Professional Documents
Culture Documents
(Demam CHIK)
Menyerupai kelumpuhan, tidak mematikan dan sembuh sendiri
Gejala utamanya demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan,
jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan)
pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil,
kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah.
dan kadang-kadang disertai dengan gatal pada ruam. Belum pernah dilaporkan adanya kematian
karena penyakit ini. Demam chikungunya sering rancu dengan penyakit demam dengue, demam
berdarah dengue, dan campak, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang penting pada
demam chikungunya. Serangan demam chikungunya dalam bentuk KLB (kejadian luar biasa)
sudah sering terjadi, terutama karena penyebarannya oleh nyamuk. Untuk mencegah serangan
demam chikungunya, maka rumah, asrama, hotel, sekolah, pasar, terminal dan tempat-tempat
lainnya, harus terbabas dari adanya tempat perindukan nyamuk, termasuk 200 meter sekitarnya.
1. Pendahuluan
Wabah chikungunya pertama kali dilaporkan di Tanzania pada tahun 1952, kemudian di
Uganda tahun 1963, Sinegal tahun 1967, 1975 dan 1983, Angola tahun 1972, Afrika Selatan tahun
1976 dan di negara-negara Afrika Tengah, seperti Zaire dan Zambia pada tahun 1978-1979. Dari
Afrika penyakit ini menyebar ke negara-negara Amerika dan Asia sampai menimbulkan pandemi.
Wabah juga dilaporkan terjadi di India antara tahun tahun 1824 sampai 1965, dan juga di Sri
Lanka.
Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB) chikungunya dilaporkan pada tahun 1982 di
beberapa propinsi di Indonesia, Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh dan Bogor (2001),
Bekasi Purworejo, Boyolali, Klaten (2002) serta Klaten, Kudus, Tegal, Jepara, Bolaang
Mongondow, Bandung, Jember, Cirebon, Lombok Tengah, Yogyakarta dan Bantul pada tun 2003.
Jumlah kasus chikungunya tahun 2001 sampai bulan Februari 2003 mencapai 3918 kasus tanpa
kematian.
1
pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah. dan kadang-
kadang disertai dengan gatal pada ruam.
Terjadi penyembuhan sempurna dan diikuti dengan adanya imunitas didalam tubuh
penderita. Serangan kedua kalinya belum diketahui. Infeksi yang tidak menampakkan gejala yang
khas sering terjadi terutama pada anak-anak. Gejala nyeri sendi terutama banyak dialami oleh
wanita dewasa.
a. Demam
Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai mengigil dan muka kemerahan. Panas
tinggi bisa bertahan selama 2-4 hari kemudian suhu kembali normal. Pada beberapa penderita
mengeluh nyeri dibelakang bola mata dan bisa terlihat mata kemerahan (injection conjunctiva),
mata berair dan rasa terbakar pada mata.
b. Sakit persendian
Nyeri sendi biasanya terlokalisir di daerah sendi yang besar, tetapi bisa juga di beberapa
sendi kecil. Persendian yang nyeri tidak bengkak, tetapi teraba lebih lunak. Nyeri persendian ini
sering merupakan keluhan yang pertama muncul sebelum timbul demam dan dapat bermanifestasi
berat, sehingga kadang-kadang penderita memerlukan ‘kursi roda’ sebelum datang berobat ke
fasilitas kesehatan. Pada pemeriksaan sendi tidak terlihat tanda-tanda pengumpulan cairan sendi.
Sendi yang sering dikeluhkan adalah sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang
belakang Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan berusaha
mengurangi dan membatasi gerakan.
c. Nyeri otot
Nyeri otot bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang-
kadang terjadi pembengkakan pada pada otot sekitar mata kaki.
Kemerahan di kulit bisa terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulo-papuler. Bercak
kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering muncul pada hari ke 4-5
demam. Lokasi kemerahan biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki. Kadang-kadang
ditemukan perdarahan pada gusi.
e. Sakit Kepala
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan sering ditemui. Biasanya sakit kepala tidak terlalu
berat.
