Professional Documents
Culture Documents
HUKUM KETENAGAKERJAAN
DISUSUN OLEH :
Suherman : NPM:13030032
TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIKINDUSTRI
UNIVERSITAS SURYADARMA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat
kesempatan ini kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita menuju alam yang penuh dengan teknologi canggih.
Maksud penulis menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas
yang membahas tentang salah satu permasalahan dalam dunia kerja yaitu
Sebagai insan biasa kami sadar akan ketidak sempurnaan makalah ini,
kekhilafan dalam penulisan atau penyusunan kata demi kata, dari itu kami mohon
maaf yang sedalam-dalamnya serta kritik dan saran yang bersifat membangun
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mewujudkan masyarakat adil dan makmur adalah salah satu tujuan Indonesia
keadilan dan kesejahteraan itu adalah hukum. Melalui hukum, negara berupaya
badan hukum. Pengaturan ini dimaksudkan supaya jangan ada penzaliman dari
yang lebih kuat kepada yang lemah, sehingga tercipta keadilan dan ketentraman di
tengah-tengah masyarakat.
Salah satu peraturan yang dibuat oleh pemerintah adalah peraturan yang
sekali orang yang bekerja pada orang lain ataupun bekerja pada perusahaan. Oleh
sebab itu hubungan kerja antara seorang pekerja dengan majikannya atau antara
pekerja dengan badan usaha perlu diatur sedemikian rupa supaya tidak terjadi
Ketenagakerjaan
C. Tujuan
PEMBAHASAN
tahun 2003. Di dalam BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1 UU No. 13 tahun 2003
yaitu “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
Dalam Pasal 1 angka 5, pengusaha juga memiliki beberapa arti yaitu sebagai
hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya” atau
Dalam Pasal 1 angka 6, perusahaan adalah “setiap bentuk usaha yang berbadan
hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan
pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain” atau
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain.”
Dalam Pasal 1 angka 14, perjanjian kerja adalah “perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan
Dalam Pasal 1 angka 15, hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha
Dalam Pasal 1 angka 30, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau
akan dilakukan.
Dalam Pasal 1 angka 31, kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan
kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat
mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.
antara lain :
beserta keluarganya.
2. Pasal 126 ayat (1): Pengusaha, serikat pekerja dan pekerja Wajib melaksanakan
3. Pasal 126 ayat ( 2 ) : Pengusaha dan serikat pekerja Wajib memberitahukan isi
5. Pasal 140 ayat ( 1 ) : Sekurang kurangnya dalam waktu 7 (Tujuh) hari kerja
Hak-hak sebagai pekerja tertuang dalam UU No. 13 Tahun 2003 antara lain :
4. Pasal 12 ayat (3) : Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk
ditempat kerja
lembaga sertifikasi
7. Pasal 31 : Setiap tenaga kerja mempunyai Hak dan kesempatan yang sama
10. Pasal 79 ayat (1) : Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada
pekerja
12. Pasal 82 : Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu
setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (Satu setengah)
13. Pasal 84 : Setiap pekerja yang menggunakan hak waktu istirahat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c dan d, Pasal 80 dan Pasal 82
14. Pasal 85 ayat (1) : Pekerja tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi
15. Pasal 86 ayat (1) : Setiap pekerja mempunyai Hak untuk memperoleh
perlindungan atas : Keselamatan dan kesehatan kerja, Moral dan kesusilaan dan
Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama
18. Pasal 99 ayat (1) : Setiap pekerja dan keluarganya berHak untuk memperoleh
19. Pasal 104 ayat (1) : Setiap pekerja berHak membentuk dan menjadi anggota
serikat pekerja
20. Pasal 137 : Mogok kerja sebagai Hak dasar pekerja dan serikat pekerja
dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan
21. Pasal 156 ayat ( 1 ) : Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha
diwajibkan membayar uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja serta
perlindungan sesuai dengan garis dan derajat kecacatan nya.(Pasal 67 ayat 1UU
No 13 tahun 2003)
Pekerja /Buruh Perempuan yang berangkat dan pulang pekerja antara pukul
Ketenagakerjaan)
Untuk Melaksanakan Ibadah yang Di wajib kan oleh agama nya (Pasal 80 UU
Ketenagakerjaan)
pada hari libur resmi sebagai mana di maksud pada ayat (2) Wajib membayar
setelah disahkan oleh mentri atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 108 (1) UU
Ketenagakerjaan .
