Professional Documents
Culture Documents
Genetika I
yang dibina oleh Prof. Dr. H. Agr. M. Amin, Msi
dan Andik Wijayanto, M.Si
Oleh:
Offering H / Kelompok 16
Arik Anggara (160342606290)
Sinta Dewi Misbahol Kurnia (160342606214)
A. Latar Belakang
Drosophila melanogaster sebagai salah satu serangga yang memiliki peranan yang
sangat penting dalam perkembangan ilmu genetika serta dijadikan model organisme diploid di
laboratorium karena ukuran kecil, mempunyai siklus hidup pendek, jumlah keturunan yang
dihasilkan sangat banyak, murah biaya serta perawatannya (Stine, 1991). Drosophilla
melanogaster selama ini telah mengalami mutasi genetik sehingga dikenal dengan berbagai
macam strain.
Secara rasional perbedaan pada genotif paling tidak selain memberikan dampak
perbedaan pada fenotif akan dapat juga menyebabkan beberapa perbedaan dalam hal
fisiologik. Seperti dikatakan oleh Peterson (dalam Fowler, 1973) bahwa mekanisme
penggunaan sperma untuk pembuahan sel telur (fertilisasi) tidak selalu sama pada semua jenis
atau strain Drosophila melanogaster. Demikian juga Fowler (1973) melaporkan bahwa jumlah
sperma yang ditrasfer Drosophila jantan berkaitan dengan perbedaan strain. Dengan demikian
macam strain akan terkait dengan jumlah keturunan.
Banyak teori yang sudah dikemukakan oleh beberapa peneliti terkait hubungannya
dengan bidang ilmu genetika. Salah satunya adalah teori yang menjadi paradigma pertama
genetika yang telah dikemukakan oleh J.G. Mendel pada tahun 1865. Sejak tahun 1865 J.G.
Mendel berupaya mempelajari bagaimana suatu ciri tunggal dapat diwariskan. Tumbuhan
percobaan yang dipilih adalah kacang ercis dengan nama latin Pisum sativum. Berbagai
varietas Pisum sativum dikumpulkan dari para petani dan selama kurun waktu dua tahun J. G.
Mandel membiakkan Pisum sativum hanya untuk kepentingan seleksi strain. Strain hasil
seleksi inilah yang nantinya akan digunakan J.G. Mandel dalam merangkai percobaan yang
sudah dirancang sebelumnya. Sedangkan strain hasil seleksi yang akan digunakan pada
rangkaian percobaan adalah strain yang telah diseleksi atas dasar satu ciri (Corebima, 2013).
Selama percobaan penyilangan strain yang dikehendaki adalah sampai dasil dari
keturunan kedua (F2) yakni didapat dari penyilangan antar keturunan pertama (F1). Ciri-ciri
yang muncul pada F2 dicatatat frekuensinya untuk mengungkap perbandingan dari proporsi
ciri-ciri yang ditemukan. Analisis data yang sudah dicatat secara kuantitatif tersebut yakni
frekuensi ciri-ciri pada F2, dihubungkan dengan gambaran data ciri-ciri F1 maupun gambaran
ciri-ciri induk (P1) yang merupakan penyilangan pertama. Hingga pada akhirnya upaya
tersebut membuat J.G. Mendel bisa mengungkapkan hukum pemisahan dan hukum pemilihan
bebas yang diumumkan pada tahun 1865. Sampai saat ini hukum-hukum tersebut sudah
dikenal secara luas sebagai hukum pemisahan Mendel dan hukum pilihan bebas Mendel.
Hukum-hukum itulah yang sekarang dikenal sebagai hukum Mendel I dan hukum Mendel II,
dan hukum-hukum inilah yang pertama kali dikenal dalam bidang ilmu genetika (Corebima,
2013).
