You are on page 1of 21

BAB II

Tinjauan Umum Tentang Tindak Tutur dan Tindak Tutur Keluhan

2.1 Pengertian Tindak Tutur

Teori tindak tutur pertama kali diungkapkan oleh Austin (1962).Teori

tersebut dikembangkan kembali oleh Searle pada tahun 1969. Menurut Searle,

dalam semua komunikasi kebahasaan terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa

komunikasi bukan hanya sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi lebih

merupakan hasil dari perilaku tindak tutur ( Searle 1969 dalam Suwito 1983:33 ).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur merupakan inti dari

komunikasi. Tindak tutur merupakan suatu analisis yang bersifat pokok dalam

kajian pragmatik ( Levinson dalam Suyono 1990:5 ). Pendapat tersebut berkaitan

dengan objek kajian pragmatik yang sebagian besar berupa tindak tutur dalam

peristiwa komunikasi.Dalam analisis pragmatik objek yang dianalisis adalah

objek yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam peristiwa komunikasi,

yaitu berupa ujaran atau tuturan yang diidentifikasikan maknanya dengan

menggunakan teori pragmatik.Sementara itu Austin (dalam Ibrahim 1992:106)

sebagai peletak dasar teori tindak tutur mengungkapkan bahwa sebagian tuturan

bukanlah pernyataan tentang sesuatu, tetapi merupakan tindakan (action).

Berkaitan dengan bermacam-macam maksud yang dikomunikasikan,

Leech (1983) berpendapat bahwa tindak tutur terikat oleh situasi tutur yang

mencakup :

a. penutur dan mitra tutur,

b. konteks tuturan,

13

Universitas Sumatera Utara


c. tujuan tuturan,

d. tindak tutur sebagai tindakan atau aktivitas,

e. tuturan sebagai hasil tindakan bertutur.

Menurut Chaer (2004:50) tindak tutur merupakan gejala individual,

bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa

si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat

makna atau arti tindakan dalam tuturannya.

Tindak tutur atau “ pertuturan” / “ speech act , speech event “ ( istilah

Kridalaksana ) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud

dari pembicara dapat diketahui oleh pendengar ( Kridalaksana, 1984: 154 ).

Tindak tutur adalah salah satu kegiatan fungsional manusia sebagai

makhluk berbahasa.Karena sifatnya yang fungsional, setiap manusia selalu

berupaya untuk mampu melakukannya dengan sebaik-baiknya, baik melalui

pemerolehan (acquisition) maupun pembelajaran (learning). Pemerolehan bahasa

lazimnya dilakukan secara nonformal, sedangkan pembelajaran dilakukan secara

formal ( Subyakto, 1992:88).

2.1.1 Jenis-Jenis Tindak Tutur

J.L.Austin merupakan tokoh teori tindak tutur pertama yang

memperkenalkan konsep tindak tutur melalui bukunya How to do thing with

words. Menurut Austin, tuturan pada dasarnya dapat dibedakan atas dua jenis,

yaitu tuturan bersifat performatif dan tuturan yang bersifat konstantif. Selanjutnya,

dinyatakan bahwa semua tuturan pada dasarnya bersifat performatif, yang berarti

bahwa dua hal terjadi secara bersamaan ketika orang mengucapkannya. Teori

14

Universitas Sumatera Utara


tindak tutur Austin selanjutnya mengalami perkembangan setelah Searle dalam

bukunya Speech Act: An Essay in the Philisophy of Language, Ia mengatakan

bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat

diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak

ilokusi (ilocutionary act) dan tindak perlokusi (perlocutionary act) (Chaer dan

Leonie, 2004: 53), yaitu:

2.1.1.1 Tindak Lokusi

J. L. Austin merupakan tokoh yang pertama memperkenalkan teori tindak

tutur. Ia mengatakan bahwa secara analitis dapat dijelaskan atas 3 macam tindak

bahasa yang terjadi secara serentak, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak

perlokusi.

Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam

arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat

dipahami.Misalnya, “Ibu guru berkata kepada saya agar saya

membantunya”.Searle (1969) menyebut tindak tutur lokusi ini dengan istilah

tindak bahasa preposisi (prepositional act) karena tindak tutur ini hanya berkaitan

dengan makna.

