You are on page 1of 17

Chikungunya

(Demam CHIK)
Menyerupai kelumpuhan, tidak mematikan dan sembuh sendiri

Gejala utamanya demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan,
jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan)
pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil,
kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah.
dan kadang-kadang disertai dengan gatal pada ruam. Belum pernah dilaporkan adanya kematian
karena penyakit ini. Demam chikungunya sering rancu dengan penyakit demam dengue, demam
berdarah dengue, dan campak, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang penting pada
demam chikungunya. Serangan demam chikungunya dalam bentuk KLB (kejadian luar biasa)
sudah sering terjadi, terutama karena penyebarannya oleh nyamuk. Untuk mencegah serangan
demam chikungunya, maka rumah, asrama, hotel, sekolah, pasar, terminal dan tempat-tempat
lainnya, harus terbabas dari adanya tempat perindukan nyamuk, termasuk 200 meter sekitarnya.

1. Pendahuluan
Wabah chikungunya pertama kali dilaporkan di Tanzania pada tahun 1952, kemudian di
Uganda tahun 1963, Sinegal tahun 1967, 1975 dan 1983, Angola tahun 1972, Afrika Selatan tahun
1976 dan di negara-negara Afrika Tengah, seperti Zaire dan Zambia pada tahun 1978-1979. Dari
Afrika penyakit ini menyebar ke negara-negara Amerika dan Asia sampai menimbulkan pandemi.
Wabah juga dilaporkan terjadi di India antara tahun tahun 1824 sampai 1965, dan juga di Sri
Lanka.

Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB) chikungunya dilaporkan pada tahun 1982 di
beberapa propinsi di Indonesia, Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh dan Bogor (2001),
Bekasi Purworejo, Boyolali, Klaten (2002) serta Klaten, Kudus, Tegal, Jepara, Bolaang
Mongondow, Bandung, Jember, Cirebon, Lombok Tengah, Yogyakarta dan Bantul pada tun 2003.
Jumlah kasus chikungunya tahun 2001 sampai bulan Februari 2003 mencapai 3918 kasus tanpa
kematian.

2. Gambaran Klinis dan Perjalanan Penyakit


Demam chikungunya atau nama lainnya demam chik adalah suatu penyakit menular dengan
gejala utama demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki
dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada
kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan

1
pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah. dan kadang-
kadang disertai dengan gatal pada ruam.
Terjadi penyembuhan sempurna dan diikuti dengan adanya imunitas didalam tubuh
penderita. Serangan kedua kalinya belum diketahui. Infeksi yang tidak menampakkan gejala yang
khas sering terjadi terutama pada anak-anak. Gejala nyeri sendi terutama banyak dialami oleh
wanita dewasa.

a. Demam

Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai mengigil dan muka kemerahan. Panas
tinggi bisa bertahan selama 2-4 hari kemudian suhu kembali normal. Pada beberapa penderita
mengeluh nyeri dibelakang bola mata dan bisa terlihat mata kemerahan (injection conjunctiva),
mata berair dan rasa terbakar pada mata.

b. Sakit persendian

Nyeri sendi biasanya terlokalisir di daerah sendi yang besar, tetapi bisa juga di beberapa
sendi kecil. Persendian yang nyeri tidak bengkak, tetapi teraba lebih lunak. Nyeri persendian ini
sering merupakan keluhan yang pertama muncul sebelum timbul demam dan dapat bermanifestasi
berat, sehingga kadang-kadang penderita memerlukan ‘kursi roda’ sebelum datang berobat ke
fasilitas kesehatan. Pada pemeriksaan sendi tidak terlihat tanda-tanda pengumpulan cairan sendi.
Sendi yang sering dikeluhkan adalah sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang
belakang Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan berusaha
mengurangi dan membatasi gerakan.

c. Nyeri otot

Nyeri otot bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang-
kadang terjadi pembengkakan pada pada otot sekitar mata kaki.

d. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit

Kemerahan di kulit bisa terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulo-papuler. Bercak
kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering muncul pada hari ke 4-5
demam. Lokasi kemerahan biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki. Kadang-kadang
ditemukan perdarahan pada gusi.

e. Sakit Kepala

Keluhan sakit kepala merupakan keluhan sering ditemui. Biasanya sakit kepala tidak terlalu
berat.

f. Kejang dan Penurunan Kesadaran

2
Kejang biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung
oleh penyakitnya. Kadang-kadang kejang disertai penurunan kesadaran. Pemeriksaan cairan spinal
(cerebro spinal) tidak ditemukan kelainan biokimia dan jumlah sel.

g. Manifestasi Perdarahan

Tidak ditemukan perdarahan pada pengamatan dini. Lapaoran dari India misalnya,
perdarahan gusi terjadi pada 5 anak diantara 70 anak yang diobservasi.

