Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk
mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda,
gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad
renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia.
Penggunaan pestisida dengan dosis besar dan dilakukan secara terus menerus akan
menimbulkan beberapa kerugian, antara lain residu pestisida akan terakumulasi pada produk-
produk pertanian, pencemaran pada lingkungan pertanian, penurunan produktivitas, keracunan
pada hewan,
keracunan pada manusia yang berdampak buruk terhadap kesehatan. Manusia akan mengalami
keracunan baik akut maupun kronis yang berdampak pada kematian.
Toksikologi adalah sifat bawaan pestisida yang menggambarkan potensi pestisida untuk
menimbulkan kematian langsung (atau bahaya lainnya) pada hewan tingkat tinggi, termasuk
manusia. Toksisitas dibedakan menjadi toksisitas akut, toksisitas kronik, dan toksisitas
subkronik. Toksisitas akut merupakan pengaruh merugikan yang timbul segera setelah
pemaparan dengan dosis tunggal suatu bahan kimia atau pemberian dosis ganda dalam waktu
kurang lebih 24 jam. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di
reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme,
paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sedangkan toksisitas merupakan
sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau
penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme(Wirasuta,2006).
Bahan aktif pestisida
1. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon)
Organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf (neuro toxins) yang merangsang
sistem saraf baik pada serangga maupun mamalia, menyebabkan tremor dan kejang-
kejang.
2. Organofosfat (Organo phosphates – Ops)
Ops umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut terhadap
binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal (cicak) dan mamalia),
mengganggu pergerakan otot dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Organofosfat dapat
menghambat aktifitas dari cholinesterase, suatu enzim yang mempunyai peranan penting
pada transmisi dari signal saraf.
3. Karbamat (carbamat)
Sama dengan organofosfat, pestisida jenis karbamat menghambat enzim-enzim tertentu,
terutama cholinesterase dan mungkin dapat memperkuat efek toksik dari efek bahan
racun lain. Karbamat pada dasarnya mengalami proses penguraian yang sama pada
tanaman, serangga dan mamalia. Pada mamalia karbamat dengan cepat diekskresikan dan
tidak terbio konsentrasi namun bio konsentrasi terjadi pada ikan.
4. Piretroid
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester yang
disebut pyretrin yang diektraksi dari bunga dari genus Chrysantemum. Jenis pyretroid
yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvlerate.
Sedangkan yang tidak stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga
adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,
flusitrinate. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi menimbulkan
alergi pada orang yang peka, dan mempunyai keunggulan diantaranya: diaplikasikan
dengan takaran yang relatif sedikit, spekrum pengendaliannya luas, tidak persisten, dan
memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik.
Sifat dan cara kerja racun pestisida (djojosumarto, 2008)
1. Racun kontak
Pestisida jenis ini bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga sasaran lewat kulit
(kutikula) dan di transportasikan ke bagian tubuh serangga tempat pestisida aktif bekerja.
2. Racun pernapasan
Pestisida jenis ini dapat membunuh serangga dengan bekerja lewat sistem pernapasan
3. Racun lambung
Jenis pestisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta masuk ke dalam
organ pencernaannya.
4. Racun sistemik
Cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh insektisida, fungisida dan herbisida. Racun
sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan pada bagian tanaman akan terserap ke
dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun, sehingga dapat membunuh hama yang
berada di dalam jaringan tanaman seperti jamur dan bakteri. Pada insektisida sistemik,
serangga akan mati setelah memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah
disemprot
5. Racun metabolisme
Pestisida ini membunuh serangga dengan mengintervensi proses metabolismenya.
6. Racun protoplasma
Ini akan mengganggu fungsi sel karena protoplasma sel menjadi rusak.
Keracunan Kronis
Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam waktu
yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk
kelainan syaraf dan perilaku (bersifat neuro toksik) atau mutagenitas.
Telah semakin jelas terlihat bahwa data mengenai keracunan akut itu sendiri tidak
bisa mewakili secara kesuluruhan bahaya pestisida dari ekologi. (Data 10-6), misalnya
mungkin salah menyimpulkan Bahwa DDT adalah insektisida yang paling aman terhadap
margasatwa(binatang liat) dan Zectran merupakan paling berbahaya. Bagaimanapun
keracunan dampak kronis dari sebuah insektisida mungkin sedikit berbeda dengan
keracunan jangka pendeknya, seperti pada kasus DDT dan Zectran.(terdapat banyak
alasan untuk perbedaan ini antara akut Ld 50, kerapuhan dan kerentanan ekologi).
