You are on page 1of 15

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER V

FISIOTERAPI KOMUNITAS

DI SUSUN OLEH :

NAMA : RIZKA AUDINUR RAHMAN


NIM : PO714241151085
KELAS/PRODI : III. B / D.IV FISIOTERAPI

JURUSAN FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TA 2017/2018
URAIAN DAN ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KERJA, BEBAN
KERJA DAN BEBAN TAMBAHAN KERJA PADA :

a. Tenaga Fisioterapis
Kapasitas kerja tenaga fisioterapis dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia,
jenis kelamin dan status kesehatan. Umur dapat memengaruhi kualitas kerja fiisoterapis,
semakin bertambahnya umur kapasitas kerja semakin menurun dan beban kerja yang
diperoleh akan semakin meningkat. Jenis kelamin laki-laki memiliki kapasitas kerja yang
lebih baik dari perempuan , dan kondisi kesehatan juga mempengaruhi dalam proses
penanganan pasien, karena ketika fisioterapis sakit, maka fisioterapis tidak dapat
menangani pasien secara maksimal. Beban kerja fisioterapis lebih banyak menggunakan
beban fisik dalam menangani pasien, saat fisioterapis secara bergilir memberikan terapi
pada semua pasien tanpa adanya isirahatakan memberikan pembebanan yang besar dan
menyebabkan kelelahan.beban tambahan kerja fisioterapis seperti Lingkungan kerja yang
diperhatikan adalah tata cahaya ruangan dan tata letak modalitas sehingga mempermudah
dalam melakukan reatment menjadi lebih efisien dan efektif
Kapasitas kerja pada tenaga fisioterapi yaitu mampu menangani pasien dengan
beban kerja tergantung pada kasus yang ditangani oleh fisioterapis dan modalitas apa
yang digunakan fisioterapis, contohnya pasien obesitas dengan keluhan LBP, maka beban
kerja fisioterapis akan bertambah.

b. Tenaga Gizi
Kapasitas kerja tenaga gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis
kelamin dan status kesehatan. Umur dapat memengaruhi kualitas kerja tenaga gizi,
semakin bertambahnya umur kapasitas kerja semakin menurun dan beban kerja yang
diperoleh akan semakin meningkat. Jenis kelamin perempuan memiliki kapasitas kerja
yang lebih baik dari laki laki karena perempuan lebih teliti dalam hal pengelohan dan
penyusunan menu dibandingkan laki laki , dan kondisi kesehatan juga mempengaruhi
dalam proses aktivitas tenaga gizi seperti melakukan penyusunan standar dietic dan
informasi gizi, dan melaksanakan pelayanan gizi.
Beban kerja yang rentan dialami oleh tenaga gizi adalah beban mental yang
mempengaruhi pikiran karena lebih banyak bekerja dengan menggunakan pikiran,
apalagi pada saat menyusun menu diet pada pasien obesitas.Beban kerja tambahan tenaga
gizi yaitu lingkungan yang panas pada dapur untuk mengukur kadar gizi pada makanan
yang mempengaruhi beban kerja, dan beban tambahan psikologis, karena tenaga gizi
akan lebih mudah terganggu psikologisnya seperti halnya mengalami stress.
Pengaruh beban kerja tambahan diatas dapat menimbulkan hasil kerja yang tidak
optimal pada tenaga gizi.

c. Tenaga Laboratorium
Kapasitas kerja tenaga fisioterapis dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia,
jenis kelamin dan status kesehatan. Umur dapat memengaruhi kualitas kerja tenaga
laboratorium, semakin bertambahnya umur kapasitas kerja semakin menurun dan beban
kerja yang diperoleh akan semakin meningkat.kondisi kesehatan juga mempengaruhi
dalam proses aktivitas tenaga laboratorium seperti pada saat sakit, tidak akan melakukan
aktifitasnya untuk melakukan pemeriksaan lab(sampel) dalam rangka membantu
menegakkan diagnose dokter. Beban kerja tenaga laboratorium adalah beban fisik dan
mental dimana tenaga laboratorium harus melakukan hal dalam pekerjaannya secara teliti
.
Beban kerja tambahan mempengaruhi juga beban kerja dan kapasitas kerja tenaga
laboratorium yaitu penggunaan tata cahaya pada ruangan laboratorium, karena ketika
cahaya redup, akan mempengaruhi proses pelaksanaan kerjanya sehingga menimbulkan
kerja yang tidak maksimal, selain itu pemaparan zat kimia menjadi beban tambahan kerja
karena ketika tidak berhati hati akan terpapar zat kimia yang dapat membahayakan tubuh.

