You are on page 1of 25

BAB II

ISI

2.1 Definisi Sistem Perpipaan dan Syarat Perencanaan Pipa


Perencanaan plumbing harus benar-benar tepat, agar seluruh system
plumbing dapat bekerja dengan baik. Oleh karena itu, perencanaan,
perancangan dan pemasangan plumbing sesuai dengan tahapan-tahapan
perencanaan, perancangan dan pembangunan rumah. Perencanaan plumbing
dapat dikatakan sebagai urat nadi kegiatan penghuni rumah mulai dari
memasak, mencuci, mandi dan lain-lain semua menggunakan air. Sehingga
lingkup perpipaan air tidak hanya air bersih saja tetapi juga air kotor, air
bekas, air hujan dan kotoran. Berikut ini adalah syarat perencanaan pemipaan
air adalah:
1. System harus efektif dan efisien
Pipa yang dipakai harus benar-benar dibutuhkan dan digunakan sesuai
dengan sistemnya, tidak boleh berlebihan tapi juga tidak kekurangan.
Penempatan yang salah akan membutuhkan pipa lebih karena
membutuhkan jarak yang jauh untuk mencapai outletnya.
2. Pipa mudah dirawat dan diperbaiki
Suatu hal yang biasa bila pipa mengalami kerusakan. Tetapi dengan
kerusakan tersebut diharapkan tidak mengganggu system struktur yang
ada. Meskipun sedikit banyak mengganggu kenyamanan penghuni.
3. Mudah dilakukan pemeriksaan
Hal ini terjadi apabila system tersebut tidak berjalan dengan baik,
pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan penyakit ketidaklancaran
system. Ada tempat yang tepat untuk memeriksa kemungkinan letak
penyakit tersebut.
4. Tidak mengganggu estetika
Pipa yang melintang atau diexpose tanpa memperhatikan estetka, akan
mengganggu pemandangan.
5. Memperhatikan aspek kesehatan

4
5

Meskipun berhubungan dengan air kotor dan kotoran, plumbing juga


harus memperhatikan aspek kesehatan. Pipa buangan ini tidak
mengganggu penghuni rumah menjadi terganggu kesehatannya.
6. Tidak mengganggu struktur rumah
Antara plumbing dengan struktur rumah tidak boleh saling
mengganggu, keduanya harus bekerja sesuai dengan fungsinya.
7. Pilih yang murah
System plumbing yang penting adalah dapat bekerja dengan baik,
material pipa yang digunakan sesuai dengan kebutuhan. Spesifikasi
material tidak berlebihan tetapi cukup kuat dan awet.
8. Meminimalkan tikungan
Banyaknya tikungan akan mengurangi kelancaran buangan atau
menambah halangan. Jika yang dibuang berupa kotoran padat, maka
tikungan menjadi penghambat kelancaran laju buangan kotoran
tersebut.

2.2 Jenis-Jenis Pipa


Berikut ini adalah jenis-jenis pipa yang digunakan dalam system
plumbing:
a) Pipa besi cor
Pipa besi cor digunakan untuk pipa air bersih dingin. Tidak dianjukan
untuk pipa air panas. Ada pipa besi cor yang boleh digunakan untuk
buangan dan vent, tetapi dilengkapi dengan cincin karet pada
sambungannya.

Gambar 1. Pipa Besi Cor


6

b) Pipa baja
Pipa baja digunakan untuk air dingin, air panas dan buangan. Pipa baja
dilapisi dengan PVC dan dicat dengan cat pelindung.

Gambar 2. Pipa Baja


c) Pipa PVC
Pipa PVC hanya digunakan untuk air dingin dan buangan vent stock
saja, tidak dianjurkan untuk air panas.

Gambar 3. Pipa PVC


d) Pipa beton
Pipa beton digunakan untuk drainase diluar rumah. Bisa juga pipa jenis
ini dilapisi dengan pelat baja.
7

Gambar 4. Pipa Beton


e) Pipa tanah liat
Dibeberapa daerah masih menggunakan pipa jenis ini. Pipa ini tidak
terlalu kuat sehingga tidak dianjurkan untuk meletakkan beban berat
diatasnya.

Gambar 5. Pipa Tanah Liat


f) Pipa bamboo
Pipa jenis ini digunakan sebagai estetika lansekap yang berfungsi
untuk mengalirkan air dari mata air bukan dari pompa yang
bertekanan.

