You are on page 1of 10

Perspektif Vol. 8 No. 2 / Desember 2009.

Hlm 74- 83
ISSN: 1412-8004

Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan


Patogen Tular Tanah pada Tanaman Tembakau
NURUL HIDAYAH dan DJAJADI
Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
Indonesian Tobacco and Fibre Crops Research Institute
Jl. Raya Karangploso, Kotak Pos 199, Malang 65152

Terima tanggal 10 Oktober 2009. Disetujui tanggal 2 November 2009.

ABSTRAK development of soil-borne pathogens on tobacco plant


is still limited. This paper describes various types of
Tanah secara alami banyak dihuni oleh berbagai jenis soil-borne pathogens, soil factors affecting pathogens,
mikroba, baik patogen maupun tidak patogen. and strategy to control them. Soil-borne pathogens
Informasi tentang sifat-sifat tanah yang mempengaruhi cause significantly loss on tobacco yield. The loss of
perkembangan patogen tular tanah pada tanaman tobacco yield due to soil-borne pathogens is about 50%
tembakau masih sedikit, padahal informasi itu sangat (equal to 11.1 billion rupiahs per hectare). Three most
bermanfaat untuk menentukan strategi pengendalian important soil-borne pathogens on tobacco are
patogen. Dalam makalah ini diulas tentang besarnya Ralstonia solanacearum, Phytophthora nicotianae, and
kerugian serangan patogen tular tanah pada tanaman Meloidogyne spp. They may synergistically cause more
tembakau, sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap severe lost on tobacco plants. Soil factors affecting
perkembangan patogen, dan strategi pengendaliannya. development of these pathogens are pH, temperature,
Kerugian hasil akibat serangan patogen tular tanah and soil texture, as well as soil organic matter and soil
pada tanaman tembakau mencapai lebih dari 50% nutrients. Two of these, i.e. organic matters and soil
senilai Rp 11,1 M per hektar. Tiga jenis patogen tular nutritions, are the most important factors determining
tanah paling berbahaya pada tembakau adalah development of soil-borne pathogens on tobacco
Ralstonia solanacearum, Phytophthora nicotianae, dan plantation. Therefore, the strategy to control soil-borne
Meloidogyne spp. Ketiga patogen tersebut dapat saling pathogens is by increasing organic matters up to 22.5
bersinergi sehingga menyebabkan kerusakan yang tons/ha and soil nutrition such as P uptake. Both
lebih parah. Faktor-faktor tanah yang mempengaruhi factors are effective in reducing soil-borne incidence as
perkembangan patogen tular tanah adalah pH, tekstur, well as increasing tobacco yield up to 40%.
bahan organik, suhu, dan unsur hara tanah. Di antara
faktor tersebut, rendahnya bahan organik dan hara Key words: Soil-borne pathogens, tobacco, soil factors,
merupakan faktor pemicu paling dominan dalam control strategy
perkembangan patogen. Oleh karena itu, strategi
pengendaliannya adalah dengan penambahan bahan
organik sebanyak 22,5 ton/ha dan peningkatan serapan
P oleh tanaman tembakau. Kedua strategi itu dapat PENDAHULUAN
menekan kompleks patogen tular tanah pada tanaman
tembakau di Temanggung sekaligus meningkatkan
Di alam, berbagai jenis mikroorganisme
produksi sebesar 40%.
hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya.
Kata kunci: Patogen tular tanah, tembakau, faktor Ahli pertanian lebih menaruh perhatian pada
tanah, strategi pengendalian kompleks mikroorganisme yang hidup di dalam
tanah (Chauhan et al., 2006). Hal ini dapat
ABSTRACT dimengerti karena di dalam tanah hidup berbagai
jenis mikroorganisme yang jumlahnya sangat
Soil Characteristics which Induce Soil-Borne banyak dengan berbagai perannya. Di dalam
Pathogens of Tobacco satu gram tanah yang subur, berkembang
mikroorganisme yang jumlahnya dapat mencapai
Soil is naturally inhibited by many types of
satu milyar sampai 10 milyar (Chauhan et al.,
microorganisms, either pathogenic or non pathogenic.
Information about soil factors that induce the 2006).

