Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN
Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi, yang ditandai dengan
demam, korisa, konjungtivitis, batuk, ruam makulopapular menyeluruh.
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbilia dan rubeola (Bahasa Latin),
yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa
Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris.
Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus,
dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lender dan saluran
pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna
merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.
Campak merupakan penyakit virus yang dapat mendatangkan komplikasi serius.
Jadi, campak adalah penyakit infeksi yang menular disebabkan oleh virus yang ditandai
dengan kemerahan atau ruam di kulit.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Anatomi
Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya,
yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m. Rata- rata tebal kulit 1-2 mm.
Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm)
terdapat di penis. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau
korium, dan jaringan subkutan atau subkutis.
a. Epidermis
Epidermis terbagi atas empat lapisan yaitu :
1) Lapisan Basal atau Stratum Germinativum
2) Lapisan Malpighi atau Stratum Spinosum
3) Lapisan Granular atau Sratum Granulosum
4) Lapisan Tanduk atau Stratum Korneum
Pada telapak tangan dan kaki terdapat lapisan tambahan di atas lapisan granular
yaitu Stratum Lusidium atau lapisan-lapisan jernih. Stratum Lusidium, selnya
pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-selnya sudah banyak yang
kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar.
Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening, batas- batas sel sudah tidak
begitu terlihat, disebut stratum lusidium. Lapisan basal atau germinativum,
disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian basal. Stratum
germinativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel
induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya
terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut disusun
seperti pagar (palisade) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran
yang disebut membran basalis. Sel-sel basalis dengan membran basalis
merupakan batas terbawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini
tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada epidermis
tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan epidermis menonjol ke arah
korium. Tonjolan ini disebut retikulus. Serabut ini saling beranyaman dan
masing–masing mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk
memberikan kekuatan kepada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar
kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada helai tersebut.
b. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan–kumpulan sel–sel lemak dan di antara
gerombolan ini berjalan serabut–serabut jaringan ikat dermis. Sel–sel lemak ini
bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti
cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama
pada tiap–tiap tempat dan juga pembagian antar laki–laki dan perempuan tidak
sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock braker atau
pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau
untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan
tubuh. Di bawah subkurtis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
2. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus seluruh
bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan
kimia, cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap
mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit
merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan
melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya menjadi pucat, kekuning–
kuningan, kemerah–merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya
kelainan yang terjadi pada tubuh gangguan kulit karena penyakit tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit.
Misalnya karena stress, ketakutan atau dalam keadaan marah, akan terjadi
perubahan pada kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah
seseorang telah lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat
membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat menentukan ras atau suku
bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning bangsa mongol,
kulit putih dari eropa dan lain-lain. Perasaan pada kulit adalah perasaan
reseptornya yang berada pada kulit. Pada organ sensorik kulit terdapat 4 perasaan
yaitu rasa raba/tekan, dingin, panas, dan sakit. Kulit mengandung berbagai jenis
ujung sensorik termasuk ujung saraf telanjang atau tidak bermielin. Pelebaran
ujung saraf sensorik terminal dan ujung yang berselubung ditemukan pada
jaringan ikat fibrosa dalam. Saraf sensorik berakhir sekitar folikel rambut, tetapi
tidak ada ujung yang melebar atau berselubung untuk persarafan kulit.
Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat dilihat dari
keempat jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah tersebut. Pada
pemeriksaan histologi, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang berfungsi
sebagai mekanoreseptor yang memberikan respon terhadap rangsangan raba.
Ujung saraf sekitar folikel rambut menerima rasa raba dan gerakan rambut
menimbulkan perasaan (raba taktil). Walaupun reseptor sensorik kulit kurang
menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis fungsinya spesifik. Satu jenis
rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu jenis perasaan kulit
yang disadari.
c. Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin
kelangsungan hidup secara umum yaitu :
1) Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat
menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya
radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan
jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut–
serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan
fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari
dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
2) Proteksi rangsangan kimia
Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap
berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit
yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit
terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan
keasaman kulit antara pH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi
jamur dan sel–sel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.
3) Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut
dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di
antara sel, menembus sel–sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan
yang lebih banyak melalui sel–sel epidermis.
4) Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini
karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur
panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-
37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan
vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler
melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar
keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan
vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin,
hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
5) Ekskresi
Kelenjar–kelenjar kulit mengeluarkan zat–zat yang tidak berguna lagi atau zat
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena
lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang
berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan
keringat menyebabkan keasaman pada kulit.
6) Persepsi
Kulit mengandung ujung–ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis,
terhadap dingin diperankan oleh dermis, peradaban diperankan oleh papila
dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis.
Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
7) Pembentukan Pigmen
Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum
dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap
sinar matahari memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis
melalui tangan–tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh
melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit
melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
8) Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum.
Makin ke atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum.
Semakin lama intinya menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang
amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit
melalui proses sintesis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang
berlangsung kira–kira 14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit
terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
9) Pembentukan vitamin D
Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut.
Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
C. ETIOLOGI
Campak disebabkan oleh RNA virus genus Morbillivirus, virus parainfluenza, virus
human metapneumovirus, family paramyxoviridae, dan RSV (Respiratory Syncytial
Virus).
E. PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan
masuk ke sistem retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke
seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran
cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam
kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi
virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi
virus.
Patofisiologi Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24
jam, dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang
serius dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar
kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan
konjungtiva (Ngastiyah, 1997).
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang ser[us dan proliferasi sel
mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terdapat
pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (IKA,FKUI Volume
2,1985).
F. KOMPLIKASI
Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi, yaitu:
1. Usia muda, terutama di bawah 1 tahun
2. Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor)
3. Pemukiman padat penduduk yang lingkungannya kotor
4. Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV, malnutrisi,
atau keganasan
5. Anak dengan defisiensi vitamin
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring,
antipiretik (paracetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam),
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A.
Vitamin A dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi
terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian
komplikasi seperti diare dan pneumonia. Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2
hari dengan dosis sebagai berikut:
1. 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih
2. 100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan
3. 50.000 IU pada anak < 6 bulan
4. Pemberian vitamin A tambahan satu kali dosis tunggal dengan dosis sesuai umur
penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan gejala
defisiensi vitamin A.
Pada campak dengan komplikasi otitis media dan atau pneumonia bakterial dapat diberi
antibiotik. Komplikasi diare diatasi dehidrasinya sesuai dengan derajat dehidrasinya.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Data Dasar
Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus berlangsung
2 – 4 hari (Pusponegoro, 2004).
3. Riwayat sekarang
Anamnese adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek, nyeri
menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit
(Pusponegoro, 2004). Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu (Suriadi, 2001).
4. Riwayat dahulu Anamnese pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah
Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 2005).
Anamnese riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi
campak (Wong, 2003). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi
campak (Suriadi, 2001).
5. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien
beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial (Potter, 2005).
6. Pemeriksaan Fisik
a) Mata : Terdapat konjungtivitis, fotophobia
b) Kepala : Sakit kepala
c) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung
(pada stad eripsi).
d) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
e) Kulit: Permukaan kulit (kering), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada
leher, muka, lengan dan eritema, panas (demam).
f) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, ronchi, sputum
g) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang, imunisasi.
h) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
i) Status Nutrisi : Intake – output makanan, nafsu makanan (Potter, 2005).
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan suhu tubuh meningkat
2. Tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang
diperlukan.
5. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise.
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
L. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini dilakukan untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn,
dkk, 2000).
M. EVALUASI
Evaluasi didasarkan pada rencana yang telah dilaksanakan dalam upaya memodifikasi
tindakan selanjutnya, berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus. Evaluasi merupakan
kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar
yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau
berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Evaluasi disusun
dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S adalah ungkapan
perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keparawatan. O adalah keadaan objektif yang dapat di definisikan oleh
perawat menggunakan pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah implementasi
keperawatan. A merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan
objekstif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan
mengacu pada pada tujuan pada rencana keperawatan keluarga. P adalah perencanaan
selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Ricky Gutiam. 2016. Campak Pada Anak. Jurnal Keperawatan. Retrieved Oktober 3,
2016 from http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_238Campak%20pada%20Anak.pdf
John. 2005. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi Kesehatan Edisi Empat,
EGC: Jakarta
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar profesi anak
Oleh :
Marcelina Intisari Jamin
30190116086