You are on page 1of 32

ASUHAN KEPERAWATAN

KEKURANGAN VOLUME CAIRAN PADA PASIEN


GASTROENTERITIS AKUT

NAMA KELOMPOK

1. MEGA ETTY ANDRIANA ( 201604016 )


2. SITI LIA WIJAYANTI ( 201604038 )
3. IKA WITI ANJARSARI ( 201604055 )
4. HELMY ANAS SOLIFI ( 201604078 )
5. FATIMA ARI HIDAYATI ( 201604084 )

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
Jl.Raya Jabon Km.06, Mojoanyar, Jawa Timur 61363 (0321) 39023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Kekurangan Volume Cairan Dengan Masalah
Gatroenteritis Akut “ .
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang bagaimana cara melakukan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Kekurangan Volume Cairan Dengan Masalah Gatroenteritis Akut. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Mojokerto, Mei 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

1.3 Tujuan ......................................................................................................... 1

1.4 Manfaat ....................................................................................................... 2

1.5 Metode Penulisan........................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi ..................................................................................................... 3

2.2 Etiologi ...................................................................................................... 4

2.3 Tanda dan Gejala ........................................................................................ 5

2.4 ..................................................................................................................... 5

2.5 ..................................................................................................................... 8

2.6 ..................................................................................................................... 9

2.7 ..................................................................................................................... 9

2.8 ..................................................................................................................... 9

2.9 ..................................................................................................................... 10

2.10 ................................................................................................................... 10

iii
2.11 ................................................................................................................... 11

2.12 ................................................................................................................... 11

2.13 ................................................................................................................... 12

BAB 3KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian .................................................................................................. 13

3.2 Diagnosa ..................................................................................................... 14

3.3 Intervensi dan Rasional............................................................................... 14

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan ..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 24

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Secara umum penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan


yang masih banyak ditemui di masyarakat negara berkembang seperti
indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi (
departement kesehatan (depkes), 2011).

Menurut (utami & wulandari, 2015)Penyebab utama kematian karena


diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2011). Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari
Gastroenteritis adalah meningkatnya mutilitas dan cepatnya pengosongan
pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan
dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium, dan bikarbonat
berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan
dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metalbolik. Diare
yang terjadi nerupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel dalam mukosa, intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan
terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorbsikan cairan dan elektrolit dan
bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan
motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi.

Berdasarkan Data adalah 31.716 penduduk atau 3,7%, sedangkan


pada tahun 2013 mengalami kenaikan 1,4% menjadi 4,11% dengan jumlah
penderita 35.498 penduduk. Data hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit
Daerah Sukoharjo pada tahun 2013 menunjukkan penderita gastroenteritis
mencapai 845 orang. Berdasarkan latar belakang di atas, masalah ini
dianggap menarik, perlu danpenting untuk diteliti.Adapun tujuan dari

1
penelitian ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan pada An. A
dengan gangguan sistem pencernaan: gastroenteritis dehidrasi sedang,
meliputi tahap pengkajian hingga evaluasi keperawatan.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo menunjukkan jumlah


penderita gastroenteritis pada tahun 2012 sebanyak 31.716 penduduk (3,7%),
sedangkan tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 35.498 penduduk
(4,11%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
anak dengan gastroenteritis dehidrasi sedang. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang
mengalami diare dengan dehidrasi sedang. Sampelnya adalah An. A. Teknik
sampling yang digunakan adalah purposive sampling.Penelitian dilakukan di
RSUD Sukoharjo pada bulan Februari 2014.Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Instrumen penelitian
adalah peneliti sendiri dengan alat bantu sphygmomanometer, stetoskop,
termometer, penlight, serta pedoman pengkajian. Berdasarkan pengkajian
yang dilakukan didapatkan data adanya muntah 1 kali, suhu 38,20C, berat
badan turun 1,2 kg, turgor kulit jelek, leukosit 17.200 uL, balance cairan -
111,7 cc. Terdapat 3 masalah keperawatan, yaitu defisit volume cairan,
hipertermi, dan infeksi. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama dua
hari didapatkan perkembangan masalah membaik.Kesimpulannya, masalah
keperawatan utama pada An. A dengan gastroenteritis dehidrasi sedang
adalah defisit volume cairan.(utami & wulandari, 2015)

Akibat diare akut dan kehilangan cairan serta elektrolit secara


mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut: dehidrasi
(ringan, sedang, koma berat, koma hipotonik, isotonik atau hipertonik),
renjatan hipofolemik, hipokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah,
dan bradikardi), laktosa skunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan
defisiensi enzim laktosa, hipoglikemia, kejang terjadi pada dehidrasi
hipertronik, dan malnutrisi energi protein (akibat muntah, dan diare jika lama
atau kronik) (Nursalam, dkk., 2013).

