputusan akan berlangsung dalam jangka panjang.
 Menentukan bentuk-bentuk aktiva perusahaan
 Menyangkut pengeluaran dana yg besar

Proyek yang dianalisis dalam CB terdiri dari ;


1. Penggantian (replacement) utk mempertahankan bisnis yg ada
2. Penggantian untuk mengurangi ( menghemat ) biaya
3. Pengembangan produk yg ada pada pasar yg ada
4. Pengembangan produk baru pada pasar baru
5. Keamanan dan pemeliharaan lingkungan.

2. Analisis dan Penilaian dalam Capital Budgeting

Menganalisis / menilai dalam capital budgeting hampir sama dg penilaian sekuritas


( saham / obligasi ). Prosedure penilaian menggunakan tahap-tahab sebagai berikut ;
1. Penentuan biaya proyek
2. Menaksir cash-flow proyek ( operating maupun terminal cash flows )
3. Menaksir risiko cash-flow proyek ( misal dg menggunakan biaya modal untuk
mendiskontokan cash-flow proyek )
4. Menghitung present value cash-flow proyek
5. Membandingkan present value cash-inflow dg cash-outflow proyek, bila hasilnya
positif maka layak diterima bila negatif tidak layak diterima.

3. Cash Flow Proyek

Cashflow adalah aliran dana yang berkait investasi suatu proyek


Suatu proyek biasanya tidak hanya memerlukan aktiva tetap tapi juga membutuhkan
modal kerja.

Cash-flow suatu proyek akan terdiri dari ;


a. Cash out flows  sering disebut juga sebagai initial investment yaitu total jumlah
dana yg dikeluarkan untuk membiayai proyek baik untuk pengadaan aktiva tetap
maupun modal kerja.
b. Operating Cash-flows  sering disebut dg proceeds yaitu kas masuk bersih yg
terdiri dari depresiasi dan laba bersih
c. Terminal cash flows  yaitu kas masuk bersih sebagai akibat berakhirnya proyek,
misalnya nilai residu aktiva tetap, pencairan modal kerja.

10
Secara skematis

Th 0 th 1 th 2 th3 th 4
x--------------x------------------x------------------x----------------x
(- ) Cash out
( + ) proceed th 1
( + ) proceed th 2
( + ) proceed th 3
( + ) proceed th 4

Cash flow berbeda dengan laporan laba rugi karena laba rugi melihat penerimaan dan
pengeluaran dari sisi akrual sedang cash flow melihat dari sisi kas.

Contoh Perbandingan Laporan Laba Rugi dan Arus Kas

Keterangan Akuntasi Keterangan Arus Kas


Penjualan 2.000.juta Kas masuk 2.000. jt
Biaya-biaya
a. Tunai. 1.000.juta Kas keluar 1.000. jt
b. Depresiasi 500 juta
Laba Operasi ( EBIT ) 500 juta
Pajak 150 juta Kas keluar 150. jt
Laba bersih ( EAT ) 350. juta Kas masuk bersih 850. jt

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sesuai akuntansi yg dilaporkan dalam R/L adalah
laba Rp. 350 juta namun sesuai arus kas maka kas yg nasuk sebesar Rp. 850 (EAT +
Depresiasi).

4. Metode Penilaian Capital Budgeting

Untuk melakukan penilaian atas suatu proyek ada beberapa metode yang dapat
digunakan yaitu
4.1. Metode Payback Period dan Discounted Payback Period
4.2. Metode Accounting Rate of Return ( ARR )
4.3. Metode Net Present Value
4.4. Metode Internal Rate of Return ( IRR )
4.5. Profitability Index ( PI )

4.1. Metode Payback Period

Metode Payback Period ( PP )  yaitu mengukur periode ( jangka waktu) yg diperlukan


agar investasi dapat kembali dari proyek.

Contoh 1 :
Total Investasi pendirian Cold Storage sebesar Rp. 1.000.000,- Umur investasi 4 tahun dan
laba bersih pertahun berturut turut Rp. 250.000, Rp.150.000, Rp. 50.000, Rp. (150.000 ).
Apakah Investasi tsb menguntungkan bila metode depresiasi dengan garis lurus

11
a. Metode Payback Periode ( PP )

Perkiraan Arus Kas Investasi

Tahun EAT Depresiasi Perkiraan Arus Kas Arus Kas Kumulatif


0 250.000 ( 1.000.000 ) ( 1.000.000 )
1 250.000 250.000 500.000 ( 500.000 )
2 150.000 250.000 400.000 ( 100.000 )
3 50.000 250.000 300.000 200.000
4 (150.000) 250.000 100.000 300.000

Sampai tahun ke 2 arus kas menunjukkan investasi masih sisa Rp. 100.000 dan dpt
ditutup oleh sebagian proceed th ke 3.

100.000
Payback Periode = 2 + x12bulan  4bulan
300.000

Kesimpulan : Investasi menguntungkan karena akan dapat kembali lebih cepat ( 2 tahun 4
bulan ) dari jangka waktu ekonomisnya ( 4 tahun )

b. Metode Discounted Payback Period

Metode ini memasukkan time value of money yg merupakan kritik atas kelemahan
metode Payback Period. Arus kas dipresent valuekan dgn tingkat bunga tertentu dan
kemudian dihitung periode pengembalian investasi

Tahun Perkiraan DF 10 % PV Arus Kas Arus Kas Kumulatif


Arus Kas Diskonto 10 %
0 ( 1.000.000 ) 1 ( 1.000.000 ) ( 1.000.000 )
1 500.000 0.909 454.500 ( 545.500 )
2 400.000 0.826 330.400 ( 215.100 )
3 300.000 0.751 225.300 10.200
4 100.000 0.683 68.300 78.500

215.100
Discounted PP = 2 +  Discounted PP = 2, 95 tahun ( 2 tahun + 11,4 bln )
225.300

4.2. Metode Accounting Rate Of Return ( ARR )

Metode ini mencari kemampuan investasi dalam menghasilkan rata-rata laba akuntansi.
LabaBersihrata  rata
ARR = x100%
Investasirata  rata

Dengan menggunakan contoh diatas maka ARR dapat dicari sbb ;


Rata-rata Laba bersih = ( 250.000 + 150.000 + 50.000 -150.000) / 4 =Rp. 75.000
Rata-rata Investasi = Rp. 1.000.000 / 2 = Rp. 500.000

75.000
ARR = x100%  15 %
500.000

12
4.3. Metode Net Present Value

Metode ini menggunakan Discounted Cash Flow ( DCF ) dengan mempresent valuekan
seluruh cash flow.
n
CFt
Rumus NPV  NPV= 
t  0 (1  k )

Dimana ;
CFt ( Cash flow atau arus kas pada th t ), k ( biaya modal proyek ),
t ( periode waktu ), n ( usia proyek )

dengan contoh proyek diatas maka arus kas dan biaya modal proyek 10 % sbb ;

Tahun Perkiraan Arus Kas DF 10 % Present Value Cash Flow


0 ( 1.000.000 ) 1 ( 1.000.000 )
1 500.000 0.909 454.500
2 400.000 0.826 330.400
3 300.000 0.751 225.300
4 100.000 0.683 68.300
Net Present Value ( NPV ) 78.500

Atau
 1.000.000 500.000 400.000 300.000 100.000
NPV =    
(1  0.1) 0
(1  0.1) 1
(1  0.1) 2
(1  0.1) 3 (1  0.1) 4

NPV = - 1.000.000 + 454.500 + 330.400 + 225.300 + 68.300


NPV = 78.500

Kesimpulan : Karena NPV positif, proyek feasable ( menguntungkan )

4.4. Profitability Index

Profitability index sering disebut sebagai cost benefit analysis method. Metode ini
merupakan modifikasi metode NPV yaitu dengan mencari rasio antara present value
proceeds dengan present value investasi bila hasilnya > 1 maka investasi menguntungkan
tapi bila hasilnya < 1 maka investasi tidak menguntungkan.

PVCash inf low


PI = PVcashoutflow  PI = 1.078.820 / 1.000.000

P I = 1.078

Karena PI proyek 1,078 atau > 1 maka berarti proyek diterima / menguntungkan.