74 Volume 8 Nomor 2, Desember2009 : 74 - 83


Populasi berbagai jenis mikroorganisme di tular tanah tersebut masih terbatas. Makalah ini
dalam tanah, sebagian telah diidentifikasi sesuai menguraikan beberapa jenis patogen tular tanah
dengan jenis dan fungsinya, baik yang yang merugikan tanaman tembakau dan
bermanfaat atau merugikan bagi pertanian. beberapa sifat tanah yang mempengaruhi
Contohnya komunitas bakteri, fungi, alge, dan perkembangannya.
protozoa diketahui berfungsi dalam aerasi tanah,
meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi PATOGEN TULAR TANAH PADA
tanaman, mempertahankan struktur tanah, TANAMAN TEMBAKAU DAN
memurnikan air dari kontaminasi, dan mendaur EKOLOGINYA
ulang unsur-unsur hara dan bahan organik yang
bermanfaat bagi tanaman (Chauhan et al., 2006).
Tembakau merupakan jenis tanaman yang
Namun demikian banyak juga mikroorganisme
dipanen daunnya dan merupakan bahan baku
tanah yang merugikan bagi pertanian, sehingga
utama dalam industri rokok. Jenis tembakau
keberadaannya disebut sebagai patogen tular
yang berperan sebagai penambah aroma rokok
tanah.
kretek adalah dari jenis tembakau lokal, yang
Patogen tular tanah (soil-borne pathogens)
utama adalah tembakau temanggung dan
merupakan kelompok mikroorganisme yang
madura. Dalam industri pertembakauan,
sebagian besar siklus hidupnya berada di dalam
kualitas dari daun tembakau merupakan hal
tanah dan memiliki kemampuan untuk
utama yang dipertimbangkan oleh konsumen.
menginfeksi perakaran atau pangkal batang,
Salah satu faktor penentu kualitas tembakau
sehingga dapat menyebabkan infeksi dan
adalah ada atau tidaknya serangan patogen,
kematian bagi tanaman (Garrett, 1970). Ciri-ciri
terutama yang menginfeksi daun. Selain itu,
utama dari patogen tular tanah adalah
infeksi patogen melalui tanah menyebabkan
mempunyai stadia pemencaran dan masa
pertumbuhan tanaman tidak optimal sehingga
bertahan yang terbatas di dalam tanah, walaupun
menurunkan produktivitas.
beberapa patogen tular tanah ini dapat
Patogen tular tanah yang telah diidentifikasi
menghasilkan spora udara sehingga dapat
menyerang tanaman tembakau adalah dari jenis
memencar ke areal yang lebih luas.
cendawan, bakteri, dan nematoda (Dalmadiyo et
Berbagai jenis patogen tular tanah pada
al., 2000; Dalmadiyo, 2004). Patogen-patogen
tanaman tembakau telah berhasil diidentifikasi,
tersebut menyerang tanaman pada berbagai
begitu juga dengan kerugian yang ditimbulkan
stadia tumbuh dengan menimbulkan gejala yang
akibat serangan patogen tersebut. Misalnya, di
berbeda-beda pada masing-masing tanaman.
daerah Temanggung yang dikenal sebagai sentra
Kerugian yang ditimbulkan juga beragam dari
pertanaman tembakau terdapat lahan yang
tidak terlalu merugikan sampai mengakibatkan
disebut dengan lahan lincat yakni lahan yang
tanaman tidak dapat berproduksi.
apabila ditanami tembakau menyebabkan
tembakaunya mati pada umur 30-45 hari setelah
Bakteri
tanam dengan tingkat kejadian penyakitnya
mencapai lebih dari 50% dengan kerugian Tanaman tembakau merupakan inang bagi
mencapai Rp 11,1 M, tetapi apabila ditanami bakteri R. solanacearum yang menyebabkan
dengan tanaman lain dapat menghasilkan secara penyakit layu bakteri. Tanaman tembakau yang
optimal (Dalmadiyo et al., 2000). Berdasarkan terinfeksi oleh R. solanacearum akan menunjukkan
hasil penelitian diketahui bahwa kematian gejala layu pada salah satu sisi tanaman dan
tembakau pada lahan lincat disebabkan oleh daunnya berwarna kekuningan. Apabila
bakteri Ralstonia solanacearum yang berkolaborasi batangnya dibelah maka akan tampak warna
dengan nematoda Meloidogyne spp. dan ada juga coklat pada jaringan pembuluhnya, sementara
jamur Phytophthora nicotianae (Murdiyati et al., akar primer dan sekundernya juga berubah
1991). Informasi tentang sifat-sifat tanah yang menjadi berwarna coklat sampai hitam (Anonim,
berpengaruh terhadap perkembangan patogen 2004). Apabila batang yang berwarna coklat tadi

Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah... (NURUL HIDAYAH DAN DJAJADI) 75
dipotong kemudian dimasukkan ke dalam air pada tanaman yang mengalami luka baik karena
maka akan keluar seperti asap rokok yang angin maupun akibat pemetikan daun yang
sebetulnya itu adalah massa bakteri. Serangan R. menyisakan luka bekas dipetik dan tanaman
solanacearum dapat terjadi di pembibitan maupun yang dipupuk secara berlebihan (Nesmith, 2003).
tanaman dewasa di lapangan. Dalmadiyo et al.
(2000) mengungkapkan bahwa gejala penyakit Jamur
layu bakteri di lapangan mulai muncul pada
Penyakit lanas yang disebabkan oleh P.
umur 30 hari setelah tanam dengan persentase
nicotianae merupakan salah satu penyakit yang
kematian tanaman yang diakibatkannya
sering dijumpai pada tanaman tembakau. Gejala
mencapai lebih dari 50%.
yang terjadi pada tanaman tembakau yang
Pada umumnya temperatur dan kelembab-
terserang P. nicotianae adalah daun menjadi
an tanah yang tinggi merupakan kondisi
berwarna kuning dan tanaman layu. Pada
lingkungan yang sesuai bagi perkembangan
batang bagian bawah dan akar biasanya
bakteri R. solanacearum (Olson, 2005). Bakteri R.
berwarna hitam dan jika batang dibelah maka
solanacerum termasuk bakteri aerob yang mem-
pada empulurnya akan tampak mengamar atau
butuhkan oksigen dalam respirasinya sehingga
bersekat-sekat (Dalmadiyo et al., 1997). Stadia
supaya dapat berkembang dengan baik mem-
bibit merupakan saat yang paling rentan
butuhkan lingkungan yang aerasinya baik.
terinfeksi P. nicotianae (Sullivan, 2005).
Selain itu, R. solanacearum juga berkembang baik
P. nicotianae berkembang dengan baik pada
pada lingkungan dengan pH agak asam hingga
tanah dengan suhu diatas 20 0C. Selain itu,
netral, sementara rata-rata pH tanah di lahan
perkembangan penyakit juga akan meningkat
tembakau di Temanggung adalah 5.23 sehingga
dengan meningkatnya kelembaban tanah.
ini menjadi lingkungan yang sesuai bagi
Terjadinya penyakit lanas diawali dengan adanya
perkembangan R. solanacearum (Dalmadiyo et al.,
propagul di dalam tanah, meskipun satu
2000).
propagul per gram tanah. Selain itu, sisa-sisa
Inokulum R. solanacearum dapat bertahan
tanaman yang terinfeksi serta adanya
pada bagian tanaman yang terinfeksi, tanaman
klamidospora sebagai spora istirahat P. nicotianae
inang alternatif seperti gulma, serta tanah (Olson,
di tanah juga berfungsi sebagai sumber inokulum
2005). Buddenhagen (1970) menyatakan bahwa
awal. Klamidospora dapat bertahan selama
R. solanacearum termasuk dalam patogen yang
beberapa tahun meskipun tidak ada inang. Saat
berkembang populasinya di dalam jaringan
suhu dan kelembaban tanah meningkat, maka
inang dan kemudian kembali ke tanah pada sisa
klamidospora berkecambah dengan menghasil-
tanaman tetapi populasinya berkurang perlahan-
kan satu atau beberapa tabung kecambah.
lahan. Penyebaran bakteri R. solanaceraum di
Klamidospora juga dapat menginfeksi langsung
lahan terjadi karena bakteri yang berasal dari
akar tembakau atau memproduksi sporangium.
tanaman yang terinfeksi berpindah ke tanaman
Masing-masing sporangium berkecambah
yang sehat melalui air irigasi, tanah yang
menghasilkan 5-30 zoospora dan zoospora inilah
terinfestasi, serta alat-alat pertanian yang telah
yang menginfeksi akar tembakau melalui proses
digunakan pada lahan maupun tanaman yang
kemotaksis. Satu jam kemudian, zoospora yang
terinfeksi (Olson, 2005).
masuk ke dalam akar akan berkecambah dan
Selain R. solanacearum, tembakau juga
segera menginfeksi tanaman. Selanjutnya
merupakan inang bagi bakteri Erwinia carotovora.
tumbuh dengan cepat masuk sel epidermis dan
Infeksi E. carotovora penyebab penyakit busuk
korteks. Di dalam jaringan tanaman tersebut, P.
batang berlubang pada tembakau ditandai
nicotianae berkembang biak menghasilkan
dengan tanaman layu, daun-daunnya berwarna
sporangia atau klamidospora. Selanjutnya siklus
kuning dan bagian dalam batang berlubang
ini berlangsung berulang-ulang untuk meng-
karena bakteri mampu menghasilkan enzim yang
hasilkan infeksi yang baru (Sullivan, 2005).
berperan dalam degradasi sel-sel tanaman.
Jamur P. nicotianae ini dapat menyebar
Penyakit busuk batang berlubang ini berkembang
melalui air, tanah, bahan tanaman yang