h. Gejala lain

Gejala lain yang kadang-kadang dapat dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di
bagian leher dan kolaps pembuluh darah kapiler.

i. Pemeriksaan Laboratorium

Untuk memastikan diagnosis perlu pemeriksaan laboratorium:


1) Serum manusia: Pemeriksaan serologis (IgM/IgG) dengan cara ELISA dan PCR
2) Vektor (nyamuk dewasa): isolasi virus (biakan) dan PCR

3. Etiologi
Agent (virus penyebab) adalah virus chikungunya, kelompok Alphavirus atau “group A”
antrophod borne viruses, famili Togaviridae. Virus ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di
Indonesia. Sedangkan demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh “group B” antropho borne
viruses.

4. Vektor
Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang juga merupakan nyamuk
penular penyakit demam berdarah dengue (DBD).

5. Reservoir
Berdasarkan literatur, primata (monyet, kera) dapat sebagai reservoir

6. Masa Inkubasi

Masa tunas (inkubasi) antara 1-12 hari, tetapi pada umumnya 2-4 hari

3
7. Cara Penularan
Penularan demam chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit (dalam keadaan
viremia) digigit oleh nyamuk penular, kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain.
Biasanya tidak terjadi penularan dari orang ke orang. Penyakit ini biasanya berlangsung selama
beberapa hari kemudian sembuh sendiri.
8. Program Pemberantasan
a. Manajemen kasus

Seperti halnya penyakit DBD obat terhadap virus penyebabnya belum ada termasuk
untuk demam chik ini. Obat yang diberikan hanya bersifat simptomatis, misalnya obat
penurun panas atau anti sakit (non-aspirin analgesik), minum yang banyak dan istirahat
yang cukup

Merujuk penderita ke Puskesmas atau Rumah Sakit apabila ditemukan adanya tanda-
tanda kedaruratan.

b. Manajemen Kesehatan Masyarakat

1) Perorangan

Jangan biarkan jentik-jentik nyamuk berkembang biak. Lakukan Pemberantasan


Sarang Nyamuk (PSN) dengan melakukan ‘3M’ (menguras, menutup dan mengubur)
pada tempat penampungan air (TPA), non-TPA dan habitat alamiah secara teratur
setiap minggu atau menaburkan larvasida serta memelihara ikan pemakan jentik.
Sedapat mungkin lindungi diri dari gigitan nyamuk terutama pada siang hari,
misalnya dengan menggunakan obat gosok (repellant), pemakaian kelambu dan
pemasangan kawat kasa di rumah.

2) Kelompok/Masyarakat

Secara bersama-sama (gotong royong) membersihkan lingkungan dari tempat-tempat


perkembangbiakan nyamuk penular

c. Surveilans dan Penelitian Epidemiologi

Demam chikungunya merupakan penyakit yang sudah berkembang cukup lama di


Indonesia. Kejadian luar biasa dengan penyebaran yang luas terjadi sekitar tahun 1980,
kemudian menghilang hingga muncul kembali pada tahun 1990, dan 3 tahun terakhir ini
muncul dalam bentuk letusan kejadian luar biasa di beberapa propinsi di Indonesia.
Program pemberantasan demam chikungunya belum menjadi prioritas upaya
pemberantasan penyakit menular di Indonesia, dan sejauh ini menjadi satu bagian dari
upaya pemberantasan demam berdarah dengue.

4
Untuk mendukung upaya pemberantasan demam chikungunya memerlukan pengembangan
surveilans dan upaya-upaya penelitian lebih lanjut. Pada saat ini, dokumen epidemiologi
dan pemeriksaan laboratorium KLB chikungunya menjadi sumber data yang sangat
penting. Oleh karena itu, adanya kasus atau KLB demam chikungunya atau dugaan kasus
chikungunya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dokumen epidemiologi
kejadian luar biasa demam chikungunya tersebut dikirim ke unit surveilans Dinas
Kesehatan Propinsi dan Subdirektorat Surveilans Epidemiologi, Ditjen PPM & PL sebagai
dokumen Propinsi dan Nasional.

Dokumen epidemiologi yang terekam di Ditjen PPM & PL, Depkes, diinformasikan
kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota sebagai kewaspadaan nasional
terhadap kemungkinan merebaknya KLB demam chikungunya. Dokumen KLB
chikungunya yang perlu didokumentasikan antara lain adalah Dokumen Penyelidikan KLB
Demam Chikungunya dan Dokumen Bulanan KLB Penyakit.