Gambar 6. Pipa Bambu


8

2.3 Sambungan Pipa


Instalasi pipa tidak terdiri dari satu batang pipa, namun terdiri dari
beberapa pipa yang disambung untuk mengalirkan air sampai ke outletnya.
Jenis sambungan pipa ditentukan berdasarkan jenis material pipanya dan letak
sambungannya. Berikut adalah macam-macam bentuk sambungan pipa:
a) Elbow, untuk menyambung pipa dengan arah 450 dan 900,
b) Flock shock, untuk menyambung dua pipa dengan diameter yang sama,
c) Reducer shocket, untuk menyambung dua pipa dengan diameter yang
berbeda,
d) Tee, untuk menyambung tiga batang pipa dengan diameter yang sama,
e) Valve shocket, untuk menyambung pipa dengan kran atau pipa lain
yang memiliki draf dalam.

Elbow Flock shock Reducer shocket

Tee Valve shocket


Gambar 7. Macam-Macam Bentuk Sambungan

2.4 Kualitas Pipa


Saat ini jenis pipa sudah banyak beredar di dunia. Pipa PVC sudah banyak
digunaka, mulai untuk pipa air bersih, air kotor, kotoran dan air hujan. Pipa
9

PVC standar pipa besar atau pipa retail biasanya digunakan oleh masyarakat
untuk instalasi pompa dan distribusi air, termasuk saluran air kotor dan saluran
air buangan diperumahan. Banyak pipa PVC mengandung PVC hanya 40%
sedangkan 60% mengandung calcium carbonat sebagai filter yang akan
memudahkan pecah. Pipa PVC yang berkualitas baik, memiliki kandungan
PVC sampai 92,5%. Pengujian kualitas meliputi beberapa kriteria berikut ini.
a) Uji bentuk, sifat dam tampak
Kondisi pipa lurus, tampak kuat, permukaan licin, halus dan rata, tidak
terdapat cacat atau gumpalan, tidak terkontaminasi kotoran.
b) Uji tekan
Pipa tidak boleh pecah jika ditekan sesuai standar kelas pipanya.
c) Uji kejatuhan
Pipa tidak boleh pecah jika dijatuhi beban sesuai standar kelas pipanya.
d) Uji kuat tarik dan kelenturan
Sejauh mana kelenturan pipa pada masa pemasangan atau selama
digunakan.
e) Uji ketahanan terhadap asam kuat
Pipa tidak boleh mengelupas dan melepuh pada bagian luar, bagian dalam
dan penampang.
f) Uji linyak
Pipa tidak boleh retak atau pecah jika ditekan sampai deflaksi setengah
diameter luar pipa.

2.5 Sistem Penyaluran Pipa Air Bersih


Sistem plumbing air bersih adalah suatu sistem pempipaan untuk
penyaluran air bersih yang sumber airnya diperoleh dari sumur dan
pemerintah daerah setempat melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Dengan berlangganan dan membayar setiap bulan sejumlah pemakaian air
yang digunakan, kita bisa menggunakan air bersih dari PDAM. Penggunaan
sumber air disesuaikan dengan kesediaan dari instalasi air PDAM pada
lingkungan. Ada beberapa lingkungan yang belum dijangkau oleh instalasi
10

aliran PDAM, sehingga untuk mendapatkan air bersih warga mengambil air
dari dalam tanah. Berikut adalah perlatan sanitasi air bersih:
1) Pompa
Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan
suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan
tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk
mengatasi hambatan-hambatan pengaliran. Hambatan-hambatan
pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan ketinggian atau
hambatan gesek. Pada prinsipnya, pompa mengubah energi mekanik motor
menjadi energi aliran fluida. Energi yang diterima oleh fluida akan
digunakan untuk menaikkan tekanan dan mengatasi tahanan – tahanan
yang terdapat pada saluran yang dilalui. Pompa memiliki dua kegunan
utama yaitu Memindahkan cairan dari satu tempat ke tempat lainnya
(misalnya air dari aquifer bawah tanah ke tangki penyimpan air) dan
Mensirkulasikan cairan sekitar sistim (misalnya air pendingin atau
pelumas yangmelewati mesin-mesin dan peralatan).
Pompa juga dapat digunakan pada proses - proses yang
membutuhkan tekanan hidraulik yang besar. Hal ini bisa dijumpai antara
lain pada peralatan - peralatan berat. Dalam operasi, mesin - mesin
peralatan berat membutuhkan tekanan discharge yang besar dan tekanan
isap yang rendah. Akibat tekanan yang rendah pada sisi isap pompa maka
fluida akan naik dari kedalaman tertentu, sedangkan akibat tekanan yang
tinggi pada sisi discharge akan memaksa fluida untuk naik sampai pada
ketinggian yang diinginkan. Berikut adalah macam-macam pompa :
a) Pompa tangan atau pompa hisap tekan
Pengoperasiannya dengan cara mengayun tuak naik turun
menggunakan tenaga manusia (bukan tenaga listrik). Biasa digunakan
untuk sumur dangkal.
11

