You are on page 1of 16

Makalah Komunikasi Terhadap Tim

Kesehatan, Anak, Dan Teman Sejawat


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali

perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien,

sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting

sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan

fungsinya dengan baik.

Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena komunikasi

mencakup pencapaian informasi, pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi

terapeutik sering kali meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat

untuk membantuk klien mencapai keberhasilan keperawatan bersama

A. Rumusan Masalah

Rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian Pengertian Komunikasi?

2. Apa Prinsip-prinsip Komunikasi?

3. Apa Komponen-komponen dalam Komunikasi?

4. Apa Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi?

5. Bagaimana Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan?

6. Bagamana Komunikasi intensif teman sejawat?

7. Bagaimana Komunikasi pada anak?


B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :

1. Menjelaskan Pengertian Komunikasi

2. Menjelaskan Prinsip-prinsip Kounikasi

3. Menjelaskan Komponen-komponen komunikasi

4. Menjelaskan Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

5. Menjelaskan Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan

6. Menjelaskan Komunikasi intensif teman sejawat

7. Menjelaskan Komunikasi pada anak

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan

individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Nursalam (2007)

menyatakan, komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan

menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti

dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.

Prinsip-prinsip Komunikasi

Adapun prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers yaitu :

1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri

2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima,percaya,dan menghargai

3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien

4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental

5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi pasien

6. Kejujuran dan terbuka


7. Mampu sebagai role model

8. Bertanggung jawab

Komponen-komponen dalam Komunikasi

1. Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.

2. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa berbentuk pesan yang

diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.

3. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan akan efektif

bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim pesan.

4. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis,

diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan atau cium

parfum adalah penciuman (dicium), dan lain-lain.

5. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim

pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang kontinue

karena memberikan respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru

kepada pengirim pesan.

Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

a.Situasi/suasana

Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisingan akan mempengaruhi baik/tidaknya

pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses

komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh

karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan

sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan

pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya,

apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan

luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan
baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan

perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.

b.Kejelasan pesan

Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang

jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan

komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat

mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu,

komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan, dapat

dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.

Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam menjalankan

dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila setiap

individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa

aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan

hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam

mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem sosial. Komunikasi

yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang sangat penting dalam

kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi yang terputus akan

memberikan dampak pada buruknya hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan

klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial

mempunyai kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi.

Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan

kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini

juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal an konsumen eksternal. Konsumen

internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja Komunikasi di lingkungan

rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang
akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi

yaitu konsumen internal an konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur

hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara horisontal

ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin termasuk

keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai provider merupakan

gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada

sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga

maupun masyarakat yang ada di rumah sakit.Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada

suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar

individu yang terlibat dalam sistem tersebut. Ellis (2000) menyatakan jika hubungan

terputus atau menjadi sumber stres, pada umumnya yang ditunjuk sebagai penyebabnya

adalah komunikasi yang buruk.Keperawatan yang menjadi unsur terpenting dalam

memberikan pelayanan dalam hal ini perawat berperan sebagai provider. Fokus perhatian

terhadap buruknya komunikasi juga terjadi pada tim keperawatan.

Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah:

1. Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan

intraksi dengan klien.

2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah secara

terapeutik.

3. Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang berdampak

terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan interpersonal yang

mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini dimaksudkan untuk

meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh tim

keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah

melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah

dalam melakukan tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan komunikasi


dengan menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal yang

dikembangkan oleh Hildegard E.Peplau.

Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu

hubungan kerja sam yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian yang

dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sam yaitu

mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan

tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didenifisikan untuk menggambarkan apa

yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National

Joint Practice Commision(1977) yang dikutip Siegler dan Whitney(2000) bahwa tidak ada

definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam

kontek perawatan kesehatan. Pada saat sekarang dihadapkan pada paradigma baru dalam

pemberian pelayanan kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk

berkolaborasi dengan dokter. Pada kenyataannya profesi keperawatan masih kurang

berkembang dibandingkan dengan profesi yang berdampingan erat dan sejalan yaitu profesi

kedokteran. Kerjasam dan kolaborasi dengan dokter perlu pengetahuan, kemauan, dan

keterampilan, maupun sikap yang professional mulai dari komunikasi, cara kerjasama

dengan pasien, Maupin dengan mitra kerjanya, sampai pada keterampilan dalam mengambil

keputusan. Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah

pelayanan yang bermutu. Suatau pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan

kepuasan pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan

mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi antaran

petugas kesehatan (termasuk dokter) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan

bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara medis saja, melainkan juga berorientasi

pada komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi sangat penting dan berguna bagi

pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan.


