You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan

peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak

sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian

(Batticaca, 2008). Mobilisasi atau mobilitas merupakan kemampuan individu

untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya. (Hidayat 2006).

Tanpa kita sadari, gaya hidup masyarakat Indonesia pada umumnya

mengalami perubahan, yang sayangnya justru cenderung mengarah ke lebih

buruk. Sebagai contoh, kurangnya mengonsumsi makanan yang sehat dan

cenderung mengonsumsi makanan berlemak, penduduk berusia remaja atau

pemuda menjelang dewasa Indonesia kini telah banyak yang kecanduan rokok dan

minuman beralkohol, kurangnya minat masyarakat untuk berolahraga dan

memulai pola hidup sehat. Hal ini meningkatkan resiko terkena penyakit stroke

(Riskesdas, 2013). Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan

Stroke Indonesia (Yastroki), masalah stroke semakin penting dan mendesak

karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia adalah terbanyak dan menduduki

urutan pertama di Asia. Prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 % dari 1000

populasi. Data nasional Indonesia menunjukkan bahwa stroke merupakan

penyebab kematian tertinggi, yaitu 15,4%. Didapatkan sekitar 750.000 insiden

1
2

stroke per tahun di Indonesia, dan 200.000 diantaranya merupakan stroke

berulang. (Yastroki, 2012).

Dari data RS DR Loekmono Hadi kudus tahun 2015 dan 2016, selama

periode januari – desember tahun 2015 prevalensi penderita stroke non hemoragik

ada 568 pasien dengan pasien Laki – laki 286 orang, perempuan 282, prevalensi

hidup 500 orang dan yang meninggal 68 orang. Untuk angka hambatan mobiltas

fisik dengan 10 sampel acak dari 568 catatan medik di temukan data bahwa 7

sampel mengalamai hambatan mobilitas fisik dan di temukan hanya 4 klien yang

di lakukan mobilisasi Range Of Motion (ROM). Selama periode januari -

november 2016, prevalensi penderita stroke non hemoragik naik sekitar 9,1 %

yaitu sebanyak 584 orang. Tercatat 288 pasien di alami oleh laki- laki dan 296

pasien dialami oleh perempuan dengan prevalensi hidup 520 orang dan yang

meninggal ada 63 orang. Untuk angka kejadian hambatan mobilitas fisik dengan

sampel 15 acak dari 584 catatan medis di temukan ada 10 sampel dengan

hambatan mobilitas fisik dan hanya 5 klien yang dilalukan mobilisasi Range Of

Motion (ROM). Sedangkan 5 klien yang tidak di lakukan mobilitasi aktif maupun

pasif, hanya mendapatkan manajemen edema serebral.

Kecacatan fisik yang dialami oleh pasien stroke meliputi kehilangan

fungsi motorik (hemiplegia dan hemiparesis), gangguan menelan (disfagia),

gangguan bicara (disartria), maupun gangguan eliminasi. Pasien stroke yang

mengalami kecacatan fisik di Indonesia berjumlah 80 – 90% (Riskesdas, 2013).

Hemiplegia dan hemiparesis merupakan kecacatan fisik yang paling sering terjadi

pada pasien stroke. Hemiparesis merupakan penyebab yang sering terjadi setelah di
3

temukan 70-80 % pasien yang terkena serangan stroke mengalami hemiparesis.

Sekitar 20 % pasien stroke akan mengalami hemiparesis bervariasi dan lebih dari 50

% mengalami gejala sisa fungsi motorik (Irdawati, 2008). Sekitar 60% pasien

mengalami hemiplegia di bagian ekstremitas atas dan hanya sekitar sepertiga yang

mengalami pemulihan fungsional penuh (Beebe & Lang, 2009).

Stroke bisa berdampak pada kondisi fisiologis maupun psikologis.

Dampak stroke pada aspek psikologis adalah adanya perasaan depresi akan

perubahan fisik yang membuat mereka merasa terasing dari orang-orang dan

mereka akan berpikir bahwa dirinya tidak berguna lagi karena hidup mereka lebih

banyak bergantung pada orang lain. Dengan kondisi pasca stroke yang demikian,

penderita akan merasa dirinya cacat dan kecacatan ini menyebabkan self-

esteem terganggu. Kemudian dengan keadaan pasien yang ketergantungan dengan

orang lain maka dia pun akan kehilangan pekerjaan dan pendapatan keluarga akan

berkurang yang berdampak bagi perekonomian keluarga.

Cara untuk mengurangi kecacatan setelah serangan stroke adalah

dengan cara rehabilitasi. Rehabilitasi dapat dipandang sebagai salah satu jalan

untuk meningkatkan kualitas hidup penderita stroke (wiarawan, 2009). Penderita

stroke post serangan membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan dan

memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal. Salah satu program

rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke yaitu mobilisasi persendian

dengan latihan range of motion (Levine, 2008). Terapi fisik yang umumnya

dilakukan berupa latihan range of motion dengan kekuatan otot dan melatih

activities of daily living/ADL seperti mandi, makan, buang air, berpakaian dan
4

berdandan, serta latihan kegiatan yang bersifat hobi seperti memasak dan

berkebun.

Melalui upaya rehabilitasi, diharapkan kemampuan motorik, kognitif,

visual dan koordinasi para penderita stroke dapat pulih sehingga tingkat

kemandirian mereka pun secara berangsur meningkat. Dengan meningkatnya

kemampuan dan tingkat kemandirian mereka, kualitas hidup penderita stroke akan

meningkat pula. latihan fisik secara rutin merupakan upaya terapi rehabilitasi

yang umumnya dianjurkan untuk dilakukan pasca stroke.

Maka dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk membuat karya

tulis Ilmiah yang berjudul : Asuhan Keperawatan Pada pasien Yang Mengalami

Stroke Non Hemoragik Dengan Fokus Studi Pengelolaan Hambatan Mobilitas

Fisik

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada

pasien Yang Mengalami Stroke Non Hemoragik Dengan Fokus Studi

Pengelolaan Hambatan Mobilitas Fisik ?”

C. Tujuan

Mendiskripsikan pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan pada

pasien yang mengalami stroke non hemoragik dengan fokus studi pengelolaan

hambatan mobilitas fisik.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis
5

Karya tulis ini di harapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam

pengembangan ilmu yang berkaitan dengan asuhan keperaatan pasien

dengan stroke non hemotagik

2. Manfaat praktis

a. Peneliti

Hasil Penulisan ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan ketrampilan dalam melakukan asuhan keperawatan.

b. Institusi pendidkan

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada

pasien stroke non hemoragik

b. Bagi Pasien

Hasil penulisan ini dapat sebagia media untuk meningkatkan wawasan

dan pengetahuan bagi pasien dan keluarga mengeni pengelolaan pasien

stroke non hemoragik. Pasien dan keluarga di harapkan mampu

menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga derajat

kesehatan dan kualitas hidup pasien dapat meningkat

You might also like