Professional Documents
Culture Documents
Hlm 74- 83
ISSN: 1412-8004
Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah... (NURUL HIDAYAH DAN DJAJADI) 75
dipotong kemudian dimasukkan ke dalam air pada tanaman yang mengalami luka baik karena
maka akan keluar seperti asap rokok yang angin maupun akibat pemetikan daun yang
sebetulnya itu adalah massa bakteri. Serangan R. menyisakan luka bekas dipetik dan tanaman
solanacearum dapat terjadi di pembibitan maupun yang dipupuk secara berlebihan (Nesmith, 2003).
tanaman dewasa di lapangan. Dalmadiyo et al.
(2000) mengungkapkan bahwa gejala penyakit Jamur
layu bakteri di lapangan mulai muncul pada
Penyakit lanas yang disebabkan oleh P.
umur 30 hari setelah tanam dengan persentase
nicotianae merupakan salah satu penyakit yang
kematian tanaman yang diakibatkannya
sering dijumpai pada tanaman tembakau. Gejala
mencapai lebih dari 50%.
yang terjadi pada tanaman tembakau yang
Pada umumnya temperatur dan kelembab-
terserang P. nicotianae adalah daun menjadi
an tanah yang tinggi merupakan kondisi
berwarna kuning dan tanaman layu. Pada
lingkungan yang sesuai bagi perkembangan
batang bagian bawah dan akar biasanya
bakteri R. solanacearum (Olson, 2005). Bakteri R.
berwarna hitam dan jika batang dibelah maka
solanacerum termasuk bakteri aerob yang mem-
pada empulurnya akan tampak mengamar atau
butuhkan oksigen dalam respirasinya sehingga
bersekat-sekat (Dalmadiyo et al., 1997). Stadia
supaya dapat berkembang dengan baik mem-
bibit merupakan saat yang paling rentan
butuhkan lingkungan yang aerasinya baik.
terinfeksi P. nicotianae (Sullivan, 2005).
Selain itu, R. solanacearum juga berkembang baik
P. nicotianae berkembang dengan baik pada
pada lingkungan dengan pH agak asam hingga
tanah dengan suhu diatas 20 0C. Selain itu,
netral, sementara rata-rata pH tanah di lahan
perkembangan penyakit juga akan meningkat
tembakau di Temanggung adalah 5.23 sehingga
dengan meningkatnya kelembaban tanah.
ini menjadi lingkungan yang sesuai bagi
Terjadinya penyakit lanas diawali dengan adanya
perkembangan R. solanacearum (Dalmadiyo et al.,
propagul di dalam tanah, meskipun satu
2000).
propagul per gram tanah. Selain itu, sisa-sisa
Inokulum R. solanacearum dapat bertahan
tanaman yang terinfeksi serta adanya
pada bagian tanaman yang terinfeksi, tanaman
klamidospora sebagai spora istirahat P. nicotianae
inang alternatif seperti gulma, serta tanah (Olson,
di tanah juga berfungsi sebagai sumber inokulum
2005). Buddenhagen (1970) menyatakan bahwa
awal. Klamidospora dapat bertahan selama
R. solanacearum termasuk dalam patogen yang
beberapa tahun meskipun tidak ada inang. Saat
berkembang populasinya di dalam jaringan
suhu dan kelembaban tanah meningkat, maka
inang dan kemudian kembali ke tanah pada sisa
klamidospora berkecambah dengan menghasil-
tanaman tetapi populasinya berkurang perlahan-
kan satu atau beberapa tabung kecambah.
lahan. Penyebaran bakteri R. solanaceraum di
Klamidospora juga dapat menginfeksi langsung
lahan terjadi karena bakteri yang berasal dari
akar tembakau atau memproduksi sporangium.
tanaman yang terinfeksi berpindah ke tanaman
Masing-masing sporangium berkecambah
yang sehat melalui air irigasi, tanah yang
menghasilkan 5-30 zoospora dan zoospora inilah
terinfestasi, serta alat-alat pertanian yang telah
yang menginfeksi akar tembakau melalui proses
digunakan pada lahan maupun tanaman yang
kemotaksis. Satu jam kemudian, zoospora yang
terinfeksi (Olson, 2005).
masuk ke dalam akar akan berkecambah dan
Selain R. solanacearum, tembakau juga
segera menginfeksi tanaman. Selanjutnya
merupakan inang bagi bakteri Erwinia carotovora.
tumbuh dengan cepat masuk sel epidermis dan
Infeksi E. carotovora penyebab penyakit busuk
korteks. Di dalam jaringan tanaman tersebut, P.
batang berlubang pada tembakau ditandai
nicotianae berkembang biak menghasilkan
dengan tanaman layu, daun-daunnya berwarna
sporangia atau klamidospora. Selanjutnya siklus
kuning dan bagian dalam batang berlubang
ini berlangsung berulang-ulang untuk meng-
karena bakteri mampu menghasilkan enzim yang
hasilkan infeksi yang baru (Sullivan, 2005).
berperan dalam degradasi sel-sel tanaman.