Gambar 8. Pompa Tangan


b) Pompa listrik
Dioperasikan dengan cara menekan tombol listriknya dan kemudian
pompa akan bekerja menyedot air dan mengalirkannya.
Table 1. Aneka Ukuran Pompa Hisap Tekan

Perkiraan kebutuhan kapasitas pompa adalah sebagai berikut:


a. Kebutuhan air setiap orang 240 liter/hari = 0.03 m3/jam, sudah
termasuk 20% adanya belokan pipa dan kebocoran dan
diasumsikan air digunakan selama 8 jam/hari.
b. Total head 1 lantai = 6,2 meter, total head 2 lantai = 10.8 meter
c. Sesuai dengan spesifikasi pompa, maka menggunakan pompa yang
memiliki:
- Total head 9 meter ½ HP = 0.836 liter/detik = 795 gph =
3009.6 liter/jam (1 lantai)
- Total head 12.2 meter ½ HP = 0.715 liter/detik = 680 gph =
2574 liter/jam (2 lantai)
12

Tabel 2. Perkiraan Kebutuhan

2) Tangki Air
Tangki air atau elevated water tank atau recevoir atas, tersedia di
pasaran dengan berbagai ukuran. Ada ukuran besar dan juga ukuran kecil
tergantung dari kebutuhan air perharinya. Kebutuhan air per hari dipakai
sebagai acuan menghitung kebutuhan tangki air. Begitu pula dengan
bentuk penampangnya, ada yang lingkaran, silinder dengan penampang
bujur sangkar dan juga bentuk kubus. Sedangkan dari jenis materialnya
terdapat pilihan aluminium atau polyethylene.
Tangki air diberi dudukan khusus menggunakan menara dari besi
yang dilas sedemikian rupa sehingga kuat untuk menyangga tangki air
tersebut. Atau dapat pula tangki air diletakkan di atas dak beton. Harus
cukup kuat karena berat jenis air 1 kg/liter, setiap liter beratnya 1 kg, jadi
kalau tangki air berkapasitas 250 liter maka beratnya juga 250 kg.

Gambar 9. Tangki Air


13

2.6 Penyediaan Instalasi Air Panas


Sudah merupakan suatu kebutuhan menyediakan air panas pada rumah tangga.
Penyediaannya menggunakan system instalasi local dan terpusat. Hal ini
ditentukan berdasarkan kebutuhan di rumah.
a) Perencanaan dan pengaturan
Pada penggunaan normal, pipa air panas diberi tekanan dan temperature
yang cukup agar pipa dapat bekerja dengan baik. Pipa air panas yang
bekerja dengan baik, tidak akan menimbulkan suara yang berisik. Menurut
pedoman plumbing Indonesia, system pembagi air panas harus
direncanakan sedemikian rupa agar penyaluran dapat lancer dan alat
plumbing pun dapat bekerja dengan baik.
b) Pemilihan pipa harus tepat
Mempertahankan suhu didalam pipa memang sangat penting, setidaknya
penurunannya tidak boleh lebih dari 100C. untuk itu, pilih pipa air panas
yang dapat mempertahankan suhu pada jalur distribusinya. Tetapi juga
harus diingat alat pemanas ditempatkan ditempat yang tepat. Mudah
dipelihara dan sesuai dengan penggunaannya.
c) Pemanas air local dan terpusat
Pemanas air local memanaskan air dingin di boiler yang letaknya
berdekatan dengan kran air panas. Bentuknya kotak mungil dan
ditempelkan di dinding bagian atas kran.
d) Pemanas air tenaga panas matahari
Pemanas air menggunakan panas matahari bisa dipasang satu atau dua
pada satu rumah.