9. Penanggulangan KLB
a. Pelaporan KLB Demam Chikungunya

Pada umumnya sumber pelaporan penderita demam chikungunya berasal dari masyarakat,
fasilitas kesehatan (klinik, puskesmas dan rumah sakit) termasuk media masa, dengan
menyampaikan adanya sejumlah penderita demam, nyeri persendian (kadang-kadang menyerupai
kelumpuhan) dan bercak kemerahan pada kulit. Indikasi adanya demam chikungunya antara lain
adanya lebih dari satu penderita pada satu keluarga atau pada sekelompok orang secara bersamaan,
seperti di sekolah dan rumah tahanan. Disamping perlunya tindakan pengobatan segera, adanya
informasi masyarakat memerlukan penyelidikan oleh puskesmas untuk memeriksa kebenaran
informasi tersebut, konfirmasi diagnosis, dan memperkirakan luasnya penyebaran penyakit.
Laporan formal berupa laporan Wabah/KLB 24 jam (W1), laporan hasil penyelidikan KLB,
laporan penanggulangan KLB, laporan bulanan KLB dan distribusi informasi KLB demam
chikungunya.

1) Laporan Wabah/KLB 24 jam (W1)

Puskesmas atau rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta yang menemukan adanya
sejumlah penderita dengan dugaan chikungunya (tersangka chikungunya) memberikan laporan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan menyebutkan tempat kejadian (nama
fasilitas kesehatan atau daerah kejadian penyakit (puskesmas, desa, kecamatan, kabupaten/kota),
tanggal kejadian, jumlah penderita, jumlah meninggal, perkiraan diagnosis serta gejala-gejala yang
dapat diidentifikasi (formulir W1). Laporan ini sebagai kewaspadaan dini bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tentang adanya sejumlah penderita penyakit yang cenderung berkembang menjadi
KLB, sekaligus permintaan bantuan penyelidikan dan penanggulangannya.

5
Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secepatnya juga menginformasikan (jika ada
KLB chikungunya) kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan (Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan (PPM & PL) : faksimili
021-4266919, e-mail skdklb@ppmplp.depkes.go.id, atau skd_klb@yahoo.com

2) Laporan Penyelidikan KLB Demam Chikungunya

Adanya suatu peningkatan penyakit tertentu, baik yang sudah terdiagnosis maupun yang
hanya teridentifikasi menunjukkan gejala yang sama, memerlukan penyelidikan dengan tujuan
mendukung upaya penanggulangan yang cepat dan tepat, identifikasi kemungkinan adanya daerah
serangan baru atau juga sekaligus mengumpulkan data epidemiologi. Identifikasi kemungkinan
daerah serangan baru dimanfaatkan untuk upaya pencegahan dan kesiapsiagaan.

Penyelidikan pada KLB demam chikungunya yang dilakukan oleh Puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, diarahkan pada penegakan diagnosis, penegakan dugaan KLB,
perkembangan dan luasnya daerah penyebaran KLB, data epidemiologi umur dan jenis kelamin,
serta keberadaan nyamuk penular Aides agepti dan A. Albofiktus. Penyelidikan tersebut dapat
dilakukan secara berkala atau sesuai dengan perkembangan penyakit dan kebutuhan monitoring
upaya penanggulangan.

Dukungan penyelidikan KLB demam chikungunya oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan
Departemen Kesehatan (Ditjen PPM & PL, Badan Litbangkes, dan Namru-2) ditujukan terutama
untuk dukungan penegakan diagnosis berdasarkan pemeriksaan serologi dan identifikasi virus pada
nyamuk, perekaman data epidemiologi, serta rekomendasi strategi penanggulangannya. (terlampir,
Laporan Hasil Penyelidikan KLB Demam Chikungunya)

3) Laporan Penanggulangan KLB Demam Chikungunya

Setelah KLB demam chikungunya oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ditetapkan telah
berakhir, maka tim penanggulangan KLB perlu membuat laporan Penanggulangan KLB Demam
Chikungunya yang berisi rangkuman seluruh hasil penyelidikan, penegakan diagnosis, kurva
epidemi, jumlah kasus dan kematian, angka serangan total dan case fatality rate serta berdasarkan
umur, jenis kelamin, dusun/desa atau variabel lain, peta, dan rekomendasi untuk menghentikan
serangan kembali atau serangan ke daerah lain.

Dokumen hasil penanggulangan KLB merupakan dokumen epidemiologi yang sangat


penting dalam SKD-KLB demam chikungunya, oleh karena itu, dokumen seperti itu dikirim ke
Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan (Direktur Jenderal PPM & PL: faksimili
021-4266919, email skdklb@ppmplp.depkes.go.id, atau skd_klb@yahoo.com)

4) Dokumen Bulanan KLB

6
Dalam Sistem Surveilans Rutin Terpadu atau SST terdapat surveilans berbasis dokumen
Bulanan KLB penyakit, keracunan, bencana dan kondisi darurat. Oleh karena itu, data
epidemiologi KLB demam chikungunya wajib dimasukkan dalam dokumen surveilans tersebut.
Dokumen tersebut berisi diagnosis KLB (demam chikungunya), tempat kejadian (desa, puskesmas,
kecamatan dan kabupaten/kota), awal dan berakhirnya KLB, jumlah kasus menurut kelompok
umur (<5 th, 5-14 dan >14 th) serta data meninggal dan keterangan hasil pemeriksaan laboratorium.

