Professional Documents
Culture Documents
DIKERJAKAN OLEH :
DWI NOVI WULANSARI
NIM. D 111 07 039
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Terstruktur Perancangan Geometrik
Jalan ini dengan baik. Tugas ini merupakan bagian dari materi mata kuliah Perancangan
Geometrik Jalan dan merupakan tugas terstruktur dari mata kuliah tersebut. Pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah
Ibu Siti Nurlaily Kadarini ST., MT. dan Bapak Said ST., MT. selaku dosen pembimbing
tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangannya baik dari segi isi maupun dari cara penyusunannya. Untuk ini penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari semua pihak yang turut
membantu laporan ini demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata semoga laporan yang
sederhana ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua.
( Penyusun )
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PENDAHULUAN 1
BAB I PERHITUNGAN LHR DAN KLASIFIKASI JALAN 2
1.1 Perhitungan LHR 2
1.2 Penentuan Klasifikasi Medan 4
BAB II PERENCANAAN ALINEMEN HORIZONTAL 7
2.1 Lengkung Horizontal 7
2.2 Diagram Superelevasi 10
2.3 Pelebaran Perkerasan pada Tikungan 11
2.4 Kebebasan Samping dalam Tikungan 11
BAB III PERENCANAAN ALINEMEN VERTIKAL 28
3.1 Aliemen Vertikal 34
3.2 Profil Melintang 37
BAB IV PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN 41
4.1. Menentukan Nilai 41
4.2. Menetapkan Tebal Perkerasan 49
BAB V PERENCANAAN DRAINASE 51
5.1 Penentuan Seksi-seksi 52
5.2 Langkah-langkah dan Perhitungan 54
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN
ii
Perancangan Geometrik Jalan
PENDAHULUAN
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu
tempat ke tempat lain. Arti lintasan menyangkut tanah yang diperkuat (diperkeras) dan
jalur tanah tanpa perkerasan. Sedangkan lalu lintas menyangkut semua benda dan mahluk
yang melewati jalan tersebut, baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor
seperti : sepeda, manusia dan hewan.
Dalam perencanaan jalan raya, bentuk geometriknya harus ditetapkan sedemikian
rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada
lalu lintas sesuai dengan fungsinya.
Menurut peraturan No. 13/1980 tentang jalan, sistem jaringan jalan primer
didefinisikan sebagai berikut: “Jaringan jalan primer merupakan tanggung jawab
pemerintah pusat dan merupakan sistem jalan untuk membantu pembangunan semua
daerah dengan menghubungkan pusat-pusat untuk pelayanan masyarakat yang merupakan
atau akan menjadi kota-kota”.
Kemudian peraturan itu mengelompokan jalan raya menjadi 3 kategori berdasarkan
fungsinya sebagai berikut :
a. Jalan Arteri
Jalan Arteri ini melayani angkutan primer yang memerlukan rute jarak jauh,
kecepatan rata-rata yang tinggi dan jumlah jalan masuk yang terbatas yang
dipilih secara efisien.
b. Jalan Kolektor
Jalan kolektor melayani penampungan dan pendistribusian transportasi yang
memerlukan jarak sedang, Kecepatan rata-rata yang sedang dan mempunyai
jalan masuk yang jumlahnya terbatas.
c. Jalan Lokal
Jalan lokal melayani transportasi lokal yang memerlukan rute jarak pendek,
kecepatan rata-rata yang rendah dan mempunyai jalan masuk dalan jumlah
yang tak terbatas.
BAB I
1. Perhitungan LHR
Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) berdasarkan data lalu lintas pada
tahun 2006 adalah sebagai berikut :
Untuk menghitung besar lalu lintas harian rata-rata (LHR) dengan rumus :
LHR = ( 1 + i )n x Jumlah Kendaraan.
LHRsmp = ( LHR ) x Faktor ekivalen
Dimana :
LHR : Lalu Lintas Harian rata-rata ( kend/hari/2jurusan)
i : Perkembangan lalu lintas
n : Jumlah tahun rencana
LHRsmp : Pengekivalenan LHR dalam satuan mobil penumpang
A n=1 B n=2 C n = 10 D
Perhitungan :
Dari peta situasi didapat
Tikungan 1
d1 = 2,8 cm = 0,028 m
d2 = 2,6 cm = 0,026 m
Selisihkontur
Lereng melintang (Ln) = 100 %
dn skala
y
= 100 %
x
108,33 105
L1 = 100 % = 2,38 %
0,028 5000
105 100,67
L2 = 100 % = 3,33 %
0,026 5000
2,38% 3,33%
Lrata-rata =
2
= 2,86 %
Tikungan 2
d1 = 2,8 cm = 0,028 m
d2 = 6,1 cm = 0,061 m
Selisihkontur
Lereng melintang (Ln) = 100 %
dn skala
y
= 100 %
x
105 100,67
L1 = 100 % = 3,09 %
0,028 5000
108 105
L2 = 100 % = 0,98 %
0,061 5000
3,09% 0,98%
Lrata-rata =
2
= 2,04 %
Tikungan 3
d = 5,9 cm = 0,059 m
Selisihkontur
Lereng melintang (Ln) = 100 %
dn skala
y
= 100 %
x
109,76 106,29
L= 100 % = 1,18 %
0,059 5000
Lrata-rata = 1,18 %
Karena besarnya lereng melintang antara 1,18% s/d 2,86%, maka klasifikasi medan
termasuk golongan “Datar”
Pada tabel panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi yang dibutuhkan
(emax = 10% metoda AASHTO), nilai jari-jari (R) lengkung minimum 560 m dengan
kecepatan rencana 120 km/jam tidak memenuhi klasifikasi, maka kecepatan rencana
diganti menjadi 100 km/jam.