76 Volume 8 Nomor 2, Desember2009 : 74 - 83


terinfeksi, serta sisa-sisa tanaman yang terinfeksi spp. juga disebabkan karena adanya perubahan
oleh P. nicotianae tersebut. Alat-alat pertanian fisiologis tanaman. Sasser dan Taylor (1978)
yang telah digunakan pada area yang terinfeksi mengemukakan bahwa Fusarium oxysporum dan
P. nicotianae tidak boleh digunakan pada area P. nicotianae var. nicotianae akan berkembang
yang belum terinfeksi karena ini juga dapat lebih cepat setelah masuk ke dalam jaringan akar
menjadi media penularan P. nicotianae ke area yang telah terserang nematoda puru akar, karena
yang sehat. Sullivan (2005) mengemukakan sel-sel raksasa kaya akan kandungan karbohidrat,
bahwa penyakit lanas akan menjadi lebih parah asam amino, protein dan lipida yang mungkin
dengan keberadaan nematoda Meloidogyne spp. sesuai untuk perkembangan kedua jamur
karena nematoda ini membantu proses pelukaan tersebut.
pada tanaman yang berarti membuka jalan bagi
masuknya P. nicotianae ke dalam jaringan SIFAT-SIFAT TANAH YANG
tanaman. Selain itu, adanya sel raksasa juga BERPENGARUH TERHADAP
menjadi daya tarik tersendiri bagi P. nicotianae PERKEMBANGAN PATOGEN TANAH
karena menyediakan nutrisi yang dibutuhkan
oleh jamur tersebut. Sebagai bagian mikroorganisme yang hidup
dan berkembang di dalam tanah, maka
Nematoda perkembangan populasi, penyebaran, daya tular
Garret (1970) mengelompokkan nematoda serta daya tahan patogen tular tanah sangat
Meloidogyne spp. (penyebab puru akar) ke dalam dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah (Otten dan
nematoda endoparasit yakni seluruh bagian Gilligan, 1998; Ownley et al., 2003). Oleh karena
nematoda masuk dan berkembang sampai itu informasi-informasi tentang sifat-sifat tanah
dewasa dalam stele. Gejala khas yang tampak yang mempengaruhi perkembangan patogen
pada tanaman tembakau yang terinfeksi oleh tanah akan sangat bermanfaat untuk menentukan
nematoda Meloidogyne spp. adalah munculnya strategi pengendaliannya melalui cara-cara
benjolan atau puru pada akar tanaman baik akar pengelolaan lahan. Namun demikian masih
primer maupun lateral. Adanya benjolan pada sedikit sekali informasi tentang peranan sifat-sifat
akar ini menyebabkan penyerapan air dan unsur tanah dalam perkembangan dan penyebaran
hara dari tanah menjadi terganggu sehingga patogen tular tanah, terutama patogen-patogen
pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman yang menyerang tanaman perkebunan, khusus-
menjadi kerdil. nya tanaman tembakau.
Kolaborasi antara M. incognita, R. Dari beberapa hasil penelitian diketahui
solanacearum, dan P. nicotianae ini diketahui bahwa sifat-sifat fisik, biologi dan kimia tanah
menjadi salah satu penyebab terjadinya penyakit yang berpengaruh terhadap perkembangan dan
lincat pada tembakau temanggung. Peranan penyebaran patogen tular tanah antara lain
Meloidogyne spp. dalam hubungannya dengan R. adalah pH tanah (Elhottova et al., 2006), tekstur
solanacearum, dan P. nicotianae adalah sebagai tanah (Otten dan Gilligan, 1998; Bernier dan
pembuat luka dan mampu mengubah substrat di Lewis, 1999; LaMondia dan Cowles, 2005), kadar
dalam akar. Meloidogyne spp. masuk ke dalam hara tanah (Elmer dan LaMondia, 1999; Kaya et
jaringan akar inang secara aktif dan dapat al., 2002) dan kadar bahan organik (Manici et al.,
menyebabkan luka, luka tersebut dimanfaatkan 2005). Contoh peran sifat-sifat tanah dalam
sebagai jalan masuknya R. solanacearum ke dalam menekan atau mendukung perkembangan
jaringan akar. Hasil penelitian Dalmadiyo (2004) penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh R.
menunjukkan bahwa penyebab kematian yang solanacearum disajikan pada Tabel 1.
utama pada tembakau temanggung adalah R.
solanacearum yang berasosiasi dengan nematoda pH Tanah
puru akar M. incognita. Interaksi Meloidogyne Beberapa patogen tanah yang menyerang
spp. dengan P. nicotianae selain disebabkan tanaman tembakau dapat berkembang dengan
karena adanya luka akibat penetrasi Meloidogyne baik pada berbagai kisaran pH tanah. Misalnya

Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah... (NURUL HIDAYAH DAN DJAJADI) 77
Tabel 1. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi perkembangan penyakit layu bakteri pada tanaman
tembakau
Faktor tanah Kondisi yang mendukung Kondisi yang menekan perkembangan Sumber pustaka
perkembangan penyakit penyakit
Tekstur Lempung berpasir Pasir berlempung Kang et al., 2004
Bahan organik Kadar rendah Kadar tinggi Djajadi dan Murdiyati, 2000
pH tanah Asam-netral Basa Dalmadiyo, 2000
Unsur hara Kadar fosfat rendah Kadar fosfat tinggi Kang et al., 2004

