You are on page 1of 12

ILMU PENGETAHUAN BAHAN

Ketahanan Pangan, Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Keamanan Pangan

Disusun Oleh:

Disusun Oleh:

Muhammad Fadzil
H0916057

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
A. Pendahuluan

Definisi Pangan, Ketahanan Pangan, Kedaulatan Pangan, Kemandirian


Pangan, dan Keamanan Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman (UU 18/2012)
Ketahanan Pangan: kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
individu, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, bergizi, merata, dan terjangkau serta sesuai dengan keyakinan, dan
budaya, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan (revisi
UU7/1996)
Kemandirian Pangan: kemampuan produksi pangan yang beraneka ragam dari
dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai
di tingkat individu, baik jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang
sesuai dengan potensi dan kearifan lokal (UU 41/2009).
Kedaulatan Pangan: hak negara dan bangsa yang secara mandiri dapat
menentukan kebijakan pangannya, yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya,
serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan sistem pangan yang
sesuai dengan potensi sumber daya lokal (UU 41/2009).
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (UU 28/2004).
B. Kebijakan Ketahan, Kemandirian Kedaulatan Pangan oleh Pemerintah

Kebijakan (UU Nomor 18 Tahun 2012) tentang Pangan mengamanatkan bahwa


penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan
pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan nasional. Mewujudkan
kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan merupakan hal mendasar yang sangat
besar arti dan manfaatnya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan terkait
penyelenggaraan pangan di Indonesia.
Dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, disebutkan bahwa
penyelenggaraan pangan bertujuan untuk. meningkatkan kemampuan memproduksi
pangan secara mandiri, menyediakan pangan yang beraneka ragam dan memenuhi
persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi konsumsi masyarakat, mewujudkan tingkat
kecukupan pangan, terutama pangan pokok dengan harga yang wajar dan terjangkau
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu juga untuk mempermudah atau
meningkatkan akses pangan bagi masyarakat, terutama masyarakat rawan pangan dan
gizi, meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pangan di pasar dalam
negeri dan luar negeri, meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
pangan yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat. Tujuan penting
lainnya juga meningkatkan kesejahteraan bagi petani, nelayan, pembudi daya ikan, dan
pelaku usaha pangan dan melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya
pangan nasional.
Poin penting lain dari UU Pangan saat ini adalah urgensi dibentuknya lembaga
yang mempunyai otoritas kuat untuk mengkoordinasikan, mengatur dan mengarahkan
lintas kementerian/sektor dalam berbagai kebijakan dan program terkait pangan.
Dalam UU Pangan yang disahkan oleh DPR bulan Oktober 2012, pada Pasal 126
disebutkan, “Dalam hal mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan
ketahanan pangan nasional, dibentuk lembaga pemerintah yang menangani bidang
pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden”. Kemudian
pada Pasal 127 disebutkan, “Lembaga pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
126 mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pangan”.
Mengingat lembaga ini posisinya sangat strategis, harapannya keberadaan
badan otoritas pangan bisa terhindar dari benturan kepentingan atau ego sektoral
terkait. Dengan posisi yang tinggi, kita tentu berharap badan otoritas pangan bisa lebih
independen. Terlebih lagi, badan otoritas pangan tersebut berfungsi sebagai pembuat
kebijakan pangan sekaligus operator pangan. Lembaga tersebut akan bertugas
melaksanakan pengadaan, produksi, penyimpanan, hingga distribusi pangan nasional.
Beberapa hal tersebut menguatkan peran Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan
Daerah untuk bertanggung jawab agar penyelenggaraan pangan nasional dapat
dilaksanakan dengan lebih terarah, berhasilguna, dan berdayaguna. Dengan demikian
pelaksanaan manajemennya dengan memberdayakan seluruh potensi stakeholder
sehingga terjadi sinergi dan potensial untuk menghasilkan penyelenggaraan pangan
secara efektif dan efisien agar mampu menghadapi persoalan serta tantangan masa kini
juga masa depan.
Persoalan dan tantangan pangan semakin hari semakin kompleks, senantiasa
berubah dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya spesifik lokal
maupun global. Perubahan serta perbedaan seperti kondisi aktual masyarakat, dinamika
kependudukan, perkembangan Iptek, revolusi informasi, telekomunikasi, transportasi,
demokratisasi, desentralisasi, dan tentunya globalisasi, kita ketahui merupakan
determinan pangan yang harus selalu kita kaji sebagai landasan untuk melakukan
antisipasi nasional
Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk
mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang berbasis Kedaulatan Pangan dan
Kemandirian Pangan. Kedaulatan Pangan mencerminkan hak menentukan kebijakan
secara mandiri, menjamin hak atas Pangan bagi rakyat, dan memberi hak bagi
masyarakat untuk menentukan sistem usaha sesuai dengan potensi sumber daya dalam
negeri. Sedangkan Kemandirian Pangan merupakan wujud kemampuan negara
memproduksi Pangan di dalam negeri secara bermartabat. Terwujudnya ketahanan
pangan hanyalah ultimate goal, karena sejatinya pencapaian akhir yang diharapkan dari
kondisi tersebut adalah ketahanan nasional yang tangguh.
Politik Pangan ini penting ditegaskan kembali karena pangan merupakan
kebutuhan pokok manusia yang paling dasar, sehingga semua bangsa berupaya untuk
mencukupi kebutuhan pangan seluruh warga negaranya dan menyimpan sebagian
untuk cadangan pangan nasional.Indonesia memerlukan politik pangan berbasis
kedaulatan dan kemandiran pangan didasarkan atas pertimbangan kondisi lingkungan
internal dan eksternal serta analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang
dihadapi Indonesia.
Ditinjau dari kondisi global, konsumsi pangan akan cenderung meningkat di
seluruh dunia. Proyeksi UN menyebutkan populasi penduduk dunia di tahun 2050
mencapai lebih dari 9 miliar jiwa, memerlukan tambahan pangan sebesar 70%
dibandingkan sekarang. Di masa depan diprediksi akan terjadi kelangkaan pangan yang
diakibatkan oleh beberapa hal seperti kerusakan lingkungan, konversi lahan, tingginya
harga bahan bakar fosil, pemanasan iklim dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan negara
produsen pangan akan mengamankan produksinya untuk kebutuhan dalam negeri dan
bahkan meningkatkan impor pangan untuk mengamankan stok dalam negerinya.
Namun dengan keragaman sumberdaya dan kondisi lingkungan yang berbeda-beda
maka setiap negara memiliki cara sendiri untuk mewujudkan ketahanan pangan
nasionalnya.