Tabel Ration perbedaan Acute Ld 50 dan minimum kronis Ld dari perlakuan beberapa
insektisida pada burung Mallard
Pestisida Minimum kronis LD Jumlah Perbandingan
(EMLD) (mg/kg/hari) (acute ld 50/EMLD)
DDT 50 44,8
Dieldrin 1,25 76
Endrin 0,125 45
Abate 2,5 32-40
Dursban 2,5 30
Parathion 3-6 2,7-5,3
Sevin 125 17,4
Baygon 1,25 2,4
(tucker dan crabtree,1970)
Lingkungan
Kebanyakan faktor lingkungan mempengaruhi tingkat racun dalam pestisida,
faktor ini termasuk temperature,kadar ph air dan tanah,keberadaan organisme
lain,karakteristik dasar lingkungan akuatik.
Keadaan fisik hewan itu sendiri juga mempengaruhi tingkat racun pestisida, terdapat dua
perbedaan jenis faktor lingkungan yang perlu diperhatikan ;
1. Faktor yang mempengaruhi ketersedian pestisida yang melewati proses penyerapan
dan
Degradasi
2. Faktor yang berhubungan dengan fisik atau biologis dan keadaan kimia hewan dan
keadaan kiwia pestisida
Diteliti secara berskala hewan dan tumbuhan pada tanah atau air,sejak dua media
mendukung tingkat yang tinggi dari pestisida yang dapat diserap dengan system berbeda
contoh; pestisida lebih sedikit terdapat ditanah organic,bagi tanaman yang tumbuh
ditanah non organic menyerap jumlah yang lebih besar pestisida( Lichtenstein dan schulz,
1960) dari tumbuhan yang tumbuh ditanah dengan komposisi organic yang tinggi.
Efek dari temperature lebih sedikit dimengerti sebagai contoh DDT dikenal lebih
beracun pada kebanyakan system biologis disuhu rendah. Terdapat bukti bahwa jumlah
faktor fisik mempengaruhi eksperimen keracunan kronis. (gish dan chura, 1970)
mempelajari efek dari berat badan,kondisi lingkungan,jenis kelamin dalam kerentanan
Japanese quail terhadap DDT dalam dua sel eksperimen pemeliharaan 21 hari mereka
menemukan bahwa burung yang kelaparan.kebanyakan terkena DDT. Burung yang lebih
berat bertahan lebih lama tapi pengurangan berat badan adalah ancaman bagi mereka.
Dalam hal lain yakni pada perbedaan jenis kelamin jantan lebih rentan dari betina.
(lincer et al,1970) mempelajari efek racun DDT dan edrin pada ikan fathead
dalam keadaan statis dan dinamis. Dia menemukan bahwa kedalam insektisida tersebut
lebih beracun pada ikan dalam kondisi standar biologis statis.hal ini karena pelepasan
konsentrasi O2 yang diikuti peningkatan sampah metabolis(ammonia,CO2
dll)meningkatkan kadar racun dalam DDT selama kondisi statis. (schoettger,1970)
menguji faktor yang mempengaruhi tingkat racun Thiodan ditemukan variasi konsentrasi
kalsium dan magnesium tidak mempengaruhinya secara signifikan.
Adsorpsi
adalah pengikatan pestisida untuk partikel tanah. Jumlah pestisida diserap ke dalam tanah
bervariasi dengan jenis pestisida, tanah, tekstur kelembaban, pH tanah, dan tanah. Pestisida yang
sangat teradsorpsi ke tanah yang tinggi di tanah liat atau bahan organik. Mereka tidak sekuat
teradsorpsi ke tanah berpasir. Sebagian besar tanah-terikat pestisida cenderung untuk
mengeluarkan uap atau leach melalui tanah. Mereka juga kurang mudah diambil oleh tanaman.