kerjaan)
11. Dalam Hal terjadi pemutusan Kerja pengusah di wajib kan membayar uang
pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak
12. Dalam hal pekerja /buruh di tahan pihak yang berwajib karena di duga
13. Pengusaha wajib membayar kepada pekerja ,buruh yang mengalami pemutusan
hubungan kerja sebagaimana di maksud pada ayat (3)dan ayat (5), uang
penghargaan masa kerja 1(satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (4)
14. Untuk Pengusaha di larang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
16. Kewajiban Pengusaha lainnya bisa dilihat dalam pasal 33 ayat (2) UU
ketenagakerjaan
Hak-Hak sebagai Pengusaha tertuang dalam UU No. 13 Tahun 2003 antara lain
2. Berhak atas ditaatinya aturan kerja oleh pekerja, termasuk pemberian sanksi
4. Berhak melaksanakan tata tertib kerja yang telah dibuat oleh pengusaha.
D. Tata kelola Pengupahan pekerja sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan.
1. Cakupan Pengupahan
meliputi:
d). upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Upah minimum dapat terdiri atas upah
Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 89 UU Ketenagakerjaan. Dalam hal pengusaha yang tidak
mampu membayar upah minimum yang telah ditentukan tersebut, dapat dilakukan
pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih
yang berlaku. Jika kesepakatan tersebut lebih rendah atau bertentangan dengan
jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi. Peninjauan upah secara berkala
tersebut dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.
Ketentuan mengenai struktur dan skala upah diatur lebih lanjut dengan Keputusan
b) pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya,
kandungan, suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua
Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka
besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari
6. Sanksi
7. Kadaluarsa
Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari
hubungan kerja menjadi kadaluarsa, setelah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun
Pemerintah.
E. Kasus
Dalam makalah ini kami akan mengambil satu kasus yang dialami oleh : Sdr. AB
dan Sdr. BC
sebagai pekerja serta PT. XXX Jakarta Selatan sebagai Pengusaha. Dalam kasus
ini pihak pekerja merasa telah dirugikan oleh pihak pengusaha dalam urusan
pembayaran upah khususnya upah lembur. Pihak pekerja selama ini tidak
mendapatkan bayaran upah atas pekerjaan yang telah dilakukan di luar jam kerja
Dalam kasus ini pihak pengusaha tidak memenuhi salah satu kewajibannya sebagai
pemberi kerja yaitu pihak yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar
upah atau imbalan dengan bentuk lain. Pihak pekerja telah memenuhi segala
perjalanan dinas untuk pekerjaan di luar kota. Namun begitu, pihak pengusaha
tidak memberikan upah lembur sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
Upaya-upaya telah dikerahkan oleh pihak pekerja untuk menuntut hak mereka.
HRD PT. XXX Jakarta Selatan sebagai pihak perwakilan perusahaan yang
perusahaan berdalih jika pembayaran upah lembur dan perjalanan dinas telah
komponen upah yaitu Gaji pokok dan Tunjangan mutasi. Jelas ini merupakan
memberikan hak-hak pekerjanya yang tertuang dalam pasal 78 ayat (1) UU No.13
tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Dalam pasal itu disebutkan bahwa pengusaha
normal sesuai dengan pola waktu kerja yang ditentukan (dalam Pasal 77 ayat [2]
(yakni pasal 78 ayat [2] dan ayat [3] dan pasal 11 jo. pasal 10 dan pasal 8
Ketentuan waktu kerja lembur dan upah kerja lembur tersebut, tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan pasal 78 ayat (4) UUK untuk
sektor usaha atau pekerjaan tertentu diatur lebih lanjut secara khusus oleh Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun, hingga saat ini pengaturan mengenai
ketentuanwaktu kerja/waktu kerja lembur serta upah kerja lembur bagi sektor
Pada Sektor Usaha Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Daerah Tertentu.