Indonesia diuntungkan oleh bonus demografi dengan tingginya jumlah


angkatan muda dan mulai dirasakan pengaruhnya pada perekonomian nasional. Arus
urbanisasi menyebabkan pertumbuhan daerah perkotaan sehingga menambah pangsa
kelas konsumen.

Indonesia juga terbukti mampu mengendalikan laju inflasi, menurunkan tingkat


kemiskinan dan angka pengangguran. Untuk mengimbanginya, maka pemenuhan
pangan harus dilakukan dengan cara meningkatkan produksi dan produktivitasnya
melalui intensifikasi (bukan ekstensifikasi), diversifikasi konsumsi melalui
pengembangan pangan lokal, peningkatan daya saing, dan menurunkan kehilangan
paska panen dan value-chain.
Pangan lokal dikembangkan karena Indonesia memiliki keragaman hayati yang
sangat kaya dan belum dimanfaatkan secara optimal. Keanekaragaman tersebut
mencakup tingkat ekosistem, tingkat jenis, dan tingkat genetik, yang melibatkan
makhluk hidup beserta interaksi dengan lingkungannya.
Produsen pangan nasional sudah saatnya menghidupkan kembali sumber-
sumber pangan lokal untuk menghentikan kemerosotan keragaman varietas jenis
pangan yang dibudidayakan oleh petani. Apabila kondisi ini terus dikembangkan di
seluruh wilayah nusantara, maka kemampuan nasional untuk meningkatkan produksi
pangan pasti akan meningkat sekaligus menghindarkan ketergantungan terhadap jenis
pangan tertentu.
Kekuatan lain yang dimiliki oleh Indonesia adalah konsumen domestik yang
besar menjadi pasar dalam negeri yang potensial untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi. Disamping itu pemerintah telah berhasil dalam melakukan pengendalian
tingkat inflasi, penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran. Di sisi lain, situasi
dunia akibat perubahan iklim dan faktor-faktor yang lain, seringkali
menyebabkan supply pangan global terganggu sehingga menimbulkan fluktuasi harga
secara cepat. Perdagangan bebas dan Free Trade Area akan menciptakan global
economic connectivity dan borderless state. Asia menjadi pusat pertumbuhan ekonomi
di dunia sehingga posisi Indonesia yang strategis akan mendapatkan
keuntungan. Dependency ratio negara maju meningkat seiring dengan majunya
pertumbuhan ekonomi negara Asia.
Situasi ini mengharuskan Indonesia memenuhi kecukupan pangannya
diutamakan dari produksi dalam negeri. Potensi sumber pangan yang beragam dan
letak geografis Indonesia di jalur khatulistiwa menyebabkan Indonesia relatif aman
dari dampak global climate change, merupakan opportunity yang tidak boleh
dilewatkan.
Diperkuat dengan meningkatnya kesadaran terhadap green
economy memberikan peluang Indonesia khususnya sebagai negara penyuplai pangan
dunia (feed the world).
Kemampuan memproduksi pangan nasional diimbangi dengan keberadaan lembaga
pemerintah yang menjalankan fungsi sebagai stabilisator harga pangan strategis di
pasar dalam negeri sekaligus mengelola sistem logistik pangan pemerintah.