4.5. Metode Internal Rate of Return ( IRR )

13
Metode IRR yaitu mencari tingkat diskonto ( interest ) yg dapat menghasilkan NPV = 0
(PV cash out flow = PV cash in flow).

IRR juga dianggap sebagai tingkat keuntungan yang diperkirakan akan dihasilkan oleh
suatu proyek.
n
CFt
Rumus IRR =  t = 0
t  0 (1  r )

Dimana r = IRR yaitu tingkat diskonto yang menghasilkan NPV = 0

Dengan contoh proyek diatas maka IRR dpt dihitung sbb ;

500.000 400.000 300.000 100.000


0 = - 1.000.000    
(1  r )1 (1  r ) 2 (1  r ) 3 (1  r ) 4

r dicari dgn prosedure sbb ;


 Cari DF sehingga menghasilkan NPV positif
 Cari DF sehingga menghasilkan NPV negatif
 Lakukan Interpolasi antara dua DF ( i ) dan dua NPV diatas

Atau dengan rumus pendek


r 2  r1
IRR  r1  C1
C 2  C1

Dimana :
C1 = nilai NPV positif
C2 = nilai NPV negatif
r1 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif ( C1 )
r2 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif ( C2 )

15%  14%
IRR  14%  8.083  IRR = 14 % + 0.49 %
 8.330  8.083

IRR = 14.49 %  Bila biaya dana > dari 14.49 proyek tidak menguntungkan tapi
bila biaya dana < 14.49 proyek menguntungkan

5. Investasi Penggatian

14
Penggantian aktiva tetap lama dg aktiva tetap baru membutuhkan investasi karena
itu perlu dianalisis. Analisis penggantian aktiva tetap ( replacement analysis ) memiliki
perbedaan dg analisis investasi baru dalam hal menentukan cashflows investasi,
sementara dalam menilai layak tidaknya memiliki kesamaan dengan penilaian investasi
baru.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam investasi penggatian yaitu ;


a. Nilai sisa investasi aktiva lama yang akan diganti.
b. Nilai depresiasi aktiva lama
c. Nilai jual aktiva lama.
d. Nilai investasi aktiva baru
e. Umur ekonomis aktiva baru
f. Pengaruh penggantian terhadap ;
 Penghasilan ( Revenue ) apakah bertambah atau berkurang.
 Biaya ( Cost ) apakah bertambah atau berkurang
g. Taksiran arus kas harus dihitung atas dasar selisih ( incrimental )

Contoh : PT.GTN akan mengganti mesin pengering jagung yg lama dg mesin baru. Nilai
buku mesin lama Rp. 800 juta dg sisa usia ekonomis 4 tahun tanpa nilai residu dan
disusut dg metode garis lurus. Harga mesin baru Rp. 1.200 juta (untuk memudahkan
analisis diumpamakan umur ekonomis sama dg mesin lama = 4 tahun ). Penggunaan
mesin baru tsb akan menghemat biaya Rp. 150 juta pertahun. Mesin lama dijual sesuai dg
nilai bukunya dan pajak keuntungan 30 %.
Buatlah analisis apakah keputusan penggantian tsb layak dilaksanakan.

Langkah analisis sbb ;

Langkah 1 : Menghitung Cashflows

(1). Arus kas keluar ( besarnya investasi )


Harga mesin baru Rp. 1.200.000.000,-
Hasil penjualan mesin lama Rp. 800.000.000,- ( - )
Nilai investasi Rp. 400.000.000,-
(2). Arus kas masuk
Tambahan laba akibat penghematan Rp. 150.000.000
Tambahan penyusutan
Penyusutan mesin baru Rp. 300.000.000,-
Penyusutan mesin lamaRp. 200.000.000,-
Tambahan penyusutan Rp. 100.000.000,- ( - )
Tambahan laba sebelum pajak Rp. 50.000.000,-
Tambahan pajak 30 % Rp. 15.000.000,-( - )
Tambahan laba setelah pajak Rp. 35.000.000,-

Jadi penggantian mesin tsb mengeluarkan investasi Rp. 400.000.000,- dan akan
memberi tambahan laba bersih setelah pajak Rp. 35.000.000,-pertahun

Langkah 2 : Melakukan penilaian

Proceeds = tambahan laba bersih + tambahan depresiasi


Proceeds = Rp. 35.000.000 + Rp. 100.000.000 = Rp. 135.000.000,-

15
a. Metode Payback Periode

PP = Investasi / Proceed pertahun


PP = 400.000.000 / 135.000.000
PP = 2.96 tahun ( 2 tahun 11,5 bulan )

Jadi investasi akan kembali dalam 2 tahun 11,5 bulan sedang umur investasi 4 tahun
sehingga kesimpulannya investasi penggantian layak ( menguntungkan ) untuk
dilaksanakan.

b. Metode ARR

ARR = Rata-rata laba bersih tahunan / Rata-rata investasi


ARR = 35.000.000 / (( 400.000.000 + 0 ) / 2 )
ARR = 35.000.000 / 200.000.000
ARR = 0.175 ( dalam prosentase 17.5 % )

c. Metode NPV dengan discount rate 10 %

PV Proceeds = Rp. 135.000.000 x 3.170 = Rp. 427.950.000,-


PV Investasi = Rp. 400.000.000 x 1 = Rp. 400.000.000,- ( - )
NPV = Rp. 27.950.000,-

Karena hasil NPV positif maka investasi penggantian tsb layak


(menguntungkan) bila dilaksanakan.

d. Metode IRR
Karena dengan DF 10 % diperoleh NPV positif = Rp. 27.950.000
Maka kita perlu mencari NPV negative dengan menaikkan DF misalnya dengan DF
18 % sbb ;
PV Proceeds = Rp. 135.000.000 x 2.690 = Rp. 363.150.000,-
PV Investasi = Rp. 400.000.000 x 1 = Rp. 400.000.000,- ( - )
NPV = Rp. ( 36.850.000,-)
r 2  r1
IRR  r1  C1
C 2  C1
18  10
IRR  10  27.950.000
 36.850.000  27.950.000

IRR = 10 + 3.45 atau 13.45 %

6. Menilai Aktiva Tetap Dengan Umur Tidak Sama

Manajemen kadang dihadapkan pada pemilihan atas beberapa alternatip aktiva


tetap. Dalam analisis yang bersifat membandingkan maka harus digunakan basis waktu
yang sama atau common horizon approach.
Dalam hal beberapa aktiva tetap yang dianalisis memiliki harga, kapasitas, umur
ekonomis serta biaya operasi sama maka analisisnya adalah dengan membandingkan
present value kas keluar dan hasil PV yang paling kecil yang efisien. Namun bila aktiva
yg harus dipilih memiliki umur ekonomis tidak sama maka perlu pendekatan yg berbeda
yaitu dg equivalent annual cost approach( EACA).
16
Equivalent annual cost approach (EACA) yaitu metode analisis yang mencari
besarnya pengeluaran tahunan yg ekuivalen ( sama ) dg PV kas keluar ( initial
investment).