d. Tenaga Farmasi

Kapasitas kerja tenaga farmasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis
kelamin dan status kesehatan. Umur dapat memengaruhi kualitas kerja apoteker,
semakin bertambahnya umur kapasitas kerja semakin menurun dan beban kerja yang
diperoleh akan semakin meningkat. dan kondisi kesehatan juga mempengaruhi dalam
proses pelayanan , karena ketika tenaga farmasi sakit, maka tidak dapat melayani resep
dokter yang akan diberikan kepada pasien secara maksimal.
Beban kerja farmasi lebih banyak menggunakan beban fisik dan mental dalam
melayani pelayanan, karena saat melakukan pelayanan akan mempengaruhi fisik seperti
pada saat jaga malam dan mempengaruhi mental karena harus teliti pada saat peracikan
obat. Permintaan resep yang meningkat tetapi tenaga farmasi yang sedikit akan
mepengaruhi beban kerja tenaga farmasi pada RS tersebut
Beban tambahan kerja tenagafarmasi seperti Lingkungan kerja yang terpenuhi
oleh bau-bauan zat kimia yang dapat mempengaruhi pernapasan dan dapat menimbulkan
penyakit-penyakit pada pernapasan.

e. Tenaga Keperawatan

Kapasitas kerja tenaga keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia,
jenis kelamin dan status kesehatan. Umur dapat memengaruhi kualitas kerja tenagaa
keperawatan, semakin bertambahnya umur kapasitas kerja semakin menurun dan beban
kerja yang diperoleh akan semakin meningkat apalagi tenaga keperawatan mempunyai
shift malam, ketika umur sudah menua, maka kualitas kerja untuk shif malam akan
berkurang. dan kondisi kesehatan juga mempengaruhi dalam proses menolong pasien ,
karena ketika tenaga keperawatan sakit, maka tidak dapat menolong pasien secara
maksimal.

Beban kerja keperawatan yaitu melaksanakan obsevasi pasien secara ketat selama jam
kerja, kontak langsung perawat dan pasien secara terus menerus selamajam kerja dan
adanya tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien.Beban kerja yang berat
mempengaruhi fisik dan mental seorang tenaga kesehatan.

Beban kerja tambahan tenaga keperawatan yaitutugas tambahan yang harus


dikerjakan oleh perawat dapat mengganggu penampilan kerja dari perawat.Akibat negatif
dari banyaknya tugas perawat diantaranya timbulnya emosi perawat yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan dan berdampak buruk bagi produktivitas perawat.Hal ini dapat
mempengaruhi kapasitas dan beban kerja perawat itu sendiri.
f. Tenaga Bidan
Kapasitas kerja tenaga bidan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis
kelamin dan status kesehatan. Umur dapat memengaruhi kualitas kerja tenaga bidan,
semakin bertambahnya umur kapasitas kerja semakin menurun dan beban kerja yang
diperoleh akan semakin meningkat dan kondisi kesehatan juga mempengaruhi dalam
proses menolong persalinan pasien , karena ketika tenaga bidan sakit, maka tidak dapat
menolong persalinan pasien secara maksimal dan menganggu kapasitas fisik yang
dimiliki oleh bidan.
Beban kerja tenaga bidan lebih banyak menguras beban fisik dan sosial. Dimana
tenaga bidan lebih banyak menggunakan fisik ketika ingin membantu proses persalinan
harus menyiapkan fisik yang baik agar tidak menimbulkan cedera pada pasien maupun
pada bidan.
Dan beban kerja tambahan yang dapat mempengaruhi kapasitas kerja dan beban
kerja pasien yaitu beban fikiran karena merasa takut akan menimbulkan kematian pada
ibu dan anak. Lingkungan cuaca juga menjadi beban kerja tambahan yaitu ketika pada
saat hujan, lalu ada orang yang akan melahirkan pada cuaca hujan, maka bidan harus
melewati hujan dan dapat sakit ketika daya tahan tubuh kurang baik pada bidan.
KAJIAN UNTUK TERJADINYA GANGGUAN REPETITIF STRAIN INJURIES
PADA PEKERJA ;