TREND DAN ISSUE YANG TERJADI

Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama

dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien.Perspektif yang berbeda dalam

memendang pasien,dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan

teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala psikologi keilmuan dan individual,

factor sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan

upaya kolaborsi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan

pasien. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika

hubungan kolaborasi dokter-perawat berlangsung baik. American Nurses Credentialing

Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan bahwa hubungan

dokter-perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang

dialami pasien ( Kramer dan Schamalenberg, 2003). Terdapat hubungan kolerasi positif

antara kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.

Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan

institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian

yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria,

dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga

iklim dan kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti sesungghnya dari konflik

perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan

cara berkomunikasi diantara keduanya.

Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan dokter.

Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis yang

juga didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan meliputi

proses keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil wawancara penulis dengan beberapa

perawat Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala

yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu

menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya,


serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang mendukung. Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi

dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi

kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta

menghambat upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi.

PEMAHAMAN KOLABORASI

Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika hanya

dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi justru

menjadi point penting yang harus disikapi.bagaimana masing-masing profesi memandang

arti kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi

yang sama. Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, “ Apa diagnosa

pasien ini dan perawatan apa yang dibutuhkannya “ pola pemikiran seperti ini sudah

terbentuk sejak awal proses pendidikannya.Sudah dijelaskan secara tepat bagaimana

pembentukan pola berfikir seperti itu apalagi kurikulum kedokteran terus

berkembang.Mereka juga diperkenalkan dengan lingkungan klinis dibina dalam masalah

etika,pencatatan riwayat medis,pemeriksaan fisik serta hubungan dokter dan

pasien.Mahasiswa kedokteran pra-klinis sering terlibat langsung dalam aspek psikososial

perawatan pasien melalui kegiatan tertentu seperti gabungan bimbingan-pasien.Selama

periode tersebut hampir tidak ada kontak formal dengan para perawat,pekerja sosial atau

profesional kesehatan lain.Sebagai praktisi memang mereka berbagi linkungan kerja dengan

para perawat tetapi mereka tidak dididik untuk menanggapinya sebagai

rekanan/sejawat/kolega.

Dilain pihak seorang perawat akan berfikir,apa masalah pasien ini? Bagaimana pasien

menanganinya? ,bantuan apa yang dibutuhkannya? dan apa yang dapat diberikan kepada

pasien Perawat dididik untuk mampu menilai status kesehatan pasien, merencanakan

interfensi, melaksanakan rencana, mgevaluasi hasil dan menilai kembali sesuai kebutuhan.

Para pendidik menyebutnya sebagai proses keperawatan. Inilah yang dijadikan dasar

argumentasi bahwa profesi keperawatan didasari oleh disiplin ilmu yang membantu individu
sakit atau sehat dalam menjalankan kegiatan yang mendukung kesehatan atau pemulihan

sehingga pasien bisa mandiri. Sejak awal perawat didik mengenal perannya dan berinteraksi

dengan pasien. Praktek keperawatan menggabungkan teori dan penelitian perawatan dalam

praktek rumah sakit dan praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar bekerja di

unit perawatan pasien bersama staf perawatan untuk belajar merawat,menjalankan

prosedur dan menginternalisasi peran.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan shering pengetahuan yang

direncanakan yang disengaja,dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.

Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional. Kolaborasi

adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja dengan dokter

untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional keperawatan,

dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau

mekanisme yang ditentukan oleh perturan suatu negara dimana pelayanan diberikan.

Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja saling

ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan

pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan

individu, keluarga dan masyarakat.

ANGGOTA TIM INTERDISIPLIN

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok profesional yang mempunyai

aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi

adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik.

Anggota tim kesehatan meliputi: pasien,perawat,dokter,fisioterapi,pekerja sosial,ahli

gizi,manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi

yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim. Perawat

sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat

menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek

profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan
pemberi pelayanan kesehatan. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis,

mengobati dan mencegah penyakit. Pada siuasi ini dokter menggunakan modalitas

pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan

anggota tim lainnya sebagai membuat refelan pembarian pengobatan.

Kerjasama adalaha menghargai pendapat orang lain dan bersedia memeriksa beberapa

alterntif pendapat dan perubaha pelayanan. Asertifitas penting ketika individu dalam tim

mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa

pendapatnya benar-benar didengar dan konsesus untuk dicapai. Tanggung jawab,

mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsesus dan harus terlibat dalam

pelaksanaannya. Komunikasi artinya bahwa etiap anggota bertanggung jawab untuk

membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk

membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggot tim dalam batas

kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yng dibutuhkan dalam perawatan

pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalammenyelesaikan

permaslahan.

Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktis profesional,

kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan pada pasien. Kolegasilitas menekankan

pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari

pada menyalahkanseseorang atau menghindari tanggung jawab. Hensen menyarankan

konsep dengan ari yang sama: mutualitas,dimana dia mengartikan sebagai sutu hubungan

yang menfalitasi suatu proses dinamis antar orang-orang ditandai oleh keinginan maju

mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adlah konsep umum untuk

semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa percaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi

ancaman, menghindari dari tanggung jawab, terganggunya komunikasi. Otonom akan

ditekan dan koordinasi tidak kan terjadi.

Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk

mencapai tujuan kolaborasi team:


1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik

professional.

2. Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya

3. Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas

4. Meningkatnya kohensifitas antar professional

5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional

6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain

Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter, perawat

perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi professional. Status

yuridis seiring perubahan perwat dari perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter

yang sangt kompleks. Tanggung jawab hokum juga akan terpisah untuk masing-masing

kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktek medis, dan mal praktek keperwatan. Perlu ada

kejelasan dari pemerintah maupun para pihak yang terkait mengeni tanggung jawab hukum

dari perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus berbenah

dan memperluas sruktur organisasi agar dapat mengantisipasi perubahan.

Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu

ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara

komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam

pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan

pasien yang memunkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif.

Pendidikan perawat perlu terus ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan professional

dengan dokter melalui pendidikan berkelanjutan. Peningkatan pengatahuan dan

keterampilan dapat dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang spesialis atau

minimal melalui pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan keahlian perawat.

B.Komunikasi intensif teman sejawat

Memiliki Sahabat atau teman sejawat yang kita sayangi dan cintai sangat menyenangkan
untuk dijalani. Selama masa satau institusi dalam pekerjaan pasti akan ada berbagai

dinamika masalah yang datang silih berganti. Jika anda berhasil menjalani itu semua, maka

kesuksesan anda akan menjadi kenyataan.

Di bawah ini adalah beberapa hal yang perlu anda lakukan agar hubungan anda tetap

menyenangkan dan lancar dengan kepada teman sejawat.

1. Komunikasi Yang Intensif

Dengan teknologi yang sudah maju anda bisa sering menelpon dan mengirim sms ke dia

dengan obrolan yang segar dan tidak membosankan.

2. Beri Perhatian Lebih

Perlakukan si dia berbeda dan lebih baik dari orang lain.

3. Ungkapan Cinta Yang Tulus Dan Wajar

Jangan memberi ungkapan gombal yang berlebihan yang tidak sesuai dengan kenyataan.

4. Pelajari Sifat Dan Perilaku

Amati dan pelajari apa-apa yang ia sukai dan apa-apa yang tidak disukainya. Jika anda

sudah tahu, jangan lakukan hal-hal yang tidak ia sukai dan lakukanlah apa yang ia sukai

selama tidak melanggar aturan hukum, norma dan agama serta

5. Perjelas jaga Komitmen

C.Komunikasi pada anak

Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-klien (anak) merupakan

proses belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. ( Stuart G.

W. 1998).

Prinsip-prinsip komunikasi pada anak

Dalam komunikasi pada anak membutuhkan pertimbangan khusus sehingga perawat dapat

mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan anak maupun dengan keluarga. Perawat
banyak menerima informasi dari orang tua, karena kontak antara orang tua dengan antar

umum akrab, informasi yang diberikan orang tua dapat diasumsikan dan diandalkan dengan

baik.

Perawat memberikan perhatian periodik kepada bayi dan anak ketika mereka bermain untuk

membuat mereka berpartisipasi. Anak yang lebih besar dapat secara aktif terlibat dalam

komunikasi. Anak-anak umumnya responsive terhadap pesan non verbal,gerakan yang tiba-

tiba atau mengancam akan membuat mereka takut. Perawat memasuki ruang dengan

senyum yang lebar dan gerakan tangane tertentu akan menghalangi terbentuknya

hubungan. Perawat harus tetap anggun dan tenang, membirkan anak terlebih dahulu

bertindak dalam hubungan interpersonal. Nada suara yang tenang, bersahabat dan yakin

adalah yang terbaik.

Anak tidak suka dipandangi. Ketika berkomunikasi, perawat harus melakukan kontak mata.