Hukum Mendel I merupakan uji persilangan monohibrid dengan satu sifat yang
bebeda. Hasil keturunan dari keturunan pertama (F1) akan menghasilkan sifat dominan
heterozigot dan jika disilangkan sesamanya akan menghasilkan keturunan kedua (F2) dengan
perbandingan rasio fenotip 3:1. Sedangkan pada Hukum Mendel II merupakan uji persilangan
dihibrid dengan dua sifat beda. Hasil keturunan pertama (F1) akan menghasilkan sifat
dominan heterozigot dan jika disilangkan sesamanya maka akan menghasilkan keturunan
kedua (F2) dengan perbandingan rasio fenotip 9:3:3:1 (Henuhili, 2003).
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dalam
membuktikan adanya hukum pemisahan bebas dilakukan penelitian dengan salah satu objek
penelitiannya bisa menggunakan Drosophila melanogaster yang sebelumnya sudah diketahui
memiliki variasi fenotipe yang beragam dan sudah ditemukan. Pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan objek penelitian lalat buah (Drosophila melanogaster) dengan tiga
variasi strain, yakni strain N, ecl, dan bvg yang merupakan uji persilangan dihibrid dengan dua
sifat beda. Kedua sifat yang berbeda ini meliputi sifat dari warna mata dan warna tubuh.
Ada beberapa alasan Drosophila melanogaster dijadikan sebagai model organisme yaitu
karena D. melanogaster ukuran tubuhnya kecil, mudah ditangani dan dipahami, praktis, siklus
hidup singkat yaitu hanya dua minggu, murah, mudah dipelihara dalam jumlah besar
(Iskandar, 1987), mudah berkembangbiak dengan jumlah anak banyak, beberapa mutan
mudah diuraikan (King, 1962), memiliki empat pasang kromosom raksasa yang terdapat pada
kelenjar saliva pada fase larva (Strickberger, 1962).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana fenotip dari F1 dan F2 yang muncul pada Drosophila melanogaster hasil
persilangan strain ecl♂ >< N♀ beserta resiproknya?
2. Bagaimana rasio dari F2 pada Drosophila melanogaster hasil persilangan strain ecl ♂
>< N♀ beserta resiproknya?
3. Bagaimana fenotip dari F1 dan F2 yang muncul pada Drosophila melanogaster hasil
persilangan strain bvg♂ >< N♀ beserta resiproknya?
4. Bagaimana rasio dari F2 pada Drosophila melanogaster hasil persilangan strain bvg♂
>< N♀ beserta resiproknya?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui fenotip dari FI dan F2 yang muncul pada Drosophila melanogaster
hasil persilangan strain ecl♂ >< N♀ beserta resiproknya
2. Untuk mengetahui rasio dari F2 pada Drosophila melanogaster hasil persilangan strain
ecl ♂ >< N beserta resiproknya
3. Untuk mengetahui fenotip dari F1 dan F2 yang muncul pada Drosophila melanogaster
hasil persilangan strain bvg♂ >< N♀ beserta resiproknya
4. Untuk mengetahui rasio dari F2 pada Drosophila melanogaster hasil persilangan strain
bvg♂ >< N♀ beserta resiproknya
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bagi Penulis
1. Mengetahui rasio dari F2 pada Drosophila melanogaster hasil persilangan strain ecl ♂
>< N beserta resiproknya
2. Mengetahui fenotip dari FI dan F2 yang muncul pada Drosophila melanogaster hasil
persilangan strain ecl♂ >< N♀ beserta resiproknya
3. Mengetahui rasio dari F2 pada Drosophila melanogaster hasil persilangan strain bvg♂
>< N♀ beserta resiproknya
4. Mengetahui fenotip dari F1 dan F2 yang muncul pada Drosophila melanogaster hasil
persilangan strain bvg♂ >< N♀ beserta resiproknya
5. Menambah pemahaman mengenai persilangan-persilangan menurut Hukum Mendel II
6. Menambah keterampilan, kecakapan, serta pengalaman dalam melaksanaan penelitian,
khususnya dengan menggunakan Drosophila melanogaster.