BAB II
PERENCANAAN ALINEMEN HORIZONTAL
A. Lengkung Horizontal
1. Circle
Digunakan untuk sudut tangen () kecil dari jari-jari yang besar yang mana
batasannya adalah sebagai berikut :
Tahap penyelesaian
a. Ukur sudut tangen () dari trase
b. Tentukan kecepatan rencana (Vr) berdasarkan pada standard perencanaan
geometric jalan raya.
c. Ambil nilai jari-jari (R) dengan ketentuan diatas
d. Tentukan Tc, Lc dan Ec
Tc = R tan ½
Lc = 2R
360o
= 0,01745 .. R
Ec = T tan ¼
2. Spiral-circle-spiral
Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian circle, yang
panjangnya diperhitungkan dengan mempertimbangkan bahwa perubahan gaya
sentrifugal dari 0 (pada bagian lurus) samapi dimana mencapai harga berikut :
m.x.V
Fcontrol =
R.x.L
V V .x.K
Harga Ls minimal = 0,002 - 2,727 .
R.x.C C
Dimana :
Ls = Panjang lengkung Spiral (m)
V = Kecepatan Rencana
R = Jari-jari
C = Perubahan Kecepatan (m/det), dianjurkan c = 0,4 m/det
K = superelevasi
Adapun jari-jari yang diambil pada tikungan ini haruslah sesuai dengan
kemiringan tikungan dan tidak mengakibatkan adanya kemiringan tikungan yang
melebihi harga maksimum yang telah ditentukan, yaitu :
Kemiringan maksimum jalan antar kota = 0,10
Kemiringan maksimum jalan dalam kota = 0,08
V2
R=
127.(e fm)
Dimana :
e = Kelandaian tikungan (%)
fm = Koefisien gesekan melintang maksimum
Untuk jari-jari lengkung yang cukup besar sehingga tidak perlu adanya kemiringan
tikungan dapat dilihat dalam daftar II Standar Perencanaan Alinemen.
Tahap penyelesaian
a. Ukur sudut tangen () dari trase
b. Tetapkan nilai R dan Vr
c. Maka dari tabel emaks akan didapat :
e = …… %
Lsmin = …….m
d. Hitung nilai :
Ls min
c = 2s = x 360
2. .R
e. Hitung nilai c = - 2 s R
f. Hitung nilai :
c
Lc = 2R
360
Bila Lc < 20, maka bentuk tikungannya spiral-circle-spiral
g. Hitung nilai L = Lc + 2 Ls
h. Tentukan nilai p dan k dengan menggunakan tabel Lsmin
i. Cari Ts = ( Rc + p) tan ½ + K
j. Cari Es = ( Rc + p ) sec ½ - Rc
3. Spiral-spiral
Bentuk tikungan ini digunakan pada tikungan-tikungan tajam. Adapun rumusnya
sama dengan rumus-rumus untuk tikungan spiral-sircle-spiral, hanya yang perlu
diperhatikan adalah tahap-tahap penyelesaiannya, yaitu :
a. Ukur sudut tangen () dari trase dan tentukan V
b. Tentukan harga R, dari tabel akan didapat Lsmin & emax
c. Cari s = ½
s.R
d. Cari Ls = Ls min
28,648
Bila tidak memenuhi syarat ambil harga L yang lain
e. Bila tidak memenuhi syarat, ambillah harga R yang lain (dengan metode trial
and error)
f. Ambil harga p dan k dengan rumus
P = P* . Ls P* dan K* diambil dari tabel
P = K* . Ls
g. Cari Ts = ( R + P ) tan ½ + K
h. Cari Es = ( R + P ) sec ½ - Rc
B. Diagram Superelevasi
1. Untuk circle, walaupun tikungan ini tidak mempunyai lengkung peralihan akan
tetapi diperlukan adanya lengkung peralihan fiktif (Ls’)
Ls’ = B . em . e
Dimana :
em = Kemiringan melintang maksimum relatif
(superelevasi tikungan yang bersangkutan)
B = Lebar perkerasan
m = 1 ; landai relatif maksimum antara tepi perkerasan (lihat daftar II,
tergantung pada Vr)
2. Hitung nilai :
V2
em = dan harga Vr didapat dari tabel
127.R
3. Cari ¾ Ls’ dan ¼ Ls’
4. Gambar
Untuk bentuk lain langsung digambar karena sudah ada Ls
Cara menentukan superelevasi adalah :
Buat garis en dan em relatif (em relatif untuk sp dalam bentuk titik) sehingga
didapat titik A dan B.