2
Upaya mengatasi diare dengan masalah kekurangan volume cairan
dapat dilakukan melalui beberapa intervensi keperawatan yang bertujuan
mempertahankan keseimbangan asupan dan haluaran cairan, mengoreksi
defisit volume cairan dan elektrolit, mengurangi overload, mempertahankan
berat jenis urine dalam batas normal menunjukkan perilaku yang dapat
meningkatkan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basah, serta
mencegah komplikasi akibat pemberian terapi ( Mubarak,dkk., 2015).
Intervensi guna menjaga agar tidak menjadi kekurangan volume cairan dapat
dilakukan dengan mengkaji status hidrasi (ubun-ubun, mata, turgor kulit dan
membran mukosa), mengkaji pengeluaran urine, gravitasi urine atau berat
jenis urine (1.005-1.020) atau sesuai usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per
jam. Mengkaji pemasukan pengeluaran cairan, memonitor tanda-tanda vital,
pemeriksaan laboratorium program elektrolit, Ht, Ph dan serum albiumin,
pemberian cairan dan elektrolit sesuai protokol ( dengan oralit dan cairan
parenteral bila indikasi), pemberian obat anti diare dan anti biotik sesuai
program, dan anak di istirahatkan (Suriadi dan Yuliani, 2010).

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada : “Asuhan Keperawatan Pada
Anak X dan Y yang mengalami diare akut dengan masalah kekurangan
volume cairan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam studi kasus ini
dirumuskan sebagai: “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Anak yang
mengalami Diare Akut dengan Masalah Kekurangan volume cairan.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Anak yang mengalami


Diare Akut dengan masalah kekurangan volume cairan.

1.4.2 Tujuan Khusus

3
1) Melakukan Pengkajian keperawatan pada anak yang mengalami
diare akut dengan masalah kekurangan volume cairan
2) Menetapkan diagnosa keperawatan pada anak yang mengalami
diare akut dengan masalah kekurangan volume cairan
3) Menyususn perencanaan keperawatan pada anak yang mengalami
diare akut dengan masalah kekurangan volume cairan
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada anak yang mengalami
diare akut dengan masalah kekurangan volume cairan
5) Melakukan evaluasi pada anak yang mengalami diare akut dengan
masalah kekurangan volume cairan
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat teoritis
1. Ilmu keperawatan
Diharapkan KTI dengan studi kasus diare akut dengan masalah
kekurangan volume cairan dapat digunakan untuk
pengembangan ilmu keperawatan berdasarkan hasil dan analisis
atas hasil yang ditemukan dilapangan.

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit bisa mendapatkan manfaat positif dari
diadakannya studi kasus terhadap masalah gangguan sistem
pencernaan yaitu diare akut oleh mahasiswa keperawatan,
melalui pengkayaan materi dan penerapan asuhan keperawatan,
sehingga turut menciptakan tenaga kesehatan yang unggul
secara keilmuan maupun sebagai praktisi.
2. Institusi Pendidikan

Diharapakan studi kasus ini dapat memperkaya pemahaman


mahasiswa atas masalah gangguan sistem pencernaan khususnya
diare akut dengan masalah kekurangan volume cairan, sehingga

4
dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan sebaik-
baiknya.

3. Klien
Diharapakan usai menjalani asuahan keperawatan, ibu klien
dapat mengalami peningkatan pemahaman mengenai penyakit
anaknya dan dapat melakukan pencegahan atas timbulnya
penyakit berulang.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR DIARE


2.1.1 Pengertian Diare
Diare menurut hipocrates adalah pengeluaran feses yang tidak normal
(cair). Menurut FKUI / RSCM bagian IKA, diare diare diartikan sebagai
buang air besar yang tidak normal atau bentuk feses yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila
frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berusia lebih
dari 1 bulan dan anak bila frekuensi lebih dari 3 kali (Deslidel dkk, 2011).