Istirahat Pada Sektor Usaha Pertambangan Umum Pada Daerah Operasi Tertentu.
Sedangkan untuk sektor usaha atau pekerjaan tertentu lainnya yang hingga saat ini
belum diatur secara khusus, dapat diperjanjikan oleh para pihak dalam Perjanjian
Kerja (PK) dan Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
a. Maksimum 7 jam per-hari untuk pola waktu kerja 6:1 atau maksimum 8 jam per-
hari untuk pola waktu kerja 5:2 (Pasal 77 ayat (2) UUK;
wajib diperhitungkan sebagai waktu kerja lembur dengan hak memperoleh upah
kerja lembur.;
hanya maksimum 3 (tiga) jam per-hari (untuk lembur pada hari kerja; dan
komulatif waktu kerja lembur per-minggu maksimum 14 jam, kecuali lembur
dilakukan pada waktu hari istirahat mingguan/hari libur resmi (Pasal 78 ayat (1)
Pada dasarnya, ketentuan mengenai lembur secara umum telah diatur dalam Pasal
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk
(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
Adapun aturan khusus yang mengatur mengenai waktu kerja lembur dan upah
kerja lembur adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik
kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1(satu) minggu
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau 8 (delapan) jam sehari dan
40(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu; atau waktu kerja padahari istirahat mingguan dan atau pada hari libur
pada dasarnya pengusaha wajib mematuhi ketentuan waktu kerja yang disebut
kerja lembur.
memenuhi syarat:
waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1
Dalam konteks pertanyaan Anda, maka waktu kerja lembur yang dilakukan oleh
karyawan hampir setiap 2 sampai 3 hari di setiap minggunya itu pada dasarnya
hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam dalam satu harinya dan 14 jam dalam
satu minggunya. Oleh karena itu, perlu dilihat kembali berapa lama waktu lembur
Hal penting lainnya adalah lembur itu harus didasari oleh persetujuan karyawan
Ini artinya, pemberian uang lembur dalam konteks pertanyaannya sifatnya bagi
lebihnya ketentuan waktu kerja yang seharusnya dan tidak dikaitkan dengan
upah lebih rendah dari upah minimum, baik upah minimum (UM)
kata lain, dibayarnya upah karyawan yang sudah melebihi UMP tidak serta merta
Intinya adalah pekerja merasa sangat dirugikan karena dengan dan/atau tanpa
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kewajiban terhadap para tenaga kerja diatas dapat kita simpulkan, bahwa
hubungan antara pengusaha dengan tenaga kerja haruslah diselingi dan diimbangi
dengan adanya hak-hak dan kewajiban diantara keduanya supaya tidak terjadi
kesetimpangan atau penyalahgunaan kekuasaan. Oleh karena itu para tenaga kerja
dan pengusaha selaku pemegang kekuasaan haruslah patuh dan tunduk kepada
Para tenaga kerja mempunyai beban kewajiban yang tidak dapat dipisahkan
dalan status kerjanya, diantaranya para tenaga kerja harus menjaga ketertiban demi
demikian maka para tenaga kerja akan secara otomatis mendapatkan hak-haknya
upah lembur, maupun tunjangan-tunjangan lain yang telah tersurat dalam peraturan
tersebut. Hal ini juga hendaknya dipenuhi demi tercapainya kondisi kerja yang
dapat menuntut hak-haknya secara penuh sebagai tenaga kerja apabila dikemudian
perusahaan.
B. Saran
2. Jangan ragu untuk berkomunikasi dengan pihak perusahaan jika dirasa ada hak-hak
3. Utamakan musyawarah dengan serikat pekerja jika dirasa perlu untuk membantu
4. Cermati segala poin yang tertuang dalam perjanjian kerja sebelum menyetujuinya
dan tanyakan jika ada poin yang belum jelas kepada pihak perusahaan.
Makalah kami ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam hal segi
penulisan maupun materinya. Kami harap saran dan kritik yang membangun dari
para pembaca sekalian demi mencapai hasil yang lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-
102/MEN/VI/2004 Tahun 2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja
Lembur.