Contoh : Perusahaan dihadapkan pada pemilihan dua buah mesin yaitu mesin A dan
mesin B dg karaketeristik sbb ;

Mesin A B
Harga Rp. 15 jt Rp. 10 juta
Umur ekonomis 3 tahun 2 tahun
Biaya operasi Rp. 4 juta Rp. 6 juta

Karena umur ekonomis tidak sama maka perlu menggunakan metode penilaian equivalen
annual cost approach dengan langkah sbb ;

1. Mencari present value kas keluar keseluruhan

Present Value Kas keluar ( dlm jutaan ) dengan DF 10 %


Mesin Th 0 Th 1 Th 2 Th 3 PV pd DF 10 %
A 15 4 4 4 24, 95
B 10 6 6 - 20,41

2. Menghitung equivalen annual cost

X X X
Mesin A  24,95 = + 2 +
(1  0.10) 1
(1  0.10) (1  0.10) 3

24,95 = 0.9091 X + 0.8264 X + 0.7513 X

24,95
24,95 = 2,4868 X  X =  X = 10,03 juta
2,4868
Jadi equivalent annual cost mesin A sebesar Rp. 10,03 juta

Dengan cara yg sama maka mesin B dapat dihitung dan akan menghasilkan
equivalent annual cost ( EACA) sebesar Rp. 11,76 juta. Karena EACA mesin A
sebesar Rp. 10,03 maka mesin A lebih efisien dibanding mesin B, karena itu alternatif
yang dipilih adalah mesin A

BAB IV
MANAJEMEN AKTIVA LANCAR

17
1. Manajemen Modal Kerja

Pengertian / Konsep Modal Kerja

Modal kerja merupakan modal / asset yang beroperasi dan berputar terus menerus
didalam perusahaan dalam rangka menghasilkan pendapatan.
Modal kerja dapat didiskripsi menurut tiga konsep yaitu ;
a. Modal kerja kotor ( brutto ) yaitu konsep yang menganggap bahwa modal kerja
adalah seluruh aktiva lancar yang ada dalam perusahaan.
b. Modal kerja bersih ( netto ) yaitu konsep yang menganggap bahwa modal kerja
adalah kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar.
c. Modal kerja fungsionil yaitu konsep yang menganggap bahwa modal kerja adalah
seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan perusahaan pada
suatu periode.

Dari konsep modal kerja tsb maka aktiva lancar merupakan bagian yang terpenting.
Unsur aktiva lancar yang dominan biasanya adalah ; Kas , Piutang , Persediaan Barang

Aktiva lancar yaitu aktiva selalu berputar dalam periode jangka pendek ( < 1 tahun )
Aktiva lancer berputar berarti berubah dari kas menjadi barang dan menjadi kas lagi,
seperti dibawah ini ;

KAS BARANG KAS ( Penjualan Tunai )

KAS BARANG PIUTANG KAS ( Penjualan Kredit )

CONTOH :
Neraca PT. GTN pada tanggal 31 Desember 2003

Rekening Nilai Rekening Nilai


Kas 22.000 Hutang dagang 91.000
Sekuritas 10.000 Hutang bank 160.000
Piutang 170.000 Hutang pajak 30.000
Persediaan 117.000 Jumlah hutang lancar 281.000
Jumlah Aktiva Lancar 319.000
Hutang jangka panjang 200.000
Aktiva tetap 700.000
Akumulasi penyusutan (100.000) Modal saham 300.000
Jumlah aktiva tetap 600.000 Laba ditahan 138.000
Total 919.000 Total 919.000

Dengan menggunakan neraca diatas maka dapat ditentukan besarnya modal kerja PT
GTN tahun 2003 menurut konsep-konsep tersebut diatas sbb ;
 Modal kerja kotor ( brutto ) = Rp. 319.000 yaitu jumlah aktiva lancar
 Modal kerja bersih ( netto ) = Rp. 38.000 atau ( Rp.319.000 – Rp.281.000 )
 Modal kerja fungsionil terdiri dari ;Kas, Piutang, Persediaan, Aktiva tetap
(sebesar penyusutan tahun tersebut ).

Menghitung Kebutuhan Modal Kerja

18
Modal kerja yang harus ada dalam perusahaan harus ditetapkan secara baik karena bila
kurang dapat mengganggu kelancaran operasi perusahaan namun bila terlalu banyak
maka akan menyebabkan unefisiensi dan mengurangi keuntungan.

Besar kecilnya kebutuhan modal kerja dipengaruhi oleh dua hal yaitu ;
 Lama waktu terikatnya dana pada aktiva lancar sebagai unsur modal kerja
 Jumlah pengeluaran perhari dari unsur aktiva lancar tsb

Dengan melihat faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja maka kebutuhan modal
kerja dapat dicari dengan cara sbb ;

( 1 ). Tentukan lama waktu dana terikat pada aktiva lancar unsur modal kerja.
( 2 ). Tentukan besarnya pengeluaran perhari dari masing-masing aktiva lancar yang
menjadi unsur modal kerja.
( 3 ). Kalikan lama waktu dana terikat dengan jumlah pengeluaran per hari dari
masing-masing aktiva lancar.
( 4 ). Jumlahkan seluruh hasil perkalian masing-masing aktiva lancar.

Contoh 1 :
PT. KUDA TEX adalah perusahaan yang memproduksi sarung palekat dengan merk
kuda terbang. Volume produksi sebanyak 1000 potong / perhari. Proses produksi sbb ;
 Benang dibeli secara tunai untuk kebutuhan produksi tiap hari senilai Rp.
5.000.000 atau Rp. 5.000 / perpotong dibeli 1 hari sebelum diproses
 Biaya pewarnaan sebesar Rp. 1000,- perpotong dengan lama proses 2 hari
 Proses persiapan penenunan memerlukan waktu 5 hari
 Proses penenunan dan finishing membutuhkan rata-rata waktu 2 hari
 Biaya bahan penolong sebesar sebesar Rp 500,-
 Biaya tenaga kerja Rp. 2.000,- perpotong
 Biaya administrasi dan persediaan kas Rp. 500.000 / hari
 Hasil produksi dijual secara tunai dengan lama waktu menunggu trasaksi 5 hari
Dari data diatas kebutuhan modal kerja PT.KUDA TEX dapat dihitung sbb ;

1. Lama proses
 Bahan baku = 1 hari
 Pewarnaan = 2 hari
 Proses persiapan tenun = 4 hari
 Penenunan dan finishing = 3 hari
 Menunggu laku di gudang = 5 hari ( + )
Lama waktu proses = 15 hari

2. Jangka waktu terikat dana


 Bahan baku = 15 hari
 Pewarnaan = 14 hari
 Proses persiapan tenun = 12 hari
 Penenunan dan finishing = 8 hari
 Menunggu laku di gudang = 5 hari

3. Pengeluaran perhari
 Biaya bahan baku = Rp. 5.000.000,-

19
 Biaya pewarnaan = Rp. 1.000.000,-
 Biaya bahan penolong = Rp. 500.000,-
 Biaya tenaga kerja persiapan, tenun & finishing = Rp. 2.000.000,-
 Biaya administrasi dan kas = Rp. 500.000,-

4. Kebutuhan modal kerja


 Bahan baku = 15 x Rp. 5.000.000 = Rp. 75.000.000,-
 Pewarnaan = 14 x Rp. 1.000.000 = Rp. 14.000.000,-
 Proses persiapan tenun = 12 x Rp. 500.000 = Rp. 6.000.000,-
 Pesiapan, tenun, finishing = 12 x Rp. 2.000.000 = Rp. 24.000.000,- ( + )
Jumlah kebutuhan modal kerja = Rp.119.000.000,-

Cara lain yaitu menghitung dengan rumus sbb ;

Penjualan
Perputaran Modal kerja =
ModalKerja
Penjualan
Modal Kerja = PerputaraModalKerja

Misal : Target penjualan tahun 2006 sebesar Rp. 900.000.000 dan perputaran modal
kerja 12 kali, maka kebutuhan modal kerja tahun 2006 dapat ditentukan sbb ;

Rp.900.000.000
Modal kerja = = Rp. 75.000.000,-
12

Efisiensi Modal Kerja

Penggunaan modal kerja dalam perusahaan sangat berpengaruh terhadap kinerja


keuangan perusahaan, salah satu ukuran kinerja keuangan yaitu efisiensi penggunaan
modal kerja yang dapat diukur dengan rasio Return on Working Capital ( RWC ) yang
mengukur kemampuan modal kerja dalam menghasilkan keuntungan.

LabaOperasi
RWC = ModalKerja
x 100 %

Hasil pengukuran RWC yang makin tinggi menunjukkan makin efisien penggunaan
modal kerja perusahaan.

2. Manajemen Kas

Kas dan surat berharga merupakan aset yang paling likuid dan sangat
menentukan bagi kelancaran operasi perusahaan, karena kas menjadi alat tukar yang
memungkinkan perusahaan membiayai kegiatannya.