2.7 Sistem Penyaluran Pipa Air Kotor


Sistem plumbing air kotor adalah suatu sistem pempipaan untuk
menyalurkan air kotor dari closed, washtafel, shower, kran disalurkan ke
tempat yang umumnya parit, septictank, maupun penampungan limbah cair.
Berikut ini adalah jenis-jenis buangan di rumah tinggal:
a) Black water
14

Black water adalah air buangan dari closed atau kotoran manusia.
Meskipun buangan dari kloset termasuk limbah padat, tetap saja kotoran
yang dibuang ada airnya, maka air dari kloset termasuk air kotor. Berikut
pula air dari bidet dan urinoir termasuk dalam air buangan dari manusia.
Kotoran manusia termasuk golongan limbah padat organic yang dapat
membusuk sehingga kotoran ini harus segera dibuang ke septictank dan
airnya dialirkan ke resapan. Resapan bisa berupa pipa atau sumur.
b) Gray water
Gray water adalah air buangan yang berasal dari sink dapur, wastafel,
floor drain kamar mandi. Air bekas dapur biasanya masih mengandung
lemak, bahkan kotoran berupa sisa makanan dari dapur. Sedangkan air
bekas dari kamar mandi mengandung sabun. Lemak dari air bekas sabun,
antara lain berasal dari mentega, satuan dan minyak goring. Lemak air
menempel pada dinding pipa. Semakin lama, tempelan lemak menumpuk
menjadi kerak yang sulit dihilangkan. Selain memancing tikus untuk
dating, tumpukan lemak akan menyumbat. Solusi untuk mengatasi lemak,
perlu dibuak bak penampak lemak.
c) Storm water
Storm water berasal dari air buangan air hujan. Air hujan sifatnya tidak
mengandung sabun, lemak dan limbah padat dari dapur, maka air hujan
dapat disalurkan menuju buangan air.

2.8 Peralatan Saniter


Peralatan saniter tidak lepas dari pipa, untuk mendapatkan system
pemipaan yang baik pastinya pemilihan perlengkapan saniter harus tepat.
Kerusakan pada saniter secara tidak langsung akan mempengaruhi system
pemipaan. Berikut ini adalah macam-macam peralatan saniter:
a) Bak cuci tangan
Bak cuci tangan biasanya terbuat dari porselen atau logam, biasanya bak
cuci tangan dipasang pada dinding tembok yang disekrupkan pada klos
kayu yang ditanam didalam dinding tembok dengan memakai mur baut
tempat kepala bautnya ditanam.
15

Gambar 10. Bak Cuci Tangan

b) Bak Closet
Urinoir dibuat dari pasangan batu batas atau pasangan beton yang lebih
baik dan sekarang banyak digunakan yakni dibuat dari bahan porselen
putih yang banyak dijual dalam berbagai bentuk dan kualitas.

Gambar 11. Bak Closet


c) Bak cuci piring
Bak cuci piring dibuat dari bermacam-macam bahan seperti dari susunan
batu bata yang diplester kedap air atau dilapisi dengan ubin stelen.
16

Gambar 12. Bak Cuci Piring


d) Pipa pembuang
Saluran pipa pembuang harus cukup besar, biasanya berdiameter 1,25-1,5
inchi yang terbuat dari pipa galvanis.

Gambar 13. Pipa Pembuang


e) Kran Air
Jarak antara mulut kran dengan bibir bak antara 5 sampai dengan 25 cm.

Gambar 14. Kran Air


17

f) Bak mandi
Bak mandi terbuat dari plastic dan ada yang terbuat dari porselen, landasan
biasanya dibuat dari pasangan batu bata yang panjang dan lebarnya sama
dengan ukuran dari bathtub.

Gambar 15. Bak Mandi


g) Shower tray
Kamar mandi yang dilengkapi dengan Shower biasanya dilengkapi juga
dengan Shower tray, fungsinya agar pada cabin tersebut lantai tidak licin,
karena pada dasarnya Shower tray permukaannya kasar.

Gambar 16. Shower Tray


h) Floor drain
Floor drain memiliki lubang yg berdiameter 40mm.