2
Kejang biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung
oleh penyakitnya. Kadang-kadang kejang disertai penurunan kesadaran. Pemeriksaan cairan spinal
(cerebro spinal) tidak ditemukan kelainan biokimia dan jumlah sel.
g. Manifestasi Perdarahan
Tidak ditemukan perdarahan pada pengamatan dini. Lapaoran dari India misalnya,
perdarahan gusi terjadi pada 5 anak diantara 70 anak yang diobservasi.
h. Gejala lain
Gejala lain yang kadang-kadang dapat dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di
bagian leher dan kolaps pembuluh darah kapiler.
i. Pemeriksaan Laboratorium
3. Etiologi
Agent (virus penyebab) adalah virus chikungunya, kelompok Alphavirus atau “group A”
antrophod borne viruses, famili Togaviridae. Virus ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di
Indonesia. Sedangkan demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh “group B” antropho borne
viruses.
4. Vektor
Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang juga merupakan nyamuk
penular penyakit demam berdarah dengue (DBD).
5. Reservoir
Berdasarkan literatur, primata (monyet, kera) dapat sebagai reservoir
6. Masa Inkubasi
Masa tunas (inkubasi) antara 1-12 hari, tetapi pada umumnya 2-4 hari
3
7. Cara Penularan
Penularan demam chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit (dalam keadaan
viremia) digigit oleh nyamuk penular, kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain.
Biasanya tidak terjadi penularan dari orang ke orang. Penyakit ini biasanya berlangsung selama
beberapa hari kemudian sembuh sendiri.
8. Program Pemberantasan
a. Manajemen kasus
Seperti halnya penyakit DBD obat terhadap virus penyebabnya belum ada termasuk
untuk demam chik ini. Obat yang diberikan hanya bersifat simptomatis, misalnya obat
penurun panas atau anti sakit (non-aspirin analgesik), minum yang banyak dan istirahat
yang cukup
Merujuk penderita ke Puskesmas atau Rumah Sakit apabila ditemukan adanya tanda-
tanda kedaruratan.
1) Perorangan
2) Kelompok/Masyarakat
4
Untuk mendukung upaya pemberantasan demam chikungunya memerlukan pengembangan
surveilans dan upaya-upaya penelitian lebih lanjut. Pada saat ini, dokumen epidemiologi
dan pemeriksaan laboratorium KLB chikungunya menjadi sumber data yang sangat
penting. Oleh karena itu, adanya kasus atau KLB demam chikungunya atau dugaan kasus
chikungunya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dokumen epidemiologi
kejadian luar biasa demam chikungunya tersebut dikirim ke unit surveilans Dinas
Kesehatan Propinsi dan Subdirektorat Surveilans Epidemiologi, Ditjen PPM & PL sebagai
dokumen Propinsi dan Nasional.
Dokumen epidemiologi yang terekam di Ditjen PPM & PL, Depkes, diinformasikan
kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota sebagai kewaspadaan nasional
terhadap kemungkinan merebaknya KLB demam chikungunya. Dokumen KLB
chikungunya yang perlu didokumentasikan antara lain adalah Dokumen Penyelidikan KLB
Demam Chikungunya dan Dokumen Bulanan KLB Penyakit.
9. Penanggulangan KLB
a. Pelaporan KLB Demam Chikungunya
Pada umumnya sumber pelaporan penderita demam chikungunya berasal dari masyarakat,
fasilitas kesehatan (klinik, puskesmas dan rumah sakit) termasuk media masa, dengan
menyampaikan adanya sejumlah penderita demam, nyeri persendian (kadang-kadang menyerupai
kelumpuhan) dan bercak kemerahan pada kulit. Indikasi adanya demam chikungunya antara lain
adanya lebih dari satu penderita pada satu keluarga atau pada sekelompok orang secara bersamaan,
seperti di sekolah dan rumah tahanan. Disamping perlunya tindakan pengobatan segera, adanya
informasi masyarakat memerlukan penyelidikan oleh puskesmas untuk memeriksa kebenaran
informasi tersebut, konfirmasi diagnosis, dan memperkirakan luasnya penyebaran penyakit.