Pemerintah saat ini telah menetapkan Perum BULOG menjalankan fungsi


tersebut, agar harga pangan tidak berfluktuasi dan cadangan pangan untuk kondisi
darurat tetap terjaga. Bulog diharapkan mampu menjaga harga pangan dipasar lokal
sehingga petani menerima harga jual yang tetap memberikan keuntungan bagi usaha
taninya dan konsumen dapat membeli pangan dengan harga terjangkau. Setidaknya
untuk beberapa produk pangan strategis seperti beras, jagung, kedelai, gula, daging
sapi dan minyak goreng.

Terdapat berbagai kebiajakan strategi yaitu Pertama, Regulasi. Harmonisasi


implementasi Peraturan dan Undang-Undang antar kementerian lembaga/ legislatif dan
antara pusat/daerah ; Sinergitas program Kementerian/ Lembaga, fokus pada sektor
pertanian dalam arti luas (mencakup pertanian tanaman pangan, peternakan,
hortikultura, perkebunan, perikanan, dan kehutanan) ; Alokasi anggaran APBD untuk
pembangunan sektor pertanian yang signifikan; Penguatan Kelembagaan yang terkait
dengan pertanian, seperti R & D, Perbankan dan penyuluhan; dan Sinergitas
Akademisi, Bisnis, Government (ABG) dan LSM untuk peningkatan inovasi dan
produktivitas.

Kedua, Ketersediaan. Kesungguhan Pemerintah Daerah untuk


mengembangkan potensi pangan lokal di wilayah masing-masing; Revitalisasi BUMN
pangan guna meningkatkan produksi untuk mendapatkan economy of scale sehingga
dapat menjamin ketersediaan pangan; dan dukungan Pemerintah untuk pengembangan
sistem perbenihan dan perbibitan melalui pemanfaatan hasil riset baik oleh lembaga
pemerintah, perguruan tinggi, swasta, maupun masyarakat.
Ketiga, Keterjangkauan. Melakukan penataan sistem logistik melalui perbaikan
infrastruktur jalan, perhubungan dan pergudangan agar dapat menurunkan biaya
logistik untuk meningkatkan daya saing; Memperpendek supply chain pangan melalui
peningkatan peran Bulog untuk stabilisasi harga komoditas pangan strategis dan
menekan pasar yang bersifat oligopoly; dan Membangun Sistem Pengawasan terhadap
distribusi pangan dan berbagai subsidi input produksi.

Keempat, Ketercukupan Gizi. Perbaikan gizi masyarakat melalui peningkatan


konsumsi protein dan menurunkan konsumsi karbohidrat sesuai dengan Pola Pangan
Harapan; Peningkatan diversifikasi konsumsi pangan lokal melalui pengembangan dan
pemanfaatan sumber pangan di masing-masing wilayahnya; Modernisasi industri
pangan lokal mulai dari pengolahan hingga pengemasan sehingga dapat menjadi
kebanggaan dan sumber pendapatan baru bagi masyarakat daerah; Peningkatan
keamanan pangan untuk menjamin keselamatan konsumen melalui pemberdayaan
Badan POM dan Laboratorium Universitas di masing-masing daerah.