Gambar 17. Floor Drain


18

2.9 Perawatan Instalasi Pipa


1) Pemeriksaan Instalasi Pipa
Pemeriksaan instalasi pipa bertujuan untuk memeriksa konstruksi, sistem
instalasi, peralatan, mesin-mesin, dan perlengkapan lainnya telah
memenuhi persyaratan yang berlaku dan sesuai yang direncanakan.
Pengujian dilakukan pada masing-masing jenis alat, pengajian berbagai
system, instalasi dan pengujian atas fungsi dan kelekukan dari seluruh
system setelah selesai pemasangan.
2) Pemeriksaan Pipa Buangan
Air buangan harus cepat keluar secepat mungkin melalui sistem
pembuangan. Untuk menjaga hal ini perlu adanya pemeriksaan dan
pembersihan perlu dilakukan tiap hari.
3) Pencegahan Pencemaran Air
Air harus dapat dialirkan ke tempat-tempat yang dituju tanpa mengalami
pencemaran.
4) Pengaman Untuk Mencegah Kebakaran
Bagian pipa yang menembus dinding harus dibuat dari bahan yang tidak
dapat dibakar dalam jarak 1 meter dari masing-masing sisi dinding yang
ditembus tersebut.

2.10 Definis dan Manfaat Sumur Resapan


Sumur resapan adalah lubang yang dibuat untuk meresapkan air hujan
kedalam tanah atau lapisan batuan pembawa air.
(Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 12 Tahun 2009 Tentang
Pemanfaatan Air Hujan)
Sumur resapan adalah sistem resapan buatan yang dapat menampung air
hujan akibat dari adanya penutupan tanah oleh bangunan baik dari lantai
bangunan maupun dari halaman yang di plester atau diaspai yang dialirkan
melalui atap, pipa talang, maupun saluran, dapat berbentuk sumur, kolam
dengan resapan, saluran porous dan sejenisnya.
(Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 68 Tahun
2005)
19

Sehingga dapat disumpulkan bahwa sumur resapan adalah salah satu


rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian
rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu
yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap
rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Sehingga
sumur resapan dapat menjadi suatu upaya untuk meresapkan air hujan dalam
rangka menambah cadangan air tanah. Hal ini penting mengingat persediaan
air semakin menipis, ditambah lagi dengan fenomena air berlebih di musim
hujan hingga mengakibatkan banjir, dan kekeringan air di musim kemarau.

Sumur resapan merupakan sistem resapan buatan yang dapat menampung


air hujan akibat dari adanya penutupan tanah oleh bangunan berupa lantai
maupun halaman yang diplester. Selain itu, manfaat dari sumur resapan di
antaranya adalah :
1. Mengurangi meluasnya penyusupan atau instrusi laut ke arah daratan.
2. Mencegah terjadinya penurunan air tanah.
3. Menambah potensi air tanah.
4. Mengurangi genangan banjir dan aliran air dipermukaan tanah.
5. Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah.

2.11 Persyaratan Umum Pembuatan Sumur Resapan


Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang tata cara perencanaan
sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan, menetapkan beberapa
persyaratan umum yang harus dipenuhi sebuah sumur resapan, yaitu:
1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah
berlereng, curam atau labil.
2. Sumur resapan harus dijauhkan dari tempat penimbunan sampah, jauh
dari septictank (minimum 5 m diukur dari tpi), dan berjarak minimum 1
m dari fondasi bangunan.
3. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal 2
meter di bawah permukaan tanah. Kedalaman muka air tanah minimum
1,5 m pada musim hujan.
20

4. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah lebih besar atau


sama dengan 2 cm/jam (artinya air setinggi 2 cm akan diserap dalam
waktu 1 jam), dengan 3 klasifikasi yaitu:
 Permeabilitas sedang, yaitu 2 – 3,6 cm/jam.
 Permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus), yaitu 3,6 – 36 cm/jam.
 Permeabilitas tanah cepat (pasir kasar), yaitu lebih besar dari 36
cm/jam.

2.12 Spesifikasi Sumur Resapan

Gambar 18. Spesifikasi Sumur Resapan


Sumur resapan dapat dibuat oleh tukang pembuat sumur gali
berpengalaman dengan memperhatikan persyaratan teknis dan spesifikasi
berikut:
1. Penutup sumur
Untuk penutup sumur dapat dipilih beragam bahan, di antaranya:
 Pelat beton bertulang tebal 10 cm dicampur dengan satu bagian
semen, dua bagian pasir dan tiga bagian kerikil.
 Pelat beton tidak bertulang tebal 10 cm dengan campuran
perbandingan yang sama, berbentuk cubung dan tidak diberi beban
di atasnya.
21

 Forcement setebal 10 cm
2. Dinding sumur bagian atas dan bawah
Untuk dinding sumur dapat digunakan bis beton. Dinding sumur bagian
atas dapat menggunakan batu bata merah, batako, campuran 1 semen:4
pasir, diplester dan diaci semen.
3. Pengisi sumur
Pengisi sumur dapat berupa batu pecah ukuran 10-20 cm, pecahan bata
merah ukuran 5-10 cm, ijuk, serta arang. Pecahan batu tersebut disusun
berongga.