Hubungkan titik A dan B sehingga didapat titik C.
Hubungkan C dan D, sebagian putus-putus.
b’ = 2,4 + R - R2 P2
p = 6,1 m
Td = R 2 A(2 P A)
90o.S 90o.L
m = R ( 1 – Cos ) + ½ (S – L) Sin
.R .R
Kedua rumus diatas merupakan formula yang digunakan oleh bina marga.
Adapun cara lainnya dengan menggunakan grafik II Peraturan Perencanaan
Geometrik Jalan Raya dengan ketentuan sebagai berikut :
Bila S > L
R’ = R – ¼ lebar jalan = R – ½ lebar jalan
Hitung : L/R’ = ……
L/S = ……
(dari grafik didapat mg, maka didapat harga m)
Bila S < L
Maka L/R’ diganti dengan :
S/R’ = …….
L/S = …….
P1
∆
T
E
TC CT
STa
R R
Bentuk tikungan diatas digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari besar
dan sudut tangen yang relatif kecil.
P1 ∆
Ts
E
Ys
Lc
Ys SC CS
ST Ls
p
k
s s
P1
∆
Ts
Es
k Ys
SCs
p PC PT
k
θs θs
A. Lengkung Horizontal
Tikungan 1
1. Full Circle
= 30o emax = 10%
Vren = 100 Km/jam
Rmin = 560 meter
V2 1002
fm = 0,141 m
127 R 127 560
V2
R =
127(emax f max )
1002
= = 326,723 m
127(0,10 0,141)
Jadi 326,723 m < 560 m, atau R < Rmin yang diisyaratkan 1500 m sehingga
bentuk Full Circle tidak bisa digunakan.
Dengan rumus :
Ls 81,354
2s = x 360o = 360o = 8,328o
2. .R 2. 3,14 560
s = 4,164o
c = -2s
= 30 – 2 (4,164o)
= 30 – 8,328o
= 21,672
c
Lc = 2. .R
360o
21,672o
= 2 3,14 560
360o
= 211,711 m
Karena Lc > 20 m, maka bentuk S-C-S dapat digunakan.
L = Lc + 2Ls
= 211,711 + 2 x 81,354
= 374,419 m
Ls 2
y =
6 .R
81,3542
= = 1,97
6 560
Ls 3
x = Ls
40.R 2
81,3543
= 81,354 = 81,311
40 5602
P = y - Rmin (1 – Cos s)
= 1,97 – 560 (1 – Cos 4,164)
= 0,492 m
k = x – Rmin Sin s
= 81.311 – 560 Sin 4,164
= 40,649 m
Ts = ( R + P ) tan (1/2 ∆ ) + k
= ( 560 + 0,492) tan (1/2 . 30) + 40.649
= 190,832 m
Es = ( R + P ) Sec (1/2 ∆) – R
= (560 + 0,492) Sec (1/2 . 30) – 560
= 20,2795 m
3. Spiral – Spiral
Data-data yang diketahui yaitu :
= 30o s = ½
Rmin = 560 meter = ½ 30o
Vren = 100 Km/jam = 15o
s R min 15 560
Ls =
28,648 28,648
= 293,214 m
p = p* x Ls k = k* x Ls
= 0,0223165 x 293,214 = 0,4988372 x 293,214
= 6,5435 = 146,266
Ts = ( R + P ) tan ½ + k
= (560 + 6,5435) tan (1/2 .30) + 146,266
= 298,071 m
Es = ( R + P ) sec ½ - R
= (560 + 6,5435) sec (1/2 .30) - 560
= 26,529 m
Dilihat dari nilai Ts dan Es yang terkecil atau minimum antara hasil perhitungan
antara S-C-S dengan S-S, maka tikungan I berbentuk spiral-circle-spiral dengan data
yang diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut :
= 30o p = 0,492 meter
s = 4,164 Es = 20,2795 meter
Lc = 211,711 meter Ls = 81,354 meter
L = 374,419 meter c = 21,672o
Ts = 190,832 meter e = 0,0862 = 8,62%
Rmin = 560 meter x = 81,311 meter
k = 40,649 meter y = 1,97 meter
Tikungan 2
1. Full Circle
= 55o emax = 10%
Vren = 100 Km/jam
Rmin = 560 meter
V2 1002
fm = 0,141 m
127 R 127 560
V2
R =
127(emax f max )
1002
= = 326,723 m
127(0,10 0,141)
Jadi 326,723 m < 560 m, atau R < Rmin yang diisyaratkan 1500 m sehingga
bentuk Full Circle tidak bisa digunakan.