20
Ada tiga motif memiliki kas ( Keynes dalam Agus Sartono, 2001 ) yaitu ;
(1). Alasan untuk memenuhi kebutuhan transaksi
(2). Alasan untuk berjaga-jaga karena aliran kas perusahaan sulit diprediksi
(3). Alasan kebutuhan untuk spekulasi

Karena alasan pentingnya kas dalam perusahaan maka manajemen harus


mengelola kas secara tepat sehingga menjamin kelancaran operasi dan dapat mendukung
dicapainya tujuan perusahaan yaitu diperolehnya keuntungan dan meningkatnya
kekayaan perusahaan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam rangka mengelola
kas diataranya yaitu ;
 Membuat anggaran kas yaitu anggaran yang berisi rencana kas masuk dan
rencana kas keluar baik dari kegiatan operasi maupun dari rencana pengambilan
dan pembayaran pinjaman selama periode tertentu ( satu tahun )
Melalui anggaran ini manajemen mampu me
 Menentukan jumlah kas optimal ( metode inventory dan metode Stochastik ).

Memelihara kas membawa konsekwensi menanggung 2 biaya yaitu


(1). Biaya bunga bila sumber dana tsb dari pinjaman
(2). Biaya peluang ( opportunity cost ) yaitu hilangnya kesempatan meraih
keuntungan bila kas tsb digunakan untuk investasi surat berharga.

Jumlah kas optimal dapat ditentukan melalui metode inventory dengan rumus sbb ;
2OD
Q
i
Q ( jumlah kas minimal ), O ( biaya pengadaan kas / perubahan surat berharga
menjadi kas ), D ( kebutuhan kas selama 1 tahun )

Contoh : Kebutuhan kas PT GTN pertahun Rp. 1.200.000.000 dengan pemakaian


perhari konstan. Biaya transaksi perubahan surat berharga (efek) menjadi kas Rp.
50.000 setiap kali perubahan. Pendapatan bunga bila memiliki surat berharga adalah
12 % pertahun. Berapa jumlah kas optimal bagi PT GTN ?

2 x50.000 x1.200.000.000
Q = Rp. 31.622.777
0.12

Hasil perhitungan menunjukkan Q = Rp. 31.622.777 ( Rp. 31.623.000 dibulatkan )


Berarti bila kas perusahaan habis ( 0 ) maka perusahaan harus melakukan penjualan
surat berharga sebesar Rp. 31.623.000.
Dengan cara tsb maka manajemen dapat meminimumkan biaya kas sebagaimana
dijelaskan diatas.

3. Manajemen Piutang

Piutang yang ada dalam perusahaan umumnya timbul sebagai akibat kebijakan
penjualan kredit. Apabila kebijakan manajemen menggunakan penjualan tunai maka
tidak akan muncul piutang dagang ( investasi dalam piutang ). Persoalannya lebih

21
menguntungkan mana bagi manajemen apakah dengan penjualan tunai atau penjualan
kredit ? Persoalan ini dapat dianalisis dengan cost and benefit kebijakan penjualan kredit.
 Bila cost > benefit penjualan kredit maka sebaiknya digunakan penjualan tunai.
 Bila cost < benefit penjualan kredit maka sebaiknya digunakan penjualan kredit.

Contoh : PT GTN saat ini ( tahun 2005 ) menggunakan sistim penjualan tunai dan
memiliki omzet Rp. 800.000.000,- Untuk tahun 2006 manajemen akan
mempertimbangkan mengubah kebijakan penjualan tunai menjadi penjualan kredit
dengan syarat n/60 artinya pembeli diberi tempo untuk membayar sampai hari ke 60 dari
saat pembelian. Dengan perubahan tsb diharapkan penjualan akan meningkat menjadi
Rp.1.050.000.000,- dan profit margin 15 %, sementara biaya dana sebesar 16 % pertahun.
Apakah rencana kebijakan penjualan kredit tsb menguntungkan bagi perusahaan ?
Masalah diatas dapat dianalisis dengan membandingkan manfaat (benefit) dan biaya
(cost) sebagai berikut ;

MANFAAT
Tambahan keuntungan adanya penjualan kredit.
( Rp. 1.050.000.000 – Rp. 800.000.000 ) x 15 % = Rp. 37.500.000,-

BIAYA
360
Perputaran piutang =  6 kali pertahun
60
Rp.1.050.000.000
Rata-rata piutang =  Rp. 175.000.000
6
Modal yg diperlukan untuk investasi dalam piutang dihitung adalah
= ( 100 % - 15 % ) x Rp. 175.000.000 = Rp. 148.750.000

Biaya dana untuk tambahan modal guna investasi pada piutang


= Rp. 148.750.000 x 16 % = Rp. 23.800.000

SIMPULAN
Manfaat = Rp. 37.500.000
Biaya = Rp. 23.800.000 ( - )
Tambahan keuntungan = Rp. 13.700.000
Jadi kebijakan penjualan kredit akan memberi manfaat bersih (keuntungan) sebesar Rp.
13.700.000,-

4. Manajemen Persediaan

Persediaan barang bagi perusahaan baik usaha dagang maupun industri


merupakan aktiva lancar yang penting, karena persediaan berpengaruh terhadap
kelancaran produksi dan pelayanan pelanggan. Untuk itu manajemen harus mengelola
persediaan dengan tepat agar tidak terlalu banyak yang dapat berakibat risiko kerusakan
dan tidak terlalu sedikit yang dapat mengakibatkan kegagalan melayani pelanggan.
Dalam mengelola persediaan perusahaan akan terbebani dua biaya yaitu biaya
pemesanan ( procuremen cost ) dan biaya penyimpanan ( carrying cost ). Dua biaya ini
sifatnya berlawanan sbb ;
 Biaya pesan dihitung atas dasar frekwensi pesan tidak berkait dengan jumlah yang
dipesan yang berarti semakin sedikit jumlah yang dipesan akan semakin besar
biaya pemesanan perunit.

22
 Biaya simpan dihitung atas dasar jumlah unit yang dipesan yang berarti makin
banyak yang barang disimpan maka biaya makin besar dan sebaliknya.

a. Metode penentuan persediaan optimal menggunakan EOQ (Economic Order


Quantity)

2 RS
EOQ 
C

EOQ ( Jumlah pembelian yang ekonomis ), R (jumlah kebutuhan bahan satu tahun),
S ( set up cost / biaya pemsanan ), C ( Carrying cost / biaya penyimpanan )

Contoh :
PT. GTN memiliki kebutuhan bahan baku 1 tahu sebesar 1.600 unit, biaya pesan Rp.
100.000 untuk sekali pesan, biaya penyimpanan Rp. 500 per unit pertahun. Jumlah
pembelian yang ekonomis adalah ;

2 x100.000 x1600
Q = 800 unit
500

Dari hasil perhitungan diatas maka jumlah pembelian yang ekonomis ( efisien ) adalah
800 unit setiap kali beli sehingg frekwensi pembelian menjadi 1.600 / 800 = 2 kali dalam
satu tahun.

b. Lead time dan Reorder Point

 Lead time yaitu jangka waktu antara saat barang dipesan dan barang dating.
 Reorder point yaitu saat yang tepat untuk memesan kembali barang. Reorder
point depengaruhi oleh lead time,

Misal menggunakan contoh diatas lead time = 6 hari.sementara penggunaan perhari =


1.600 / 300 hari = 5.3 unit, maka reorder point = 5.3 x 6 = 32.8 atau 33 unit.
Jadi bila persediaan sudah tinggal 33 unit maka bagian pembelian harus memesan barang.

c. Savety Stock

Savety stock yaitu persediaan pengaman ( persediaan besi ) yang biasanya


digunakan untuk berjaga jaga untuk menghadapi masalah keterlambatan pembelian
maupun lainnya. Besarnya savety stock biasanya ditentukan berdasarkan pemakaian
barang dalam waktu tertentu misal 6 hari atau 10 hari dsb. Dengan menggunakan contoh
diatas maka bila ditentukan savety stock sebesar penggunaan 10 hari = 10 x 5.3 = 53 unit.