Untuk alasan ini, Anda mungkin memerlukan tingkat yang lebih tinggi yang tercantum pada
label pestisida untuk tanah tinggi di tanah liat atau bahan organik.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pencemaran pestisida di lingkungan :
Volatilization adalah proses padat atau cairan mengkonversi menjadi gas, yang dapat
bergerak jauh dari situs aplikasi awal. Gerakan ini disebut uap melayang. Penyimpangan uap dari
beberapa herbisida dapat merusak tanaman di dekatnya. Pestisida volatize paling mudah dari
tanah berpasir dan basah. Cuaca panas, kering, atau berangin dan semprot kecil tetes penguapan
meningkat. Dimana direkomendasikan, menggabungkan pestisida ke dalam tanah dapat
membantu mengurangi penguapan.
Spray Drift adalah gerakan udara dari tetesan semprot menjauh dari situs pengobatan
selama aplikasi. Semprot melayang dipengaruhi oleh:
ukuran tetesan semprot - semakin kecil tetesan, semakin besar kemungkinan mereka akan
melayang
kecepatan angin - semakin kuat angin, semprot pestisida lebih akan hanyut
jarak antara nozzle dan tanaman target atau tanah - semakin besar jarak, semakin angin
dapat mempengaruhi semprotan
Drift dapat merusak tanaman sensitif terdekat atau dapat mengkontaminasi tanaman siap panen.
Drift juga dapat menjadi bahaya bagi manusia, hewan domestik, atau serangga penyerbuk. Drift
dapat mengkontaminasi air di kolam, sungai, dan saluran air dan ikan membahayakan atau
tanaman air lainnya dan hewan. Penyimpangan yang berlebihan juga mengurangi pestisida
diterapkan pada target dan dapat mengurangi efektivitas pengobatan.
Runoff adalah gerakan pestisida dalam air di atas permukaan miring. Para pestisida baik
dicampur dalam air atau terikat ke tanah mengikis. Limpasan juga dapat terjadi ketika air
ditambahkan ke lapangan lebih cepat daripada yang dapat diserap ke dalam tanah. Pestisida
dapat bergerak dengan limpasan sebagai senyawa dilarutkan dalam air atau melekat pada partikel
tanah.
Jumlah limpasan pestisida tergantung pada:
- lereng
- tekstur tanah
- isi kelembaban tanah
- jumlah dan waktu dari peristiwa hujan (irigasi atau curah hujan)
- jenis pestisida yang digunakan
Limpasan dari daerah yang dirawat dengan pestisida dapat mencemari sungai, kolam, danau, dan
sumur. Residu pestisida dalam air permukaan dapat membahayakan tanaman dan hewan dan
mencemari air tanah. Pencemaran air dapat mempengaruhi ternak dan tanaman hilir.
Leaching adalah gerakan pestisida dalam air melalui tanah. Leaching terjadi ke bawah,
ke atas, atau ke samping. Faktor yang mempengaruhi apakah pestisida akan tercuci ke tanah
meliputi karakteristik tanah dan pestisida, dan interaksi mereka dengan air dari acara hujan
seperti irigasi atau curah hujan. Faktor-faktor ini dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Leaching dapat meningkat ketika:
pestisida larut air
tanah berpasir
hujan-peristiwa terjadi tak lama setelah penyemprotan
pestisida tidak kuat teradsorpsi ke tanah
Faktor serupa mempengaruhi pergerakan pestisida di limpasan permukaan, kecuali bahwa
pestisida dengan kelarutan air rendah dapat bergerak dengan limpasan permukaan jika mereka
sangat teradsorpsi ke partikel tanah dan memiliki beberapa tingkat ketekunan. Karakteristik
tanah yang penting bagi gerakan pestisida. Tanah liat memiliki kapasitas tinggi untuk menyerap
bahan kimia, termasuk pestisida dan nutrisi tanah. Tanah berpasir memiliki kapasitas jauh lebih
rendah untuk menyerap pestisida. Bahan organik di dalam tanah juga dapat menyerap pestisida.
Struktur tanah mempengaruhi pergerakan air dan pestisida. Kasar tanah berpasir bertekstur
dengan ruang udara yang besar memungkinkan gerakan lebih cepat daripada air tanah bertekstur
atau dipadatkan baik dengan ruang udara lebih sedikit. Karakteristik lain dari situs, seperti
kedalaman air tanah, atau jarak ke air permukaan, adalah penting. Akhirnya, pola air yang jatuh
di tanah melalui irigasi atau curah hujan yang signifikan. Volume kecil air pada interval jarang
cenderung untuk memindahkan pestisida dibandingkan volume besar air pada interval lebih
sering.