Dengan rumus :
Ls 81,354
2s = x 360o = 360o = 8,328o
2. .R 2. 3,14 560
s = 4,164o
c = -2s
= 55 – 2 (4,164)
= 55 – 8,328o
= 46,672
c
Lc = .2. .R
360o
46,672o
= 2 3,14 560
360o
= 455,934 m
Karena Lc > 20 m, maka bentuk S-C-S dapat digunakan.
L = Lc + 2Ls
= 455,934 + 2 x 81,354
= 618,642 m
Ls 2
y =
6 .R
81,3542
= = 1,97
6 560
Ls 3
x = Ls
40.R 2
81,3543
= 81,354 = 81,311
40 5602
P = y - Rmin (1 – Cos s)
= 1,97 – 560 (1 – Cos 4,164)
= 0,492 m
k = x – Rmin Sin s
= 81,311 – 560 Sin 4,164
= 40,649 m
Ts = ( R + P ) tan (1/2 ∆ ) + k
= ( 560 + 0,492) tan (1/2 . 55) + 40,649
= 332,423 m
Es = ( R + P ) Sec (1/2 ∆) – R
= (560 + 0,492) Sec (1/2 . 55) – 560
= 71,896 m
3. Spiral – Spiral
Data-data yang diketahui yaitu :
= 55o s = ½
Rmin = 560 meter = ½ 55o
Vren = 100 km/jam = 27,5o
p = p* x Ls k = k* x Ls
= 0,0425117 x 537,559 = 0,4959372 x 537,559
= 22,853 = 266,596
Ts = ( R + p ) tan ½ + k
= (560 + 22,853) tan (1/2 x 55) + 266,596
= 570,01 m
Es = ( R + p ) sec ½ - R
= (560 + 22,853) sec (1/2 .55) - 560
= 97,106 m
Dilihat dari nilai Ts dan Es yang terkecil atau minimum antara hasil perhitungan
antara S-C-S dengan S-S, maka tikungan 2 berbentuk spiral-circle-spiral dengan data
yang diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut :
= 55o p = 0,492 meter
s = 4,164 Es = 71,896 meter
Lc = 455,934 meter Ls = 81,354 meter
L = 618,642 meter c = 46,672o
Ts = 332,423 meter e = 0,0862 = 8,62%
Rmin = 560 meter x = 81,311 meter
k = 40,649 meter y = 1,97 meter
Tikungan 3
1. Full Circle
= 30o emax = 10%
Vren = 100 Km/jam
Rmin = 560 meter
V2 1002
fm = 0,141 m
127 R 127 560
V2
R =
127(emax f max )
1002
= = 326,723 m
127(0,10 0,141)
Jadi 326,723 m < 560 m, atau R < Rmin yang diisyaratkan 1500 m sehingga
bentuk Full Circle tidak bisa digunakan.
Dengan rumus :
Ls 81,354
2s = x 360o = 360o = 8,328o
2. .R 2. 3,14 560
s = 4,164o
c = -2s
= 30 – 2 (4,164o)
= 30 – 8,328o
= 21,672
c
Lc = 2. .R
360o
21,672o
= 2 3,14 560
360o
= 211,711 m
Karena Lc > 20 m, maka bentuk S-C-S dapat digunakan.
L = Lc + 2Ls
= 211,711 + 2 x 81,354
= 374,419 m
Ls 2
y =
6 .R
81,3542
= = 1,97
6 560
Ls 3
x = Ls
40.R 2
81,3543
= 81,354 = 81,311
40 5602
P = y - Rmin (1 – Cos s)
= 1,97 – 560 (1 – Cos 4,164)
= 0,492 m
k = x – Rmin Sin s
= 81.311 – 560 Sin 4,164
= 40,649 m
Ts = ( R + P ) tan (1/2 ∆ ) + k
= ( 560 + 0,492) tan (1/2 . 30) + 40.649
= 190,832 m
Es = ( R + P ) Sec (1/2 ∆) – R
= (560 + 0,492) Sec (1/2 . 30) – 560
= 20,2795 m
3. Spiral – Spiral
Data-data yang diketahui yaitu :
= 30o s = ½
Rmin = 560 meter = ½ 30o
Vren = 100 Km/jam = 15o
s R min 15 560
Ls =
28,648 28,648
= 293,214 m
p = p* x Ls k = k* x Ls
= 0,0223165 x 293,214 = 0,4988372 x 293,214
= 6,5435 = 146,266
Ts = ( R + P ) tan ½ + k
= (560 + 6,5435) tan (1/2 .30) + 146,266
= 298,071 m
Es = ( R + P ) sec ½ - R
= (560 + 6,5435) sec (1/2 .30) - 560
= 26,529 m
Dilihat dari nilai Ts dan Es yang terkecil atau minimum antara hasil perhitungan
antara S-C-S dengan S-S, maka tikungan 3 berbentuk spiral-circle-spiral dengan data
yang diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut :
= 30o p = 0,492 meter
s = 4,164 Es = 20,2795 meter
Lc = 211,711 meter Ls = 81,354 meter
L = 374,419 meter c = 21,672o
Ts = 190,832 meter e = 0,0862 = 8,62%
Rmin = 560 meter x = 81,311 meter
k = 40,649 meter y = 1,97 meter
C. Kebebasan Samping
Sesuai dengan panjang jarak pandangan yang diperlukan baik jarak pandangan
henti maupun menyiap diperlukan kebebasan samping.
