Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali
perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien,
sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting
sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan
terapeutik sering kali meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat
A. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Komunikasi
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Nursalam (2007)
menyatakan, komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti
Prinsip-prinsip Komunikasi
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi pasien
8. Bertanggung jawab
2. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa berbentuk pesan yang
3. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan akan efektif
4. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis,
diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan atau cium
5. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim
pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang kontinue
karena memberikan respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru
a.Situasi/suasana
Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisingan akan mempengaruhi baik/tidaknya
pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses
komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh
sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan
pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya,
apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan
luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan
baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan
b.Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang
jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan
komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam menjalankan
dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila setiap
individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa
aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan
hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam
mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem sosial. Komunikasi
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang sangat penting dalam
kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi yang terputus akan
memberikan dampak pada buruknya hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan
klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini
juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal an konsumen eksternal. Konsumen
internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja Komunikasi di lingkungan
rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang
akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi
hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara horisontal
ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin termasuk
gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada
sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga
maupun masyarakat yang ada di rumah sakit.Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada
suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar
individu yang terlibat dalam sistem tersebut. Ellis (2000) menyatakan jika hubungan
terputus atau menjadi sumber stres, pada umumnya yang ditunjuk sebagai penyebabnya
memberikan pelayanan dalam hal ini perawat berperan sebagai provider. Fokus perhatian
2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah secara
terapeutik.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan interpersonal yang
mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh tim
keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah
melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerja sam yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian yang
dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sam yaitu
mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan
tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didenifisikan untuk menggambarkan apa
yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National
Joint Practice Commision(1977) yang dikutip Siegler dan Whitney(2000) bahwa tidak ada
definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam
kontek perawatan kesehatan. Pada saat sekarang dihadapkan pada paradigma baru dalam
pemberian pelayanan kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk
berkembang dibandingkan dengan profesi yang berdampingan erat dan sejalan yaitu profesi
kedokteran. Kerjasam dan kolaborasi dengan dokter perlu pengetahuan, kemauan, dan
keterampilan, maupun sikap yang professional mulai dari komunikasi, cara kerjasama
dengan pasien, Maupin dengan mitra kerjanya, sampai pada keterampilan dalam mengambil
keputusan. Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah
kepuasan pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan
mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi antaran
petugas kesehatan (termasuk dokter) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan
bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara medis saja, melainkan juga berorientasi
pada komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi sangat penting dan berguna bagi
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama
teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala psikologi keilmuan dan individual,
factor sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan
upaya kolaborsi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan
pasien. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika
Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan bahwa hubungan
dokter-perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang
dialami pasien ( Kramer dan Schamalenberg, 2003). Terdapat hubungan kolerasi positif
antara kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan
institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian
yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria,
dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga
iklim dan kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti sesungghnya dari konflik
perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan asuhan
Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis yang
proses keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil wawancara penulis dengan beberapa
perawat Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala
yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu
kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta
PEMAHAMAN KOLABORASI
Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika hanya
dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi justru
arti kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi
yang sama. Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, “ Apa diagnosa
pasien ini dan perawatan apa yang dibutuhkannya “ pola pemikiran seperti ini sudah
periode tersebut hampir tidak ada kontak formal dengan para perawat,pekerja sosial atau
profesional kesehatan lain.Sebagai praktisi memang mereka berbagi linkungan kerja dengan
rekanan/sejawat/kolega.
Dilain pihak seorang perawat akan berfikir,apa masalah pasien ini? Bagaimana pasien
menanganinya? ,bantuan apa yang dibutuhkannya? dan apa yang dapat diberikan kepada
pasien Perawat dididik untuk mampu menilai status kesehatan pasien, merencanakan
interfensi, melaksanakan rencana, mgevaluasi hasil dan menilai kembali sesuai kebutuhan.
Para pendidik menyebutnya sebagai proses keperawatan. Inilah yang dijadikan dasar
argumentasi bahwa profesi keperawatan didasari oleh disiplin ilmu yang membantu individu
sakit atau sehat dalam menjalankan kegiatan yang mendukung kesehatan atau pemulihan
sehingga pasien bisa mandiri. Sejak awal perawat didik mengenal perannya dan berinteraksi
dengan pasien. Praktek keperawatan menggabungkan teori dan penelitian perawatan dalam
praktek rumah sakit dan praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar bekerja di
direncanakan yang disengaja,dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.
Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional. Kolaborasi
adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja dengan dokter
dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau
mekanisme yang ditentukan oleh perturan suatu negara dimana pelayanan diberikan.
Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja saling
pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan
aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi
adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik.
gizi,manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi
yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim. Perawat
sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat
menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek
profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan
pemberi pelayanan kesehatan. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis,
mengobati dan mencegah penyakit. Pada siuasi ini dokter menggunakan modalitas
pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan
Kerjasama adalaha menghargai pendapat orang lain dan bersedia memeriksa beberapa
alterntif pendapat dan perubaha pelayanan. Asertifitas penting ketika individu dalam tim
mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsesus dan harus terlibat dalam
membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk
membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggot tim dalam batas
permaslahan.
kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan pada pasien. Kolegasilitas menekankan
pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari
konsep dengan ari yang sama: mutualitas,dimana dia mengartikan sebagai sutu hubungan
yang menfalitasi suatu proses dinamis antar orang-orang ditandai oleh keinginan maju
mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adlah konsep umum untuk
semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa percaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk
professional.