Jamur P. nicotianae ini dapat menyebar
Penyakit busuk batang berlubang ini berkembang
melalui air, tanah, bahan tanaman yang
Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah... (NURUL HIDAYAH DAN DJAJADI) 77
Tabel 1. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi perkembangan penyakit layu bakteri pada tanaman
tembakau
Faktor tanah Kondisi yang mendukung Kondisi yang menekan perkembangan Sumber pustaka
perkembangan penyakit penyakit
Tekstur Lempung berpasir Pasir berlempung Kang et al., 2004
Bahan organik Kadar rendah Kadar tinggi Djajadi dan Murdiyati, 2000
pH tanah Asam-netral Basa Dalmadiyo, 2000
Unsur hara Kadar fosfat rendah Kadar fosfat tinggi Kang et al., 2004
penyakit lanas dapat terjadi pada tanah dengan dengan kandungan liat dan debu tinggi
pH asam maupun basa, tetapi pH optimum bagi mendukung perkembangan penyakit akar hitam
perkembangan P. nicotianae adalah 6-7 (Sullivan, karena drainasenya jelek, sehingga akan lebih
2005) sementara R. solanacearum akan berkem- banyak tersedia kelembaban bagi reproduksi
bang dengan baik pada tanah dengan pH 5,23 Pythium. Tanah dengan kadar liat tinggi juga
(Dalmadiyo et al., 2000). memungkinkan terjadinya pemadatan, yang
Berbagai jenis patogen tular tanah akhirnya juga akan meningkatkan serangan
menunjukkan pola perkembangan yang berbeda- penyakit (Wing et al., 1995). Peningkatan aktivitas
beda sesuai dengan sifat kebasaan atau dari Pratilenchus penetrans pada tanah-tanah
kemasaman tanah (Soesanto et al., 2005). Contoh- lempung berdebu merupakan salah satu alasan
nya, patogen tular tanah Plasmodiophora brassicae untuk menjelaskan terjadinya peningkatan
yang menyerang tanaman kubis dan Fusarium serangan patogen pada tanah-tanah tersebut..
oxysporum yang menyerang tanaman jahe, akan Pada tekstur tanah berpasir, reproduksi
berkembang pada pH tanah rendah (Soesanto et nematoda meningkat sehingga mampu memung-
al., 2005; Narisawa et al., 2005). Patogen-patogen kinkan infeksi meningkat yang akhirnya dapat
tersebut akan tertekan pada tanah-tanah dengan menurunkan produksi tembakau. Sementara
pH yang lebih tinggi, yaitu sekitar 6,3 dan 7,2. pada tekstur tanah lempung, reproduksi
Sedangkan jamur patogen yang menyerang nematoda rendah sehingga infeksi yang
tanaman kentang menunjukkan ditimbulkan ringan dan produksi tembakau
perkembangannya pada tanah-tanah dengan pH dapat tinggi (Barker dan Weeks, 1991).
tinggi (Harrison dan Shew, 2001).
Kebanyakan patogen akan tertekan Bahan Organik
perkembangannya pada pH tinggi. Hal ini
Bahan organik merangsang perkembangan
dikarenakan pH tinggi menjadikan kondisi
mikrobia yang menghambat aktivitas jamur,
lingkungan tidak sesuai bagi perkembangannya,
termasuk jamur patogen penyebab penyakit akar
misalnya mengganggu proses rilisnya zoospora
hitam. Pada tanah-tanah dengan kadar bahan
sehingga mengurangi kemampuan patogen
organik rendah (0,63%) ditemukan kolonisasi
dalam menginfeksi tanaman (Porth et al., 2003).
Pythium dalam jumlah tinggi, lebih banyak
Selain itu peningkatan pH tanah juga dapat
infeksi penyakit, dan lebih tinggi adanya gejala
menghambat perkecambahan patogen karena
serangan R. solani (Manici et al., 2005). Peran
spora istirahat dari patogen tersebut akan dapat
bahan organik dalam menekan perkembangan
berkecambah dengan baik pada pH tanah yang
patogen tidak hanya dengan meningkatkan
rendah (Agrios, 1997). Campbell dan Greathead
aktivitas mikrobia tanah, juga dengan
(1996), mengemukakan bahwa pada kondisi pH
meningkatkan kesehatan akar sehingga
tanah yang rendah patogen lebih infektif
menjadikan tanaman lebih tahan terhadap
dibandingkan pH tanah yang tinggi.
penyakit (Manici et al., 2005). Penambahan bahan
organik yang berkadar N tinggi berpotensi untuk
Tekstur dan Pemadatan Tanah
menekan patogen tular tanah dengan cara
Kondisi tekstur tanah berpengaruh melepaskan hasil dekomposi (allelochemicals)
terhadap kesuburan dan kesehatan akar. Tanah (Bailey dan Lazarovits, 2003).
Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah... (NURUL HIDAYAH DAN DJAJADI) 79
Mg tinggi, namun berkadar Al dan K rendah mikroorganisme tanah. Selain itu penggunaan
(Wing et al., 1995). Pengaruh ketersediaan unsur pupuk hijau juga dapat berupa sisa-sisa tanaman,
hara terhadap penyakit akar hitam terjadi secara seperti jagung yang umum dipakai sebagai
tidak langsung. Pengaruhnya lebih pada tanaman rotasi setelah tembakau. Diperkirakan
kerentanan tanaman terhadap terjadinya infeksi ketersediaan sisa tanaman ini dapat mensuplai
penyakit. Terjadinya defisiensi K, misalnya, sekitar 5 ton/ha dari kebutuhan tanaman
mungkin mendukung terjadinya cekaman garam tembakau. Namun, karena sisa-sisa tanaman
(Kaya et al., 2002), dan defisiensi K ini biasanya jagung juga digunakan untuk kebutuhan pakan
terjadi pada tanah-tanah dengan kandungan liat ternak, maka usaha lain yang perlu dilakukan
tinggi, yaitu kondisi tanah yang kondusif bagi adalah dengan menanam tanaman C. juncea.
perkembangan penyakit (Wing et al., 1995). Hijauan tanaman ini dapat dikembalikan ke
tanah sebagai mulsa maupun dibenamkan di
STRATEGI PENGENDALIAN PATOGEN dalam tanah sebagai sumber bahan organik.
TULAR TANAH BERDASAR SIFAT-SIFAT Namun, karena manfaat tanaman C. juncea ini
TANAH masih belum banyak disadari oleh petani, maka
diperlukan usaha sosialisasi kepada petani
tembakau.
Di antara faktor utama yang berpengaruh
Strategi lain yang dapat ditempuh untuk
sangat besar terhadap strategi pengendalian
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
patogen tular tanah pada tanaman tembakau
penyakit tular tanah adalah dengan peningkatan
adalah dengan meningkatkan kadar bahan
serapan P oleh tanaman. Pada umumnya kadar
organik tanah. Peningkatan kadar bahan organik
hara P total tanah di lahan-lahan tembakau sudah
dapat dilakukan melalui penambahan pupuk
tinggi. Namun demikian unsur yang dapat
kandang dan pembenaman serasah atau sisa-sisa
diserap tanaman sedikit, karena ketersediaannya
tanaman. Lahan tembakau di Temanggung yang
dalam koloid tanah terjerap oleh partikel liat
berkadar bahan organik sangat rendah ternyata
sehingga tidak terjangkau oleh akar-akar
mempunyai populasi patogen penyebab penyakit
tanaman. Untuk meningkatkan serapan P, maka
lincat (R. solanacearum, Meloidogyne, dan
penggunaan mikoriza sering dilakukan. Namun
Phytophthora sp.) sangat tinggi (Djajadi dan
demikian pemanfaatan mikoriza dalam budidaya
Murdiyati, 2000). Sepertinya patogen penyebab
tembakau masih belum mendapat perhatian.
penyakit di lahan tembakau di Temanggung
lebih dapat berkembang pada lahan-lahan yang
KESIMPULAN DAN SARAN
berkadar bahan organik rendah. Kebutuhan
pupuk organik berupa pupuk kandang untuk
Beberapa jenis patogen tular tanah yang
lahan tanaman tembakau yang dapat
menyerang tanaman tembakau adalah
meningkatkan produksi hasil tembakau
R. solanacearum, P. nicotianae, M. incognita, E.
temanggung adalah sekitar 22,5 ton per ha
carotovora, yang dapat menyebabkan kerugian
(Rachman et al., 1988).
hasil antara 10-90%. Perkembangan penyakit
Ketersediaan pupuk kandang di sekitar
tular tanah yang sangat tinggi pada pertanaman
pertanaman tembakau di Kabupaten
tembakau di Indonesia, umumnya berkaitan
Temanggung sangat terbatas, sehingga perlu
dengan faktor-faktor tanah yang kondusif
didatangkan dari daerah luar dengan harga
terhadap perkembangan patogen, seperti
mahal (Rp 12 juta/ha). Oleh karena itu perlu
kandungan bahan organik rendah, pH tanah
dicari alternatif sumber bahan organik, seperti
yang umumnya masam, tekstur tanah lempung
tanaman Crotalaria juncea. Pemafaatan tanaman
berpasir, dan rendahnya kadar fosfat.