5) Distribusi Informasi KLB Demam Chikungunya

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari laporan KLB 24 jam (W1), dokumen hasil
penyelidikan dan dokumen penanggulangan KLB serta dokumen bulanan KLB, maka Dinas
Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan (Ditjen PPM &PL) melakukan kajian
perkembangan penyakit demam chikungunya dan menginformasikannya kembali kepada unit
surveilans Propinsi dan program terkait dalam rangka SKD-KLB demam chikungunya Propinsi dan
Nasional. Distribusi informasi dapat dilakukan melalui surat, email dan buletin epidemiologi cetak
dan elektronik. Ditjen PPM&PL untuk sementara ini hanya akan mengirimkan lewat email dan
surat kepada unit surveilans Propinsi dan program terkait di Departemen Kesehatan.

6) Penyelidikan KLB Demam Chikungunya

Penyelidikan KLB demam chikungunya dilakukan oleh Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Propinsi dan Departemen Kesehatan.

7) Penyelidikan KLB Demam Chikungunya Oleh Puskesmas


Setelah mendapat laporan adanya peningkatan sejumlah penderita yang diduga sebagai
penderita demam chikungunya, maka Puskesmas melakukan langkah-langkah penyelidikan sebagai
berikut :
a) Mendiskusikan adanya penyakit demam chikungunya dengan petugas klinik
b) Mencatat semua data penderita demam atau penyakit dengan gejala demam selama 2 bulan
c) erakhir menurut tanggal berobat, sehingga dapat diketahui adanya peningkatan atau tidak
d) Mengidentifikasi lokasi kejadian dan menanyakan kepada semua orang yang datang dari
lokasi kejadian tersebut tentang adanya peningkatan sejumlah penderita dengan gejala
demam yang diikuti dengan tidak dapat berjalan.
e) Mendatangi lokasi kejadian dan menanyakan pada kepala dukuh/RT/RW, kepala
desa/lurah, dan anggota masyarakat tentang adanya peningkatan sejumlah penderita dengan
gejala demam yang diikuti dengan tidak dapat berjalan. Setiap penderita yang dilaporkan
oleh masyarakat dicatat nama, orang tuanya, alamat dusun/RT/RW dan desa/kelurahan,
umur, jenis kelamin, tanggal mulai sakit, keadaannya sekarang (sudah sembuh, masih sakit
atau meninggal), gejala demam, bercak kemerahan, nyeri sendi, adanya perdarahan
(mimisen, diare berdarah), pilek, batuk.
f) mendirikan pos pelayanan kesehatan di lokasi kejadian dan mencatat setiap penerita berobat
dalam daftar harian berobat yang terdiri dari nama penderita dan orang tuanya, alamat
dusun dan desa, umur, jenis kelamin, keadaan waktu berobat (sudah sembuh, masih sakit
atau meninggal), gejala demam, bercak kemerahan, nyeri sendi, adanya perdarahan
(mimisen, diare berdarah), pilek, batuk, jika perlu pemeriksaan trombosit dan hematokrit.

7
Demam chikungunya hampir sama dengan penyakit demam dengue, demam dengue
berdarah atau alergi, tetapi gejala nyeri sendi adalah memperkuat diagnosis demam
chikungunya.
g) Menulis laporan penyelidikan (terlampir contoh Laporan Penyelidikan KLB Demam
Chikungunya oleh Puskesmas)

8) Penyelidikan KLB Demam Chikungunya Oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Setelah mendapat laporan adanya peningkatan sejumlah penderita yang diduga sebagai
penderita demam chikungunya, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penyelidikan
untuk menegakkan diagnosis, konfirmasi adanya KLB, mendapatkan data epidemiologi diskriptif
penderita dan identifikasi keberadaan nyamuk A.aigepti dan A. Albofiktus, serta merumuskan
rekomendasi penanggulangan.