Pada tikungan tidak selalu harus diberi kebebasan samping, hal ini tergantung :
a) Jari-jari tikungan (R)
b) Kecepatan rencana (Vr) yang langsung berhubungan dengan pandangan (s)
c) Keadaan medan jalan.
Perhitungan kebebasan samping pada kedua tikungan juga dapat disatukan karena data
pada keduanya sama. Adapun perhitungannya sebagai berikut :
Diketahui untuk :
Vr = 100 km/jam
S = 165 meter
R = 560 meter
R’ = R – ¼ (lebar jalan)
= 560 – ¼ 2(2 x 3,75)
= 560 – 3,75
= 556,25 meter
90o S
m = R’ (1 - cos )
.R
90x165
= 556,25 (1- cos )
3,14x556,25
= 6,113 meter
BAB III
PERENCANAAN ALINEMEN VERTIKAL
Lengkung vertikal cembung yang panjang dan relatif datar dapat menyebabkan
kesulitan pada drainase, jika sepanjang jalan sipasang Kreb. Untuk menghindari
hal tersebut panjang lengkung vertikal biasanya dibatasi tidak melebihi 50 A
sehubungan dengan keperluan drainase, dimana A adalah perbedaan aljabar
landai. Panjang lengkung yang diambil untuk perencanaan sehubungan dengan
kenyamanan pemakaian kendaraan diisyaratkan tidak kurang dari 3 detik perjalan.
PPV
E
Naik Turun
+ B -
q1 % q2 %
C D
Lengkung Vertikal
Parabola Biasa
q1 Besar Landai
Landai max hanya digunakan bila pertimbangan biaya sangat memaksa dan untuk
jarak yang pendek. Panjang kritis landai yang dimaksud adalah panjang yang
masih dapat diterima tanpa mengakibatkan gangguan jalannya arus lalu lintas
(Panjang ini mengakibatkan gangguan jalannya pengeras kecepatan max 25
Km/jam). Bila pertimbangan biaya membuka memaksa, maka panjang kritis dapat
dilampaui dengan syarat ada jalur khusus untuk kendaraan berat :
Lengkung Vertikal
Pada setiap penggantian landai harus dibuat lengkung vertikal yang memenuhi
keamanan, kenyamanan dan drainase yang baik. Adapun lengkung vertikal yang
digunakan adalah lengkung parabola sederhana seperti gambar.
a. Lengkung vertikal cembung
+ g1 - g2 + g1 - g2
+ g1 - g2
- g2 - g2
+ g1 + g1
- g2
+ g1
Analogi dengan penjelasan (a) hanya panjang lengkung vertikal cekung ditentukan
berdasarkan jarak pandang waktu, macam dan syarat drainase sebagaimana
tercantum dalam grafik V “PPGJR”
Catatan :
Pada alinemen vertikal tidak terlalu dibuat lengkung dengan jarak pandang
menyiap, tergantung :
Medan – Klasifikasi jalan – Pembiayaan
Dalam menentukan harga A = g2 – g1 , ada 2 cara :
- Bila % ikut serta dihitung, maka rumus seperti diatas dapat digunakan
- Bila % sudah dimasukkan dalam rumus
g g1
Y ' EV 2 .L
800
ALINEMEN VERTIKAL
A. Profil Memanjang
Dalam pembuatan profil memanjang harus memperhatikan :
1. Nomor stasiun yang telah kita tetapkan, yang dibuat dalam arah horizontal dengan
jarak yang telah ditetapkan.
2. Jarak titik diambil dari gambar trase jalan yang kita inginkan, pengaturannya
diusahakan untuk volume galian dan timbunan sama.
3. Jarak langsung, diukur pada stasiun awal hingga ke stasiun akhir
4. Tinggi muka tanah digambarkan dengan garis hitam, didapat dari data muka tanah
perstasiun (berdasarkan peta situasi)
5. Tinggi muka jalan dihitung dari ketinggian trase jalan yang direncanakan
6. Selanjutnya akan kita dapatkan beberapa volume galian dan timbunan (diusahakan
sama), jika tidak memungkinkan usahakan volume galian 1,5 dari volume
timbunan.
7. Dalam perhitungan kelandaian, harus sesuai dengan perencanaan sehingga dalam
perencanaan jalan jangan sampai melewati batas kelandaian maksimum serta
panjang kritisnya.