Laporan formal berupa laporan Wabah/KLB 24 jam (W1), laporan hasil penyelidikan KLB,
laporan penanggulangan KLB, laporan bulanan KLB dan distribusi informasi KLB demam
chikungunya.
Puskesmas atau rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta yang menemukan adanya
sejumlah penderita dengan dugaan chikungunya (tersangka chikungunya) memberikan laporan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan menyebutkan tempat kejadian (nama
fasilitas kesehatan atau daerah kejadian penyakit (puskesmas, desa, kecamatan, kabupaten/kota),
tanggal kejadian, jumlah penderita, jumlah meninggal, perkiraan diagnosis serta gejala-gejala yang
dapat diidentifikasi (formulir W1). Laporan ini sebagai kewaspadaan dini bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tentang adanya sejumlah penderita penyakit yang cenderung berkembang menjadi
KLB, sekaligus permintaan bantuan penyelidikan dan penanggulangannya.
5
Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secepatnya juga menginformasikan (jika ada
KLB chikungunya) kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan (Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan (PPM & PL) : faksimili
021-4266919, e-mail skdklb@ppmplp.depkes.go.id, atau skd_klb@yahoo.com
Adanya suatu peningkatan penyakit tertentu, baik yang sudah terdiagnosis maupun yang
hanya teridentifikasi menunjukkan gejala yang sama, memerlukan penyelidikan dengan tujuan
mendukung upaya penanggulangan yang cepat dan tepat, identifikasi kemungkinan adanya daerah
serangan baru atau juga sekaligus mengumpulkan data epidemiologi. Identifikasi kemungkinan
daerah serangan baru dimanfaatkan untuk upaya pencegahan dan kesiapsiagaan.
Penyelidikan pada KLB demam chikungunya yang dilakukan oleh Puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, diarahkan pada penegakan diagnosis, penegakan dugaan KLB,
perkembangan dan luasnya daerah penyebaran KLB, data epidemiologi umur dan jenis kelamin,
serta keberadaan nyamuk penular Aides agepti dan A. Albofiktus. Penyelidikan tersebut dapat
dilakukan secara berkala atau sesuai dengan perkembangan penyakit dan kebutuhan monitoring
upaya penanggulangan.
Dukungan penyelidikan KLB demam chikungunya oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan
Departemen Kesehatan (Ditjen PPM & PL, Badan Litbangkes, dan Namru-2) ditujukan terutama
untuk dukungan penegakan diagnosis berdasarkan pemeriksaan serologi dan identifikasi virus pada
nyamuk, perekaman data epidemiologi, serta rekomendasi strategi penanggulangannya. (terlampir,
Laporan Hasil Penyelidikan KLB Demam Chikungunya)
Setelah KLB demam chikungunya oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ditetapkan telah
berakhir, maka tim penanggulangan KLB perlu membuat laporan Penanggulangan KLB Demam
Chikungunya yang berisi rangkuman seluruh hasil penyelidikan, penegakan diagnosis, kurva
epidemi, jumlah kasus dan kematian, angka serangan total dan case fatality rate serta berdasarkan
umur, jenis kelamin, dusun/desa atau variabel lain, peta, dan rekomendasi untuk menghentikan
serangan kembali atau serangan ke daerah lain.
6
Dalam Sistem Surveilans Rutin Terpadu atau SST terdapat surveilans berbasis dokumen
Bulanan KLB penyakit, keracunan, bencana dan kondisi darurat. Oleh karena itu, data
epidemiologi KLB demam chikungunya wajib dimasukkan dalam dokumen surveilans tersebut.