9) Penegakan Diagnosis

Demam chikungunya menunjukkan gejala yang hampir sama dengan penderita demam
dengue, demam berdarah dengue, campak atau alergi, serta penderita sakit rematik. Oleh karena
itu, penyelidikan dilakukan dengan cara :
1) Mendiskusikan dengan para dokter dan petugas kesehatan yang memeriksa penderita
2) Memeriksa beberapa penderita yang dicurigai, yaitu penderita demam dengan nyeri sendi
3) Memeriksa beberapa penderita yang dirawat atau dikunjungi ke rumahnya (setidak-tidaknya
25 penderita dengan gejala demam, termasuk penderita bukan demam chikungunya) untuk
mendapatkan gambaran gejala dan tanda-tanda penyakit yang menyerang daerah tersebut,
kemudian menyusun tabel distribusi gejala
4) Membuat kurva epidemi semua penderita yang berobat di Puskesmas, Rumah Sakit dan
pos-pos kesehatan.
5) Mengambil spesimen serologi terhadap 15 penderita yang masih sakit.
6) Menarik kesimpulan diagnosis sesuai dengan data yang telah diperoleh. Kesimpulan
diagnosis dapat satu diagnosis atau masih dengan beberapa deferensial diagnosis.

10) Penetapan adanya KLB

Adanya satu penderita yang dicurigai sebagai demam chikungunya ditetapkan sebagai KLB
demam chikungunya, dan harus segera dilakukan tindakan pencegahan agar penyakit tidak
menyerang orang lain.

11) Mendapatkan Data Epidemiologi Deskriptif

Secara deskriptif gambaran epidemiologi dapat disajikan dalam bentuk kurva epidemi,
serangan menurut umur, jenis kelamin dan daerah. Sumber datanya dapat berdasarkan kunjungan
dari rumah ke rumah, atau berdasarkan data berobat Puskesmas, Rumah Sakit dan pos-pos
kesehatan. Sumber data harus disebutkan dalam laporan.

8
Kurva epidemi yang baik berdasarkan tanggal mulai sakit, tetapi mendapatkan data mulai
sakit sering mengalami kesulitan, oleh karena itu, kurva epidemi dapat berdasarkan tanggal
berobat, apabila sumber datanya adalah data berobat Puskesmas, Rumah Sakit dan pos-pos
kesehatan. Frekuensi analisisnya dapat harian atau mingguan tergantung keperluan analisis.

Distribusi penderita menurut umur, jenis kelamin dan daerah asal penderita dapat disajikan
dalam tabel epidemiologi yang berisi jumlah penderita, jumlah meninggal, jumlah populasi rentan,
angka serangan (attack rate) per 100 populasi, case fatality rate per 100 penderita. Tergantung
sumberdatanya, data populasi rentan dapat berasal dari hasil kunjungan dari rumah ke rumah atau
penduduk yang ada dalam daerah berdarkan data statistik setempat.

12) Identifikasi keberadaan nyamuk A. aegypti

Desa, dusun atau asrama serta tempat-tempat lain yang terdapat penderita demam
chikungunya, atau dicurigai akan terserang demam chikungunya perlu diidentifikasi adanya
nyamuk A.aegipti atau A.albofiktus. Identifikasi digunakan untuk fooging, abatisasi atau gerakan
pembersihan sarang nyamuk.

Sekitar 100 rumah yang dimulai dari rumah penderita dilakukan pemeriksaan adanya
tandon air bersih yang berisi jentik Ae.aigepti, apabila sulit membedakan jenis jentik nyamuk
maka pemeriksaan dilakukan terhadap semua jenis nyamuk apapun. Apabila telah ditemukan 5
rumah positip terdapat jentik, maka identifikasi dihentikan dan daerah tersebut dinyatakan indeks
rumah (HI) 5 % atau lebih. Jika belum menemukan 5 rumah positip terdapat jentik, maka
identifikais diteruskan sampai 100 rumah. Apabila belum ditemukan 5 rumah positip terdapat
jentik, maka daerah tersebut dinyatakan indeks rumah (HI) kurang dari 5 %.

13) Rekomendasi

Desa dengan indeks rumah 5 % atau lebih dengan penderita demam chikungunya terdapat
didaerah tersebut, maka fogging dilakukan terhadap rumah dan halaman dekat rumah sejauh 100
meter dari penderita, disertai abatisasi dan gerakan pembersihan sarang nyamuk dengan ketat di
seluruh Desa. Desa dengan indeks rumah 5 % atau lebih tetapi tidak terdapat penderita demam
chikungunya, maka fogging tidak dilakukan, tetapi abatisasi dan gerakan pembersihan sarang
nyamuk dilaksanakan dengan ketat. Desa dengan indeks rumah kurang dari 5 %, ada atau tidak ada
penderita demam chikungunya, tetapi mempunyai ancaman serangan demam chikungunya, maka
fogging tidak dilakukan, tetapi tetap mempertahankan gerakan pembersihan sarang nyamuk yang
dilaksanakan dengan ketat.
Disamping upaya dari pemerintah daerah setempat, fogging dapat dilakukan oleh warga
sendiri dengan menggunakan obat nyamuk insektisida semprot yang ada di pasaran, kegiatan
fogging dilaksanakan pada 2 minggu pertama sejak penderita terakhir, dan harus dilakukan
bersamaan dan diulang satu minggu berikutnya. Abate juga terdapat dipasaran.