Sehubungan dengan tindak lokusi, Leech ( dalam Setiawan, 2005 : 19)

memberikan rumus tindak lokusi. Bahwa tindak tutur lokusi berarti penutur

menuturkan kepada mitra tutur bahwa kata-kata yang diucapkan dengan suatu

makna dan acuan tertentu.

Dari batasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tindak lokusi hanya

berupa tindakan menyatakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya tanpa disertai

15

Universitas Sumatera Utara


unsur nilai dan efek terhadap mitra tuturnya. Berdasarkan hal ini maka tindak

lokusi terbagi menjadi tiga tipe, yaitu :

a. naratif

Naratif dapat diartikan sebagai bentuk wacana yang sasaran utamanya

adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa

yang terjadi dalam suatu keadaan waktu. Naratif adalah suatu bentuk wacana yang

berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca atau mitra

tutur suatu peristiwa yang telah terjadi .naratif hanya berusaha menjawab suatu

pertanyaan“ Apa yang telah terjadi ” ( Keraf dalam Setiawan, 2005 : 20 )

b. Deskriptif

Keraf ( Dalam Setiawan, 2005 : 20) mendefinisikan deskriptif sebagai

suatu bentuk wacana yang bertalian dengan usaha perincian dari obyek-obyeknya

yang direncanakan, penutur memudahkan pesan-pesannya, memindahkan hasil

pengamatan dan perasaan kepada mitra tutur, penutur menyampaian sifat dan

semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada objek tertentu.

c. Informatif

Kridalaksana (dalam Setiawan, 2005 : 21) mendefinisikan informatif

sebagai bentuk wacana yang mengandung makna yang sedemikian rupa sehingga

pendengar atau mitra tutur menangkap amanat yang hendak disampaikan.

Tindak informatif selalu berhubungan dengan makna referensi yaitu

makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia di luar angkasa

(objek atau gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh analisis komponen

( Kridalaksana dalam Setiawan, 2005 : 21 )

16

Universitas Sumatera Utara


2.1.1.2 Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi adalah salah satu dari teori Austin.Tindak tutur ilokusi

adalah pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji pertanyaan, dan

sebagainya.Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang

mewujudkan suatu ungkapan.

Chaer (2004:53) mengatakan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak

tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang

eksplisit.Tindak tutur ilokusi biasanya berkenaan dengan pemberian izin,

mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, mengeluh dan menjanjikan.

Dengan kata lain ilokusi berati melakukan tindakan dalam mengatakan sesuatu

(Leech, 1993:316).

Kalimat performatif adalah kalimat yang berisi perlakuan. Artinya, apa

yang diucapkan oleh si pengujar berisi apa yang dilakukannya. Kalimat

performatif ini lazim digunakan dalam upacara pernikahan, perceraian, kelahiran,

kematian, keagamaan, kenegaraan, kemiliteran, peresmian seminar dan

sebagainya.Dalam pengucapannya kalimat-kalimat performatif biasanya ditunjang

oleh tindakan atau perilaku yang nonlinguistik, seperti pemukulan gong,

pengetukan palu, dan sebagainya.Kalimat performatif ini adalah kalimat yang

berfungsi dalam acara resmi.Disamping itu, ada juga kalimat performatif yang

yang diterapkanpada situasi yang tidak resmi.

Kalimat performatifdapat digunakan untuk mengungkapkan sesuatu secara

eksplisit dan implisit.Secara eksplisit, artinya dengan menghadirkan kata-kata

yang mengacu pada pelaku seperti saya atau kami.Sedangkan kalimat performatif

17

Universitas Sumatera Utara


implisit adalah yang tanpa menghadirkan kata-kata yang menyatakan pelaku. Di

balik kalimat-kalimat performatif yang implisit itu tentunya ada pihak yang

meminta agar kita melakukan apa yang dimintanya.

Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud

dan fungsi atau daya tuturan (Rustono, 1999:37).Lubis (dalam Setiawan,

2005 :22) memberikan definisi lebih rinci dengan beberapa batasan mengenai

tindak ilokusi yaitu pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan,

permintaan maaf dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk

kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan.

Subyakto-Nababan (Dalam Setiawan, 2005 : 22) menambahkan bahwa

tindak ilokusi adalah tindak bahasa yang diidentifikasikan dengan kalimat pelaku

yang eksplisif. Tindak ilokusi merupakan tekanan atau kekuatan kehendak orang

lain yang terungkap dengan kata-kata kerja : menyuruh, memaksa, mendikte

kepada dan sebagainya.