2.1.2 Etiologi
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya diare. Berikut
beberapa diantaranya:
a. Infeksi internal
Menurut Ardiansyah (2012) infeksi internal ini disebabkan oleh bakteri,
antara lain: Stigella, Salmonella, Escherichia coli, Campylobacter,
Yersinia enterecolitik, Infeksi oleh virus dll.
b. Faktor malabsorbsi
Menurut Ngastiyah (2005) faktor malabsorbsi antara lain: Malabsorbsi
karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan
anak yang terpenting dan tersering adalah (intoleransi laktosa).
Malabsorbsi lemak, Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (Ngastiyah, 2005).
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar (Ngastiyah, 2005).

2.1.3 Manifestasi Klinis

6
Manifestasi klinis yang dapat muncul pada anak yang mengalami
gastroenteritis yaitu :
a. Mula-mula anak tampak cengeng dan gelisah serta malaise
b. Suhu badan dapat meningkat atau tidak (demam merupakan reaksi
dari kompensasi tubuh terdapat adanya suatu infeksi).
c. Gejala muial dan muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
terjadinya diare (mual dan muntah merupakan mekanisme pertahanan
tubuh untuk mencoba menyingkirkan agen virus maupun bakteri yang
sedang menyerang tubuh).
d. Nafsu makan dapat berkurang atau tidak ada (hal ini dapat terjadi
karena adanya inflamasi pada saluran gastrointestinal).
e. Diare (usus besar yang terinfeksi akan kehilangan kemampuan untuk
menahan cairan. Diare dapat berlangsung selama 24 jam atau selama
7-10 hari tergantung dari penyebab yang mendasari).
f. Membran mukosa kering.
g. Feses cair atau dengan tanpa darah dan lender (darah dapat
mendukung secara makroskopik penyebab kumannya).
h. Warna feses dapat berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
oleh empedu.
i. Anus dan sekitarnya dapat menjadi lecet karena feses menjadi asam
akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
diabsorbsi oleh usus selama diare.
j. Berat badan anak dapat menurun.
k. Kram abdomen, tenesmus.
l. Dehidrasi yaitu bila banyak cairan yang keluar dan mempunyai
tanda-tanda ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit menurun,
selaput lender mulut dan bibir kering. Dehidrasi terjadi karena diare
yang memanjang, peningkatamn suhu tubuh, mual, muntah.

7
2.1.4 Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada tiga


macam:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu ( misalnya toksin ) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperteristaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.Sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan kambuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan:

a. Kehilangan air dan eliktrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibat gangguan


keseombangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)

b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)

c. Hipoglikemia

d. Gangguan sirkulasi darah

Dari fakta dan teori tidak terjadi kesenjangan karena dalam teori
menyebutkan bahwa salah satu penyebab diare adalah mengkonsumsi
makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri, sehingga rencana

8
selanjutnya adalah menjaga kebersihan makanan dan minuman yang akan
dikonsumsi oleh anak.

Pada partisipan 1 dan 2 intervensi keperawatan yang dirumuskan


sama yaitu pantau tanda dan gejala dehidrasi, kaji status nutrisi anak,
monitor tanda – tanda vital, timbang berat badan setiap hari, monitor
pemeriksaan laboratorium, dorong masukan oral (pemberian oralit),
kolaborasi pemberian obat. Dalam teori intervensi yang dirumuskan adalah
pantau tanda dan gejala dehidrasi, kaji status nutrisi anak, monitor tanda –
tanda vital, timbang berat badan setiap hari, monitor pemeriksaan
laboratorium, dorong masukan oral (pemberian oralit), kolaborasi
pemberian obat (Nurarif dan Kusuma, 2015). Semua rencana yang dibuat
sesuai dengan teori dan keadaan klien, rencana keperawatan ini terlebih
dahulu adalah menetapkan prioritas masalah yaitu kekurangan volume
cairan. Pada partisipan 1 dan 2 sama – sama diberi oralit 200 ml tiap kali
diare.