Yang jelas, pelaksanaan Politik Pangan Indonesia memerlukan sikap dan tindakan
yang konsisten dan dinamis berdasarkan pertimbangan perkembangan lingkungan
eksternal dan dihadapkan dengan analisis SWOT guna meningkatkan daya saing untuk
menuju Indonesia Incorporated.

Juga, penjabaran Politik Pangan membutuhkan sinergitas pemerintah pusat dan daerah,
antar kementerian/lembaga dengan melibatkan peran aktif perguruan tinggi, pelaku
usaha, dan masyarakat dalam membentuk regulasi untuk membangun ketahanan
pangan (ketersediaan, keterjangkauan dan ketercukupan gizi) sehingga dapat
mewujudkan Indonesia Feed the World.

C. Kebijakan Keamanan Pangan Oleh Pemerintah

Keamanan Pangan (Food Safety) menurut Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan adalah
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia.
Keamanan pangan (food safety) mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan
No.1096 Tahun 2011 tentang HigieneSanitasi Jasaboga dan belum berkaitan dengan
sertifikasi halal yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait peraturan SK
DirekturLPPOM MUI tentang ketentuan pengelompokan produk bersertifikat halal
MUI. Ada beberapa komponen penting yang perlu diperhatikan dalam peningkatan
keamanan pangan (food safety).

Kebersihan dan Sanitasi Lingkungan (Cleaning and Sanitation)

Ruang Lingkup Higiene dan Sanitasi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan


No.1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga adalah upaya untuk
mengendalikan faktor risiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang
berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan peralatan agar aman dikonsumsi
Higiene dan sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara kebersihan
individu. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring
untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk
melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dari segala bahaya
yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan
diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai
pada saat dimana makanan tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat
atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan
kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan
makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan makanan. Tujuan
utama dari penerapan aspek higiene sanitasi kantin di perusahaan adalah menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif.

Higiene Makanan

Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan higienis
serta berguna bila dimasukan ke dalam tubuh, dan makanan jadi adalah makanan yang
telah diolah dan atau langsung disajikan/dikonsumsi. Usaha untuk meminimalisasi dan
menghasilkan kualitas makanan yang memenuhi standar kesehatan, dilakukan dengan
menerapkan prinsip-prinsip sanitasi. Secara lebih terinci sanitasi meliputi pengawasan
mutu bahan makanan mentah, penyimpanan bahan, suplai air yang baik, pencegahan
kontaminasi makanan dari lingkungan, peralatan, dan pekerja, pada semua tahap
proses.

Menurut WHO (2006), sanitasi makanan dapat diartikan pula sebagai upaya
penghilangan semua faktor luar makanan yang menyebabkan kontaminasi dari bahan
makanan sampai dengan makanan siap saji. Tujuan dari sanitasi makanan itu sendiri
adalah mencegah kontaminasi bahan makanan dan makanan siap saji sehingga aman
dikonsumsi oleh manusia.

Ada lima langkah berikut ini harus dilakukan dalam upaya pemeliharaan sanitasi
makanan:

Pertama adalah penggunaan alat pengambil makanan. Sentuhan tangan merupakan


penyebab yang paling umum terjadinya pencemaran makanan. Mikroorganisme yang
melekat pada tangan akan berpindah ke dalam makanan dan akan berkembang biak
dalam makanan, terutama dalam makanan jadi.

Kedua adalah penjagaan makanan dari kemungkinan pencemaran. Makanan atau bahan
makanan harus disimpan di tempat yang tertutup dan terbungkus dengan baik sehingga
tidak memungkinkan terkena debu.

Ketiga, penyediaan lemari es. Banyak bahan makanan dan makanan jadi yang harus
disimpan dalam lemari es agar tidak menjadi rusak atau busuk.

Keempat, pemanasan makanan yang harus dimakan dalam keadaan panas. Jika
makanan menjadi dingin mikroorganisme akan tumbuh dan berkembang biak dengan
cepat.

Kelima, jangan menyimpan makanan tidak terlalu lama. Jarak waktu penyimpanan
makanan selama 3 atau 4 jam sudah cukup bagi berbagai bakteri untuk berkembang

Higiene Sarana dan Peralatan

Menurut Rauf (2013), pemilihan peralatan yang digunakan dalam pengolahan


pangan dengan mempertimbangkan bahan yang digunakan dan kemudahan
pembersihan. Bahan yang digunakan untuk peralatan pengolahan pangan merupakan
bahan yang tidak Bereaksi dengan bahan pangan. Pertimbangan kemudahan
pembersihan peralatan tergantung pada konstruksi alat tersebut.