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter, perawat
yuridis seiring perubahan perwat dari perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter
yang sangt kompleks. Tanggung jawab hokum juga akan terpisah untuk masing-masing
kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktek medis, dan mal praktek keperwatan. Perlu ada
kejelasan dari pemerintah maupun para pihak yang terkait mengeni tanggung jawab hukum
dari perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus berbenah
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu
ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara
komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan
pasien yang memunkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif.
keterampilan dapat dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang spesialis atau
Memiliki Sahabat atau teman sejawat yang kita sayangi dan cintai sangat menyenangkan
untuk dijalani. Selama masa satau institusi dalam pekerjaan pasti akan ada berbagai
dinamika masalah yang datang silih berganti. Jika anda berhasil menjalani itu semua, maka
Di bawah ini adalah beberapa hal yang perlu anda lakukan agar hubungan anda tetap
Dengan teknologi yang sudah maju anda bisa sering menelpon dan mengirim sms ke dia
Jangan memberi ungkapan gombal yang berlebihan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Amati dan pelajari apa-apa yang ia sukai dan apa-apa yang tidak disukainya. Jika anda
sudah tahu, jangan lakukan hal-hal yang tidak ia sukai dan lakukanlah apa yang ia sukai
proses belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. ( Stuart G.
W. 1998).
Dalam komunikasi pada anak membutuhkan pertimbangan khusus sehingga perawat dapat
mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan anak maupun dengan keluarga. Perawat
banyak menerima informasi dari orang tua, karena kontak antara orang tua dengan antar
umum akrab, informasi yang diberikan orang tua dapat diasumsikan dan diandalkan dengan
baik.
Perawat memberikan perhatian periodik kepada bayi dan anak ketika mereka bermain untuk
membuat mereka berpartisipasi. Anak yang lebih besar dapat secara aktif terlibat dalam
komunikasi. Anak-anak umumnya responsive terhadap pesan non verbal,gerakan yang tiba-
tiba atau mengancam akan membuat mereka takut. Perawat memasuki ruang dengan
senyum yang lebar dan gerakan tangane tertentu akan menghalangi terbentuknya
hubungan. Perawat harus tetap anggun dan tenang, membirkan anak terlebih dahulu
bertindak dalam hubungan interpersonal. Nada suara yang tenang, bersahabat dan yakin
Anak tidak suka dipandangi. Ketika berkomunikasi, perawat harus melakukan kontak mata.
Anak kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apa-apa terutama dalam situasi yang
meliputi interaksi dengan personal perawatan kesehatan(W haley dan Wong, 1995) Ketika
diperlukan penjelasan atau petunjuk, perwat menggunakan bahasa yang langsung dan
sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan mengatakan bahwa prosedut yang
menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka marah. Untuk meminimalkan
ketakutan dan kecemasan perawat harus selalu dengan segera mengatakan pada mereka apa
yang akan terjadi. Menggambar dan bemain adalah cara yang efektif untuk berkomunikasi
dengan anak. Hal ini memberikan kesempatan bagi anak untuk berkomunikasi secara non-
verbal [membuat gambar] dan secara verbal [menjelaskan gambar]. Perawat dapat
Tehnik berkomunikasi dengan anak kecil sangat bervariasi, bergantung pada umur dari anak
tersebut.
-bayi umumnya berkomunikasi hanya secara non verbal [mis. Menangis] karena bayi tidak
dapat menggunakan kata-kata.
-bayi merespon tingkahlaku non verbal pemberian perawatan. Mereka akan tenang dengan
-bayi akan mendapatkan kenyamanan dari suara yang lembut meskipun kata-katanya tidak
dimengerti
-bayi yang agak besar [6 bulan] menahgalami kecemasan karena berpisah; karena itu orang
-anak bersifat egosentris dan hanya memahami hal-hal yanug berhubungan dengan
-anak memahami anologi secara literal [mis. Anak harus di izinkan untuk melakukan
-anak memahami kalimat yang pemdek dan sederhana, kata-kata yang dipahami dan
-anak mencapai alas an dan penjelasan atas segala sesuatu namun tidak membutuhkan
pengesahan.
-anak tertarik dalam aspek fungsional objek dan kegiatan (apa yang akan terjadi, kenapa hal
ini terjadi.
1.papan komunikasi dengan kata - kata, huruf/gambar yang menunjukan kebutuhan dasar
(toilet, air)
4.penggunaan sikap non verbal seperti kedipan mata /gerakan jari untuk merespon.
Dalam berkomunikasi dengan anak perawat akan menemui beberapa hambatan dalam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan
perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat untuk
pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi
kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam menjalankan
dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila setiap
individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa
aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan
hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam
mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem sosial. Di harapkan
agar semua perawat mengerti dengan komunikasi, komponen dalam komunikasi, dan
pentingnya komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Perry, AN. And Potter, PA (2005) Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGCSuryani. (2006).
Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktek. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.