4. Saluran air hujan


Saluran air hujan dapat digunakan pipa PVC berdiameter 110 mm, pipa
beton berdiameter 200 mm, dan pipa beton setengah lingkaran
berdiameter 200mm.
Hal yang penting setelah sumur resapan dibuat adalah jangan lupa
melakukan perawatan secara berkala minimalnya tiga tahun sekali atau
setiap menjelang musim hujan.

2.13 Langkah-langkah Pembuatan Sumur Resapan


Berdasarkan Peraturan Menteri Negara lingkungan hidup no 12 tahun
2009 tentang pemanfaatan air hujan langkah-langkah pembuatan sumur
resapan diantaranya adalah :
1. Langkah Pembuatan Sumur Resapan Dangkal
a. Persyaratan lokasi
Cara ini diperuntukkan bagi lokasi yang mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
 tinggi muka air tanah > 0,5 m; dan/atau
 berada pada lahan yang datar dan berjarak minimum 1 m dari
pondasi bangunan.
22

b. Konstruksi

Gambar 19. Contoh Gambar Sumur Resapan Dangkal

 sumur resapan dangkal dibuat dalam bentuk bundar atau empat


persegi dengan menggunakan batako atau bata merah atau buis
beton;
 sumur resapan dangkal dibuat pada kedalaman di atas muka air
tanah atau kedalaman antara 0,5 – 10 m di atas muka air tanah
dangkal dan dilengkapi dengan memasang ijuk, koral serta pasir
sebesar 25% dari volume sumur resapan dangkal;
23

 sumur resapan dangkal dilengkapi dengan bak kontrol yang


dibangun berjarak + 50 cm dari sumur resapan dangkal yang
berfungsi sebagai pengendap;
 sumur resapan dangkal dan bak kontrol dilengkapi dengan
penutup yang dapat dibuat dari beton bertulang atau plat besi;
 membuat saluran air dari talang rumah atau saluran air di atas
permukaan tanah untuk dimasukkan ke dalam sumur dengan
ukuran sesuai jumlah aliran. Sumur resapan yang sumber airnya
dialirkan melalui talang bangunan tidak perlu membuat bak
kontrol; dan
 memasang pipa pembuangan yang berfungsi sebagai saluran
limpasan jika air dalam sumur resapan sudah penuh.

c. Pemeliharaan
 membersihkan bak kontrol dan sumur resapan dangkal dengan
mengangkat filter yang berupa ijuk, koral dan pasir pada setiap
menjelang musim penghujan atau disesuaikan dengan kondisi
tingkat kebersihan filter; dan/atau
 melakukan analisis laboratorium untuk mengetahui kualitas air
yang masuk ke dalam sumur resapan apabila terdapat unsur-unsur
tercemar. Parameter analisa air tanah dapat mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

2. Langkah Pembuatan Sumur Resapan Dalam


a. Syarat Lokasi
 diutamakan di daerah land subsidence dan/atau daerah genangan;
 penurunan muka air tanah dalam kondisi kritis;
 ketinggian muka air tanah > 4 m; dan/atau
 sumur resapan dalam dapat dipadukan dengan sumur eksploitasi
yang telah ada dan/atau yang akan dibuat.
24

b. Konstruksi

Gambar 20. Contoh Gambar Sumur Resapan Dalam


 sumur resapan dalam dibuat melalui pemboran dengan lubang bor
tegak lurus dan diameter minimal 275 mm (11 inch) untuk
seluruh kedalaman;
 diameter pipa lindung dan saringan minimal 150 mm (6 inch);
 kedalaman sumur resapan dalam disesuaikan dengan kondisi
akuifer dalam yang ada;
 bibir sumur atau ujung atas pipa lindung terletak minimal 0,25 m
di atas muka tanah dan dilengkapi dengan penutup pipa;
 saringan sumur bor harus ditempatkan tepat pada kedudukan
akuifer yang disarankan untuk peresapan. Apabila akuifernya
mempunyai ketebalan lebih dari 3 m, maka panjang minimal
saringan yang dipasang harus 3 m, ditempatkan di bagian tengah
akuifer;
 ruang antara dinding lubang bor dan pipa lindung di atas dan di
bawah pembalut kerikil diinjeksi dengan lumpur penyekat,
sehingga terbentuk penyekat-penyekat setebal 3 m di bawah
kerikil pembalut dan setebal minimal 2 m di atas kerikil
pembalut;
25

