You are on page 1of 8

STEP 7

3. Jelaskan mengenai infeksi saluran kemih !


 Definisi
Menurut Tessy & Ardaya (2006), infeksi saluran kemih (ISK) adalah
infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri
akibat proliferasi suatu organisme. Beberapa istilah yang sering digunakan
dalam klinis mengenai infeksi saluran kemih :
- ISK uncomplicated (sederhana), yaitu infeksi saluran kemih pada pasien
tanpa disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.
- ISK complicated (rumit), yaitu infeksi saluran kemih yang terjadi pada
pasien yang menderita kelainan anatomis/ struktur saluran kemih , atau
adanya penyakit sistemik. Kelainan ini menyulitkan pemberantasan
kuman oleh antibiotika.
- First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu infeksi
saluran kemih yang baru pertama kali diderita atau infeksi yang didapat
setelah sekurang-kurangnya 6 bulan bebes dari ISK.
- Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya
dapat dibasmi dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama.
- Asymtomatic significant bacteriuria (ASB), yaitu bakteriuria yang
bermakna tanpa disertai gejala.
 Etiologi

No Mikroorganisme Presentase biakan (%)


1. Eschrichia coli 50-90
2. Klebsiela atau enterobacter 10-40
3. Proteus sp 5-10
4. Pseuomonas aeroginosa 2-10
5. Staphylococcus epidermidis 2-10
6. Enterococci 1-2
(Tessy & Ardaya, 2006)
 Klasifikasi
Purnomo (2012) menyampaikan dalam buku Dasar-Dasar Urologi,
bahwa infeksi saluran kemih (ISK) diklasifikasikan berdasarkan letak
anatomis, yakni :
1. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah
Presentasi klinis infeksi saluran kemih (ISK) bawah tergantung
dari gender.
 Perempuan
Sistitis adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai
bakteriuria bermakna sindroma uretra akut (SUA) adalah presentasi
klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril).
 Laki-laki
Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis,
epidimidis, dan uretritis.
2. Infeksi saluran kemih (ISK) atas
 Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
 Pielonefritis kronik (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi
saluran kemih serta refluk vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria
kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang
ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
 Patogenesis
Saluran kemih atau urin bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi
saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak di dalam media urin. Mikroorganisme
memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu :
1. Asending
2. Hematogen
3. Limfogen
4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian instrumen.
Sebagian besar mikroorgnisme memasuki saluran kemis melalui cara
ascending. Kuman ogen penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
bersal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina,
prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme
memasuki saluran kemih melalui uretra, prostat, vas deferens, testis (pada
pria), buli-buli ureter dan sampai ke ginjal (Liza, 2006).
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending,
tetapi dari kedua cara ini ascending-lah yang paling sering terjadi :
1. Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya
tahan tubuh yang rendah karena menderita sesuatu pnyakit kronis atau
pada pasien yang mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran
hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat lain.
Misalnya infeksi Staphilococcus Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat
penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau
tempat lain. Salmonella, pseudomonas, candida, dan proteus sp termasuk
jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen. Walaupun
jarang terjadi penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi
ginjal yang berat, misal infeksi staphylococcus dapat menimbulkan abses
pada ginjal (Liza, 2006).
2. Infeksi
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan,
yaitu :
- Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina.
- Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli.
- Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih.
- Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan
keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen)
sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan
keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host
yang menurun atau karena virulensi agent yang meningkat (Liza, 2006).
a. Faktor host
Kemampuan host ntuk menahan mikroorganisme masuk ke
dalam saluran kemih disebabkan oleh beberpa faktor yaitu pertahanan
lokal dari host dan peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari
imunitas selular dan humoral. Pertahananan lokal sistem saluran
kemih yang paling baik adalah mekanisme wash out urin, yaitu aliran
urin yang mampu membersihkan kuman – kuman yang ada di dalam
urin (Liza, 2006).
b. Faktor agent (mikroorganisme)
Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di
permukaannya. Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui
reseptor yang ada dipermukaan urotelium. Selain itu beberapa bakteri
mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan toksin
(hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah
suasana urin menjadi basa (Liza, 2006).
 Diagnosis
1. Gambaran klinis
Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari
tanpa gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat. Gejala yang
sering timbul ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang
biasanya terjadi bersamaan, disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi,
yaitu :
a. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra
pubik, disuria, frekuensi, hematuri, dan urgensi.
b. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri
punggung, dan muntah (Purnomo, 2012).
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
- Urinalisis
- Eritrosit
Ditemukan eritosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan
penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-
gromeruler. Penyakit non-gromeruler seperti batu saluran kemh dan
infeksi saluran kemih.
- Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan
oleh Stamn, bila ditemukan palin sedikit 8000 leukosit per ml urin
yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit perlapangan
pandang besar pada urin yang disentrifus (Purnomo, 2012).
b. Bakteriologis
- Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunkan urin segar
tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila
dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
- Biakan bakteri
Pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk
memstikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan akteri dalam jumlah
bermakna (Purnomo, 2012).
c. Tes plat celup (Dip-slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa
lempengan plastik bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya
dilpisi pembenihan padat khusus. Lempengan tersebut dicelupkan
kedalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Penentuan jumlah
kuman/ml dilakukan dengan membandingkn pola pertumbuhan
kuman dengn serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan
kepadaan koloni yang sesuai dengan jumlah antara 1000 dan
10.000.000 dalam tiap ml urin yang diperiksa (Purnomo, 2012).
d. Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada infeksi saluran kemih dimaksudkan
unuk mengetahui adanya, batu atau kelainan anatomis yang
merupakan faktor presdiposisi infeksi saluran kemih. Pemeriksaan ini
dapat berupa foto polos abdomen, pielonegrafi intravena, demikian
pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT-
scan (Purnomo, 2012).
 Penatalaksanaan
Menurut Purnomo (2012), tujuan penatalaksanaaan infeksi saluran
kemih adalah mencegah dan menghilangkan gejala, mencegah dan
mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi risiko
kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang
sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal.
1. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah
Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang
banyak, antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi simtomatik
untuk alkanisasi urin :
- Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam
dengan antibiotika tunggal, seperti ampisilin 3 gram, trimetropim
200 mg.
- Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria)
diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari.
- Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan bila
semua gejala hilang dan tanpa leukosuria.
Bila pada pasien reinfeksi berulang (frequent re-infection) :
- Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intenssif
diikuti dengan koreksis faktor resiko.
- Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah
asupan cairan yang bayak, cuci setlela melakukan senggama diikuti
dengan terpi antimikroba dosis tunggal (misal trimetroprim 200
mg)
- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan. Pasien sindroma
uretra akut (SUA) dengan hitungan kuman 103-105 memerlukan
antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang
baik dengan tetrasiklin. Infeksi yang disebabkan miikroorganisme
anaerobik diperlukan antimikroba yang serasi (golongan kuinolon)
2. Infeksi saluran kemih (ISK) atas
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan
rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika
parenteral paling sedikit 48 jam. The infection Disease Society of
America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotika
intravena sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui
mikroorganisme penyebabnya :
- Flurokuinolon
- Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
- Sefalosporin berspektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida
Antimikroba Dosis Interval
Sefepim 1 gram 12 jam
Siprofloksasin 400 mg 12 jam
Levofloksasin 500 mg 24 jam
Ofloksasin 400 mg 12 jam
Gentamisin (+ ampisilin) 3-5 mg/kgBB 24 jam
1 mg/ kg BB 8 jam
Ampisilin (+gentamisin) 1-2 gram 6 jam
Tikarsilin klavulanat 3, 2 gram 8 jam
Piperasilin tazobaktam 3, 375 gram 2-8 jam
Imipenem silastarin 250-500mg 6-8 jam

3. Infeksi saluran kemih berulang


Untuk penanganan ISK berulang dapat dilihat pada gambar
berikut : Terapi jangka panjang yang dapat diberikan antara lain
trimetroprim – sulfametoksazol dosi rendah (40 – 200 mg) tiga kali
seminggu setiap malam, flurokuinolon dosis rendah, nitrofurantoin
makrokristal 100 mg tiap malam. Lama pengobatan 6 bulan dan bila
perlu dapat dipepanjang 1-2 tahun lagi.
 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain
batu saluran kemih, obstruksi salran kemih, sepsis, infeksi kuman yang
multisitem, gangguan fungsi ginjal (Purnomo, 2012).

DAFTAR PUSTAKA
Liza. 2006. Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam Edisi I. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Purnomo, B.B. 2012. Dasar- dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto.

Tessy, A., Ardaya, Suwanto. 2006. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

You might also like