9
14) Upaya pengobatan (manajemen kasus)

Pengobatan demam chikungunya adalah pengobatan simptomatis dengan penurun panas


dan penghilang rasa nyeri, disertai istirahat. Tetapi apabila kecurigaan penyakit adalah termasuk
campak atau demam berdarah dengue, maka perlu kesiapsiagaan tatalaksana yang berbeda,
penderita perlu segera dirujuk apabila terdapat tanda-tanda bahaya.
15) Upaya pencegahan (manajemen kesehatan masyarakat)

Penderita sebaiknya diisolasi dari gigitan nyamuk, sehingga dapat mencegah penularan ke
orang lain.

Setiap orang dapat mencegah gigitan nyamuk penular demam chikungunya dengan repelan,
kelambu, obat nyamuk bakar dan semprot atau rumah dengan kasa anti nyamuk. Tetapi yang
terbaik adalah membebaskan sarang nyamuk di setiap rumah dan juga rumah-rumah tetangganya,
asrama, sekolah, masjid, terminal dan tempat-tempat umum lainnya. Pembersihan sarang nyamuk
di rumah sendiri adalah sangat penting, tetapi adanya sarang nyamuk di rumah tetangga merupakan
ancaman penyebaran demam chikungunya, karena nyamuk dapat terbang sangat jauh.

16) Surveilans ketat

Upaya penanggulangan KLB demam chikungunya adalah kerjasama serasi antara kegiatan
penyelidikan, pengobatan-pencegahan dan surveilans ketat. Surveilans ketat dilakukan terhadap
surveilans penderita demam chikungunya dan surveilans jentik secara berkala.

Surveilans ketat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap kecenderungan penyakit


dengan memperhatikan kurva epidemi di setiap desa terserang, dan juga penyebarannya ke daerah-
daerah baru serta ancaman ke daerah-daerah lain.
Adanya gerakan pembersihan sarang nyamuk di suatu desa akan berdapat pada kecenderungan
penurunan kurva epidemi, atau angka serangan yang rendah.

17) Laboratorium

Kirimkan serum penderita dan orang-orang sekitar yang dicurigai, ke alamat : Bagian
Virologi, Litbangkes Jln. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat. Pengiriman serum harus sesuai
prosedur, didalam wadah dengan suhu 2- 8°. Disertai data penderita yang meliputi nama penderita,
tanggal mulai sakit, tanggal pengambilan spesimen, umur, jenis kelamin, alamat dan gejala gejala
yang timbul. Nama dan alamat pengirim spesimen.

8. Konsultasi
Untuk mendapatkan informasi tentang tatalaksana pemberantasan demam chikungunya
dapat dihubungi :

10
1) Subdirektorat Arbovirosis, Direktorat P2B2, Ditjen PPM&PL, Departemen Kesehatan, telp.
021-4247608 pes 153, faks. 021-4247573, email psn-DBD@yahoo.com
2) Subdirektorat Surveilans Epidemiologi, Direktorat EPIM KESMA, Ditjen PPM&PL,
Departemen Kesehatan, telp. 021-4265974, faks. 021-4266919, email
skdklb@ppmplp.depkes.go.id cc. skd_klb@yahoo.com
3) Pusat Penelitian Pemberantasan Penyakit, Badan Litbangkes, Departemen Kesehatan.

9. Kepustakaan
Djauzi dan kawan-kawan. Laporan Hasil Penyelidikan Kejadian Luar Biasa Chikungunya Di
Kecamatan Poigar, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Tahun 2002-2003.
Subdit. Surveilans Epidemiologi, Direktorat Jenderal PPM & PL, Departemen Kesehatan, Jakarta
2003 (tidak publikasi)

P.G. Jupp and B.M. Melntosh, Chikungunya Virus Disease. The Arboviruses Epipdemilogy and
Ecology Chapter 20, 1985

Rita Kusriastuti. Chikungunya. Subdirektorat Arbovirusis, Direktorat Jenderal Pemberantasan


penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan dalam
www.penyakitmenular.info 3 Maret 2003.

Suharyono Wuryadi. Outbreak of Chikungunya in Indonesia, 1982-1985. First International


Conference on The Impact of Viral Disease on The Development of Asian Countries, Bangkok,
Thailand, December 7-15, 1986.

Suwardji Haksohusodo. Chikungunya Viral Disease Outbreak in Yogyakarta, Indonesia, 1983.


Presentation at The Tropical Diasese Reasearch Report Symposium, National Institute of Health
Research and Development, Ministry of Health of Republic Indonesia and NAMRU-2. Jakarta,
July 13-14 th 1990.