Contoh tindak tutur ilokusi :

この仕事、たいへんですね。

Kono shigoto, taihendesune.

Teori tindak tutur Austin merupakan teori tindak tutur yang berdasarkan

pembicara, sedangkan Searle melihat tindak tutur berdasarkan pendengar.Jadi,

Searle berusaha melihat bagaimana nilai ilokusi itu ditangkap dan dipahami

pendengar. Searle membuat klasifikasi dasar tuturan yang membentuk tindak tutur

ilokusi menjadi lima jenis tindak tutur, yaitu :

1. Tindak Representatif

18

Universitas Sumatera Utara


Menurut Yule (2006:92) :“Representatives are speaker changes the world

via words. The speaker believe to be the case or not. Statements of fact, assertions,

conclusions, and descriptions, as illustrated in are all examples of the speaker

representating the world as he or she believes it is.”

‘Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang menyatakan keyakinan

penutur tentang ihwal realita eksternal.Tindak tutur ini berfungsi memberi tahu

orang-orang mengenai sesuatu.Artinya, pada tindak tutur jenis representatif

penutur berupaya agar kata-kata atau tuturan yang dihasilkan sesuai dengan jenis

realita dunia.’

Searle (dalam Leech:1993), menyebutkan tindak tutur jenis ini sebagai

tindak tutur asertif, yang mengidentifikasikan dari segi semantik karena bersifat

proposisional. Selain itu, yang bertanggung jawab terhadap kesesuaian antara

kata-kata atau tuturan dengan fakta duniawi terletak pada pihak penutur.Yang

termasuk ke dalam jenis tindak tutur representatif ini, adalah tuturan-tuturan yang

bersifat penegasan, pernyataan, pelaporan dan pemerian.

Contoh tindak tutur representatif :

a. The earth is flat.

b. Chomsky didn’t write about peanuts.

c. It was a warm sunny day.

2. Tindak Komisif

“Commisives are those kinds of speech acts that speakers use to commit

themselves to some future action. They express what the speaker intends. They are

19

Universitas Sumatera Utara


promise, refusals, pledges, and as shown in, they can be performed by the speaker

alone, or by the speakers as a member of a group.”

Yule (2006) memberi pemahaman bahwa tindak tutur komisif, penutur

menindaklanjuti atau memenuhi apa yang dituturkan. Tuturan semacam ini

mengekspresikan apa yang dimaksudkan oleh penutur. Dalam penggunaan tindak

tutur komisif, penutur bertanggung jawab atas kebenaran apa yang dituturkan.

Leech (1993) mengatakan jenis tindak tutur ini memiliki fungsi menyenangkan.

Menyenangkan maksudnya adalah menyenangkan pihak pendengarnya karena dia

tidak mengacu kepada kepentingan penutur. Jenis tindak tutur yang termasuk ke

dalam jenis tindak tutur ini menurut Yule (2006:94) adalah perjanjian, ancaman,

penolakan dan jaminan .

Contoh tindak tutur kommisif :

a. I’ll be back.

b. I’m going to get it right next time.

3. Tindak Ekspresif

Expressives are those kinds of speech acts that state what the speaker feels.

They express psychological states and can be statements of pleasure, pain, likes,

dislike, joy, or sorrow. As illustrated in, they can be caused by something the

speaker does or the hearer does, but they are about the speaker’s experience.

Yule (2006:93) berpendapat bahwa dalam tindak tutur ekspresif terdapat

pernyataan yang menggambarkan apa yang penutur rasakan. Tindak tutur ini

mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis penutur terhadap suatu keadaan,

meliputi mengucapkan terima kasih, terkejut, mengucapkan selamat datang,

20

Universitas Sumatera Utara


mengucapkan selamat, gembira, khawatir, sombong, mengeluh dan rasa tidak

suka.

Contoh tindak tutur ekspresif :

a. I’m really sorry !

b. Congratulations !

c. Oh yes, great, mmmm, ssahh !

4. Tindak Deklaratif

Declarations are those kind of speech acts that changes the world via their

utterance. As the examples in illustrated, the speaker has to have a special

institutional role, in a specific context, in order to perform a declaration

appropriately.

