Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan
dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Beberapa cara
yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga 2. Bercerita
3. Memfasilitasi 4. Biblioterapi
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan 6. Pilihan pro dan kontra
7. Penggunaan skala 8. Menulis
9. Menggambar 10.Bermain
Dampak dari komunikasi dengan kekerasan terhadap anak-anak adalah hilangnya
fitrah kelembutan. Berdasarkan pengalamannya, anak yang terbiasa dengan
kekerasan, sejak kecil sudah terlihat. Karena terbiasa dengan kekerasan, ia pun akan
membutuhkannya setiap kali akan melakukan sesuatu. Hal itu terjadi karena fitrah
kelembutannya sudah melemah.Komunikasi dengan kekerasan juga akan membuat
anak tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya.
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan tentang komunikasi pada anak dan tumbuh kembang anak
2. Proses tumbuh kenbang anak berdasarkan usia
3. Menjelaskan kekerasan dampak pada anak
4. Menjelaskan tata cara berkomunikasi dan komunikasi keluarga
5. Mengatahui Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan anak di
Indonesia.
C. Tujuan
1. Mengatahui tentang komunikasi pada anak dan tumbuh kembang anak
2. Mengatahui tumbuh kenbang anak berdasarkan usia
3. Mengatahui kekerasan dampak pada anak
4. Mengatahui tata cara berkomunikasi dan komunikasi keluarga
5. Mengatahui Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan anak di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Komunikasi Pada Anak
berdasarkan usia tumbuh kembang. melakukan komunikasi pada anak perawat
perlu memperhatikan berbagai aspekdiantaranya adalah usia tumbuh kembang
anak
cara berkomunikasi dengan anak, metode dalam berkomunikasi dengan anak
tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan komunikasi dengan anak serta
peran orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan anak sehingga bisa
didapatkan informasi yang benar dan akurat.
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui
gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di
samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal.
Perkembangan komunikasipada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk
melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons
untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi
tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu
untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai
melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan
kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi
sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada
bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya,
mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun
pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau
tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif
pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik
sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.
2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan
bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih
sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan
kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan
ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan
sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin
tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat,
mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi
harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa
pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996). Pada usia
ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang
terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika
tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana,
hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”,
mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan
maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan
anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus
menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara
non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika
diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak
merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau
bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
3. Usia Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang
dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca
disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah
mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata
sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada
anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek
fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi
dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan
jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi secara efektif.
4. Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan
berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai
menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang
masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai
menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini
adalah masa peralihan anak menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada
usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa
pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam
komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa
transisi dalam bersikap dewasa
B. Cara komunikasi dengan anak.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan
dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Beberapa cara
yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga.
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan
melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain
itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang mainan, baju yang
sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok
pembicara
2. Bercerita.
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar
3. Memfasilitasi.
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau
respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu
mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan
respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh
perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang
jelek pada anak.
4. Biblioterapi.
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan.
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan
keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6. Pilihan pro dan kontra.
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan rasa situasi yang menunjukkan
pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan skala.
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan
sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain,
dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8. Menulis.
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih,
marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah
dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk
menulis.
9. Menggambar.
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan
ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui
gambar dan anak akan mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan
maksud dari gambar yang ditulisnya.
10. Bermain.
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan
interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-
pesan dapat disampaikan.
C.Tips Dasar Komunikasi pada Anak
Nilai altruistik perlu diwujudkan dengan kata-kata, seperti ucapan "terima kasih"
atau "tolong" saat meminta bantuan dan ini perlu ditanamkan pada anak. Menurut
pakar perkembangan ini, kata-kata tersebut lebih dari sekadar ungkapan sopan
santun, namun merupakan awal pemahaman tentang komunikasi.