9
2.1.5 Pathway

Infeksi (Virus, bakteri, Malabsorbsi KH,


parasit) protein, lemak

Berkembang di usus
Tek. Osmotik me

Pe sekresi cairan dan elektrolit Pergeseran cairan dan


elektrolit ke rongga usus

3
Isi usus meningkat DIARE

Frekuensi BAB

Hilangnya cairan dan


elektrolit berlebih

Gangguan
keseimbangan
cairan dan elektrolit

Dehidrasi

Kekurangan volume cairan Resiko syok (hipovolemik)

10
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat gastroenteritis antara lain:
1. Renjatan hipovolemik (terjadi akibat berkurangnya volume darah
yang intravaskuler. Kehilangan cairan yang cepat dan banyak
menurunkan preload ventrikel sehingga menurunkan isi
sekuncup dan menurunkan hantaran oksigen ke jaringan tubuh).
2. Dehidrasi baik itu dehidrasi ringan, sedang, berat, hipotonik atau
hipertonik.
3. Hipoglikemia
4. Hipokalemia dengan gejala meteorismus, hipotoni otot , lemah,
bradikardia, perubahan elektro kardiogram.
5. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik. Kejang terjadi karena
gangguan metabolic atau gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
6. Malnutrisi energy protein, akibat muntah dan diare jika lama atau
kronik.
7. Intorelansi laktosa sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus
dan defisiensi enzim laktosa. (Rudi Haryono, 2012).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Diare


Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare
menurut Nelwan (2014) yaitu dengan pemeriksaan darah yang
meliputi darah perifer lengkap, ureum, kreatinin, elektrolit
(Na⁺,K⁺’ C⁻). Analisa gas darah ( bila dicurigai ada gangguan
keseimbangan asam basa),pemeriksaan toksik (C. Difficile),
antigen (E.Hystolitica).fases meliputi analisa fases
(rutin:leukosit difases. Pemeriksaan parasite:amoeba, hif).
Pemeriksaan kultur pada kasus ringan, diare bisa teratasi
dalam waktu <24 jam. Pemeriksaan lanjut diutamakan pada
kondisi yang berat yang tidak teratasi sehingga menyebabkan
hipotensi, disentri, disentri demam, diare pada usia lanjut, atau

11
pasien dengan kondisi imun yang rendah ( pasien dengan
penggunaan obat kemoterapi).

2.1.8 Pengobatan diare.


Prinsip tatalaksana diare adalah dengan lintas diare atau lima
langkah tuntaskan diare. Pemberian cairan bukan satu-satunya cara
untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisiusus serta
mempercepat penyembuhan atau menghetikan diare dan mencegah
anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk
mengobati diare menurut Depkes RI (2011). program lima langkah
tuntaskan diare yaitu:
a) Rehidrasi menggunakan Oralite osmolalitas rendah
Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat
dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit
osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia diberikan cairan
rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit
saat ini yang beredar dipasaran sudah oralite yang baru dengan
osmolaritas yang rendah, yang dapat menggurangi rasa mual
dan muntah.oralit, merupakan cairan yang terbaik bagi
penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila
pederita tidak minum harus segera dibawah ke sarana
kesehatan untuk mendapat pertolongan.Pemberian oralit
didasarkan pada derajat dehidrasi.

b) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.


Zinc merupakan salah satu mikro nutrient yang penting
dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible
Nitric Oxside Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat
selama diare dan mengakibatkan hiperseresi epitel usus. Zinc
juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami

12
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi
lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang
air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc
segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada
balita:
1. Umur < 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.
2. Umur > 6 bulan: 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah


berhenti. Cara pemberian tablet zinc: larutkan tablet dalam satu
sendok makan air matang atau air susu ibu, sesudah larut berikan
pada anak diare.

c) Teruskan pemberian air susu ibu dan makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan


gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum
air susu ibu harus lebih sering di beri air susu ibu. Anak yang minum
susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6
bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan
padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti,
pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan.

d) Antibiotik Selektif

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya


kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika

13
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigellosis), dan suspek kolera.

e) Nasihat kepada orang tua/pengasuh

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang:

2. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

3. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan


bila :

 Diare lebih sering

 Muntah berulang

 Sangat haus

 Makan/minum sedikit

 Timbul demam

 Tinja berdarah

 Tidak membaik dalam 3 hari.Konsep Keperawatan.