 ruang antara dinding lubang bor dan pipa jambang di atas kerikil
pembalut mulai dari atas lempung penyekat hingga kedalaman
0,25 m di bawah muka tanah harus diinjeksi dengan bubur semen,
sehingga terbentuk semen penyekat;
 di sekeliling sumur harus dibuat lantai beton semen dengan luas
minimal 1 m2, berketebalan minimal 0,5 m mulai 0,25 m di
bawah muka tanah hingga 0,25 m di atas muka tanah;
 sumur resapan dalam dilengkapi dengan 2 buah bak kontrol yang
dibuat secara bertingkat dengan menggunakan batu bata, batako,
atau cor semen secara berhimpit berukur panjang 1 m, lebar 1,5
m, dan kedalaman 1,5 m, dasar bak kontrol disemen; dan
 untuk bak penyaring, dibuat dengan kedalaman 1 m dan diisi
dengan pasir dengan ketebalan 25 cm, koral setebal 25 cm dan
ijuk setebal 25 cm. Bak kontrol 2, dengan kedalaman 1,5 m diisi
dengan ijuk setebal 25 cm, arang aktif setebal 25 cm, koral setebal
25 cm, dan ijuk setebal 25 cm.

c. Pemeliharaan
 membersihkan atau mengganti penyaring dari kotoran dan
endapan/lumpur yang menyumbat pada bak penyaring, pada musim
penghujan dan kemarau atau sesuai dengan keperluan; dan/atau
 melakukan analisis laboratorium untuk mengetahui kualitas air
yang masuk ke dalam sumur resapan. Parameter analisa air tanah
dapat mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416
Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
26

2.14 Pemberdayaan Sumur Resapan Ramah Lingkungan

Gambar 21. Ilustrasi Parameter Sumur Resapan

Penetapan sumur resapan ramah lingkungan, didasarkan pada


parameter (a) kriteria wilayah resapan, (b) intensitas pemanfaatan ruang
(IPR). (c) tinggi rendahnya pemanfaatan air dangkal, dan (d) tingkat
kepedulian masyarakat terhadap perlunya sumur resapan.
Alternatif dalam penerapan teknologi sumur resapan yang ramah
lingkungan, melalui penetapan luas permukaan sumur resapan per hektar,
dengan pertimbangan kriteria daerah resapan dan besaran suplai air ke
dalam tanah, atas dasar luasan sumur resapan per hektar, mnurut kriteria
daerah resapan. Hal ini mengingat bahwa daerah resapan dipengaruhi oleh
besaran curah hujan, kedalaman efektif tanah, porositas dan permeabilitas
tanah, kemampuan infiltrasi air ke dalam tanah, dan perbedaan muka air
tanah pada musim hujan dan musim kmarau. Sedangkan, besaran suplai
air, diperhitungkan atas dasar kemampuan tubuh tanah dalam meresapkan
air ke dalam tanah (perkolasi), intensitas pemanfaatan ruang (rasio luas
bangunan dengan ruang terbuka hijau), pemanfaatan air tanah dangkal dan
tingkat kepedulian masyarakat terhadap sumber daya air tanah dangkal.
Intensitas pemanfaatan ruang (IPR), pada dasarnya sama dengan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Penetapan nilai ini dengan
pertimbangan belum etrsedianya peta KDB di sutau wilayah. Untuk
memperoleh keterkaitan antara kriteria nilai wilayah resapan dengan IPR,
27

dilakukan penampalan (overlay) peta kondisi eksis dan IPR, selanjutnya


disebut Kriteria wilayah resapan berdasarkan IPR. Selanjutnya maka
dibuat klasifikasi dalam 2 kriteria yaitu tinggi dan rendah atas dasar nilai
tengah.
Kriteria IPR baik bila < 40% atau setara dengan KDB 40% (luas
lahan persil yang diizinkan dibangun sebesar 40%, sedangkan 60%
lainnya merupakan ruang terbuka. Kriteria IPR rendah apabila IPR > 40%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pemanfaatna ruang,
maka akan semakin menghambar air masuk ke dalam tanah.
28

You might also like