Bagi Pembaca
1. Memperoleh informasi, pengetahuan serta bukti tentang adanya fenomena Hukum
Mendel II yang terjadi pada Drosophila melanogaster hasil persilangan strain ecl ♂ ><
N beserta resiproknya
2. Memperoleh informasi, pengetahuan serta bukti tentang adanya fenomena Hukum
Mendel II yang terjadi pada Drosophila melanogaster hasil persilangan strain bvg♂
>< N beserta resiproknya
3. Memberikan motivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai mutasi yang
terjadi pada Drosophila melanogaster.
E. Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup, maka penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan
penelitian sebagai berikut:.
1. Strain Drosophila melanogaster yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain N,
ecl dan bvg yang diperoleh dari laboratorium Genetika Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Malang.
2. Persilangan yang dilakukan pada Drosophila melanogaster yaitu antara strain ♂N ><
♀ecl dan ♂N>< ♀bvg beserta resiproknya.
3. Pengamatan dilakukan sebatas pada pengamatan fenotip (warna mata, warna tubuh,
keadaan sayap) dan jumlah keturunan F1 dan F2.
4. Persilangan untuk menghasilkan F1 dilakukan sebanyak 6 kali ulangan untuk masing-
masing ulangan
5. Persilangan untuk menghasilkan F2 dilakukan sebanyak 3 kali ulangan untuk masing-
masing ulangan
6. Penelitian ini mengamati fenotip dan jumlah anakan F1 dan F2 pada persilangan
Drosophila melanogaster strain ♂N><♀ecl dan ♂N><♀bvg beserta resiproknya.
7. Pengamatan fenotip maupun jumlah anak pada F1 maupun F2 dilakukan selama tujuh
hari, dimana hari pertama dianggap sebagaihari ke-1 yang dihitung sejak pertama kali
telur menetas.
F. Asumsi Penelitian
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa.
1. Faktor internal seperti umur Drosophila melanogaster yang digunakan dalam
penelitian adalah sama.
2. Faktor eksternal seperti cahaya, intensitas cahaya, suhu, pH dan kelembaban selama
penelitian adalah sama.
3. Aspek biologis setiap individu pada strain Drosophila melanogaster selama penelitian
adalah sama.
4. Kondisi medium yang digunakan selama penelitian adalah sama.
5. Pengamatan fenotipe yang dilakukan adalah benar.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya salah penafsiran, maka perlu diberikan definisi variabel
penelitian sebagai berikut:
1. Strain merupakan suatu kelompok-kelompok intraspesifik yang memiliki hanya satu
atau sejumlah kecil ciri yang berbeda, biasanya secara genetik homozigot untuk ciri-
ciri tersebut atau galur murni (Klug dan Cummings, 2000).
2. Hibrid adalah turunan dari suatu persilangan antara dua individu yang secara genetik
berbeda (Corebima, 2003).
3. Dihibrid adalah persilangan dengan dua sifat beda (Corebima, 2003).
4. Fenotip merupakan karakter yang dapat diamati dalam suatu individu yang merupakan
hasil persilangan suatu interaksi genotip dengan lingkungan tempat hidup dan
berkembang (Corebima, 2003).
5. Genotip merupakan keseluruhan jumlah informasi genetik yang terkandung dalam
suatu makhluk hidup (Corebima, 2003).
6. Homozigot adalah karakter yang dikontrol oleh sepasang alel yang identik (misal: AA
atau aa) (Corebima, 1997).
7. Heterozigot adalah karakter yang dikontrol oleh sepasang alel yang berbeda
dominasinya/tidak identik (misal: Aa) (Corebima, 1997).
8. Perkawinan resiprok merupakan perkawinan kebalikan dari perkawinan yang semula
dilakukan (misal: ♂ecl>< ♀N, maka resiproknya ♂N>< ♀ecl) (Suryo, 1998).