penyakit lanas dapat terjadi pada tanah dengan dengan kandungan liat dan debu tinggi
pH asam maupun basa, tetapi pH optimum bagi mendukung perkembangan penyakit akar hitam
perkembangan P. nicotianae adalah 6-7 (Sullivan, karena drainasenya jelek, sehingga akan lebih
2005) sementara R. solanacearum akan berkem- banyak tersedia kelembaban bagi reproduksi
bang dengan baik pada tanah dengan pH 5,23 Pythium. Tanah dengan kadar liat tinggi juga
(Dalmadiyo et al., 2000). memungkinkan terjadinya pemadatan, yang
Berbagai jenis patogen tular tanah akhirnya juga akan meningkatkan serangan
menunjukkan pola perkembangan yang berbeda- penyakit (Wing et al., 1995). Peningkatan aktivitas
beda sesuai dengan sifat kebasaan atau dari Pratilenchus penetrans pada tanah-tanah
kemasaman tanah (Soesanto et al., 2005). Contoh- lempung berdebu merupakan salah satu alasan
nya, patogen tular tanah Plasmodiophora brassicae untuk menjelaskan terjadinya peningkatan
yang menyerang tanaman kubis dan Fusarium serangan patogen pada tanah-tanah tersebut..
oxysporum yang menyerang tanaman jahe, akan Pada tekstur tanah berpasir, reproduksi
berkembang pada pH tanah rendah (Soesanto et nematoda meningkat sehingga mampu memung-
al., 2005; Narisawa et al., 2005). Patogen-patogen kinkan infeksi meningkat yang akhirnya dapat
tersebut akan tertekan pada tanah-tanah dengan menurunkan produksi tembakau. Sementara
pH yang lebih tinggi, yaitu sekitar 6,3 dan 7,2. pada tekstur tanah lempung, reproduksi
Sedangkan jamur patogen yang menyerang nematoda rendah sehingga infeksi yang
tanaman kentang menunjukkan ditimbulkan ringan dan produksi tembakau
perkembangannya pada tanah-tanah dengan pH dapat tinggi (Barker dan Weeks, 1991).
tinggi (Harrison dan Shew, 2001).
Kebanyakan patogen akan tertekan Bahan Organik
perkembangannya pada pH tinggi. Hal ini
Bahan organik merangsang perkembangan
dikarenakan pH tinggi menjadikan kondisi
mikrobia yang menghambat aktivitas jamur,
lingkungan tidak sesuai bagi perkembangannya,
termasuk jamur patogen penyebab penyakit akar
misalnya mengganggu proses rilisnya zoospora
hitam. Pada tanah-tanah dengan kadar bahan
sehingga mengurangi kemampuan patogen
organik rendah (0,63%) ditemukan kolonisasi
dalam menginfeksi tanaman (Porth et al., 2003).
Pythium dalam jumlah tinggi, lebih banyak
Selain itu peningkatan pH tanah juga dapat
infeksi penyakit, dan lebih tinggi adanya gejala
menghambat perkecambahan patogen karena
serangan R. solani (Manici et al., 2005). Peran
spora istirahat dari patogen tersebut akan dapat
bahan organik dalam menekan perkembangan
berkecambah dengan baik pada pH tanah yang
patogen tidak hanya dengan meningkatkan
rendah (Agrios, 1997). Campbell dan Greathead
aktivitas mikrobia tanah, juga dengan
(1996), mengemukakan bahwa pada kondisi pH
meningkatkan kesehatan akar sehingga
tanah yang rendah patogen lebih infektif
menjadikan tanaman lebih tahan terhadap
dibandingkan pH tanah yang tinggi.
penyakit (Manici et al., 2005). Penambahan bahan
organik yang berkadar N tinggi berpotensi untuk
Tekstur dan Pemadatan Tanah
menekan patogen tular tanah dengan cara
Kondisi tekstur tanah berpengaruh melepaskan hasil dekomposi (allelochemicals)
terhadap kesuburan dan kesehatan akar. Tanah (Bailey dan Lazarovits, 2003).

78 Volume 8 Nomor 2, Desember2009 : 74 - 83


Djajadi dan Murdiyati (2000) mengemu- pada tanah tanpa solarisasi, maka diketahui
kakan bahwa pada umumnya lahan tembakau di bahwa spesies-spesies Pythium, Phytophthora, dan
Temanggung berkadar bahan organik sangat Rhizoctonia masih bertahan, meskipun jumlahnya
rendah sampai dengan rendah. Pada lahan berkurang.
dengan ketinggian ≥ 1000 m dpl, ternyata lahan
lincat mempunyai kandungan bahan organik Unsur Hara Tanah
yang paling rendah. Menurunnya kandungan
Keterkaitan antara unsur hara tanah dengan
bahan organik dapat menghambat perkem-
perkembangan patogen tanah dapat diketahui
bangan mikroorganisme saprofit yang dapat
dari jenis pupuk yang digunakan dan
berperan sebagai antagonis bagi patogen,
kandungannya di dalam tanah. Contohnya
sehingga yang banyak berkembang adalah
pengaruh dari pupuk nitrogen terhadap penekan
mikroorganisme parasit seperti patogen tanaman.
patogen tergantung pada jenis N yang
Hal inilah yang terjadi pada lahan tembakau di
digunakan. Pupuk amonium sulfat lebih
Temanggung, perkembangan mikroorganisme
menekan perkembangan patogen daripada
parasit seperti nematoda puru akar dan bakteri R.
pupuk kalsium nitrat, walaupun hasil tanaman
solanacearum semakin meningkat sehingga
masih sama (Elmer dan LaMondia, 1999).
menyebabkan lahan lincat. Untuk mengimbangi
Pemupukan dengan amonium sulfat akan
penurunan bahan organik tanah, salah satu cara
berpengaruh terhadap pengasaman tanah dan
yang ditempuh untuk meningkatkan kandungan
meningkatkan kadar unsur-unsur N, K, S, Zn,
bahan organik tanah tersebut adalah dengan
dan khususnya Mn di dalam daun. Peningkatan
menambahkan pupuk kandang yang diharapkan
kadar Mn pada daun berkorelasi dengan
selain meningkatkan kandungan hara tanah juga
penekanan penyakit, walaupun peran Mn dalam
populasi mikroba tanah yang menguntungkan
penekan penyakit tersebut belum diketahui
semakin tinggi.
dengan jelas (Elmer dan LaMondia, 1999).
Sullivan (2005) mengemukakan bahwa tingkat
Suhu Tanah
ketersediaan kalsium dan magnesium berkolerasi
Pada umumnya perkembangan patogen positif dengan keparahan penyakit lanas,
tanah dihambat pada suhu tanah yang tinggi. meskipun belum diketahui apakah kalsium dan
Oleh karena itu strategi untuk menekan magnesium berpengaruh terhadap jamur P.
perkembangan patogen tanah adalah dengan nicotianae nya atau inangnya. Tri-valent
menggunakan suhu tinggi. Contohnya adalah aluminium yang tersedia di tanah pada pH 5 atau
penggunaan metil bromida dengan teknik di bawahnya akan menghambat beberapa stadia
solarisasi, yaitu dengan menggunakan suhu yang perkembangan patogen yang selanjutnya
sangat tinggi untuk membunuh jamur. Solarisasi berpengaruh terhadap pengendalian penyakit
merupakan metode yang paling efektif dalam lanas.
membunuh patogen sasaran, karena Kandungan unsur hara yang ada di dalam
mikroorganisme penekan seperti Trichoderma spp. tanah juga berpengaruh terhadap perkembangan
masih bertahan (Pinkerton et al., 2002). Namun penyakit layu bakteri R. solanacearum. Kang et al.
demikian, solarisasi mungkin juga akan (2004) mengemukakan bahwa keberadaan unsur
membunuh organisme-organisme yang fosfat (P2O5) di dalam tanah berkorelasi negatif
menguntungkan, seperti jamur mikorisa. Oleh dengan kejadian penyakit layu bakteri pada
karena itu penggunaan teknik solarisasi dengan tembakau. Ini berarti, apabila kandungan unsur
metil bromida tidak direkomendasikan fosfat di dalam tanah rendah maka kejadian
(Schreiner et al., 2001). penyakit layu bakteri pada lokasi tersebut akan
Pinkerton et al. (2002) menguji teknik meningkat dan begitu sebaliknya jika kandungan
solarisasi tanah untuk membunuh patogen fosfat tinggi maka kejadian penyakit layu bakteri
penyebab penyakit akar hitam. Selama proses akan rendah.
solarisasi, yaitu dengan suhu rata-rata tanah Penyakit akar hitam kadang-kadang
sebesar 30 oC, dibandingkan dengan suhu 20 oC ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung

Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah... (NURUL HIDAYAH DAN DJAJADI) 79
Mg tinggi, namun berkadar Al dan K rendah mikroorganisme tanah. Selain itu penggunaan
(Wing et al., 1995). Pengaruh ketersediaan unsur pupuk hijau juga dapat berupa sisa-sisa tanaman,
hara terhadap penyakit akar hitam terjadi secara seperti jagung yang umum dipakai sebagai
tidak langsung. Pengaruhnya lebih pada tanaman rotasi setelah tembakau. Diperkirakan
kerentanan tanaman terhadap terjadinya infeksi ketersediaan sisa tanaman ini dapat mensuplai
penyakit. Terjadinya defisiensi K, misalnya, sekitar 5 ton/ha dari kebutuhan tanaman
mungkin mendukung terjadinya cekaman garam tembakau. Namun, karena sisa-sisa tanaman
(Kaya et al., 2002), dan defisiensi K ini biasanya jagung juga digunakan untuk kebutuhan pakan
terjadi pada tanah-tanah dengan kandungan liat ternak, maka usaha lain yang perlu dilakukan
tinggi, yaitu kondisi tanah yang kondusif bagi adalah dengan menanam tanaman C. juncea.
perkembangan penyakit (Wing et al., 1995). Hijauan tanaman ini dapat dikembalikan ke
tanah sebagai mulsa maupun dibenamkan di
STRATEGI PENGENDALIAN PATOGEN dalam tanah sebagai sumber bahan organik.
TULAR TANAH BERDASAR SIFAT-SIFAT Namun, karena manfaat tanaman C. juncea ini
TANAH masih belum banyak disadari oleh petani, maka
diperlukan usaha sosialisasi kepada petani
tembakau.
Di antara faktor utama yang berpengaruh
Strategi lain yang dapat ditempuh untuk
sangat besar terhadap strategi pengendalian
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
patogen tular tanah pada tanaman tembakau
penyakit tular tanah adalah dengan peningkatan
adalah dengan meningkatkan kadar bahan
serapan P oleh tanaman. Pada umumnya kadar
organik tanah. Peningkatan kadar bahan organik
hara P total tanah di lahan-lahan tembakau sudah
dapat dilakukan melalui penambahan pupuk
tinggi. Namun demikian unsur yang dapat
kandang dan pembenaman serasah atau sisa-sisa
diserap tanaman sedikit, karena ketersediaannya
tanaman. Lahan tembakau di Temanggung yang
dalam koloid tanah terjerap oleh partikel liat
berkadar bahan organik sangat rendah ternyata
sehingga tidak terjangkau oleh akar-akar
mempunyai populasi patogen penyebab penyakit
tanaman. Untuk meningkatkan serapan P, maka
lincat (R. solanacearum, Meloidogyne, dan
penggunaan mikoriza sering dilakukan. Namun
Phytophthora sp.) sangat tinggi (Djajadi dan
demikian pemanfaatan mikoriza dalam budidaya
Murdiyati, 2000). Sepertinya patogen penyebab
tembakau masih belum mendapat perhatian.
penyakit di lahan tembakau di Temanggung
lebih dapat berkembang pada lahan-lahan yang
KESIMPULAN DAN SARAN
berkadar bahan organik rendah. Kebutuhan
pupuk organik berupa pupuk kandang untuk
Beberapa jenis patogen tular tanah yang
lahan tanaman tembakau yang dapat
menyerang tanaman tembakau adalah
meningkatkan produksi hasil tembakau
R. solanacearum, P. nicotianae, M. incognita, E.
temanggung adalah sekitar 22,5 ton per ha
carotovora, yang dapat menyebabkan kerugian
(Rachman et al., 1988).
hasil antara 10-90%. Perkembangan penyakit
Ketersediaan pupuk kandang di sekitar
tular tanah yang sangat tinggi pada pertanaman
pertanaman tembakau di Kabupaten
tembakau di Indonesia, umumnya berkaitan
Temanggung sangat terbatas, sehingga perlu
dengan faktor-faktor tanah yang kondusif
didatangkan dari daerah luar dengan harga
terhadap perkembangan patogen, seperti
mahal (Rp 12 juta/ha). Oleh karena itu perlu
kandungan bahan organik rendah, pH tanah
dicari alternatif sumber bahan organik, seperti
yang umumnya masam, tekstur tanah lempung
tanaman Crotalaria juncea. Pemafaatan tanaman
berpasir, dan rendahnya kadar fosfat.
ini sebagai pupuk hijau ternyata dapat
Penelitian untuk mengidentifikasi pengaruh
memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologi
sifat-sifat tanah terhadap perkembangan patogen
tanah pada lahan tanaman jagung (Sumarni,
tular tanah pada tembakau sangat diperlukan
2008). Perbaikan kesuburan biologi tanah
sebagai dasar strategi pengendalian penyakit.
diindikasikan dengan meningkatnya populasi