Disusun oleh Rita Kusriastuti, Djauzi, Rizal Kosim, Sholah Imari dan Toni Wandra (Direktorat Jendral PPM&PL,
Departemen Kesehatan, Jakarta 6 Maret 2003

11
Lampiran

Laporan KLB Demam Chikungunya oleh Puskesmas


1. Penyelidikan dilakukan oleh : ____________, ____________, ____________ (nama dan jabatan)
2. Waktu penyelidikan : _____________
3. KLB terjadi di : Desa ........., Puskesmas ............., Kecamatan ................., Kabupaten/Kota .....................,
4. Jumlah penderita chikungunya dengan riwayat sakit adanya gejala demam, bercak kemerahan dan nyeri sendi
adalah ........orang, meninggal ........orang antara tanggal ............... (kasus pertama), sampai saat penyelidikan
KLB masih berlangung, yaitu tanggal ..............
5. Dusun yang terserang adalah : ............ ,...................., ................. . Jumlah penduduk Dusun-dusun tersebut
adalah : Dusun ..... : ......., dusun ...... : ........, dusun ......... : ........., dan dusun ........: ........
6. Keberadaan nyamuk A.aigipti dan A. Albofiktus adalah positip banyak, sedikit atau tidak ada.
7. Daftar identitas penderita yang diwawancarai atau berobat adalah sebagai berikut :

Gejala

Jenis Kelamin

Tgl Sakit
Alamat :

Umur

hematokrit
trombosit
perdarahan
Nama Orang

demam
dusun, Status

bercak

batuk
sendi
nyeri
Dani Tua

pilek
desa

Parung,
Dani Tono 2 th L 21-02 sakit ya ya ya td td td N N
Parung
Sawangan,
Rini Aris 10 th P 23-02 meninggal ya ya ya td ya ya - -
parung

Bogor, 28 Februari 2003


Kepala Puskesmas _________________

( )

12
Lampiran

Laporan Penyelidikan KLB Demam Chikungunya


Oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(penyeldikan awal maupun dokumen epidemiologi setelah KLB selesai)

1. Penyelidikan dilakukan oleh : _________, ____________, ___________ (nama dan jabatan)


2. Tanggal penyelidikan : ______________
3. Keadaan Umum Lokasi KLB
4. Data geografi, demografi dan transportasi serta musim
5. Penegakan diagnosis :
o Kesimpulan diagnosis dokter atau petugas lain terhadap pemeriksaan beberapa penderita
o Distribusi gejala penderita yang dilakukan terhadap beberapa penderita yang menunjukkan gejala demam
:

Tabel Distribusi Gejala 25 Penderita Demam Yang Berobat di Pos Kesehatan


No. Gejala Jumlah Penderita %
1. Demam 25 100
2. Bercak kemerahan
3. Nyeri sendi
4. Batuk
5. Pilek
6. Mata merah
7. Perdarahan
8. Shock
9. Meninggal

o Gambaran epidemiologi
- menurut umur adalah < 1 th : ... %, 1-4 th : ..... %, 5-14 th : ..... % dan >14 th : ..... %,
- menurut jenis kelamin adalah laki-laki : .... % dan perempuan : .... %
o Kesimpulan diagnosis adalah demam chikungunya dengan diagnosis banding ......., .......... (jika masih
belum dipastikan sebagai demam chikungunya)

6. Gambaran Epidemiologi

6.1. Kurva Epidemi Demam Chikungunya

Kurva Epidemi Demam Chikungunya,


Kecamatan ___, Kab ___, Tahun ___
300

200
desa A
kasus

desa B
100 desa C

0
'05 '06 '07 '08 '09 '10 '11 '12 '13
minggu

13
6.2. Gambaran Epidemiologi Deskriptif

Serangan KLB demam chikungunya terjadi di Desa .........., Puskesmas ..............., Kecamatan ...................,
Kabupaten .................., Propinsi ......................... dengan jumlah penderita ............ orang (angka serangan =
............... per 100 penduduk) dan meninggal .............. penderita (case fatality rate ........... per 100 penderita). KLB
dimulai pada tanggal ..............., dan pada saat penyelidikan tanggal ............. KLB masih berlangsung.

Serangan KLB demam chikungunya terbesar menyerang pada usia _______, Jenis kelamin dengan serangan tinggi
adalah ____________. Desa dengan serangan terbesar adalah __________ dan ________.