Berdasarkan pendapat Yule (2006:93) dapat diketahui bahwa dalam tindak

tutur deklaratif terdapat perubahan dunia sebagai akibat dari tuturan itu, misalnya

ketika kita mengundurkan diri dengan mengatakan ‘saya mengundurkan diri’,

memecat seseorang dengan mengatakan ‘Anda dipecat’, atau menikahi seseorang

dengan menyatakan ‘Saya bersedia’.

Contoh tindak tutur deklaratif :

a. Priest : I now pronounce you husband and wife.

b. Referee : you’re out !

c. Jury Foreman :we find the defendant guilty.

5. Tindak Direktif

21

Universitas Sumatera Utara


Directives are those kinds of speech acts that speakers use to get someone

else to do something. They express what the speaker wants. The are commands,

orders, requests, suggestions, and as illustrated in, they can be positive or

negative.

Dalam tindak tutur direktif mengandung hal yang bersifat keinginan pihak

penutur kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tindak

tutur direktif merupakan ekspresi dari apa yang penutur inginkan (Yule, 2006:93).

Jenis tindak tutur yang termasuk dalam tindak tutur jenis direktif adalah perintah,

permintaan, pemberian saran. Dalam hal ini pendengar bertanggung jawab untuk

menyelesaikan apa yang akan dilakukannya terhadap keinginan penutur.

Contoh tindak tutur diretif :

a. gimme a cup of coffe. Make it black.

b. Could you lend me a pen, please ?

c. Don’t touch that.

2.1.1.3 Tindak Perlokusi

Tindak tutur perlokusioner ini merupakan tindak menumbuhkan pengaruh

kepada sang mitra tutur oleh penutur. Tindak tutur perlokusioner dapat dinyatakan

dalam bahasa Inggris, the act off affecting someone. (cf.Wijana,1996; Rahardi,

2004; dan Rahardi, 2006)

Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya

ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguitik dari orang

lain itu. Misalnya, karena adanya ucapan dokter (kepada pasien) “mungkin ibu

22

Universitas Sumatera Utara


menderita penyakit jantung coroner”, maka si pasien akan panik atau sedih.

Ucapan si dokter itu adalah tindak tutur perlokusi (Chaer,2004:53).

Tindak perlokusi disebut sebagai “The Act of Affecting Someone”.Tuturan

yang diucapkan oleh seseorang penutur sering kali memiliki efek atau daya

pengaruh (perlocutionary force) bagi yang mendengarkannya.Efek atau daya

pengaruh ini dapat terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja oleh

penuturnya.Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah oleh Austin

(1962 dalam Rustono 1999:38) sebut tindak perlokusi.

Menurut Wijana (dalam Setiawan, 2005 : 25) tindak perlokusi adalah

tindak tutur yang pengaturannya dimaksud untuk mempengaruhi lawan

tutur.Subyakto-Nababan (dalam Setiawan, 2005 : 25) memberian definisi

mengenai tindak perlokusi, yaitu tindak bahasa yang dilkakukan sebagai akibat

atau efek dari suatu ucapan orang lain.

Rustono (1999:38) menyatakan bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak

tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra

tutur.Sementara itu Tarigan (1987:35) mengatakan bahwa ujaran yang diucapkan

penutur bukan hanya peristiwa ujar yang terjadi dengan sendirinya, tetapi

merupakan ujaran yang diujarkan mengandung maksud dan tujuan tertentu yang

dirancang untuk menghasilkan efek, pengaruh atau akibat terhadap lingkungan

mitra tutur atau penyimak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur

perlokusi berhubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistic( Chaer 1995:70).

2.2 Tindak Tutur Keluhan

2.2.1 Defenisi Keluhan

23

Universitas Sumatera Utara


Trosborg (1995: 15) mengatakan bahwa ‘mengeluh’ termasuk dalam

tindak tutur jenis ekspresi.Definisi ‘mengeluh’ dari Trosborg adalah sebagai

berikut;

“A complaint is defined as an illocutionary act in which the speaker (the

complainer) expresses his/her disapproval, negative feelings atc.Towards the

state of affairs described in the proposition (thecomplainable) and for which

he/she holds the hearer (the complainee)responsible, either directly or indirectly.