23
BAB V

STRUKTUR MODAL

1. Sumber-sumber Modal

Modal perusahaan dapat diperoleh dari dua sumber yaitu sumber luar perusahaan dan
sumber dari dalam perusahaan
a. Sumber dari luar yaitu sumber modal dari luar rumah tangga perusahaan seperti ;
 Dari pemilik / Pemegang saham ( berupa setoran modal ) yang merupakan
ekuitas (modal sendiri)  sumber pemilik dari luar perusahaan karena
keuangan pemilik dan keuangan perusahaan terpisah.
 Dari pinjaman ( Debt = hutang ) seperti hutang obligasi, hutang bank, hutang
dagang dll.
b. Sumber dari dalam perusahaan yaitu merupakan dana yang dihasilkan sendiri dari
hasil operasi perusahaan seperti ; Laba ditahan, Penyisihan Depresisasi.

2. Konsep Struktur Keuangan dan Struktur Modal

Struktur keuangan ( finansiil ) adalah paduan dari seluruh sumber modal perusahaan
( baik jangka pendek maupun jangka panjang ).

Struktur modal merupakan paduan dari sumber modal jangka panjang yang digunakan
perusahaan.

Rancangan Struktur Keuangan merupakan aktivitas manajemen mencari komposisi yg


baik dari semua komponen sumber modal dengan tujuan meminimumkan biaya
penggunaan dana.

Dengan konsep struktur modal maka pembelanjaan dlm perusahaan ada 2 kemungkinan
yaitu ;
 Menggunakan hutang  pembelanjaan dengan Leverage
 Tidak ada hutang  pembelanjaan Unleverage

Contoh :
Jenis Pembelanjaan

Leverage = 0  Semua modal dari ekuitas ( modal sendiri ) atau Un Leverage


Leverage = 10  Modal terdiri dari Hutang 10 % , dan ekuitas 90 %
Leverage = 40  Modal terdiri dari Hutang 40 % , dan ekuitas 60 %
Leverage = 90  Modal terdiri dari Hutang 90 % , dan ekuitas 90 %

Manajemen dalam memutuskan penggunanaan leverage dipengaruhi oleh ;


 Ketersediaan sumber dana bagi perusahaan.
 Biaya masing2 sumber dana.
 Policy manajemen yg berkait dengan keterlibatan pemilik modal terhadap
pengambilan keputusan.
 Target return bagi modal sendiri ( pemegang saham )

24
3. Analisis Penggunaan Hutang dan Rentabilitas

Penggunaan hutang dalam perusahaan ( pembelanjaan leverage ) akan berpengaruh


terhadap tingkat rentabilitas modal sendiri ( RMS ) dengan kata lain penggunaan
hutang dapat berakibat naik / turunnya rentabilitas modal sendiri.
Karena itu manajemen dalam menentukan penggunaan hutang harus menganalisis
terlebih dahulu apakah kebijakan menggunakan hutang tsb dapat meningkatkan
rentabilitas modal sendiri atau tidak. Bila penggunaan hutang meningkatkan
keuntungan bagi modal sendiri maka pengambilan hutang dibenarkan tapi sebaliknya
bila tidak meningkatkan keuntungan modal sendiri maka kebijakan mengambil hutang
tidak dibenarkan.

Secara umum keputusan penggunaan hutang akan ditentukan oleh tingkat bunga
hutang dan tingkat earning power ( rentabilitas ekonomi ) dari perusahaan.
Ada 2 kemungkinan dalam penggunaan hutang dan pengaruhnya terhadap RMS sbb ;
a. Bila bunga hutang lebih tinggi dari earning power ( RE ) maka penggunaan hutang
akan menurunkan rentabilitas modal sendiri ( merugikan modal sendiri ).
b. Bila bunga hutang lebih rendah dari earning power ( RE ) maka penggunaan
hutang akan menaikkan rentabilitas modal sendiri ( menguntungkan modal sendiri).

CONTOH
PT. RINA pada tahun 1996 memiliki total modal Rp. 2.000.000,- yang terdiri dari
modal sendiri ( ekuitas ) Rp. 1.200.000,- dan dari hutang Rp. 800.000,- dengan bunga
15 % pertahun. Untuk tahun operasi 1997 manajemen ingin memperluas usaha dan
memerlukan tambahan modal sebesar Rp. 2.000.000,- (atau tambahan 100 % dari
modal tahun 1996). Dengan tambahan modal tersebut maka laba operasi perusahaan
akan menjadi Rp. 500.000,- Perusahaan dapat membiayai tambahan modal tsb dengan
dua alternatif yaitu dengan menambah setoran modal sendiri (mengeluarka saham
baru), atau dengan mengambil pinjaman / hutang dengan bunga 15 % pertahun, dan
pajak keuntungan perusahaan 50 %.

Dengan mencermati data diatas maka dapat dianalisis pemenuhan kebutuhan dana sbb ;

REKENING Tambahan Modal Tambahan Modal dipenuhi


dipenuhi dg Hutang dg Modal sendiri
LABA USAHA Rp. 500.000 Rp. 500.000
BUNGA H1 = 15 % ( 800.000 ) Rp. ( 120.000 ) Rp. ( 120.000 )
BUNGA H2 = 15 % ( 2.000.000 ) Rp. ( 300.000 )
LABA SEBELUM PAJAK Rp. 80.000 Rp. 380.000
PAJAK 50 % Rp. 40.000 Rp. 190.000
LABA SETELAH PAJAK Rp. 40.000 Rp. 190.000

Jumlah Modal Asing ( Hutang ) Rp. 2.800.000 Rp. 800.000


Jumlah Modal Sendiri Rp. 1.200.000 Rp. 3.200.000
Total Modal Rp. 4.000.000 Rp. 4.000.000

Rentabilitas Modal Senidiri (RMS) 3.33 % 5.94 %

25
Dari analisis diatas menunjukkan bahwa tambahan modal bila menggunakan hutang
akan menghasilkan rentabilitas modal sendiri sebesar 3,33 % sedang bila dipenuhi
dengan setoran modal sendiri akan menghasilkan rentabilitas modal sendiri 5,94 % atau
lebih tinggi, sehingga keputusannya adalah lebih baik kebutuhan tambahan modal
dipenuhi dengan menambah modal sendiri.

Bagaimana bila laba operasi / usaha tidak Rp. 500.000 tapi naik menjadi Rp. 800.000,-
bagaimana keputusannya ?

Karena laba operasi Rp. 800.000 sedang total modal Rp. 4.000.000,- maka Earning
Power ( Rentabilitas Ekonomi ) sebesar 20 % atau (800.000 / 4.000.000 ) x 100 %

Karena earning power 20 % lebig tinggi dari bunga hutang 15 % maka kebutuhan
tambahan modal akan lebih baik menggunakan hutang karena akan m,eningkatkan
rentabilitas modal sendiri.

4. Analisis Hutang ( Leverage Finansiil ) dan Likuiditas

Penggunaan hutang akan menimbulkan kewajiban finansiil, baik berupa kewajiban


pembayaran bunga maupun angsuran pokok hutang. Karena itu pimpinan perusahaan
harus hati-hati dalam mengambil hutang jangan sampai penggunaa hutang
menimbulkan kesulitan keuangan ( kesulitan likuiditas ) bagi perusahaan.

Untuk menganalisis apakah penggunaan hutang akan menimbulkan kesulitan likuiditas


atau tidak dibelakang hari dapat dideteksi dengan rasio keuangan Debt Service
Coverage ( DSC )

( LabaOperasi  Penyusu tan)


DSC 
AngsuranPokokHu tan g
Bunga  SewaGuna 
(1  Tax )

t = tarif pajak penghasilan ( income tax )

Dari analisis ini dapat diperoleh kesimpulan sbb ;


 Bila DSC > 1,00 maka berarti perusahaan memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban finansiel ( membayar kewajiban hutang )
 Bila DSC < 1,00 maka berarti perusahaan tidak mampu untuk memenuhi
kewajiban finansiel ( membayar kewajiban hutang ).