Anak-anak mengalami masa-masa dimana mereka sangat terbuka mengenai
perasaan mereka. Dan ada kalanya, mereka lebih pendiam dan menyimpan sendiri
pikiran-pikiran dan emosi mereka sendiri. Akan tetapi berkomunikasi setiap waktu
dengan anak-anak adalah penting. Mempunyai hubungan baik yang terpelihara baik,
tergantung pada komunikasi yang baik.
Anak-anak merupakan komunikator yang baik. Mereka akan berbicara, mendengarkan
sehingga mereka akan mendapatkan teman-teman, pendidikan, pekerjaan dan lain-
lain. Cara anda berbicara dan mendengarkan anak-anak anda sangat mempengaruhi
bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang lain. Karena anak ini mengetahui
hampir setiap naluri, bahwa komunikasi bukan hanya sekedar kata-kata yang keluar
dari mulut
Komunikasi adalah juga bahasa tubuh yang menyertai kata-kata ini. Komunikasi
yang baik adalah mengetahui kapan berbicara dan kapan untuk diam. Sebagaimana
ketrampilan interpersonal, kemampuan untuk berkomunikasi dibentuk pertama kali
oleh hubungan seorang anak dengan orang tuanya. Ketrampilan komunikasi dipelajari
dirumah yaitu di masa bayi
D. Perekat keluarga.
Menurut Ery Soekresno, Psi,
1. komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam keluarga. Dan Menurutnya,
2. komunikasi berfungsi sebagai perekat keluarga contoh berdasarkan hasil penelitian
pada tahun 1996, faktor penyebab tingginya angka perceraian di Amerika ternyata
bukan disebabkan kehadiran orang ketiga. Karena di mata masyarakat Amerika
umumnya, perzinahan sudah dianggap halal. Namun, penyebab yang tertinggi adalah
faktor terhambatnya komunikasi suami istri. Komunikasi yang tidak lancar antara
suami istri akan berdampak pula terhadap kelancaran komunikasi pada anak.
Komunikasi antara orang tua dan anak adalah sebuah proses pengiriman pesan
dimana pesan yang diterima sama dengan pesan yang dikirim. Komunikasi dengan
kekerasan, menurut Ery adalah, penyampaian pesan yang dilakukan secara negatif.
Termasuk dalam komunikasi secara negatif adalah saat orangtua menggunakan
bahasa yang tidak indah. "Bahasa yang jelek tidak menyenangkan anak, akibatnya
anak tidak mau mendengarkan orangtua," tutur psikolog yang aktif menyerukan
kampanye komunikasi tanpa kekerasan ini.
Komunikasi dengan kekerasan tidak melulu berarti disampaikan dengan bahasa-
bahasa yang tidak baik, seperti penggunaan kata yang berasal dari ‘kebun binatang’
atau kata hinaan lainnya.
Ada dua bentuk komunikasi, yaitu verbal (bahasa) dan non-verbal (bahasa
tubuh). Artinya, saat orangtua berbicara kepada anak, bukan hanya kata-katanya saja
yang ditangkap oleh anak. Menurut Ery, di bawah usia satu tahun, mungkin mereka
hanya menangkap 10% kata yang diucapkan ibu. Sisanya lebih kepada bahasa non-
verbal.
Dampak dari komunikasi dengan kekerasan terhadap anak-anak adalah
Komunikasi dengan kekerasan juga akan membuat anak tidak memiliki keberanian
untuk mengungkapkan pendapatnya. Apalagi bila hal seperti itu terjadi berulang
kali.Lebih berbahaya lagi, bila anak menjadi terbiasa melakukan pekerjaan secara
sembunyi-sembunyi. Bila orangtua tidak segera mengubah cara berkomunikasinya,
maka dampak itu akan terpelihara sampai anak tumbuh dewasa.