Dokumen tersebut berisi diagnosis KLB (demam chikungunya), tempat kejadian (desa, puskesmas,
kecamatan dan kabupaten/kota), awal dan berakhirnya KLB, jumlah kasus menurut kelompok
umur (<5 th, 5-14 dan >14 th) serta data meninggal dan keterangan hasil pemeriksaan laboratorium.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari laporan KLB 24 jam (W1), dokumen hasil
penyelidikan dan dokumen penanggulangan KLB serta dokumen bulanan KLB, maka Dinas
Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan (Ditjen PPM &PL) melakukan kajian
perkembangan penyakit demam chikungunya dan menginformasikannya kembali kepada unit
surveilans Propinsi dan program terkait dalam rangka SKD-KLB demam chikungunya Propinsi dan
Nasional. Distribusi informasi dapat dilakukan melalui surat, email dan buletin epidemiologi cetak
dan elektronik. Ditjen PPM&PL untuk sementara ini hanya akan mengirimkan lewat email dan
surat kepada unit surveilans Propinsi dan program terkait di Departemen Kesehatan.
Penyelidikan KLB demam chikungunya dilakukan oleh Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Propinsi dan Departemen Kesehatan.
7
Demam chikungunya hampir sama dengan penyakit demam dengue, demam dengue
berdarah atau alergi, tetapi gejala nyeri sendi adalah memperkuat diagnosis demam
chikungunya.
g) Menulis laporan penyelidikan (terlampir contoh Laporan Penyelidikan KLB Demam
Chikungunya oleh Puskesmas)
Setelah mendapat laporan adanya peningkatan sejumlah penderita yang diduga sebagai
penderita demam chikungunya, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penyelidikan
untuk menegakkan diagnosis, konfirmasi adanya KLB, mendapatkan data epidemiologi diskriptif
penderita dan identifikasi keberadaan nyamuk A.aigepti dan A. Albofiktus, serta merumuskan
rekomendasi penanggulangan.
9) Penegakan Diagnosis
Demam chikungunya menunjukkan gejala yang hampir sama dengan penderita demam
dengue, demam berdarah dengue, campak atau alergi, serta penderita sakit rematik. Oleh karena
itu, penyelidikan dilakukan dengan cara :
1) Mendiskusikan dengan para dokter dan petugas kesehatan yang memeriksa penderita
2) Memeriksa beberapa penderita yang dicurigai, yaitu penderita demam dengan nyeri sendi
3) Memeriksa beberapa penderita yang dirawat atau dikunjungi ke rumahnya (setidak-tidaknya
25 penderita dengan gejala demam, termasuk penderita bukan demam chikungunya) untuk
mendapatkan gambaran gejala dan tanda-tanda penyakit yang menyerang daerah tersebut,
kemudian menyusun tabel distribusi gejala
4) Membuat kurva epidemi semua penderita yang berobat di Puskesmas, Rumah Sakit dan
pos-pos kesehatan.
5) Mengambil spesimen serologi terhadap 15 penderita yang masih sakit.
6) Menarik kesimpulan diagnosis sesuai dengan data yang telah diperoleh. Kesimpulan
diagnosis dapat satu diagnosis atau masih dengan beberapa deferensial diagnosis.
Adanya satu penderita yang dicurigai sebagai demam chikungunya ditetapkan sebagai KLB
demam chikungunya, dan harus segera dilakukan tindakan pencegahan agar penyakit tidak
menyerang orang lain.
Secara deskriptif gambaran epidemiologi dapat disajikan dalam bentuk kurva epidemi,
serangan menurut umur, jenis kelamin dan daerah. Sumber datanya dapat berdasarkan kunjungan
dari rumah ke rumah, atau berdasarkan data berobat Puskesmas, Rumah Sakit dan pos-pos
kesehatan. Sumber data harus disebutkan dalam laporan.
8
Kurva epidemi yang baik berdasarkan tanggal mulai sakit, tetapi mendapatkan data mulai
sakit sering mengalami kesulitan, oleh karena itu, kurva epidemi dapat berdasarkan tanggal
berobat, apabila sumber datanya adalah data berobat Puskesmas, Rumah Sakit dan pos-pos
kesehatan. Frekuensi analisisnya dapat harian atau mingguan tergantung keperluan analisis.