ini sebagai pupuk hijau ternyata dapat
Penelitian untuk mengidentifikasi pengaruh
memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologi
sifat-sifat tanah terhadap perkembangan patogen
tanah pada lahan tanaman jagung (Sumarni,
tular tanah pada tembakau sangat diperlukan
2008). Perbaikan kesuburan biologi tanah
sebagai dasar strategi pengendalian penyakit.
diindikasikan dengan meningkatnya populasi
Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah... (NURUL HIDAYAH DAN DJAJADI) 81
Harrison, U.J. and H.D. Shew. 2001. Effect of soil fungal patogen rhizoctonia solani. New
pH and nitrogen fertility on the Phytologist 138 (4): 629-637.
population dynamics of Thielaviopsis Ownley, B.H., B.K. Duffy., and D.M Weller. 2003.
basicola. Plant and Soil 228 (2): 147-155. Identification and manipulation of soil
Kang Y, Chung Y, and Yu Y. 2004. Relationship properties to improve the biological
between the population of Ralstonia control performance of phenazine-
solanacearum in soil and the incidence of producing Pseudomonas fluorescens.
bacterial wilt in the naturally infested Applied and Environmental
tobacco fields. Plant Pathology Journal Microbiology 69 (6): 3333-3343.
20(4): 289-292. Pinkerton, J.N., K.L. Ivors, P.W. Reeser, P.R.
Kaya, C., D. Higgs, K. Saltali, and O. Gezerei. Bristow, and G.E. Windom. 2002. The
2002. Response of strawberry grown at use of soil solarization for the
high salinity and alkalinity to mangement of soilborne plant pathogens
supplementary potassium. Journal of in strawberry and redberry production.
Plant Nutrient. 25:1415-1427. Plant Disease 86: 645-651.
LaMondia, J.A. and R.S. Cowles. 2005. Porth, G., F. Mangan, R. Wick, and W. Autio.
Comparison of Pratylenchus penetrans 2003. Evaluation of management
infection and Maladera castanea feeding on strategies for clubroot disease of brassica
strawberry root rot. Journal of crops. http://www.umassvegetable.org.
Nematology. 37: 131-135. Rachman, A., Djajadi, dan A. Sastrosupadi. 1988.
Manici, L.M., F. Caputo and G. Baruzzi. 2005. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk
Additional experiences to elucidate nitrogen terhadap produksi dan mutu
microbial component of soil tembakau temanggung. Jurnal Penelitian
suppressiveness towards strawberry Tanaman Tembakau dan Serat. (3) 1: 15-
black root rot complex. Annual Applied 22
Biology 146: 421-431. Sasser, J. N. and A.L. Taylor. 1978. Biology,
Murdiyati, A.S., G. Dalmadiyo, Mukani, Suwarso, Identification and Control of Nematodes
S.H. Isdijoso, A. Rachman, dan B. Hari- (Meloidogyne species). Department of Plant
Adi. 1991. Observasi lahan lincat di Pathology Carolina State University,
Temanggung. Malang: Balai Penelitian United States Agency for International
Tanaman Tembakau dan Serat. Development. U.S.A.
Narisawa, K., M. Shimura, F. Usuki, S. Fukuhara, Schreiner, P.R., K.L. Ivors, and J.N. Pinkerton.
and T. Hashiba. 2005. Effects of 2001. Soil solarization reduces asbucular
pathogen density, soil moisture, and soil mycorrhizal fungi as a consequence of
pH on biological control of clubroot in weed suppression. Mycorrhiza 11: 273-
Chinese cabbage by Heteroconium 277.
chaetospira. Plant Disease 89 (3): 285-290
Nesmith, W. 2003. Bacterial soft rot (hollow Soesanto, L, Sudharmono, N. Prihatiningsih, A.
stalk, leaf rot and leaf drop) in tobacco. Manan, E. Iriani, dan J. Promono. 2005.
http://www.uky.edu/Ag/kpn/kpn_00/p Penyakit busuk rimpang jahe di sentra
n000807.htm. produksi jahe Jawa Tengah: 2. Intensitas
Olson, H.A. 2005. Ralstonia solanacearum. dan pola sebaran penyakit. Agrosains 7
http://www.cals.ncsu.edu/course/pp728/ (1): 27-33.
Ralstonia/Ralstonia_solanacearum_biova Sullivan, M. 2005. Phytophthora parasitica Dastur
rs.html. 12 Juni 2009. var. nicotianae (Breda de Haan) Tucker.
Otten, W. and C.A. Gilligan. 1998. Effect of http://www.cals.ncsu.edu/course/pp728/
physical conditions on the spatial and Ralstonia/Ralstonia_solanacearum_biova
temporal dynamics of the soil borne rs.html. 12 Juni 2009.
Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah... (NURUL HIDAYAH DAN DJAJADI) 83