6.3. Secara rinci serangan menurut umur, jenis kelamin dan dusun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel :
KLB Demam Chikungunya, Menurut Jenis Kelamin
Kec. ___, Kab ____, Bulan dan Tahun _____.
Jenis Populasi Angka Serangan per Case Fatality Rate
No. Kasus Meninggal
Kelamin *) 100 penduduk per 100 penderita
1. Laki-laki
2. Wanita
Total
*) Berdasarkan pada hasil kunjungan dari rumah ke rumah, atau penduduk dalam satu dusun, desa atau asrama yang mendapat serangan
demam chikungunya

Tabel :
KLB Demam Chikungunya, Menurut Umur
Kec. ___, Kab ____, Bulan dan Tahun _____.
Umur Populasi Angka Serangan per Case Fatality Rate
No. Kasus Meninggal
(tahun) *) 100 penduduk per 100 penderita
1. <1
2. 1-4
3. 5 -14
4. 14 - 44
5. > 44
Total
*) Berdasarkan pada hasil kunjungan dari rumah ke rumah, atau penduduk dalam satu dusun, desa atau asrama yang mendapat serangan
demam chikungunya

Tabel :
KLB Demam Chikungunya, Menurut Desa
Kec. ___, Kab ____, Bulan dan Tahun _____.
Umur Populasi Angka Serangan per Case Fatality Rate
No. Kasus Meninggal
(tahun) *) 100 penduduk per 100 penderita
1. Desa A
2. Desa B
3. Desa C
4. Desa D
5. Desa E
Total
*) Berdasarkan pada hasil kunjungan dari rumah ke rumah, atau penduduk dalam satu dusun, desa atau asrama yang mendapat serangan
demam chikungunya

14
KLB Demam Chikungunya Menurut Desa
Kec. ___, Kab ____, Bulan dan Tahun _____.

a. Hasil Pemeriksaan Jentik (Indeks Rumah)

Telah dilakukan pemeriksaan jenitk pada tanggal ______ adalah Desa A >5 %, Desa B<5 %, Desa C<5% Desa
D<5 % dan Desa E >5 %.

b. Hasil Pemeriksaan Serologi :

Telah diambil 15 spesimen serologi (darah) penderita yang masih aktif, dan dikirim ke Badan Litbangkes
Departemen Kesehatan, hasil menyusul.

6.6. Upaya Penanggulangan yang telah dilakukan :


o Mendirikan pos kesehatan di setiap Desa dan pengobatan simtomatis pada setiap penderita demam
chikungunya. Daftar penderita, gejala, diagnosis dan pengobatannya per pos kesehatan terlampir.
o Pada tanggal ______ di Desa A telah dilakukan fogging terhadao semua rumah penduduk baik yang ada
penderita maupun tidak ada penderita, yang dilanjutkan dengan gerakan masyarakat dalam pembersihan sarang
nyamuk. Desa B, C, D dan E dilakukan gerakan masyarakat pembersiahan sarang nyamuk. Gerakan
pembersihan sarang nyamuk masih terus dikampanyekan sampai 2 minggu sesudah kasus terakhir.

7. Pembahasan :

Dengan adanya fogging di desa A dengan angka serangan tertinggi, yang diikuti dengan gerakan sarang nyamuk,
maka kasus baru sudah mulai berkurang. Gerakan PSN di Desa-desa yang lain dapat mengurangi angka serangan
demam chikungunya.

8. Rekomendasi :

Gerakan pemberantsan sarang nyamuk (PSN) diteruskan sampai 2 minggu sesudah kasus terakhir.

9. Daftar penderita berobat adalah sebagai berikut :

15
Gejala

Jenis Kelamin

Tgl Berobat
Umur (th)
Alamat

hematokrit
trombosit
perdarahan
Orang

demam
dusun, Status

bercak

batuk
sendi
nyeri
Tua Diagnosis

pilek
desa

Parung, 21- DC (demam


Tono 2 L sakit ya ya ya td td td N N
Parung 02 chik)
Sawangan, 23- meningga
Aris 10 P ya ya ya td ya ya - - DC
parung 02 l

.................., ...........................

Ketua Tim Penyelidikan KLB


Dinas Kesehatan Kabupaten _________

( )

16
LAMPIRAN

Dokumen Bulanan KLB Penyakit yang dikirikan setiap bulan kepada Dinas Kesehatan
Propinsi dan Direktur jenderal PPM & PL dalam Jejaring Surveilans Epidemiologi Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan.

Dokumen Bulanan KLB Penyakit, Keracunan, Bencana dan Kondisi Darurat

Kabupaten :
Propinsi :
Bulan :
Tahun :
Tempat Kejadian Tanggal KLB Kasus Menurut Umur
Nama mening pop
No. Puskes Keca gal Ket
Penyakit Tempat Desa Mulai Akhir <5 5 - 14 15 + total rentan
mas matan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Disampaikan Kepada :
1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan faks : ____________ dan email : _________________
2. Direktur Jenderal PPM & PL, Depkes, faks : 021-4266919, email : skdklb@ppmplp.depkes.go.id, survepid@yahoo.com

17

You might also like