Dampak lainnya adalah menjadi terbiasa berpikir negatif. Artinya, ketika ada
orang bermaksud baik terhadap anak, dia tidak menganggap itu sebagai sesuatu yang
baik, hal itu terjadi karena orangtua terbiasa berpikir negatif terhadap dirinya yang
terwujud dengan komunikasi yang negatif. Akhirnya, yang terbangun dalam benak
anak adalah apa pun yang dilakukannya tidak ada yang benar.
faktor pembentuk utama dan pertama adalah keluarga. Bila rumah sudah
berfungsi sebagai tempat yang memberikan kesejukan untuk anak-anak, maka ke
mana pun anak pergi, rumah tetap menjadi referensi utama bagi anak. Kesejukan
itulah yang perlu dibangun oleh orangtua melalui komunikasi tanpa kekerasan. Saat
anak memiliki masalah, mereka tahu kemana harus berbicara. Saat yang paling
berpengaruh bagi anak adalah sebelum anak mencapai usia balighnya karena
pada masa itu anak masih mudah untuk berubah. Namun, perubahan yang paling
utama dan pertama harus berawal dari para orang tua.
2. Menentukan tata cara berkomunikasi
Salah satu bagian dari keberhasialan dalam wawancara adalah tergantung pada
keadaan fisik dan psikologis si pewancara itu sendiri. Perkenalan yang tepat,
penjelasan peranan, menerangkan alasan wawancara serta menjamin kebebasan dan
rahasia.
Komunikasi dengan keluarga
Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara perawat orang tua
dan anak. Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam berkomunikasi segi
tiga. Saudara kandung, sanak keluraga lainnya dan pengasuhnya juga merupakan
bagian dari proses komunikasi.
Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu sendiri
( verbal dan non verbal ), informasi dari orang tua dan observasi perawat sendiri.
Untuk itu lakukanlah langkah-langkah sebagai berikut :
1. MENDORONG ORANG TUA UNTUK BERBICARA.
Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilah dan gunakan pertanyaan-
pertanyaan terbuka untuk menggali data sebanyak mungkin.
2. MENGARAHKAN PADA POKOK PERMASALAHAN.
Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama berwawancara
adalah salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah satu
pendekatan adalah menggunakan pertanyaan terbuka dan luas.
3. MENDENGARKAN.
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang efektif.
Dalam proses mendengarkan perawat harus mengarahkan perhatiannya dengan
sungguh-sungguh pada klien. Ini merupakan proses aktif karena konsetrasi dan
perhatian ditujukan pada semua aspek percakapan yaitu : verbal, non verbal dan yang
bersifat abstrak.
4. DIAM SEJENAK.
Diam sebagai satu respon, sering kali merupakan tehnik wawancara yang sulit untuk
dipelajari. Diam bertujuan untuk mengalihkan pikiran, perasaan dan untuk saling
memehami emosinya kadang-kadang perlu menghentikan taktik diam ini dan kembali
berkomunikasi.
5. BERSIKAP EMPATI.
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat yang
empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien /
keluarga. Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu ada unsur hubungan “
membantu “ dengan klien.
Menyakinkan
Hampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik dan ingin menunjukkan
kemampuannya dalam perannya. Orang tua membutuhkan perawat yang
menghargai dan memperhatikan perannya sebagai orang tua dan ingin agar perawat
memperhatikan anaknya. Hindarkan pembicaraan yang menyinggung harga diri
sebagai orang tua.
Menentukan Masalah.
Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada.
Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalahnya ini benar atau tidak.
Memecahkan Masalah.
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian
mulai merencanakan pemecahannya.
Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan mencoba mencari
pemecahan masalah yang lebih efektif.
Mengadaptasi Bimbingan.
Segera setelah masalah diidentifikasi & disetujui oleh perawat dan orang tua, maka
dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam
memecahkan masalah berfartisipasi penuh selama perawatan berlangsung. Bila
situasi memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal dari orang tua dan
perawat berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah.
Menghindari hambatan-hambatan komunikasi
Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi
Sosialisasi: Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang tidak
diperlukan
Memberikan dorongan sepintas
Melindungi suatu situasi/opini
Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
Memberikan pujian secara stereotipi
Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
Menginterupsi & menyelesaikan kalimat seseorang
Lebih banyak bicara dari pada orang yang diintervien
Membuat konklusi yang menghakimi
Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja
2. Komunikasi dengan anak.
Esensi Komunikasi.