9. Generasi F1 adalah turunan pertama dalam fertilisasi silang genetik (Campbell, 2002).
10. Generasi F2 adalah turunan dari fertilisasi silang genetik antar F1 (Campbell, 2002).
11. Sifat dominan merupakan satu sifat yang mengalahkan sifat yang lain (Corebima,
2003).
12. Sifat resesif merupakan sifat yang dikalahkan oleh sifat dominan (Corebima, 2003).
13. Hukum pilihan bebas Mendel atau hukum Mendel II menyatakan bahwa faktor-faktor
yang menentukan karakter-karakter yang berbeda diwariskan secara bebas satu sama
lain (Corebima, 2003).
Untuk memberi informasi bagaimana cara pengukuran variabel, maka perlu diberikan
operasional variabel penelitian sebagai berikut:
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis strain Drosophila melanogaster yakni
N, ecl, dan bvg
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah dan rasio anakan F2.
3. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah umur Drosophila melanogaster yang akan
disilangkan, Drosophila melanogaster yang digunakan adalah Drosophila
melanogaster yang belum pernah kawin, pemindahan hasil persilangan Drosophila
melanogaster dilakukan sebanyak 3 botol, yakni botol A, B, dan C.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan
Kesimpulan
H. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Fenotip yang muncul pada persilangan ♂N >< ♀ecl dan ♂N>< ♀bvg beserta
resiproknya adalah N heterozigot
2. Perbandingan rasio fenotip F2 pada persilangan Drosophila melanogaster ♂N ><
♀ecl beserta resiproknya tidak menyimpang dari rasio Hukum Mendel II 9:3:3:1
dengan strain N : e : cl : ecl
3. Perbandingan rasio fenotip F2 pada persilangan Drosophila melanogaster ♂N ><
♀bvg beserta resiproknya tidak menyimpang dari rasio Hukum Mendel II 9:3:3:1
dengan strain N : b : vg : bvg
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu teknik analisa yang
dilakukan dalam bentuk data atau angka yang kemudian dianalisis dan diinterpretasikam
dalam bentuk uraian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenotipe dari F1 dan F2 beserta
rasio fenotipe F2 dari persilangan Drosophila melanogaster strain ♂N >< ♀ecl dan ♂N ><
♀bvg beserta resiproknya. Persilangan sebanyak 6 kali ulangan dengan medium botol A, B
dan C untuk memperoleh data F1 dan F2.
2. Prosedur Peremajaan
a) Disiapkan botol selai yang telah diisi medium dan siap dipakai
b) Dimasukkan minimal 3 pasang Drosphila melanogaster untuk setiap strain pada botol
yang berbeda untuk masing-masing strainnya
c) Diberi label pada botol sesuai strain dan tanggal peremajaan
d) Peremajaan dilakukan secara berkala untuk menyediakan stok selama proyek
dilakukan
3. Prosedur Pengampulan
a) Disiapkan pisang raja mala, selang ampulan, cotton bud, kertas label, alat tulis, dan
Drosophila melanogaster strain N, ecl, dan bvg yang pupanya sudah berwarna hitam.
b) Selang ampulan ditusukkan pada pisang raja mala, kemudian pisang diarahkan ke
bagian tengah selang ampulan dengan kuas.
c) Dicari pupa yang sudah menghitam dari botol peremajaan, kemudian diambil dengan
cotton bud yang sudah dibasahi dengan air.
d) Pupa yang sudah diambil dimasukkan ke dalam selang ampulan, satu selang berisi dua
pupa, kemudian kedua ujung selang ampulan ditutup dengan gabus penutup.
e) Diberikan label pada selang ampulan dengan menulis strain dan tanggal pengampulan.
f) Ditunggu hingga pupa menetas, setelah dua hari menetas Drosophila melanogaster
siap untuk disilangkan.