14
2.2 KONSEP DASAR DEHIDRASI
2.2.1 Definisi Dehidrasi
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa
hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik),
atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama
(dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak
daripada air (dehidrasi hipotonik) (Aru dkk, 2009 dalam
Nurarif dan Kusuma, 2015).
2.2.2 Klasifikasi Dehidrasi

Tabel 1 Klasifikasi Dehidrasi Derajat Dehidrasi


Akibat Kekurangan Cairan Dan
Elektrolit Tanda
Ringan Sedang Berat
Kehilangan < 5% 5 – 9% ≥ 10%
cairan
Warna kulit Pucat Abu-abu Bercak-bercak
Turgor kulit Menurun Tidak elastis Sangat tidak
Membran Kering Sangat kering Pecah-pecah
mukosa
Haluaran urine Menurun Oliguria Oliguria nyata
Tekanan darah Normal Normal atau Semakin rendah
semakin rendah

15
Tabel 2 0 1 2
Klasifikasi
Dehidrasi
Menurut
Maurice King
Score Bagian
yang diperiksa
Keadaan umum Sehat Rewel, gelisah, apatis, Ngigau/koma/syo
mengantuk k
Kekenyalan Normal Sedikit Kurang Sangat Kurang
Kulit
Mata Normal Sedikit Kurang Sangat Kurang
Ubun - ubun Normal Sedikit Cekung Sangat Cekung
Mulut Normal Kering Kering biru
Nadi Normal 120 – 140 >140

2.2.2 Manifestasi Klinis

2.2.3 Etiologi
Bermacam – macam penyebab dehidrasi dalam menentukan tipe / jenis –
jenis dehidrasi
a. Dehidrasi Isotonik: Perdarahan, muntah, diare, hipersalivasi, fistula,
ileustomy (pemotongan usus), diaphoresis (keringat berlebihan), luka
bakar, puasa, terapi hipotonik, suction gastrointestinal (cuci lambung).
b. Dehidrasi hipotonik: Penyakit diabetes mellitus, rehidrasi cairan berlebih,
mal nutrisi berat dan kronis.
c. Dehidrasi hipertonik: Hiperventilasi, diare air, diabetes insipedus (hormone
ADH menurun), rehidrasi cairan berlebihan, disfagia, gangguan rasa haus,
kesadaran, infeksi sistemik dan suhu tubuh meningkat.

16
2.2.4 Patofisiologi
Penyebab kekurangan volume cairan yang paling umum adalah
hilangnya cairan gastrointestinal yang berlebihan akibat dari muntah,
gastroenteritis yang disertai diare, pengisapan gastrointestinal, fistula
usus, dan drainase usus. penyebab kehilangan lainnya meliputi diuretic,
gangguan ginjal, gangguan endokrin, kelebihan latihan fisik dan
penyalahgunaan kronis pada laksatif dan atau enema. Faktor yang lain
meliputi asupan cairan yang tidak adekuat termasuk ketidakmampuan
untuk mendapatkan akses cairan, ketidakmampuan untuk miminta
minum dan cairan. Elektrolit sering hilang bersamaan dengan cairan
sehingga terjadi cairan isotonik. Ketika cairan dan elektrolit hilang
kadar natrium serum tetap normal meskipuun kadar elektrolit lainnya
menurun. Cairan ditarik ke dalam kompartemen vascular dari ruang
ruang interstisial karena tubuh berupaya mempertahankan perfusi
jaringan. Kondisi ini pada akhirnya juga mengosongkan cairan di dalam
kompartemen intraseluler. (Priscilla Le Mone, dkk, 2016).
2.2.5 Penatalaksanaan Cairan
Banyak cara yang dilakukan untukmengatasi kekuranganvolume cairan
daqn rehidrasi oral merupakan terapi untuk kekurangan volume cairan
yang teraman dan terevektiv bagi pasien sadar yang mampu minum per
oral. Orang dewasa memerlukan minimal 1500 ml cairan perhari atau
hamper 30 ml per kg berat badan (berat badan ideal digunakan untuk
menghitung kebutuhan cairan bagi pasien obesitas).( Priscilla Le Mone,
dkk, 2016).