Dua unsur penting dalam komunikasi untuk memahami fungsi pertukaran pikiran dan
perasaan , yaitu :
• Harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak
berkomunikasi.
Isyarat.
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau
pelengkap bicara.
isyarat umum pada masa bayi :
• Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar
• Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
• Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian & mandi artinya tidak suka akan
pembatasan gerak.
Ungkapan emosional.
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh & roman muka.
Contoh :
a) Mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum & ramah
b) Maneragangkan badan, gerakanmembanting tangan/kaki,roman muka tegang &
menangis.
Peran Bicara Dalam Komunikasi.
Cara berkomunikasi pada anak belum berusia 1 tahun, adalah menangis dan
menggunakan isyarat-isyarat yang tidak selalu dipahami orang lain. Bicara
merupakan ketrampilan yang harus dipelajari yang terdiri dari :
Kata, yaitu aspek motorik bicara, kamampuan mengeluarkan bunyi tertentu dalam
komunikasi.
Mengakitkan arti dengan kata-kata tersebut, yaitu aspek mental bicara, untuk
mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan koordinasi otot-otot, kemampuan mengait
kata-kata, mempelajari tata bahasa.
Untuk memperkecil kesalahan anak, perlu mengaitkan kata spesifik dengan objek
yang spesifik.
Hal yang penting dalam belajar bicara :
Persiapan Fisik.
Tergantung Kematangan mekanisme bicara, contoh Bayi baru lahir.
Persiapan Mental.
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak ), yang berkembang antara 1-18
bulan, saat yang tepat diajak bicara.
Model untuk ditiru (yang baik)
Kesempatan praktek / untuk bertatih.
Motivasi dan tantangan.
Bimbingan :
o Menyediakan model yang baik.
o Mengatakan dengan perlahan dan jelas
b) Facilitative Responding.
Facilitative Responding adalah mendengarkan secara seksama dan membayangkan
kembali perasaan-perasaan pasien dan isi pernyataan anak.
Seperti :
- Respon yang empati
- Tidak menghakimi dan mengesahkan perasaan-perasaan seseorang.
Rumus untuk fasilitative responding adalah ;
“Engkau merasa ------ karena ----“ (Henrich and Bernheim, 1981 ).
c) Bercerita ( Story telling ).
Respon anak terhadap tehnik-tehnik bercerita bervariasi. Bercerita menggunakan
bahasa anak, dan menyelidiki perasaannya, sementara itu menghindarkan
hambatan yang disengaja atau hindarkan ketakutan-ketakutan yang paling
sederhana adalah meminta anak menceritakan tentang sesuatu kejadian / peristiwa
sperifik “ Berada di Rumah Sakit”. Selain itu dapat menggunakan gambaran dari
suatu peristiwa dan meminta anak untuk menceritakannya.
Dongeng bersama lebih mengembangkan pendekatan terapiutik. Dongeng tidak saja
membantu membuka pikiran anak, juga mencoba merubah persepsi anak atau
perasaan takutnya.
Kita mulai dengan meminta anak bercerita tentang sesuatu kejadian, diikuti oleh cerita
lain oleh perawat yang sebabnya sama dengan cerita anak hanya bedanya disini
bertujuan membantu anak masuk kedalam masalahnya.orang tuanya.
Tehnik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak-anak seperti:
a) Menulis.
Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan
pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa / menyelidiki
tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian.
Dengan menulis anak-anak lebih riel dan nyata.
b) Menggambar.
Mengambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui
pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa
anak-anak mengungkapkan tentang dirinya.
Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan / fokuskan pada unsur-unsur sebagai
berikut :
o Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting.
o Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan.
Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan anak
terhadap status terhadap status dalam keluarga atau ikatan keluarga.
By.Yudi Pontoh
KELOMPOK III
MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK
KETUA : YUDI PONTOH
SEKERTARIS : IRA ABIDIN
MODERATOR : HANITHA POTABUGA
ANGGOTA : 1.MISDIARI MAKALALAG
2.MUJIATI
3.MELAWATI DAHLAN