Panjang Landai maksimum dari tahap perencanaan jalan adalah sebagai berikut :
1. Lengkung Vertikal I
Pada Stasiun 0 + 380 diketahui data sebagai berikut :
g1 = 0,9 % (turun -)
g2 = 0,87 % (naik +)
A g1 g 2
= (- 0,9 %) - 0,87 %
= - 1,77 % = 0,0177 (cekung)
Dari Grafik V, didapat panjang landai (Lv) untuk kecepatan 100 km/jam adalah 60 m.
Lv
Titik PLV (Peralihan Lengkung Vertikal) : 0 380 - 0 350
2
Titik PPV (Pusat Perpotongan Vertikal ) : 0 + 380
Lv
Titik PTV (Peralihan Tangen Vertikal ) : 0 380 0 410
2
Untuk menentukan lekuk tiap stasiun, menggunakan rumus sebagai berikut :
A 0,0177 2
Y' X2 X 1,48 10 4 X 2
2 Lv 2 60
1 0+ 350 0 0 0
2 0+ 360 10 100 0,0148
3 0+ 370 20 400 0,0592
4 0+ 380 30 900 0,1332
5 0+ 390 20 400 0,0592
6 0+ 400 30 100 0,0148
7 0+ 410 0 0 0
2. Lengkung Vertikal II
Pada Stasiun 0 + 830 diketahui data sebagai berikut:
g1 = 0,87 % (naik +)
g2 = 1,01 % (turun - )
A g 2 g1
= 0,87 % - (- 1,01 %)
= 1,88 % = 0,0188 (cembung)
Dari Grafik III, didapat panjang landai (Lv) untuk kecepatan 100 km/jam adalah
120 m.
Lv
Titik PLV (Peralihan Lengkung Vertikal) : 0 830 - 0 770
2
Titik PPV (Pusat Perpotongan Vertikal ) : 0 830
Lv
Titik PTV (Peralihan Tangen Vertikal ) : 0 830 0 890
2
Untuk menentukan lekuk tiap stasiun, menggunakan rumus sebagai berikut :
A 0,0188 2
Y' X2 X 7,83 10 5 X 2
2. Lv 2 120
1 0+ 770 0 0 0
2 0+ 785 15 225 0,0176
3 0+ 800 30 900 0,0705
4 0+ 815 45 2025 0,1586
5 0+ 830 60 3600 0,2819
6 0+ 845 45 2025 0,1586
7 0+ 860 30 900 0,0705
8 0+ 875 15 225 0,0176
9 0+ 890 0 0 0
B. Profil Melintang
Profil melintang untuk jalan raya kelas I dengan klasifikasi medan datar mempunyai
data sebagai berikut :
Lebar perkerasan : 2 (2 x 3,75 m)
Lebar bahu jalan : 3,5 m
Lebar saluran :1m
Lereng melintang perkerasan : 2 %
Lereng melintang bahu jalan :4%
Lebar median : 10 m
PROFIL MELINTANG
Catatan :
Luas Trapesium = ½ . t . (Jumlah sisi sejajar)
Luas Segitiga = ½ .x alas x. tinggi
BAB IV
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN
Perkerasan jalan adalah kostruksi yang dibangun diatas lapisan tanah dasar
(Subgrade) , yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas : jenis konstruksi
perkerasan jalan pada umumnya ada dua jenis, yaitu :
Perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan
Perkerasan kaku (Rigid Pavment)
Selain dari dua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis gabungan
(Composite Pavment), yaitu perpaduan antara lentur dan kaku. Perencanaan konstruksi
perkerasan juga dapat dibedakan antara perencanaan untuk jalan baru dan untuk
peningkatan (Jalan lama yang diperkeras).
Untuk pemilihan tebal perkerasan dilakukan secara ekonomis akan tetapi harus
dapat mengantisipasi perkembangan lalu lintas dan dampak lingkungan disamping
prediksi mengenai komposisi penampilannya.