a. Tenaga fisioterapi :
1. Nyeri pinggang akibat kesalahan postur saat menangani pasien
2. Lengan terasa lemah (pembebanan yang berlebihan) akibat menangani pasien dalam
jumlah yang banyak dan waktu yang lama.
3. Pembebanan yang berlebihan pada lutut saat menangani pasien yang akan
menyebabkan Osteoarthritis. Terutama pada pasien obesitas
4. Pembebanan yang berlebihan pada bahu saat memberikan exercise pada pasien
sehingga menyebabkan nyeri bahu.

b. Tenaga gizi
1. Penggunaan pergelangan tangan yang berlebihan saat menyusun kadar gizi makanan
pasien secara berulang-ulang akan memicu adanya cedera yang menyebabkan CTS

c. Tenaga laboratorium kesehatan


1. Spasme pada otot fleksor cervical akibat teralalu sering menggunakan mikroskop saat
meneliti
2. Spasme pada otot ererector spine lumbal akibat duduk yang teralalu lama
3. Penekanan pada otot piriformis akibat duduk teralalu lama sehingga dapat memicu
terjadinya syndrome piriformis

d. Tenaga farmasi
1. Penggunaan pergelangan tangan yang berlebihan saat menggunakan mortar (alat
penumbuk obat) secara berulang-ulang akan memicu adanya cedera yang
menyebabkan CTS
2. Spasme pada otot gastrognemius akibat terlalu lama berdiri
3. Pembebanan yang berlebihan saat berdiri terlalu lalu akan menimbulkan nyeri lutut.
e. Perawat
1. Overuse pada pergelangan tangan saat menulis Askep dapat memicu adanya cedera
yang menyebabkan CTS
2. Nyeri leher timbul akibat terlalu lama berada di depan komputer
3. Cedera pada tulang belakang saat mengangkat pasien yang menderita obesitas (over
weight) akan menyebabkan LBP
4. Spasme pada otot gastrognemius akibat terlalu lama berdiri dan berlari ketika ada
pasien gawat darurat

f. Bidan
1. Spasme pada otot erector spine lumbal akibat gerakan fleksi lumbal saat proses
persalinan.
2. Otot-otot leher mengalami ketegangan saat proses persalinan karena mempertahankan
posisi fleksi cervical.
3. Spasme pada otot fleksor bahu akibat gerakan fleksi shoulder saat menarik bayi pada
proses persalinan.
4. Tungkai terasa kesemutan atau kram akibat terlalu lama berdiri pada proses persalinan.
SENAM ERGONOMIK AKIBAT RSI PADA PENGGUNA KOMPUTER

Dilakukan dengan cara merentangkan


kedua tangan kedepan lalu mengaitkan
antara keduanya. Dorong ke depan
hingga terjadi penguluran. Lakukan
selama 10-2- detik dengan 2 kali repetisi.

Berdiri dengan mengangkat kedua tangan


secara maximal keatas dengan jari-jari saling
dikaitkan. Pertahankan selama 10-15 detik
Dilakukan dengan posisi berdiri kemudian satu
tangan diangkat dan ditekuk, lalu tangan yang
satunya menarik siku yang terlipat hingga terjadi
penguluran pada otot seratus anterior. Lakukan juga
pada sisi yang berlawanan. Senam ini dipertahankan
selama 8-10 detik

Berdiri dengan mengangkat kedua tangan secara


maximal keatas dengan jari-jari saling
dikaitkan.Pertahankan selama 15-20 detik.
Dilakukan dengan posisi berdiri senyaman
mungkin.Kemudian elevasikan kedua bahu
semaksimal mungkin pada otot.

Dilakukan dengan posisi berdiri senyaman mungkin.