Distribusi penderita menurut umur, jenis kelamin dan daerah asal penderita dapat disajikan
dalam tabel epidemiologi yang berisi jumlah penderita, jumlah meninggal, jumlah populasi rentan,
angka serangan (attack rate) per 100 populasi, case fatality rate per 100 penderita. Tergantung
sumberdatanya, data populasi rentan dapat berasal dari hasil kunjungan dari rumah ke rumah atau
penduduk yang ada dalam daerah berdarkan data statistik setempat.
Desa, dusun atau asrama serta tempat-tempat lain yang terdapat penderita demam
chikungunya, atau dicurigai akan terserang demam chikungunya perlu diidentifikasi adanya
nyamuk A.aegipti atau A.albofiktus. Identifikasi digunakan untuk fooging, abatisasi atau gerakan
pembersihan sarang nyamuk.
Sekitar 100 rumah yang dimulai dari rumah penderita dilakukan pemeriksaan adanya
tandon air bersih yang berisi jentik Ae.aigepti, apabila sulit membedakan jenis jentik nyamuk
maka pemeriksaan dilakukan terhadap semua jenis nyamuk apapun. Apabila telah ditemukan 5
rumah positip terdapat jentik, maka identifikasi dihentikan dan daerah tersebut dinyatakan indeks
rumah (HI) 5 % atau lebih. Jika belum menemukan 5 rumah positip terdapat jentik, maka
identifikais diteruskan sampai 100 rumah. Apabila belum ditemukan 5 rumah positip terdapat
jentik, maka daerah tersebut dinyatakan indeks rumah (HI) kurang dari 5 %.
13) Rekomendasi
Desa dengan indeks rumah 5 % atau lebih dengan penderita demam chikungunya terdapat
didaerah tersebut, maka fogging dilakukan terhadap rumah dan halaman dekat rumah sejauh 100
meter dari penderita, disertai abatisasi dan gerakan pembersihan sarang nyamuk dengan ketat di
seluruh Desa. Desa dengan indeks rumah 5 % atau lebih tetapi tidak terdapat penderita demam
chikungunya, maka fogging tidak dilakukan, tetapi abatisasi dan gerakan pembersihan sarang
nyamuk dilaksanakan dengan ketat. Desa dengan indeks rumah kurang dari 5 %, ada atau tidak ada
penderita demam chikungunya, tetapi mempunyai ancaman serangan demam chikungunya, maka
fogging tidak dilakukan, tetapi tetap mempertahankan gerakan pembersihan sarang nyamuk yang
dilaksanakan dengan ketat.
Disamping upaya dari pemerintah daerah setempat, fogging dapat dilakukan oleh warga
sendiri dengan menggunakan obat nyamuk insektisida semprot yang ada di pasaran, kegiatan
fogging dilaksanakan pada 2 minggu pertama sejak penderita terakhir, dan harus dilakukan
bersamaan dan diulang satu minggu berikutnya. Abate juga terdapat dipasaran.
9
14) Upaya pengobatan (manajemen kasus)
Penderita sebaiknya diisolasi dari gigitan nyamuk, sehingga dapat mencegah penularan ke
orang lain.
Setiap orang dapat mencegah gigitan nyamuk penular demam chikungunya dengan repelan,
kelambu, obat nyamuk bakar dan semprot atau rumah dengan kasa anti nyamuk. Tetapi yang
terbaik adalah membebaskan sarang nyamuk di setiap rumah dan juga rumah-rumah tetangganya,
asrama, sekolah, masjid, terminal dan tempat-tempat umum lainnya. Pembersihan sarang nyamuk
di rumah sendiri adalah sangat penting, tetapi adanya sarang nyamuk di rumah tetangga merupakan
ancaman penyebaran demam chikungunya, karena nyamuk dapat terbang sangat jauh.