Contoh
Perusahaan memerlukan tambahan dana sebesar Rp. 200.000.000,- untuk membeli
aktiva tetap sebesar Rp. 120.000.000 dan tambahan modal kerja Rp. 80.000.000,-
Aktiva tetap memiliki umur ekonomis 4 tahun sehinggan besarnya penyusutan dg garis
lurus sebesar Rp. 30.000.000,- pertahun ( 120 jt / 4 ). Tambahan modal tsb akan
memberikan rentabilitas ekonomis sebesar 25 % dan pajak penghasilan 25 %.
Perusahaan ditawari kredit bank dengan bunga 18 % dan jangka waktu 2 tahun, dan
tahun 1 harus membayar 50 % dari pokok pinjaman dan sisanya dibayar pada tahun
kedua. Dengan demikian bila kredit tersebut diambil maka akan menimbulkan
kewajiban finasiil sbb ;

26
Tahun Angsuran Pokok Bunga
1 50% x Rp. 200 jt = Rp. 100 jt 18 % x Rp 200 jt = Rp. 36 jt
2 50% x Rp. 200 jt = Rp. 100 jt 18 % x Rp 100 jt = Rp. 18 jt

Dari data diatas maka rasio DSC adalah sbb ;

(50 jt  30 jt )
DSC   0.472
100 jt
36 jt  0 
(1  0.25)

Hasil rasio DSC sebesar 0.472 atau kurang dari 1 ini berarti bahwa dana dari laba
operasi dan penyusutan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban membayar bunga dan
angsuran pokok hutang.
Karena itu bila perusahaan menerima tawaran dari bank dengan syarat yang ada maka
perusahaan akan menghadapi kesulitan keuangan ( likuiditas ).

5. Pedoman Penggunaan Hutang

Untuk keperluan kehati-hatian manajemen dalam menggunakan hutang dapat


menggunakan pedoman konservatif sbb ;

a. Aturan Konservatif Vertikal yaitu besarnya jumlah hutang tidak boleh melebihi
jumlah modal sendiri.
b. Aturan Konservatif Horizontal yaitu bahwa modal yang digunakan untuk
membiayai aktiva jangka panjang ( tetap ) harus memiliki jangka waktu lebih
panjang dari aktiva yang dibiayai.

KONSERVATIF HORIZONTAL

AKTIVA LANCAR HUTANG


KONSERVATIF
VERTIKAL
MODAL SENDIRI
AKTIVA TETAP

27
BAB VI
BIAYA MODAL

1. Pengertian Biaya Modal

Biaya modal ( Cost of Capital ) merupakan biaya peluang ( opportunity cost ) atas
penggunaan dana ( modal ) dalam suatu proyek ( perusahaan ).

Semua pemilik dana yang digunakan ( diinvestasikan ) dalam perusahaan berharap


memperoleh return ( pengembalian / hasil ) yang memuaskan. Keuntungan (return ) yang
harus dibayar oleh perusahaan tsb akan menjadi syarat dibolehkannya pemakaian dana
oleh pemilik dana ( sumber dana ).

Dengan demikian biaya modal akan menjadi hurdle of rate ( pembatas ) untuk
menentukan apakah sebuah investasi proyek menguntungkan atau tidak.
Misal ;

Tingkat pengembalian investasi Kekayaan Pemilik Saham

1. Return Investasi < Biaya Modal  Kekayaan Menurun


2. Return Investasi = Biaya Modal  Kekayaan Tetap
3. Return Investasi < Biaya Modal  Kekayaan Meningkat

2. Menghitung Biaya Individual ( Masing-Masing Sumber Dana )

Biaya modal tertimbang ( Weight Average Cost of Capital = WACC ) merupakan


biaya modal gabungan ( rata-rata ) dari seluruh sumber dana yang digunakan perusahaan.

Dalam hal sumber dana yang digunakan hanya satu sumber maka besarnya WACC adalah
sama dengan biaya modal sumber dana tsb tapi bila sumber dana yang digunakan dari
berbagai sumber maka cara menghitung WACC menjadi lebih rumit.

Untuk menghitung Biaya modal tertimbang ( WACC ) dari berbagai sumber modal
harus dihitung dulu biaya modal masing-masing sumber dana misalnya ; Modal sendiri
( saham biasa , Saham preference, Kredit bank dan Obligasi. Untuk masing – masing
sumber dana cara menghitungnya sbb ;

a. Biaya Modal Saham Biasa ( Notasi biaya modal sendiri = Ke )

Ada beberapa metode untuk menghitung biaya modal saham biasa diantaranya ;

(1). Metode CAPM

Ri = Rf + ( Rm – Rf ) β

Ri = Tingkat return ( keuntungan ) yg layak untuk pemilik saham biasa


Rf = Tingkat keuntungan bebas risiko
Rm = Tingkat keuntungan portfolio pasar modal
β = Beta ( risiko ) saham perusahaan

28
CONTOH : 7.1
Tingkat keuntungan portfolio saham di pasar modal yang ditunjukkan dengan index harga
saham sebesar 17 %, keuntungan investasi bebas risiko ( bunga SBI ) sebesar 10 %
sedang risiko saham ( β ) PT SAMPOERNA sebesar 1,2.
Berapa biaya modal saham biasa PT SAMPOERNA ?

Menggunakan rumus diatas maka biaya modal saham biasa PT SAMPOERNA sbb ;

Ri = Rf + ( Rm – Rf ) β

Ri = 10 % + ( 17 % - 10 % ) 1,2

Ri = 18,4 %  karena Ri = Ke  maka Ke = 18,4 %

Jadi Ke ( biaya modal saham ) PT SAMPOERNA = 18, 4 %

(2). Metode Cash Flow

Metode ini mendasarkan diri pada perkiraan deviden yang akan diterima dimasa
yang akan datang dengan rumus sbb ;

D1
Po 
( Ke  g )

Po = Harga saham biasa pada tahun 0


D1 = Deviden yg diharapkan pada tahun depan ( tahun 1 )
Ke = Biaya modal saham
g = Pertumbuhan laba perusahaan ( deviden )

CONTOH : 7.2
Harga saham PT INDOSAT tahun 2005 Rp. 10.000,- dan deviden tahun depan
diperkirakan Rp. 800,- sedang pertumbuhan laba ( deviden ) diharapkan 14 % dengan
pay out ratio tetap maka bisya modal saham dari PT INDOSAT dapat dihitung sbb ;

800
10.000   10.000 Ke - 1.400 = 800
( Ke  0.14)

10.000 Ke = 2.200  Ke = 22 %

b. Biaya Modal Saham Preference

Biaya modal saham preference memiliki sifat campuran antara saham biasa dan
hutang, yaitu bersifat tetap dan dalam likuidasi dibayar sebelum saham biasa.
D
Kp  dimana Kp = biaya modal saham preference,
P
D = deviden saham preference
P = harga saham preference saat itu

CONTOH : 7.3.

29
Harga nominal saham preference Rp. 10.000,-/lembar dg deviden Rp. 900, hasil
penjualan netto saham preference tsb Rp. 9.000,-/ lembar .

Biaya modal saham preference adalah ;

Kp = 900 / 9.000 = 0.10  Kp = 10 %

c. Biaya Modal Hutang

Biaya modal hutang adalah seluruh biaya yang ditanggung perusahaan karena
menggunakan sumber dana hutang.
Cara menghitung biaya modal hutang yaitu seluruh biaya yang ditanggung selama
periode hutang dibagi dengan pokok hutang.

