You are on page 1of 9

1

GLAUCOMA

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Glaucoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala
patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO) dengan segala
akibatnya. Saat peningkatan TIO lebih besar dari pada toleransi jaringan, kerusakan terjadi
pada sel, ganglion retina, merusak diskus optikus, menyebabkan atrofi syaraf optic dan
hilangnya pandangan perifer.

2. Etiologi
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau dicelah pupil
(glaucoma hambatan pupil)

3. Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran keluar aqueos humor dari
mata.TIO normal adalah 10 – 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat keseimbangan
antara produksi dan aliran aqueos humor. Aqueos humor diproduksi didalam badan silier
dan mengalir keluar melalui kanal eschlemn kedalam system vena.
Ketidak seimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebihan badan silier atau oleh
peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar aqueos melalui kamera oculi
anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler >23 mmHg memerlukan evaluasi yang
seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optic dan retina. Iskemia
menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan
biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan
kerusakan saraf optic dan retina adalah irevesibel dan hal ini bersifat permanen. Tanpa
penanganan, glaucoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai
dengan adanya titik buta pada lapang pandang.

4. Klasifikasi
Glaukoma diklasifikasikan dalam dua kelompok: sudut terbuka dan penutupan sudut
(dahulu disebut sudut tertutup). Pada glaucoma sudut terbuka, humor aques mempunyai
akses bebas ke jarring – jarring trabekula, dan ukuran sudut normal. Pada glaucoma
2

penutupan sudut, iri s menutup jaring – jaring trabekula dan membatasi aliran humor
aqueos keluar kamera anterior.
Kategori ini dibagi lebih lanjut menjadi glaucoma primer (penyebab tak diketahui biasanya
bilateral dan mungkin di turunkan)dan glaucoma sekunder ( penyebabnya diketahui).
Klasifikasi glaucoma meliputi :
I. Glaukoma sudut terbuka
a. Primer
b. Tegangan Normal
c. Sekunder
II. Glaukoma Penutupan sudut
a. Primer
Dengan sumbatan pupil:
Akut, Subakut, kronik
Tanpa sumbatan pupil
b. Sekunder
III. Glaukoma dengan mekanisme kombinasi
IV. Glaukoma pertumbuhan / congenital

5. Manifestasi Klinis
A. Glaukoma akut primer

a. Awitan gejala akut / mendadak


b. Nyeri kepala/dahi
c. Mual, muntah dan ketidaknyamanan abdomen
d. Melihat lingkaran berwarna disekitar sinar dan pandangan kabur mendadak dengan
penurunan persepsi cahaya.
B. Glaukoma kronik primer
a. Bilateral
b. Herediter
c. TIO tinggi
d. Sudut COA terbuka
e. Bola mata yang tenang
f. Lapang pandang mengecil dengan macam-macam skotoma yang khas
g. perjalanan penyakit progresif lambat.
C. Glaukoma Sekunder
3

Peningkatan nyeri dan symptom spesifik tergantung pada penyebab penyakit okuler
D. Gaukoma cogenital

Fotofobia, blefarospasme, epifora, mata besar, kornea keruh.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui adanya
cupping dan atrofi diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam.Pada glaukoma akut
priner. Kamera anterior dangkal,aqueos humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar
dari iris.
Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang cepat menurun secara
signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanta inflasi mata, skelra kemerahan
kornea keruh dilatsi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan
palpasi untuk memeriksa mt yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras
dibndingkan mata yang lain.
Uji dioagnostik menggunakan tonometri, pada kedaan kronik atau open angle didapati nilai
22-23 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure > 30 mmHg. Uji dengan
menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaucoma kronik. Pada glaucoma
akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, Sedang pada waktu TIO norml
sudutnya sempit.

7. Penatalaksanaan
a. Medis (Obat – obatan)
Terapi obat merupakan penanganan awal dan utama untuk penanganan glaukoma
sudut terbuka primer. Meskipun program ini dapat diganti namun diteruskan seumur
hidup. Bila terapi ini gagal menurunkan TIO dengan adekuat, pilihan berikutnya pada
kebanyakan pasien adalah trabekuloplastis laser dengan pemberian obat tetap
dilanjutkan.
Beberapa pasien memerlukan trabekulotomi. Namun pembedahan laser atau insisional
biasanya merupakn anjuran bagi terapi obat dan bukannya menggantikannya.
4

Glaukoma penutupan sudut akut dengan sumbatan pupil biasanya jarang merupakan
kegawatan bedah. Obat digunakan untuk mengurangi TIO sebanyak mungkin sebelum
iridektomi laser atau insisional, dapat dilakukan dua jenis pembedahan yaitu:
1. Bedah laser untuk glaukoma
Pembedahan laser untuk memperbaiki aliran humor aqueos dan menurunkan TIO
dapat diindikasikan sebagai penanganan primer untuk glaukoma
2. Bedah Konvensinal
Prosedur bedah konvesional dilakukan bila tehnik laser tidak berhasil, atau
peralatan laser tidak tersedia atau pasien tidak cocok untuk dilakukan bedah laser
(misalnya pasien yang tidak dapat duduk diam atau mengikuti perintah).

b. Non Medis
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang
pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk, meskipun hasil pengukuran tekanan
bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolah raga dan minum
harus sedikit-sedikit.
c. Komplikasi
a. Peningkatan TIO
b. Hipotoni (Penurunan TIO)
c. Infeksi
d. Jaringan parut
5

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Anamnesis mencakup data demografi yang meliputi:
- Umur
- Ras
- Pekerjaan

Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau yang ada saat ini, riwayat
penggunaan antihistamin ( menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat menyebabkan
angle-closure glaucoma), riwayat keluarga dengan glaucoma, riwayat trauma (terutama yang
mengenai mata), riwayat penyakit lain yang sedang diderita (DM,arteriosklerosis,myopia tinggi).
Rwayat Psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan bicara cepat, mudah
berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitive serta berduka karena kehilangan penglihatan.