80 Volume 8 Nomor 2, Desember2009 : 74 - 83


Peningkatan bahan organik tanah dan serapan P (Eds.). Microbes Health and
oleh tanaman tembakau mungkin akan Environment. I.K. International
membantu penekanan patogen tular tanah dan Publishing House Pvt. Ltd. S-25, Green
meningkatkan ketahanan tanaman tembakau Park Extension. New Delhi.
terhadap serangan patogen tular tanah. Dalmadiyo, G., Supriyono, dan B. Hari-Adi.
1997. Penyakit tanaman tembakau
DAFTAR PUSTAKA virginia dan pengendaliannya. Monograf
Balittas: Tembakau Virginia. Malang:
Agrios, G.N. 1997. Plant Pathology. Ed ke-4. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan
New York: Academic Press. Serat.
Anonim. 2004. Diagnostics protocols for Dalmadiyo, G., S. Rahayuningsih, dan Supriyono.
regulated pests; Ralstonia solanacearum. 2000. Penyakit tembakau temanggung
EPPO Bulletin 34: 173-178. http:// dan pengendaliannya. Dalam:
www.blackwell-synergy.com/doi/pdf/. Tembakau. Monograf balittas No. 5.
14 Februari 2008. Malang: Balai Penelitian Tanaman
Barker, K.R. and W.W. Weeks. 1991. Tembakau dan Serat.
Relationships between soil and levels of Dalmadiyo, G. 2004. Kajian interaksi infeksi
Meloidogyne incognita and tobacco yield nematoda puru akar (Meloidogyne
and quality. Journal of Nematology incognita) dengan bakteri Ralstonia
23(1): 82-90. solanacearum pada tembakau
Bailey, K.L. and G. Lazarovits. 2003. Suppressing temanggung. [disertasi]. Universitas
soil-borne diseases with residue Gadjah Mada. Yogyakarta.
management and organic amendments. Djajadi dan A.S. Murdiyati. 2000. Hara dan
Soil and Tillage Research. 72: 169-180. pemupukan tembakau Temanggung.
Bernier, D. and K.J. Lewis. 1999. Site and soil Dalam: Tembakau Temanggung.
characteristics related to the incidence of Monograf Balittas No.5. Malang: Balai
Inonotus tomentosus. Forest Ecology and Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat.
Management 120 (1): 131-142. Elhottova, D., V. Kristufek, J. Triska, V. Chrastny,
Buddenhagen, I.W. 1970. The relation of plant- E. Uhlirova, J. Kalcik, and T.
pathogenic bacteria to the soil. In Baker Piceklmmediate. 2006. Impact of the
KF, W.C. Snyder, R.R. Baker, J.D. flood (Bohemia, August 2002) on selected
Menzies, F.E. Clark, L.I. Miller, A.W. soil characteristics. Water, Air, and Soil
Dimock, Z.A. Patrick, W.A. Krentzer, and Pollution 173 (1-4): 177-193.
M. Rubo (Eds). Ecology of Soil-Borne Elmer, W.H. and J.A. LaMondia. 1999. Influence
Plant Pathogens Prelude to Biological of ammonium sulfate and rotation crops
Control: An International Symposium on on strawberry black root rot. Plant
Factor Determining the Behavior of Plant Disease 83: 119-123.
Pathogens in Soil. Held at the University Garrett, S.D. 1970. Toward biological control of
of California, Berkeley: April 7-13, 1963. soil-borne plant pathogens. In Baker KF,
Campbell, R.N. and A.S. Greathead. 1996. W.C. Snyder, R.R. Baker, J.D. Menzies,
Control of clubroot of crucifers by liming. F.E. Clark, L.I. Miller, A.W. Dimock, Z.A.
In Engelhard, A.W. (Eds). Soilborne Patrick, W.A. Krentzer, and M. Rubo
Plant Pathogens: Management of Disease (Eds). Ecology of Soil-Borne Plant
with Macro- and Microelements. St paul: Pathogens Prelude to Biological Control:
APS Press. An International Symposium on Factor
Chauhan, A.K., A. Das, H. Kharkwal, A.C, Determining the Behavior of Plant
Kharkwal and A. Varma. 2006. Impact of Pathogens in Soil. Held at the University
Micro-organisms on Environment and of California, Berkeley: April 7-13, 1963.
Heath. In Chauhan, A.K. and A. Varma

Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah... (NURUL HIDAYAH DAN DJAJADI) 81
Harrison, U.J. and H.D. Shew. 2001. Effect of soil fungal patogen rhizoctonia solani. New
pH and nitrogen fertility on the Phytologist 138 (4): 629-637.
population dynamics of Thielaviopsis Ownley, B.H., B.K. Duffy., and D.M Weller. 2003.
basicola. Plant and Soil 228 (2): 147-155. Identification and manipulation of soil
Kang Y, Chung Y, and Yu Y. 2004. Relationship properties to improve the biological
between the population of Ralstonia control performance of phenazine-
solanacearum in soil and the incidence of producing Pseudomonas fluorescens.
bacterial wilt in the naturally infested Applied and Environmental
tobacco fields. Plant Pathology Journal Microbiology 69 (6): 3333-3343.
20(4): 289-292. Pinkerton, J.N., K.L. Ivors, P.W. Reeser, P.R.
Kaya, C., D. Higgs, K. Saltali, and O. Gezerei. Bristow, and G.E. Windom. 2002. The
2002. Response of strawberry grown at use of soil solarization for the
high salinity and alkalinity to mangement of soilborne plant pathogens
supplementary potassium. Journal of in strawberry and redberry production.
Plant Nutrient. 25:1415-1427. Plant Disease 86: 645-651.
LaMondia, J.A. and R.S. Cowles. 2005. Porth, G., F. Mangan, R. Wick, and W. Autio.
Comparison of Pratylenchus penetrans 2003. Evaluation of management
infection and Maladera castanea feeding on strategies for clubroot disease of brassica
strawberry root rot. Journal of crops. http://www.umassvegetable.org.
Nematology. 37: 131-135. Rachman, A., Djajadi, dan A. Sastrosupadi. 1988.
Manici, L.M., F. Caputo and G. Baruzzi. 2005. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk
Additional experiences to elucidate nitrogen terhadap produksi dan mutu
microbial component of soil tembakau temanggung. Jurnal Penelitian
suppressiveness towards strawberry Tanaman Tembakau dan Serat. (3) 1: 15-
black root rot complex. Annual Applied 22
Biology 146: 421-431. Sasser, J. N. and A.L. Taylor. 1978. Biology,
Murdiyati, A.S., G. Dalmadiyo, Mukani, Suwarso, Identification and Control of Nematodes
S.H. Isdijoso, A. Rachman, dan B. Hari- (Meloidogyne species). Department of Plant
Adi. 1991. Observasi lahan lincat di Pathology Carolina State University,
Temanggung. Malang: Balai Penelitian United States Agency for International
Tanaman Tembakau dan Serat. Development. U.S.A.
Narisawa, K., M. Shimura, F. Usuki, S. Fukuhara, Schreiner, P.R., K.L. Ivors, and J.N. Pinkerton.
and T. Hashiba. 2005. Effects of 2001. Soil solarization reduces asbucular
pathogen density, soil moisture, and soil mycorrhizal fungi as a consequence of
pH on biological control of clubroot in weed suppression. Mycorrhiza 11: 273-
Chinese cabbage by Heteroconium 277.
chaetospira. Plant Disease 89 (3): 285-290
Nesmith, W. 2003. Bacterial soft rot (hollow Soesanto, L, Sudharmono, N. Prihatiningsih, A.
stalk, leaf rot and leaf drop) in tobacco. Manan, E. Iriani, dan J. Promono. 2005.
http://www.uky.edu/Ag/kpn/kpn_00/p Penyakit busuk rimpang jahe di sentra
n000807.htm. produksi jahe Jawa Tengah: 2. Intensitas
Olson, H.A. 2005. Ralstonia solanacearum. dan pola sebaran penyakit. Agrosains 7
http://www.cals.ncsu.edu/course/pp728/ (1): 27-33.
Ralstonia/Ralstonia_solanacearum_biova Sullivan, M. 2005. Phytophthora parasitica Dastur
rs.html. 12 Juni 2009. var. nicotianae (Breda de Haan) Tucker.
Otten, W. and C.A. Gilligan. 1998. Effect of http://www.cals.ncsu.edu/course/pp728/
physical conditions on the spatial and Ralstonia/Ralstonia_solanacearum_biova
temporal dynamics of the soil borne rs.html. 12 Juni 2009.

82 Volume 8 Nomor 2, Desember2009 : 74 - 83


Sumarni, T. 2008. Amelioran Kesuburan Tanah Wing, K.B., M.P. Pritts, and W.F. Wilcox. 1995.
Pertanaman Jagung (Zea mays L.) Var. Biotic, edaphic, and cultural factors
Bisma. Desertasi S3. Universitas Brawi- associated with strawberr black root rot
jaya Malang. in New York. HortScience 30: 86-90.

Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah... (NURUL HIDAYAH DAN DJAJADI) 83

You might also like