1. Menentukan Nilai Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
a. Menentukan CBR rata-rata
Data lalu lintas yang digunakan adalah data pada tahun 1999:
Kendaraan ringan 2 Ton : 17500 kend/hari
Bus 8 Ton : 550 kend/hari
Truk 2 As 13 Ton : 600 kend/hari
Truk 3 As 20 Ton : 400 kend/hari
Masa pelaksanaan konstruksi : 2 Tahun
Jalan direncanakan pada tahun : 2009
Perkembangan selama masa konstruksi : 7 %
Jalan yang direncanakan adalah jalan baru dengan umur rencana : 10 Tahun
CBR Jumlah yang sama / Lebih Besar Persen yang sama / lebih besar
3 14 14/14 x 100% = 100%
4 13 13/14 x 100% = 92,86%
4 - -
4 - -
4 - -
4 - -
4 - -
4 - -
4 - -
4 - -
4 - -
5 3 3/14 x 100% = 21,43 %
6 2 2/14 x 100 % = 14,29%
6 - -
CBR Rata-rata
E
Beban satu sumbu tunggal dalam Kg
4
8160
E
Beban satu sumbu ganda dalam Kg 4
8160
maka LEA :
Kendaraan ringan 2 ton : 44391,38 x 0,5 x 0,0004 = 8,8783
Bus 8 ton : 1076,99 x 0,5 x 0,1593 = 85,7823
Truk 2 As 13 ton : 950,89 x 0,5 x 1,0648 = 506,2538
Truk 3 As 20 ton : 600,88 x 0,5 x 1,0375 = 311,7065 +
LEA = 912,6209
Menentukan lintas ekivalen tengah (LET)
Dengan rumus :
LEP LEA
LET
2
591,4711 912,6209
maka LET adalah : =
2
= 752,046
7,5 cm Laston
16 cm Pitrun Kelas B
(CBR 50 %)
CBR 4
BAB V
PERENCANAAN DRAINASE
Bahwa penyebab utama kerusakan konstruksi jalan raya, langsung maupun tidak
langsung disebabkan oleh air yang erat hubungannya dengan Hidrologi dan sistem
drainase jalan. Dua hal pokok yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sistem
drainase untuk jalan raya, yaitu :
Drainase permukaan
Drainase bawah permukaan
Analisis Hidrologi dilakukan sehubungan dengan “Drainase Permukaan”, sedangkan
adanya air tanah akibat proses infiltrasi dan kapilerisasi yang akan mempengaruhi kondisi
subgrade, stabilitas lereng dan tembok penahan tanah, termasuk dalam “Drainase Bawah
Permukaan.
Dimensi sarana drainase ditentukan berdasarkan kapasitas yang diperlukan (Qs),
yaitu harus dapat menampung besarnya debit aliran rencana (Qr) yang timbul akibat hujan
pada daerah aliran, dengan proses perhitungan, sehingga diperoleh Qs & Qr,
Qr adalah debit limpasan rencana akibat curah hujan pada daerah tangkapan dalam
waktu tertentu. Jadi untuk mengetahui besarnya Qr harus diketahui besarnya curah hujan
rencana dalam waktu konsentrasi (It) dan faktor-faktor lain yang juga mempengaruhinya.
Tujuan dari sistem drainase ini adalah untuk memelihara agar jalan tidak tergenang
air hujan dalam waktu yang cukup lama (yang akan mengakibatkan kerusakan konstruksi
jalan), tetapi harus segera dibuang melalui sarana drainase jalan. Sarana drainase
permukaan terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1. Saluran :
- Saluran pengkap (Catch Ditch)
- Saluran samping (Side Ditch)
2. Gorong-gorong (Culuert)
3. Saluran Alam (sungai) yang memotong jalan
1. Penentuan Seksi-seksi
Berdasarkan alinement vertikal dapat diketahui jarak dan daerah galian serta
timbunan. Alinement vertikal tersebut dapat dibagi menjadi seksi-seksi. Pembagian
seksi perlu diperhatikan pada bagian yang digali sebab bila turun hujan akan
berpengaruh terhadap badan jalan. Untuk daerah timbunan, air hujan yang jatuh akan
mengalir ke drainase jalan atau ke daerah yang lebih rendah.
I II III
380 m 450 m 410 m
Seksi II
Batas : Sta 0 + 380 s.d Sta 0 + 830
Kemiringan : 0,87 %
Perencanaan Drainase : Panjang saluran Drainase = 450 m
Seksi III
Batas : Sta 0 + 830 s.d Sta 0 + 1240
Kemiringan : - 1,01 %
Perencanaan Drainase : Panjang saluran Drainase = 410 m
3,75 m
2% 2%
4% 4%
D
Y
Y
Gbr Design Penampang Saluran Samping
0 ,167
2 0,013
tof-A = x 3,28 x 3,75 x = 1,4237 menit
3 0,02
0 ,167
2 0,100
tof-B = x 3,28 x 3,50 x = 1,4197 menit
3 0,04
0 ,167
2 0,020
tof-C = x 3,28 x 500 x = 1,7892menit
3 0,45
Total = 4,6326 menit
L
tdf =
V . 60
dimana :
L = arah memanjang dari trase jalan yang direncanakan
L 380 6,33
tdf =
V 60 V . 60 V
tc = tof + tdf
6,33
tc = 4,6326 +
V
2
Y 3 0,2635.V
Fakultas Teknik UNTAN 55
Perancangan Geometrik Jalan
3
Y 0,2635.V 2
V .Y 2 3
Agar debit rencana (Qr) yang diakibatkan oleh besarnya intensitas curah hujan
dapat ditampung didalam saluran yang secara teknis dan ekonomis adalah optimal
menurut kapasitas (Qs) maka disyaratkan Qr < Qs dengan selisih terkecil untuk
mendapatkan nilai yang diisyaratkan tadi maka harus dilakukan beberapa kali
percobaan. Kita ambil V mula-mula = 0,6 m/detik sebagai parameter, dengan
penambahan kecepatan (V) diambil 0,1 m/detik.