Beberapa persyaratan lain terkait sarana dan peralatan untuk pelaksanaan sanitasi
makanan antara lain sebagai berikut:

Pertama, tersedia air bersih dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan dan memenuhi
syarat Peraturan Menteri Kesehatan RI.Nomor 01/Birhukmas/I/1 975.

Kedua, alat pengangkut/roda/kereta makanan dan minuman harus tertutup sempurna,


dibuat dari bahan kedap air, permukaannya halus dan mudah dibersihkan.

Ketiga, rak penyimpanan bahan makanan/makanan harus mudah dipindah


menggunakan roda penggerak untuk kepentingan proses pembersihan. Peralatan yang
kontak dengan makanan, harus memenuhi syarat antara lain :

Permukaan utuh (tidak cacat) dan mudah dibersihkan. Lapisan permukaan tidak mudah
rusak akibat dalamasam/basa atau garam-garam yang lazim dijumpai dalam makanan
Tidak terbuat dari logam berat yang dapat menimbulkan keracunan, misalnya Timah
hitam (Pb), Arsenium (As),Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd) dan
Antimoni(Stibium). Wadah makanan, alat penyajian dan distribusi harus bertutup.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi
Jasaboga, tempat pencucian peralatan dan bahan makanan harus memperhatikan syarat
berikut :

1. Tersedia tempat pencucian peralatan, jika memungkinkan terpisah dari tempat


pencucian bahan pangan.

2. Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen.

3. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau dimakan mentah harus
dicuci dengan menggunakan larutan Kalium Permanganat (KMnO4) dengan
konsentrasi 0,02% selama 2 menit atau larutan kaporit dengan konsentrasi 70%
selama 2 menit atau dicelupkan ke dalam air mendidih (suhu 80°C -100°C)
selama 1 – 5 detik.

4. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat
yang terlindung dari pencemaran serangga, tikus dan hewan lainnya.

Higiene Perorangan/Penjamah Makanan (Food Handler)

Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan


makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,
pengangkutan sampai dengan penyajian. Peran penjamah makanan sangat penting dan
merupakan salah satu faktor dalam penyediaan makanan/minuman yang memenuhi
syarat kesehatan. Personal higiene dan perilaku sehat enjamah makanan harus
diperhatikan. Seorang penjamah makanan harus beranggapan bahwa sanitasi makanan
harus merupakan pandangan hidupnya serta menyadari akan pentingnya sanitasi
makanan, higiene perorangan dan mempunyai kebiasaan bekerja, minat maupun
perilaku sehat.

Pemeliharaan kebersihan penjamah makanan, penanganan makanan secara


higienis dan higiene perorangan dapat mengatasi masalah kontaminasi makanan.
Dengan demikian kebersihan penjamah makanan adalah sangat penting untuk
diperhatikan karena merupakan sumber potensial dalam mata rantai perpindahan
bakteri ke dalam makanan sebagai penyebab penyakit (WHO, 2006).

WHO juga menyebutkan penjamah makanan menjadi penyebab potensial


terjadinya kontaminasi makanan apabila menderita penyakit tertentu, kulit, tangan,
jari-jari dan kuku banyak mengandung bakteri. Menderita batuk, bersin juga akan
menyebabkan kontaminasi silang apabila setelah memegang sesuatu kemudian
menyajikan makanan, dan memakai perhiasan.
DAFTAR PUSTAKA

http://mediakom.sehatnegeriku.com/keamanan-pangan/(diakses 7-12-17 13.53)


http://www.setneg.go.id//index.php?option=com_content&task=view&id=6739&Ite
mid=29 (diakses 7-12-17 13.46)
http://dkpp.jabarprov.go.id/politik-pangan-indonesia-ketahanan-pangan-berbasis-
kedaulatan-dan-kemandirian/ (diakses 7-12-17 13.49)
http://ylki.or.id/2014/06/membedah-uu-no-18-tahun-2012-tentang-pangan-dalam-
rangka-kesiapan-indonesia-menghadapi-pasar-bebas-asean-economic-
community/(diakses 7-12-17 13.47)
http://bkp.pertanian.go.id/berita-178-undangundang-republik-indonesia-nomor-18-
tahun-2012-tentang-pangan.html (diakses 7-12-17 13.59)

You might also like