2.1 ASUHAN KEPERAWATAN DIARE DENGAN MASALAH


KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

17
Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah
meningkatnya mutilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang
berlebihan, cairan sodium, potasium, dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan
elektrolit dan dapat terjadi asidosis metalbolik.

Diare yang terjadi nerupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan
toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel dalam mukosa,
intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan
terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorbsikan cairan dan elektrolit dan
bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan
motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi.

18
PATHWAY

Infeksi (Virus, bakteri, Malabsorbsi KH,


parasit) protein, lemak

Berkembang di usus
Tek. Osmotik me

Pe sekresi cairan dan elektrolit Pergeseran cairan dan


elektrolit ke rongga usus

Isi usus meningkat DIARE

Frekuensi BAB

Hilangnya cairan dan


elektrolit berlebih

Gangguan
keseimbangan
cairan dan elektrolit
19
Dehidrasi

Kekurangan volume cairan Resiko syok (hipovolemik)

ASUHAN KEPERAWATAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN


PADA PASIEN GASTROENTERITIS AKUT

Pengkajian

Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengenal keadaan


umum dan prilaku bayi atau anak, menurut Wong (2009), keadaan umum
bayi yang dapat diperiksa meliputi mengkaji dehidrasi seperti
berkurangnya haluran urin, menurunnya berat badan, membran mukosa
yang kering, turgor kulit yang jelek, ubun- ubun yang cekung, dan kulit
yang pucat, dingin serta kering. Pada dehidrasi yang lebih berat gejala
meningkatnya dehidrasi nadi, dan respirasi, menurunnya tekanan darah
dan waktu pengisian ulang kapiler yang memanjang (>2 detik) dapat
menunjukan syok yang mengancam). Riwayat penyakit akan memberikan
informasi penting mengenai kemungkinan agen penyebabnya seperti
pengenalan makanan yang baru, kontak dengan agen yang menular,
berwisata kedaerah dengan suseptibilitas tinggi, kontak dengan hewat
yang diketahui sebagai sumber infeksi enterik. Riwayat alergi, pengunaan
obat dan makanan dapat menunjukan kemungkinan alergi, terhadap

20
makanan yang banyak mengandung, sorbitol dan fruktosa( misalnya jus
apel).

Menurut Hidayat (2008), pengkajian tentang permasalahan diare dapat


dilihat tanda dan gejala sebagai berikut, frekuensi buang air besar pada
bayi lebih dari 3 kali sehari, pada neonatus lebih dari 4 kali. Bentuk cair
kadang- kadang disertai dengan darah atau lendir, nafsu makan menurun,
warna kelaman kehijauan karena bercampur dengan empedu, muntah rasa
haus, adanya lecet didaerah anus, adanya tanda-tanda dehidrasi .Pada
pengkajian faktor penyebab dapat disebabkan oleh faktor bakteri, atau
faktor makanan, faktor obat-obatan, dan juga faktor psikologi. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya turgor kulit buruk, membran
mukosa kering, pada bayi ubun- ubun cekung, bising usus meningkat,
kram abdomen, penurunan berat badan, perubahan tanda-tanda vital, yaitu
peningkatan nadi dan pernapasan. Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan antara lain seperti kadar kalium, natrium, dan klorida.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Diare menurut Wilkinson


(2006), adalah :

a. Diare berhubungan dengan proses infeksi.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


volume cairan aktif (diare).

c. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (proses infeksi).

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu makan.

e. Defisit pengetahuan tentang gastroenteritis Akut berhubungan


dengan kurangnya informasi.

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena


diare.

21
Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan


dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi pasien.
Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit gastroenteritis
akut atau diare menurut Wilkinson (2006), adalah sebagai berikut:

a. Diare berhubungan dengan proses infeksi.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan diare


teratasi dengan kriteria hasil: kembung tidak ada, diare tidak ada
lendir pada feses tidak ada, dan pola eliminasi dalam rentang
normal.

Intervensi:

1. Observasi pola buang air besar

2. Observasi frekuensi, konsistensi dan warna feses.

3. Anjurkan keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi,


dan konsistensi feses.