Anak kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apa-apa terutama dalam situasi yang

meliputi interaksi dengan personal perawatan kesehatan(W haley dan Wong, 1995) Ketika

diperlukan penjelasan atau petunjuk, perwat menggunakan bahasa yang langsung dan

sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan mengatakan bahwa prosedut yang

menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka marah. Untuk meminimalkan

ketakutan dan kecemasan perawat harus selalu dengan segera mengatakan pada mereka apa

yang akan terjadi. Menggambar dan bemain adalah cara yang efektif untuk berkomunikasi

dengan anak. Hal ini memberikan kesempatan bagi anak untuk berkomunikasi secara non-

verbal [membuat gambar] dan secara verbal [menjelaskan gambar]. Perawat dapat

menggunakan gambar tersebut sebagai dasar untuk memulai komunikasi.

strategi / tehnik komunikasi pada anak.

Tehnik berkomunikasi dengan anak kecil sangat bervariasi, bergantung pada umur dari anak

tersebut.

1. bayi [0-1 tahun].

-bayi umumnya berkomunikasi hanya secara non verbal [mis. Menangis] karena bayi tidak
dapat menggunakan kata-kata.

-bayi merespon tingkahlaku non verbal pemberian perawatan. Mereka akan tenang dengan

kontak fisik yang dekat.

-bayi akan mendapatkan kenyamanan dari suara yang lembut meskipun kata-katanya tidak

dimengerti

-suara yng keras dan kasar akan membuat bayi ketakutan .

-bayi yang agak besar [6 bulan] menahgalami kecemasan karena berpisah; karena itu orang

tua harus mengawasi ketika bayi di gendong oleh orang asing.

2. toddler [1-3 tahun] /anak-anaki pra sekolah [3-5 tahun].

-anak berkomunikasi secara verbal maupun non verbal.

-anak bersifat egosentris dan hanya memahami hal-hal yanug berhubungan dengan

dirinnya. Anak tidak dapat membedakan fantasi dan kenyataan.

-anak memahami anologi secara literal [mis. Anak harus di izinkan untuk melakukan

eksplorasi pada lingkungan].

-anak harus di izinkan menjelajahi lingkungan.

-anak memahami kalimat yang pemdek dan sederhana, kata-kata yang dipahami dan

penjelasan yang konkrit.

3.anak usia sekolah [5-12 tahun]

-anak mencapai alas an dan penjelasan atas segala sesuatu namun tidak membutuhkan

pengesahan.

-anak tertarik dalam aspek fungsional objek dan kegiatan (apa yang akan terjadi, kenapa hal

ini terjadi.

-anak memperhatikan intergritas tubuh.

-anak harus diijinkan untuk memanipulasi perlengkapan(missal;memegang palu perkusi)

-anak memahami penjelasan sederhana dan mendemonstrasikannya.

Anak harus diijinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan.


Tehnik dan alat untuk meningkatkan komunikasi.

1.papan komunikasi dengan kata - kata, huruf/gambar yang menunjukan kebutuhan dasar

(toilet, air)

2.kertas dan pensil untuk menunjukan ekspresi dari kebutuhan / pikiran.

3.melibatkan keluarga dan teman dalam pengiriman perawatan jiwa.

4.penggunaan sikap non verbal seperti kedipan mata /gerakan jari untuk merespon.

5.menggunakan kata yang dapat dipahami anak, menghindari terminology medis.

hambatan komunikasi pada anak.

Dalam berkomunikasi dengan anak perawat akan menemui beberapa hambatan dalam

proses komunikasi tersebut hal ini meliputi:

1.keterbatasan dalam perkembangan bahasa, konsep dan pengalaman.

2.keterbatasan dalam memahami konsep abstrak.

3.kadangkala kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.

4.ucapan kata tidak jelas.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan

perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat untuk

membina hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup pencapaian informasi,

pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi

kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien

mencapai keberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi yang berlangsung di tatanan

kelompok ataupun komunitas biasanya lebih efektif dalam mengkomunikasikan tentang

kesehatan oleh petugas kesehatan seperti perawat salah satunya.


B. Saran

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam menjalankan

dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila setiap

individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa

aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan

hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam

mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem sosial. Di harapkan

agar semua perawat mengerti dengan komunikasi, komponen dalam komunikasi, dan

pentingnya komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Perry, AN. And Potter, PA (2005) Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGCSuryani. (2006).

Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktek. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tamsuri,Anas.2005.Buku Saku Komunikasi Dalam Keperawatan.Jakarta : EGC

You might also like