(1995:311”

Pengertian di atas memberi pemahaman bahwa ‘mengeluh’ digunakan

oleh orang (penutur) ketika dia ingin mengekspresikan perasaan kecewa dan

negatifnya kepada orang lain (petutur).Penutur menganggap bahwa

petuturbertanggung jawab terhadap suatu kejadian yang menyangkut hal

yangdikeluhkan.Sedangkan penutur dapat mengeluh kepada petutur baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Beberapa fungsi mengeluh yang dikemukakan oleh beberapa tokoh

(http://www.carla.umn.edu/speechacts/complaints/american.html) adalah sebagai

berikut:

a. untuk mengekspresikan suatu perasaan tidak senang, perasaan terganggu,

celaan, omelan, teguran, ancaman, sebagai suatu reaksi terhadap pelanggaran

norma sosial (Olshtain & Weinbach).

b. untuk melibatkan petutur karena tindakan yang tidak menyenangkan yang

dilakukan petutur dan untuk meminta suatu tindakan perbaikan (Olshtain &

Weinbach).

c. untuk menghadapkan masalah dengan tujuan untuk memperbaiki situasi

24

Universitas Sumatera Utara


(Brown & Levinson).

d. untuk memberikan suatu penilaian negatif (Boxer).

e. untuk melepaskan perasaan marah (Boxer).

f. untuk mengawali dan meneruskan percakapan (Boxer)

Leech (dalam Trosborg, 1995: 312) mendefinisikan complaint sebagai

suatu pendapat yang memiliki fungsi ‘konflik’, yang mencakup tindakanmenakuti,

menuduh, menghina, danmencerca. Tindakan mengeluh memangdisusun untuk

menimbulkan perasaan bersalah dan tindakan tersebut berpotensimenghancurkan

hubungan antara penutur dan petutur.Oleh sebab itu, ‘mengeluh’biasanya

dilakukan secara tidak langsung.

Dalam Bahasa Jepang terdapat dua istilah yang digunakan untuk mengeluh,

yaitu monku dan kujou. Kedua kata tersebut secara garis besar bermakna keluhan,

keberatan. Arti dari monku dan kujou juga terdapat dalam kamus 広辞苑新村出

編・第四版. Monku (1992:2558), yaitu:

ぶんしょうちゅう
1. 文 章 中 の語句。文句。

‘kata-kata dan frase dalam kalimat. Keluhan’


あいて
2. 相手に対する分や苦情。

‘keluhan terdapat pihak lain’

Arti kujou (728), yaitu :


なんぎ じじょう
1. 難儀な事情。

‘keadaan sulit’

25

Universitas Sumatera Utara


てん じぶん ほか がい う じょうたい ふへい ふまん
2. 転 じて、 自分が他 から 害を受 けている 状 態 にたいする不平 、 不満の

きもち あらわ ことば


気持;またそれを 表 した言葉。

‘kata-kata yang mengungkapkan keluhan bahwa saya telah menerima kerugian

dari suatu keadaan, perasaan ketidakpuasan dan sebagainya.”

Kemudian dalam kamus Kenkyusha New Japanese-English Dictionary

(1942:1101, 120 dalam Nurhasanah, 2010) ditegaskan bahwa monku dan kujou

dapat disepadankan dengan complaint.

2.2.2 Bentuk-bentuk Tindak Tutur Keluhan

Wijaya (2006) dalam bukunya yang berjudul dasar -dasar Pragmatik telah

menguraikan adanya dua macam jenis tidak tutur di dalam praktik berbahasa,

yakni (1) tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. (2) tindak tutur

literal dan tindak tutur tidak literal.

Yang dimaksud dengan tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang

dinyatakan sesuai dengan modus kalimatnya.Kalimat berita atau deklaratif adalah

kalimat yang digunakan untuk menyampaikan informasi.Kalimat Tanya

digunakan untuk menanyakan sesuatu, sedangkan kalimat perintah digunakan

untuk menyatakan perintah.Jadi tindak tutur langsung itu sesungguhnya

merefleksikan fungsi konvensional dari sebuah kalimat.

Adapun yang dimaksud dengan tindak tutur tidak langsung adalah

tindakan yang tidak dinyatakan langsung oleh modus kalimatnya. Adakalanya,

untuk menyampaikan maksud memerintah, orang akan menggunakan kalimat

berita, atau bahkan mungkin mengunakan kalimat tanya. Adakalanya pula, sebuah

26

Universitas Sumatera Utara


pertanyaan harus dinyatakan secara tidak konvensional dengan sebuah kalimat

berita.Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa kalimat perintah mustahil dapat

digunakan secara tidak langsung untuk menyatakan maksud yang bukan perintah.