CONTOH :
PT. FOOD memperoleh pinjaman dari bank sebesar Rp. 100.000.000,- dengan jangka
waktu 5 tahun, bunga 15 % per tahun dan biaya administrasi serta provisi 2 % selama
jangka waktu hutang.
Biaya hutang bank sebelum pajak dapat dihitung sbb ;

2.000.000
 (0.15 x100.000.000)
BiayaHu tan g  5
100.000.000

400.000  15.000.000
BiayaHu tan g 
100.000.000

Biaya Hutang = 0,154 atau 15, 4 %

Jadi biaya hutang bank sebelum pajak = 15,4 % pertahun.

d. Biaya Modal Hutang Obligasi

Hutang obligasi merupakan hutang jangka panjang yang secara periodik perusahaan
harus membayar bunga ( coupon ).
Menghitung biaya modal obligasi ada 2 cara

(1). Cara Kira-Kira

Rumus sbb ;
Fc
Bunga 
Kd  t
Po  Pn
2
Kd = biaya modal obligasi, Fc = biaya emisi obligasi, t = umur obligasi
Po = harga awal obligasi, Pn = harga nominal saat jatuh tempo
CONTOH : 7.4

30
Sebuah obligasi memiliki nilai nominal Rp. 1.000.000,- dengan umur 10 tahun,
dengan bunga ( coupon ) 12 % pertahun. Obligasi tsb dijual dengan harga Rp.
900.000,- dan biaya emisi sebesar Rp. 50.000,-
Biaya modal obligasi sebelum pajak dapat dihitung sbb ;

50.000
120.000 
Kd  10
900.000  1.000.000
2

120.000  5.000
Kd   Kd = 0.1316 atau 13,16 %
950.000

(2). Cara Cash Flow

Menghitung biaya modal obligasi dengan dasar cash flow yaitu dengan mempresent
valuekan baik kas masuk maupun kas keluar dari obligasi dan kemudian mencari
IRRnya.

CONTOH : 7.5.
Sebuah obligasi memiliki nilai nominal Rp. 1.000.000,- dengan umur 10 tahun,
dengan bunga ( coupon ) 12 % pertahun. Obligasi tsb dijual dengan harga Rp.
900.000,- dan biaya emisi sebesar Rp. 50.000,-

CASH FLOW OBLIGASI Sbb ;


Kas masuk ( dari penjualan obligasi ) = Rp. 900.000 ( tahun 0 )
Kas keluar ( biaya emisi ) = Rp. 50.000 `( tahun 0 )
Kas keluar ( biaya bunga ) = Rp. 120.000 ( tahun 1 s/d tahun 10 )
Kas keluar ( pembayaran pokok ) = Rp. 1.000.000 ( tahun ke 10 )

MENCARI NPV dari CASH FLOW OBLIGASI

PV Kas masuk ( df 12 % ) = 900.000 x 1 = 900.000


PV Kas keluar ( df 12 % )
1. biaya emisi = 50.000 x 1 = ( 50.000 )
2. biaya bunga = 120.000 x 5,650 = ( 667.200 )
3. Pembayaran pokok = 1.000.000 x 0,322 = ( 322.000 )
NPV = (139.200 )

Karena NPV negatif pada df 12 %, maka perlu dicari NPV positif yaitu dengan
menaikkan df menjadi 17 %.

PV Kas masuk ( df 17 % ) = 900.000 x 1 = 900.000


PV Kas keluar ( df 17 % )
1. biaya emisi = 50.000 x 1 = ( 50.000 )
2. biaya bunga = 120.000 x 4,659 = ( 559.080 )
3. Pembayaran pokok = 1.000.000 x 0,208 = ( 208.000 )
NPV = 82.920

Kd dicari dengan INTERPOLASI

31
DF 12 % ( i1 )  NPV = - 139.200
DF 17 % ( i2 )  NPV = 82.920

i 2  i1
Kd  i1  c1
c 2  c1

17  12
Kd  12  ( 139.200)
82.920  139.200

696.000
Kd  12   Kd = 12 + 3,133 Kd = 15,133 %
222.120

Jadi biaya modal obligasi sebelum pajak yang dihitunga dengan dengan cara cash
flow hasilnya 15,133 %

3. Menghitung Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang ( Weight Average Cost


Capital )

Untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang dilakukan melalui langkah 2 sbb ;
a. Hitung biaya modal individual / setiap sumber dana ( misal hutang bank, obligasi
saham preference, saham biasa ).
b. Tentukan prosentase masing-masing modal dari total modal ( proporsi sumber
modal ).
c. Hitung Biaya modal tertimbang dengan mengalikan biaya modal individual
dengan proporsi modal dan jumlahkan.

CONTOH : 7.6.

PT XYZ selama tahun 2005 memiliki struktur modal sbb :


1. Hutang investasi dari bank Rp. 2.000.000.000 dengan bunga 15 % dan biaya
administrasi serta lainnya 2 % untuk jangka waktu 5 tahun.
2. Hutang obligasi sebesar Rp. 3.000.000.000 dengan biaya modal 15,13 % pertahun.
3. Saham preference sebesar Rp. 1.000.000.000 dengan return 10 % setelah pajak.
4. Saham biasa sebesar Rp. 4.000.000.000 dengan biaya modal 18, 4 % setelah pajak.
5. Pajak atas keuntungan perusahaan 25 %

Dari informasi diatas biaya modal rata-rata tertimbang PT XYZ tahun 2005 adal sbb ;

CARA 1 ( Dengan Tabel )

Sumber Modal NILAI Proporsi COC COC after WACC


( ribuan ) (%) Individual Tax
Hutang Bank 2.000.000 20 15,4 % 11.55 0.0231
Hutang Obligasi 3.000.000 30 15,13 % 11.35 0.03405
Saham Preference 1.000.000 10 10 % 10 0.01
Saham Biasa 4.000.000 40 18,4 % 18,4 0.0736
10.000.000 100 0.14075
Hasil WACC sebesar 0.14075 bila dikalikan 100 % maka WACC menjadi sebesar 14, 075
%

32
CARA 2 ( Dengan rumus )

WACC = (Wd bank ).( Kd bank ) .(1-tax ) + ( Wd obl ).(Kd ) .(1-tax ) + Wp.Kp + Ws.Ke

WACC = biaya modal rata-rata


Wd bank = proporsi modal hutang bank
Wd obl = proporsi modal hutang obligasi
Wp = proporsi modal saham preference
Ws = proporsi modal saham biasa
Kd bank = biaya modal hutang bank
Kd obl = biaya modal hutang obligasi
Kp = biaya modal saham preference
Ke = biaya modal saham biasa

Dengan rumus diatas maka WACC sbb ;

WACC = (0.2)(0.154)(1-0.25) + (0.3)(0.1513)(1-0.25) + (0.1)(0.1) + ( 0.4 )(0.184)

WACC = (0.0231) + (0.03404) + (0.01) + ( 0.0736 )

WACC = 0.14074  14.074 %

33
BAB VII

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

1. Laporan Keuangan Perusahaan

Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi bagi pihak-pihak yang


berkepentingan atas kinerja perusahaan utamanya adalah manajemen dan pemegang
saham. Bagi manajemen laporan keuangan akan menjadi potret kinerja selama periode
akuntansi serta akan menjadi dasar pijak bagi pengambilan keputusan keuangan pada
tahun-tahun yang akan datang.
Manajemen dalam merencanakan dan mengambil keputusan keuangan dimasa yang akan
datang perlu melakukan analisis atas kinerja keuangan masa sebelumnya berdasar pada
laporan keuangan. Karena itu analisis laporan keuangan menjadi penting bagi manajemen
dalam rangka operasi dimasa yang akan datang.

Untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan dapat digunakan beberapa metode


diantaranya ; common size, index, rasio dan trend.

e. Analisis Common Size


Analaisis common size dilakukan dengan merubah angka-angka dalam neraca dan
rugi laba menjadi prosentase berdasar pada pedoman tertentu ( common base ).
Untuk neraca prosentase angka-angka didasarkan ( common base ) pada total aktiva
sehingga nilai total aktiva diubah menjadi 100 %, sedang untuk laporan laba rugi
menggunakan dasar ( common base ) penjualan netto, sehingga nilai penjualan netto
diubah menjadi 100 %.