Upaya penanggulangan KLB demam chikungunya adalah kerjasama serasi antara kegiatan
penyelidikan, pengobatan-pencegahan dan surveilans ketat. Surveilans ketat dilakukan terhadap
surveilans penderita demam chikungunya dan surveilans jentik secara berkala.
17) Laboratorium
Kirimkan serum penderita dan orang-orang sekitar yang dicurigai, ke alamat : Bagian
Virologi, Litbangkes Jln. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat. Pengiriman serum harus sesuai
prosedur, didalam wadah dengan suhu 2- 8°. Disertai data penderita yang meliputi nama penderita,
tanggal mulai sakit, tanggal pengambilan spesimen, umur, jenis kelamin, alamat dan gejala gejala
yang timbul. Nama dan alamat pengirim spesimen.
8. Konsultasi
Untuk mendapatkan informasi tentang tatalaksana pemberantasan demam chikungunya
dapat dihubungi :
10
1) Subdirektorat Arbovirosis, Direktorat P2B2, Ditjen PPM&PL, Departemen Kesehatan, telp.
021-4247608 pes 153, faks. 021-4247573, email psn-DBD@yahoo.com
2) Subdirektorat Surveilans Epidemiologi, Direktorat EPIM KESMA, Ditjen PPM&PL,
Departemen Kesehatan, telp. 021-4265974, faks. 021-4266919, email
skdklb@ppmplp.depkes.go.id cc. skd_klb@yahoo.com
3) Pusat Penelitian Pemberantasan Penyakit, Badan Litbangkes, Departemen Kesehatan.
9. Kepustakaan
Djauzi dan kawan-kawan. Laporan Hasil Penyelidikan Kejadian Luar Biasa Chikungunya Di
Kecamatan Poigar, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Tahun 2002-2003.
Subdit. Surveilans Epidemiologi, Direktorat Jenderal PPM & PL, Departemen Kesehatan, Jakarta
2003 (tidak publikasi)
P.G. Jupp and B.M. Melntosh, Chikungunya Virus Disease. The Arboviruses Epipdemilogy and
Ecology Chapter 20, 1985
Disusun oleh Rita Kusriastuti, Djauzi, Rizal Kosim, Sholah Imari dan Toni Wandra (Direktorat Jendral PPM&PL,
Departemen Kesehatan, Jakarta 6 Maret 2003
11
Lampiran
Gejala
Jenis Kelamin
Tgl Sakit
Alamat :
Umur
hematokrit
trombosit
perdarahan
Nama Orang
demam
dusun, Status
bercak
batuk
sendi
nyeri
Dani Tua
pilek
desa
Parung,
Dani Tono 2 th L 21-02 sakit ya ya ya td td td N N
Parung
Sawangan,
Rini Aris 10 th P 23-02 meninggal ya ya ya td ya ya - -
parung
( )
12
Lampiran
o Gambaran epidemiologi
- menurut umur adalah < 1 th : ... %, 1-4 th : ..... %, 5-14 th : ..... % dan >14 th : ..... %,
- menurut jenis kelamin adalah laki-laki : .... % dan perempuan : .... %
o Kesimpulan diagnosis adalah demam chikungunya dengan diagnosis banding ......., .......... (jika masih
belum dipastikan sebagai demam chikungunya)
6. Gambaran Epidemiologi
200
desa A
kasus
desa B
100 desa C
0
'05 '06 '07 '08 '09 '10 '11 '12 '13
minggu
13
6.2. Gambaran Epidemiologi Deskriptif
Serangan KLB demam chikungunya terjadi di Desa .........., Puskesmas ..............., Kecamatan ...................,
Kabupaten .................., Propinsi ......................... dengan jumlah penderita ............ orang (angka serangan =
............... per 100 penduduk) dan meninggal .............. penderita (case fatality rate ........... per 100 penderita). KLB
dimulai pada tanggal ..............., dan pada saat penyelidikan tanggal ............. KLB masih berlangsung.