Jadi, hanya kalimat yang bermodus berita dan bermodus tanya sajalah yang bisa

digunakan untuk menyatakan tindak tutur yang tidak langsung itu.

Tindak tutur tidak langsung itu harus dimaknai dengan sesuatu yang

tersirat atau yang terimplikasi di dalamnya.Makna yang demikian itu dapat

diperoleh hanya dengan melibatkan konteks situasinya. Sebagai contoh, tuturan

yang berbunyi ‘ Ruangannya gelap sekali.’ dari sisi modusnya adalah semata-mata

kalimat berita. Maka tindakan menyampaikan informasi bahwa ruangan itu gelap

sekali merupakan tindak tutur yang sifatnya langsung dan modusnya adalah

deklaratif.Akan tetapi, kalau yang dimaksud adalah memerintah seseorang untuk

menyalakan lampu karena situasi ruangan yang sangat gelap itu, maka tindak tutur

yang demikian itu disebut sebagai tindak tutur yang tidak langsung.

Selanjutnya, tindak tutur literal dapat dimaknai sebagai tindak tutur yang

maksudnya sama persis dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Tindak tutur

nonliteral adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama atau bahkan berlawanan

dengan makna kata-kata yang menyusunnya itu. Sebagai contoh orang bisa

mengatakan, ‘Wah suaramu bagus sekali’. Jika maksud dari tuturan itu adalah

menyatakan pujian kepada sang mitra tutur maka jelas sekali bahwa tuturan itu

merupakan tuturan yang sifatnya literal.Maka, sebuah tindakan yang sesuai

dengan wujud tuturannya itulah yang disebut dengan tindak tutur literal. Akan

tetapi, kalau yang dimaksud oleh sang penutur ketika menyampaikan tuturan tadi

adalah untuk menyindir atau untuk mengejek sang mitra tutur maka tindak tutur

27

Universitas Sumatera Utara


yang demikian itu disebut sebagai tindak tutur nonliteral atau tindak tutur tidak

literal.Demikianlah bentuk-bentuk tindak tutur menurut Wijana, namun bentuk-

bentuk tindak tutur keluhan ada dua, yaitu tuturan keluhan secara langsung dan

tuturan keluhan secara tidak langsung.

Menurut Olstain dan Weinbach dalam Anna Trosborg, dalam mengeluh

secara langsung, penutur mengungkapkan perasaan tidak senang /

kekesalan.Ketidaksetujuan.Ketidakpuasan atau perasaan-perasaan negatif lainnya

terhadap tindakan yang telah lalu atau yang sedang berlangsung sebagai reaksi

dari tindakan yang dianggap penutur mempengaruhi perasaannya.Keluhan ini

ditujukan kepada mitra tutur yang dianggap mitra tutur bertanggung jawab atas

tindakan yang terjadi.

Sedangkan dalam mengeluh secara tidak langsung, penutur menyampaikan

keluhannya kepada mitra tutur yang tidak ada hubungannya dengan isi keluhan

yang disampaikan oleh penutur.Penutur bisa mengeluhkan mengenai dirinya

sendiri, sesuatu atau seseorang yang tidak ada pada saat keluhan tersebut

dituturkan.Penutur dapat menyampaikan keluhannya kepada orang ketiga.

Jadi, Tindak tutur keluhan langsung yang dimaksud ialah bagaimana

tuturan itu disampaikan kepada mitra tuturnya.Secara langsung berarti

menyampaikan keluhan langsung kepada mitra tutur yang menyebabkan keluhan

itu terjadi, sedangkan secara tidak langsung ialah menyampaikan keluhan tidak

langsung kepada mitra tutur yang menyebabkan keluhan itu terjadi. Maksudnya,

menyampaikan keluhan kepada orang lain (orang ketiga) yang dirasakan oleh

penutur.

28

Universitas Sumatera Utara


2.2.3 Strategi dalam menuturkan keluhan

Trosborg (1995: 315)mengemukakan empat strategi mengeluh yang utama

(No explicit reproach,Expression of annoyance or disapproval, Accusations, dan

Blaming) dengan delapan subkategori strategi mengeluh, yaitu Hints, Annoyance,

Ill consequences, Indirect accusation, Direct accusation, Modified blame,

Explicit Blame of theAccused’s Action, dan Explicit Blame of the Accused as a

Person. Berikutpenjelasan singkat masing-masing strategi mengeluh :

2.2.3.1 Keluhan Implisit (No explicit reproach)

Strategi mengeluh ini dilakukan dengan tidak menyebutkan hal yang

dikeluhkan.Penutur mengimplikasikan bahwa petutur mengetahuikesalahannya

dan akan bertanggungjawab. Namun, karena strategi inimerupakan strategi

mengeluh yang paling lemah, biasanya penuturmenggunakannya sebagai strategi

awal sebelum melontarkan strategi mengeluh yang lebih keras lagi.