Kemudian salah satu tangan menarik tangan yang
satunya ke belakang lalu kepala di miringkan ke arah
tangan yang menarik. Senam ini di lakukan pada
masing-masing lengan dan dipertahankan 10-12 detik.
Dilakukan dengan cara kedua tangan saling bertemu
dengan jari-jari mengarah ke atas di depan dada.
Kemudian menggerakkan kebawah secara perlahan
sehingga terasa penguluran pada pergelangan
tangan.Lakukan selama 10 detik.

Dilakukan dengan cara kedua tangan saling bertemu


dengan jari-jari menghadap ke atas di depan dada.
Kemudian memutar pergelangan tangan hingga jari-jari
mengarah kebawah sehingga terasa penguluran pada
pergelangan tangan.Lakukan selama 10 detik.
Dilakukan dengan cara satu tangan diangkat ke
atas dan tangan yang satunya tetap berada di
bawah, kemudian secara bersamaan gerakkan
kedua tangan ke belakang hingga terjadi
penguluran. Lakukan secara bergantian selama
8-10 detik.

Dilakukan dengan posisi duduk, kemudian


tungkai yang satu disilangkan ke atas tungkai
yang satunya, lalu tangan yang berlawanan
memegang lutut pada tungkai yang menyilang.
Pada saat lutut ditarik secara bersamaan badan
akan terputar ke belakang sekitar 30⁰. Lakukan
pada masing-masing sisi selama 8-10 detik.
Dilakukan dengan posisi duduk, kedua tangan
berada di pinggang, kemudian membusungkan
dada ke depan sehingga terjadi peregangan pada
otot, senam ini dilakukan selama 10-15 detik
dengan 2 kali repetisi.

Dilakukan dengan kedua tangan berada di samping


badan kemudian digetarkan (dikibaskan) agar
pergelangan tangan terasa rileks.Senam ini dilakukan
selama 8-10 detik.

A. Dilakukan dengan cara merentangkan salah


satu tangan ke depan dengan jari-jari
menghadap ke atas, kemudian tangan yang
satunya menarik telapak tangan yang
direntangkan sehingga terjadi penguluran.

A B B. Dilakukan dengan cara merentangkan salah


satu tangan dengan jari-jari menghadap
kebawah, kemudian tangan yang satunya
menarik punggung tangan yang direntangkan
sehingga terjadi penguluran.
Dilakukan dengan cara memegang punggung
tangan yang ingin diregangkan kemudian lakukan
ulnar deviasi dan radial deviasi secara pasif.

SENAM ERGONOMIS PADA PENYAKIT RSI AKIBAT MENGANGKAT BEBAN


BERAT
1. Gerakan Tunduk Syukur:

Dari posisi berdiri tegak dengan menarik napas dalam secara rileks, tahan
napas sambil membungkukkan badan ke depan (napas dada)
semampunya. Tangan berpegangan pada pergelangan kaki sampai
punggung terasa tertarik/teregang.Wajah menengadah sampai terasa
tegang/panas.Saat melepaskan napas, lakukan hal itu dengan rileks dan
perlahan.
2. Gerakan Duduk Perkasa:

Menarik napas dalam (napas dada) lalu tahan sambil


membungkukkan badan ke depan dan dua tangan bertumpu
pada paha. Wajah menengadah sampai terasa
tegang/panas.Saat membungkuk, pantat jangan sampai
menungging.
3. Gerakan Sujud Syukur

Posisi Duduk Perkasa dengan dua tangan menggenggam


pergelangan kaki, menarik napas dalam (napas dada),
badan membungkuk ke depan sampai punggung terasa
tertarik/teregang, wajah menengadah sampai terasa
tegang/panas. Saat membungkuk, pantat jangan sampai
menungging.Saat melepaskan napas, lakukan hal itu
secara rileks dan perlahan.
4. Gerakan Berbaring Pasrah

Posisi kaki Duduk Pembakaran dilanjutkan Berbaring


Pasrah. Punggung menyentuh lantai/alas, dua lengan lurus
di atas kepala, napas rileks dan dirasakan (napas dada),
perut mengecil

You might also like