Serangan KLB demam chikungunya terbesar menyerang pada usia _______, Jenis kelamin dengan serangan tinggi
adalah ____________. Desa dengan serangan terbesar adalah __________ dan ________.
6.3. Secara rinci serangan menurut umur, jenis kelamin dan dusun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel :
KLB Demam Chikungunya, Menurut Jenis Kelamin
Kec. ___, Kab ____, Bulan dan Tahun _____.
Jenis Populasi Angka Serangan per Case Fatality Rate
No. Kasus Meninggal
Kelamin *) 100 penduduk per 100 penderita
1. Laki-laki
2. Wanita
Total
*) Berdasarkan pada hasil kunjungan dari rumah ke rumah, atau penduduk dalam satu dusun, desa atau asrama yang mendapat serangan
demam chikungunya
Tabel :
KLB Demam Chikungunya, Menurut Umur
Kec. ___, Kab ____, Bulan dan Tahun _____.
Umur Populasi Angka Serangan per Case Fatality Rate
No. Kasus Meninggal
(tahun) *) 100 penduduk per 100 penderita
1. <1
2. 1-4
3. 5 -14
4. 14 - 44
5. > 44
Total
*) Berdasarkan pada hasil kunjungan dari rumah ke rumah, atau penduduk dalam satu dusun, desa atau asrama yang mendapat serangan
demam chikungunya
Tabel :
KLB Demam Chikungunya, Menurut Desa
Kec. ___, Kab ____, Bulan dan Tahun _____.
Umur Populasi Angka Serangan per Case Fatality Rate
No. Kasus Meninggal
(tahun) *) 100 penduduk per 100 penderita
1. Desa A
2. Desa B
3. Desa C
4. Desa D
5. Desa E
Total
*) Berdasarkan pada hasil kunjungan dari rumah ke rumah, atau penduduk dalam satu dusun, desa atau asrama yang mendapat serangan
demam chikungunya
14
KLB Demam Chikungunya Menurut Desa
Kec. ___, Kab ____, Bulan dan Tahun _____.
Telah dilakukan pemeriksaan jenitk pada tanggal ______ adalah Desa A >5 %, Desa B<5 %, Desa C<5% Desa
D<5 % dan Desa E >5 %.
Telah diambil 15 spesimen serologi (darah) penderita yang masih aktif, dan dikirim ke Badan Litbangkes
Departemen Kesehatan, hasil menyusul.
7. Pembahasan :
Dengan adanya fogging di desa A dengan angka serangan tertinggi, yang diikuti dengan gerakan sarang nyamuk,
maka kasus baru sudah mulai berkurang. Gerakan PSN di Desa-desa yang lain dapat mengurangi angka serangan
demam chikungunya.
8. Rekomendasi :
Gerakan pemberantsan sarang nyamuk (PSN) diteruskan sampai 2 minggu sesudah kasus terakhir.
15
Gejala
Jenis Kelamin
Tgl Berobat
Umur (th)
Alamat
hematokrit
trombosit
perdarahan
Orang
demam
dusun, Status
bercak
batuk
sendi
nyeri
Tua Diagnosis
pilek
desa
.................., ...........................
( )
16
LAMPIRAN
Dokumen Bulanan KLB Penyakit yang dikirikan setiap bulan kepada Dinas Kesehatan
Propinsi dan Direktur jenderal PPM & PL dalam Jejaring Surveilans Epidemiologi Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan.
Kabupaten :
Propinsi :
Bulan :
Tahun :
Tempat Kejadian Tanggal KLB Kasus Menurut Umur
Nama mening pop
No. Puskes Keca gal Ket
Penyakit Tempat Desa Mulai Akhir <5 5 - 14 15 + total rentan
mas matan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Disampaikan Kepada :
1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan faks : ____________ dan email : _________________
2. Direktur Jenderal PPM & PL, Depkes, faks : 021-4266919, email : skdklb@ppmplp.depkes.go.id, survepid@yahoo.com
17