Contoh : Laporan Laba Rugi Common Size

KETERANGAN 2004 2005 Coomon Common


( Rp ) ( Rp ) Size 2004 Size 2005
(%) (%)
Penjualan 700.000 830.200 100 100
Harga Pokok Penjualan (455.140) (539.750) ( 65.02 ) ( 65.01 )
Laba Kotor 244.860 290.450 34.98 34.99
Biaya Operasi (161.000) (190.750) ( 22.98 ) ( 22.98 )
Laba Operasi 83.860 99.700 11.98 12
Biaya Bunga (14.600) (20.000) ( 2.09 ) ( 2.41 )
Laba sebelum pajak 69.260 79.700 9.89 9.59
Pajak 15.100 (17.390) ( 2.15 ) ( 2.09 )
Laba bersih setelah pajak 54.160 62.310 7.74 7.5

34
Contoh : Neraca PT. Jamin Co

2004 2005 Coomon Common


( Rp ) ( Rp ) Size 2004 Size 2005
Aktiva Lancar % %
Kas 39.000 44.000 4.85 4.75
Piutang dagang 70.500 78.000 8.77 8.41
Persediaan barang 177.000 211.400 22.01 22.80
Aktiva lancar lainnya 13.500 13.800 1.68 1.49
Total aktiva lancar 300.000 347.200 37.31 37.45
Aktiva Tetap
Tanah 70.000 70.000 8.71 7.55
Pabrik dan Peralatan 759.000 838.000 94.40 90.40
Akumulasi penyusutan pabrik ( 355.000 ) (383.200) ( 44.15 ) (41.34)
Pabrik dan peralatan bersih 404.000 454.800 50.25 49.06

Hak paten 30.000 55.000 3.73 5.93


Total Aktiva 804.000 927.000 100 100
Hutang Lancar
Hutang dagang 60.810 76.110 7.56 8.21
Hutang pajak 12.000 17.390 1.29 1.87
Hutang gaji 3.400 3.900 0.42 0.42
Hutang bunga 2.000 2.500 0.25 0.27
Jumlah hutang lancar 78.210 99.900 9.73 10.78

Hutang jangka panjang 146.000 200.000 18.16 21.57

Saham biasa 300.000 300.000 37.31 32.36


Saldo laba 279.790 327.100 34.80 35.29
Total ekuitas 579.790 627.100 72.11 67.65
Total Hutang dan ekuitas 804.000 927.000 100 100

Analisis model ini memudahkan untuk mengetahui perubahan (peningkatan / penurunan)


komponen-komponen dalam neraca.

35
f. Analisis Index
Analisis ini mengubah angka angka dalam neraca dan rugi laba berdasar tahun dasar
dimana tahun dasar diberi ganti angka 100
Contoh : Neraca PT. Jamin Co

2004 2005 Coomon Common


( Rp ) ( Rp ) Size 2004 Size 2005
Aktiva Lancar
Kas 39.000 44.000 100 112.8
Piutang dagang 70.500 78.000 100 110.64
Persediaan barang 177.000 211.400 100 119.43
Aktiva lancar lainnya 13.500 13.800 100 102.22
Total aktiva lancar 300.000 347.200 100 115.73
Aktiva Tetap
Tanah 70.000 70.000 100 100
Pabrik dan Peralatan 759.000 838.000 100 110.41
Akumulasi penyusutan pabrik ( 355.000 ) (383.200) 100 (107.94)
Pabrik dan peralatan bersih 404.000 454.800 100 112.57
Hak paten 30.000 55.000 100 183.33
Total Aktiva 804.000 927.000 100 115.30
Hutang Lancar
Hutang dagang 60.810 76.110 100 125.16
Hutang pajak 12.000 17.390 100 144.92
Hutang gaji 3.400 3.900 100 114.71
Hutang bunga 2.000 2.500 100 125
Jumlah hutang lancar 78.210 99.900 100 127.73

Hutang jangka panjang 146.000 200.000 100 136.99

Saham biasa 300.000 300.000 100 100


Saldo laba 279.790 327.100 100 116.91
Total ekuitas 579.790 627.100 100 108.16
Total Hutang dan ekuitas 804.000 927.000 100 115.30

Analisis model ini memudahkan untuk mengetahui perubahan (peningkatan / penurunan)


komponen-komponen dalam neraca.

Contoh : Laporan Laba Rugi Common Size

KETERANGAN 2004 2005 Coomon Common


( Rp ) ( Rp ) Size 2004 Size 2005
(%) (%)
Penjualan 700.000 830.200 100 118.6
Harga Pokok Penjualan (455.140) (539.750) 100 118.59
Laba Kotor 244.860 290.450 100 118.62
Biaya Operasi (161.000) (190.750) 100 118.48
Laba Operasi 83.860 99.700 100 118.89
Biaya Bunga (14.600) (20.000) 100 136.99
Laba sebelum pajak 69.260 79.700 100 115.07
Pajak 15.100 (17.390) 100 115.17
Laba bersih setelah pajak 54.160 62.310 100 115.05

36
g. Analisis Rasio

Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja


keuangan perusahaan. Analisis ini dilakukan dengan menghitung rasio-rasio dari
laporan keuangan ( Neraca dan Rugi laba ). Dengan analisis ini manajemen dapat
melakukan 2 cara pertama ; membandingkan rasio perusahaan antar waktu untuk
mengetahui kinerja keuangan beberapa periode. Kedua membandingkan rasio
perusahaan dengan rasio perusahaan sejenis atau rasio industri, maka akan diperoleh
gambaran posisi keuangan perusahaan dalam lingkungan industrinya.

Rasio keuangan perusahaan ada 4 jenis yang utama ;

(1). Rasio likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang segera harus
dibayar.
(2). Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban baik
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.
(3). Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dari modal yang digunakan.
(4). Rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur seberapa cepat aktiva bekerja
(berputar)
(5). Rasio pasar yaitu rasio yang

Setiap rasio terdiri dari beberapa macam sbb ;

Rasio Likuiditas diukur dengan Current ratio, Quick ratio, Cash ratio dimana
rumusnya. Semakin tinggi rasio semakin baik.

AktivaLancar
Current ratio = x100% -
Hu tan gLancar

AktivaLancar  Persediaanbarang
Quick ratio = x100%
Hu tan gLancar

Kas  setarakas
Cash ratio = x100%
Hu tan gLancar

Rasio Solvabilitas : rasio ini sering disebut juga rasio leverage. Hasilnya makin
rendah rasio makin baik

TotalHu tan g
Total Debt to Total Asset ratio = x100%
TotalAsset

TotalHu tan g
Total Debt to Equity = x100%
Ekuitas

Rasio Profitabilitas ,Rasio ini sering juga disebut rasio efisiensi ( Husnan & Eny ),
karena dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal. Makin tinggi
rasio makin baik.

37
LabaOperasi
Rentabilitas Ekonomi = x100%
TotalModal

Labasetelahpajak
Rentabilitas Modal Sendiri = x100%
Ekuitas

LabaOperasi
Profit Margin = x100%
Penjualanbersih

LABABERSIH
Return on Aset ( ROA ) = x100%
TOTALASET

Labasetelahpajak
Return on Investmen ( ROI ) = x100%
Rata 2kekayaan

Labasetelahpajak
Return on Equity ( ROE)= x100%
Rata 2kekayaan

Rasio Aktivitas ( Perputaran aktiva ) rasio ini mengukur berapa kali aktiva
berputar, makin cepat makin baik.

Penjualan Pendapa tan


Perputaran Aktiva = atau piu tan g
TotalAktiv a

Penjualan
Perputaran Modal Kerja =
ModalKerja
Penjualan
Perputaran Kas =
Rata 2 Kas

PenjualanKredit
Perputaran Piutang =
Rata 2 Piu tan g

H arg aPokokPenjualan
Perputaran Persediaan =
Rata 2 Persediaan

h. Analisis Trend
Analisis trend digunakan untuk melihat kecenderungan kinerja keuangan selama
beberapa periode dimasa yang lalu dan menyimpulkan apakah kinerja keuangan
memburuk apa membaik, dengan melihat nilai trend ( koefisien arah ). Bila nilai trend
positif berarti kinerja makin membaik, dan sebaliknya.

1. Struktur Modal Perusahaan


2. Biaya Modal ( Cost of Capital )
3. Penggunaan Cost Capital

38
4. jkhl

BAB VII KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KEBIJAKAN DEVIDEN


1. Pendanaan Jangka Panjang
2. Kebijakan Deviden

BAB VIII ANALISA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN


1. Laporan Keuangan Perusahaan
2. Rasio- Rasio Keuangan
3. Teknik Analisis Laporan Keuangan

DAFTAR PUSAKA

Keown J. Arthur dkk ; Dasar dasar Manajemen Keuangan

39

You might also like