Parameter V 0,6 2 4 4,3
Tc 15,1826 7,7976 6,2151 6,1047
I 254,6370 324,1367 344,2719 345,7704
Qr 2,8265 3,5979 3,8214 3,8381
Y 0,00198 0,07318 0,58545 0,72731
Qs 0,000004 0,0186 2,3747 3,9397
Qr < Qs Tidak Tidak Tidak Ya!!
1
Jari-jari Hidrolis R = .Y 0,3637 M
2
Seksi II
a. Perhitungan waktu konsentrasi (tc)
Pada seksi II, panjang saluran drainase 450 meter dengan kemiringan trase jalan
0,87% = 0,0087
tc = tof + tdf
0,167
2 nd
tof = x 3,28 x L x
3 So
L = Lebar jalan dari arah melintang
So = Kemiringan arah melintang jalan
0 ,167
2 0,013
tof-A = x 3,28 x 3,75 x = 1,4237 menit
3 0,02
0 ,167
2 0,100
tof-B = x 3,28 x 3,50 x = 1,4197 menit
3 0,04
0 ,167
2 0,020
tof-C = x 3,28 x 500 x = 1,7892menit
3 0,45
Total = 4,6326 menit
L
tdf =
V . 60
dimana : L = arah memanjang dari trase jalan yang direncanakan
L 450 7,5
tdf =
V 60 V . 60 V
tc = tof + tdf
7,5
tc = 4,6326 +
V
b. Perhitungan debit rencana (Qr)
Qr = 0,278 x C x I x A
= 0,278 x I x (CA . AA + CB . AB + CT . AT)
dimana
L = lebar melintang dikali dengan lebar memanjang
Fakultas Teknik UNTAN 57
Perancangan Geometrik Jalan
Qr = 0,278 . I ((0,9 x 0,00375 x 0,45) + (0,5 x 0,0035 x 0,45) +(0,2 x 0,5 x0,45))
= 0,278 . I (0,04731)
= 0,01315 . I
Dimana :
n = Diambil sebesar 0,025
s = Kemiringan trase jalan yang direncanakan
R=½Y
2
1 1 3
1
V .Y . 0,0087 2
0,025 2
2
V 1,8655Y 3
2
Y 3 0,536V
3
Y 0,536.V 2
V .Y 2 3
Agar debit rencana (Qr) yang diakibatkan oleh besarnya intensitas curah hujan
dapat ditampung didalam saluran yang secara teknis dan ekonomis adalah optimal
menurut kapasitas (Qs) maka disyaratkan Qr < Qs dengan selisih terkecil untuk
mendapatkan nilai yang diisyaratkan tadi maka harus dilakukan beberapa kali
percobaan. Kita ambil V mula-mula = 0,6 m/detik sebagai parameter, dengan
penambahan kecepatan (V) diambil 0,1 m/detik.
Parameter V 0,6 2 2,2 2,4
Tc 17,1326 8,3826 8,0417 7,7576
I 240,9929 317,2770 321,2387 324,6165
Qr 3,1691 4,1722 4,2243 4,2687
Y 0,0166 0,6160 0,8198 1,0644
Qs 0,00029 1,31431 2,56123 4,70943
Qr < Qs Tidak Tidak Tidak Ya!!
Seksi III
a. Perhitungan waktu konsentrasi (tc)
Pada seksi III, panjang saluran drainase 410 meter dengan kemiringan trase jalan
0,8 % = 0,008
tc = tof + tdf
0,167
2 nd
tof = x 3,28 x L x
3 So
L = Lebar jalan dari arah melintang
So = Kemiringan arah melintang jalan
0 ,167
2 0,013
tof-A = x 3,28 x 3,75 x = 1,4237 menit
3 0,02
0 ,167
2 0,100
tof-B = x 3,28 x 3,50 x = 1,4197 menit
3 0,04
0 ,167
2 0,020
tof-C = x 3,28 x 500 x = 1,7892menit
3 0,45
Total = 4,6326 menit
L
tdf =
V . 60
dimana :
L = arah memanjang dari trase jalan yang direncanakan
L 410 6,83
tdf =
V 60 V . 60 V
tc = tof + tdf
6,83
tc = 4,6326 +
V
Dimana :
n = Diambil sebesar 0,025
s = Kemiringan trase jalan yang direncanakan
R=½Y
2
1 1 3
1
V .Y . 0,01012
0,025 2
2
V 2,0099Y 3
2
Y 3 0,4975V
3
Y 0,4975.V 2
V .Y 2 3
Agar debit rencana (Qr) yang diakibatkan oleh besarnya intensitas curah hujan
dapat ditampung didalam saluran yang secara teknis dan ekonomis adalah optimal
menurut kapasitas (Qs) maka disyaratkan Qr < Qs dengan selisih terkecil untuk
mendapatkan nilai yang diisyaratkan tadi maka harus dilakukan beberapa kali
percobaan. Kita ambil V mula-mula = 0,6 m/detik sebagai parameter, dengan
penambahan kecepatan (V) diambil 0,1 m/detik.
DAFTAR PUSTAKA