Anamnesis secara umum meliputi :

a. Aktifitas/latihan
Gejala : perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
b. Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah (glaucoma akut)
c. Neurosensori
Gejala : Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaucoma akut).
d. Nyeri kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaucoma kronis) Nyeri tiba -
tiba/berat .
menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaucomaakut).
e. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga glaucoma,diabetes,gangguan sistem vaskuler riwayat,
stress, alergi, gangguan vasomotor, (contoh peningktan tekanan Vena),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaucoma)
6

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
b. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan pandangan perifer
c. Perubahan sensori-perseptual: Penglihatan berhubungan dengan kerusakan saraf akibat
peningkatan tekanan intraokuler
d. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual, muntah
sekunder akibat peningkatan tekanan intraokuler
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajang informasi

3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
Tujuan: Klien akan melaporkan nyeri berkurang/terkontrol/hilang.

Kriteria hasil : Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan.

Mendemostrasikan penggunanaan keterampilan relaksasi dan

aktivitas hiburan.

Intervensi :

- Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi fowler dan cegah tindakan yang dapat
meningkatkan TIO (batuk,bersin,mengejan).
- Berikan lingkungan gelap dan tenang
- Obesrvasi tekanan darah, nadi dan pernapasan tiap 24 jam jika klien tidak menerima
agens osmotic secara intravena dan tiap 2 jam jika klien menerima agens osmotic
intravena.
- Observasi derajat nyeri mata tiap 30 menit selama fase akut
- Observasi asupan-haluaran tiap 8 jam saat klien mendapatkan agens osmotic intravena.
- Observasi ketajaman penglihatan setiap waktu sebelum penetesan obat mata yang
diresepkan.
- Berikan obat mata yang diresepkan untuk glaucoma dan beritahu dokter jika terjadi
hipotensi, haluaran urine < 24 ml/jam, nyeri pada mata tidak hilang dalam waktu 30
menit setelah terapi obat, tajam penglihatan turun terus menerus.
- Berikan analgetik sesuai sesuai resep dokter
7

b. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan pandangan perifer. Perubahan


sensori-perseptual:penglihatan berhubungan dengan kerusakan saraf akibat peningkatan
tekanan intraokuler.
Tujuan : Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera
Kriteria hasil : Menunjukan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan
faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan.
Intervensi :
- Batasi aktifitas
- Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi
- Observasi pembengkakan luka

c. Perubahan sensori-perseptual:penglihatan berhubungan dengan kerusakan saraf akibat


peningkatan tekanan intraokuler.
Tujuan : Klien akan mengidentifikasikan tipe perubahan visual yang
dapat terjadisaat TIO meningkat diatas level aman.
Mencari bantuan saat terjadi perubahan visual
Mendapatkan kembali dan mempertahankan visus normal
dengan pengobatan.
Kriteria hasil : Mempertahankan lapang ketajaman penglihatantanpa
kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
- Pastikan tipe / derajat kehilangan penglihatan
- Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan
penglihatan
- Tunjukkan pemberian tetes mata, jadwal pemberian.
- Bantu pasien dalam menangani keterbatasan penglihatan
- Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

d. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual, muntah


sekunder akibat peningkatan tekanan intraokuler.
Tujuan : Klien akan melaporkan mual dan muntah hilang.
Kriteria hasil : Menunjukan kemajuan mencapai berat badan atau peningkatan
berat badan individu yang tepat.
Intervensi :
- Perkirakan / hitung pemasukan kalori
- Konsul tentang kesukaan / ketidak sukaan pasien yang menyebabkan distress dan
jadwal makan yang disukai.
- Berikan suasana menyenangkan pada saat makan
8

- Berikan kebersihan oral sebelum makan


- Kolaburasi/konsul dengan ahli gizi tentang pemberian nutrisi sesuai indikasi.

e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan : Klien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun dan
dapat diatasi.
Kriteria hasil : Klien menunjukan ketrampilan pemecahan masalah.
Intervensi :
- Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri, atau timbulnya gejala tiba – tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini.
- Berikan informasi yang akurat dan jujur.
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
- Identifikasi sumber atau orang yang menolong.

f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan


kurang terpajang informasi.
Tujuan : Klien akan menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan
pengobatan.
Kriteria hasil : Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala dengan proses
penyakit.
Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan
tindakan.
Intervensi :
- Ajarkan tehnik yang benar untuk pemberian tetes mata
- Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata.
- Identifikasi efek samping atau reaksi dari pengobatan.
- Dorong pasien menghindari aktivitas seperti mengangkat berat.
- Tekankan pentingnya pemeriksaan rutin
- Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaucoma.
9

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E,dkk.1999. Rencana Asuhan keperawatan edisi


3.Jakarta : EGC

Vaughan, Daniel G.2000 ofltamologi Umum. jakarta: Widya Medika

Smeltzer, Suzanne C,dkk.2001. Buku ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner &Suddarth edisi 8 vol .2.Jakarta: EGC

Istiqomah, indriana N.2004. Asuhan Keperawatan klien


Ganggaun Mata. Jakarta: EGC

You might also like