4. Anjurkan memberikan cairan seperti air putih dan air susu ibu

5. Evaluasi catatan asupan kandungan nutrisi.

6. Anjurkan untuk makan dalam porsi kecil, sering dan porsi


ditingkatkan secara bertahap.

7. Pantau adanya iritasi dan ulserasi kulit diarea perianal.

8. Anjurkan pasien untuk memberitahu petugas setiap kali diare.

9. Ajarkan penggunaan obat diare yang tepat.

10. Kolaborasi pemberian obat

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume


cairan aktif (diare).

22
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
kekurangan volume cairan teratasi dan keseimbangan elektrolit, asam
basa dapat tercapai dengan kriteria hasil: keseimbangan cairan, hidrasi
yang adekuat, status nutrisi yang adekuat asupan makanan dan cairan,
keseimbangan elektrolit dan asam basa, frekuensi dan irama nafas
dalam rentang yang diharapkan.

Intervensi:

1. Monitor vital sign

2. Monitor masukan makanan atau cairan.

3. Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan volume


cairan

4. Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan tinggi

elektrolit (diare)

5. Dorong keluarga membantu pasien makan.

6. Timbang berat badan dan pantau kemajuan/

7. Pantau status hidrasi misal kelembaban membran mukos.

8. Ukur keadekuatan nadi.

9. Anjurkan untuk menginformasikan perawat jika haus.

10. Tingkatkan asupan cairan peroral

11. Kolaborasi pemberian cairan intra vena

c. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (proses penyakit)

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masalah


hipertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil: suhu kulit dalam
rentang yang diharapkan, suhu tubuh dalam batas normal, nadi dan

23
pernafasan dalam rentang yang diharapkan, perubahan warna kulit
tidak ada. Intervensi:

1. Kaji tingkat kenaikan suhu tubuh

2. Pantau warna kulit

3. Pantau suhu badan minimal setiap dua jam atau sesuai

4. kebutuhan

5. Pantau nadi dan pernafasan

6. Berikan kompres air hangat pada dahi, ketiak dan lipat paha

7. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu makan.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan


kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil: asupan
makanan dan cairan adekuat, mempertahankan berat badan atau
pertambahan berat badan, ada kemauan untuk makan, tidak muntah
setelah makan.

Intervensi :

1. Kaji status nutrisi pasien serta intake dan outputnya

2. Timbang berat badan setiap hari

3. Observasi dan catat respon terhadap pemberian makan

4. Anjurkan untuk memberikan makanan sedikit tapi sering

5. Kolaborasi dalam pemberian obat

e. Defisit pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis dan


perawatannya berhubungan dengan kurang informasi.

24
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan keluarga
mengerti tentang kondisi penyakit dan perawatan anak sakit di
rumah dengan kriteria hasil: keluarga pasien mengerti tentang
pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari gastroenteritis akut, cara
pencegahan dan perawatan anak dengan gastroenteritis akut serta
dapat mendemonstrasikan cara membuat oralit dan larutan gula
garam dengan baik dan benar.

Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit dan perawatan


anaknya

2. Tentukan kebutuhan pengajaran keluarga pasien

3. Lakukan penilaian pengetahuan keluarga pasien

4. Tentukan motifasi pasien untuk mempelajari informasi khusus

5. Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman

6. Gunakan pendekatan pengajaran demonstrasi

7. Berikan penjelasan tentang penyakit dan kondisi anaknya,


berikan penjelasan setiap akan melakukan prosedur tindakan
keperawatan

8. Berikan penjelasan kepada orang tua tentang perawatan anak


diare di rumah seperti pembuatan larutan gula garam

f. Kerusakan integritas kulit b.d iritasi rektal karena diare

Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan integritas


kulit tidak mengalami kerusakan dengan kriteria hasil: hidrasi,
pigmentasi, dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan,
terbebas dari adanya lesi, keutuhan kulit terjaga.

Intervensi :

25
1. Bersihkan daerah bokong secara perlahan dengan air

2. Paparkan kulit utuh yang kemerahan pada udara jika mungkin

3. Hindari menggunakan tissue basah yang mengandung alkohol

4. Observasi daerah bokong

5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian salep kulit

26
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

3.2 SARAN

27
DAFTAR PUSTAKA

28

You might also like