4. Prosedur Persilangan
a) Disiapkan Drosophila melanogaster hasil ampulan, medium, botol selai, gabus
penutup, pupasi, kertas label, alat tulis, dan yeast.
b) Setelah medium siap, Drosophila melanogaster yang akan disilangkan dimasukkan ke
dalam botol. Persilangan yang dilakukan adalah Drosophila melanogaster strain ♂N
><♀ecl dan ♂N><♀bvg beserta resiproknya. Melakukan persilangan dengan botol
selai yang sudah tertutup oleh gabus penutup.
c) Diberikan label pada botol selai dengan menuliskan jenis strain yang disilangkan,
tanggal persilangan, ulangan, botol A, serta F1 atau F2.
d) Ditunggu selama 2 hari, kemudian jantan dilepaskan.
e) Ditunggu lagi hingga muncul larva, lalu betina dipindahkan ke botol B. Apabila pada
botol B sudah muncul larva, kemudian betina dipindahkan ke botol C.
f) Ditunggu hingga muncul anakan, setelah muncul dihitung jumlah anakan dan diamati
fenotipe yang muncul.
F. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara menghitung
jumlah anakan dan mengamati fenotipe F1 dan F2 dari masing-masing persilangan dan
ulangan. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel pengamatan.
Jumlah
2. Format Tabel Untuk Pengamatan F2 Adalah Sebagai
Berikut.
♀
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square
untuk mengetahui rasio fenotip keturunan F2 antara hasil yang didapatkan pada penelitian dari
persilangan Drosophila melanogaster strain ♂N ><♀ecl dan ♂N><♀bvg beserta resiproknya
dengan Hukum Mendel II yang menghasilkan rasio fenotip keturunan F2sebesar 9:3:3:1.
Uji chi square digunakan dalam mengukur korelasi antar variabel yakni variabel yang
diamati dengan variabel yang diharapkan atau menguji hipotesis bahwa frekuensi data yang
diamati tidak berbeda dari frekuensi yang diharapkan (Junaidi, 2010).
Asumsi yang digunakan adalah data berasal sampel random. Frekuensi yang
diharapkan untuk masing-masing kategori harus lebih besar dari 1. Frekuensi yang diharapkan
yang bernilai kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20 % dari kategori. Rumus perhitungan chi-
square sebagai berikut:
Dimanaχ2 adalah nilai chi-kuadrat, E adalah frekuensi yang diharapkan, dan O adalah
♂=0 ♂= 11 ♂= 11
B ♀=0 ♀=15 ♀=9
♂=0 ♂= 2 ♂=1
C ♀=0 ♀=2 ♀=1
Jumlah
2. Format Tabel Untuk Pengamatan F2 Adalah Sebagai
Berikut.
♀
Fenotip Ulangan Total
Persilangan Botol
♂ecl ><♀N F1 1 2 3 4 5 6
Jumlah
2. Format Tabel Untuk Pengamatan F2 Adalah Sebagai
Berikut.
♂ 10 12
N
♀ 16 14
♂ 5 4
e
♀ 6 4
♂ 2 0
cl
♀ 5 0
♂ 0 0
ecl
♀ 0 0
Fenotip Ulangan Total
Persilangan Botol
♂N ><♀bvg F1 1 2 3 4 5 6
♂=17
B ♀=17 34
Jumlah
2. Format Tabel Untuk Pengamatan F2 Adalah Sebagai
Berikut.
♀
Fenotip Ulangan Total
Persilangan Botol
♂bvg ><♀N F1 1 2 3 4 5 6
♂=42
A ♀=37 79
♂=23
B ♀=21 44
♂=0
C ♀=0 0
Jumlah
2. Format Tabel Untuk Pengamatan F2 Adalah Sebagai
Berikut.
♀
BAB V
PEMBAHASAN
DAFTAR RUJUKAN