Contoh: My car was in perfect order when I last drew it.

2.2.3.2 Ungkapan kekesalan / Ketidaksetujuan (Expression of annoyance or

disapproval)

Penutur mengekspresikan rasa tidak suka, kecewa maupun terganggu

terkait hal yang dirasa buruk bagi penutur.Penutur dapat mengekspresikansuatu

hasil atau konsekuensi yang buruk dari tindakan petutur.

a. Annoyance

Kekesalan (annoyance) merupakan “strategi kedua”.Penutur

mengungkapkan kekesalannya, ketidaksukaannya, ketidaksetujuannya, dan lain-

29

Universitas Sumatera Utara


lain tergantung pada keadaan yang dianggap buruk baginya.Secara eksplisit,

penutur mengatakan keadaan buruk tersebut dihadapan mitra tutur.

Contoh: Oh dear, I’ve just bought it.

b. Ill consequences

Penutur mengungkapkan konsekuensi buruk “ill consequency” yang harus

ia terima sebagai akibat dari tindakan yang sebenarnya menjadi tanggung jawab

mitra tutur.

Contoh: How terrible! Now I won’t be able to get to work tomorrow.

2.2.3.3 Tuduhan (Accusations)

Strategi ini digunakan dengan tujuan mencari orang yang

disalahkan.Trosborgmembedakan strategi ini menjadi dua subkategori

berdasarkantingkat kelangsungannya.

a. Indirect Accusation

Penutur dapat menanyakan kepada petutur bahwa petutur terkait dengan

keluhannya dan menyatakan secara tidak langsung bahwa petutur adalahorang

yang sebenarnya disalahkan.Dalam strategi ini. Penutur dapat mengajukan

pertanyaan kepada mitra tutur terkait situasi atau menyatakan bahwa dia ada

hubungannya dengan peristiwa yang terjadi dan dengan demikin mencoba

menentukan mitra tutur sebagai agen potensial terhadap apa yang dikeluhkan.

Contoh: You borrowed my car last night, didn’t you?

b. Direct Accusation

30

Universitas Sumatera Utara


Dengan strategi ini penutur menuduh petutur secara langsung karena,

menurut penutur dia memang bersalah.Penutur menuduh langsung kepada

mitrabtutur yang dianggap telah melakukan kesalahan atau tindakan buruk.

Contoh: Did you happen to bump into my car?

2.2.3.4 Menyalahkan (Blaming)

Dengan strategi ini, penutur menyalahkan petutur dalam keluhannya. Ada

tiga subkategori strategi mengeluh yang dapat digunakan oleh penutur,yaitu:

a. Modified Blame

Penutur mengekspresikan rasa tidak sukanya terhadap tindakan petutur

dengan mengubah ataumemberikan alternatif tindakan yang diinginkanoleh

penutur.Dalam melakukan strategi modifikasi menyalahkan, penutur

menyampaikan modifikasi keluhannya atas tindakan yang mitra tuturlah sebagai

pihak yang bertanggung jawab atau dia menyatakan pilihan terhadap pendekatan

alternative yang tidak diambil oleh mitra tutur.

Contoh: Honestly, couldn’t you have been more careful.

b. Explicit Blame of the Accused’s Action

Penutur menyatakan secara eksplisit bahwa tindakan mitra tutur buruk

dantidak menyenangkan atau tindakan yang dituduhkan kepadanya merupakan

tanggung jawab dari mitra tutur.

Contoh: It’s really too bad, you know, going round wrecking otherpeople’s cars.

c. Explicit Blame of the Accused as a Person

31

Universitas Sumatera Utara


Penutur menyatakan secara eksplisit bahwa petutur adalah orang yangtidak

bertanggungjawab.Penutur menyalahkan kepada diri mitra tutur sebagai manusia

secara keseluruhan bukan pada tindakan yang telah dilakukan olehnya.

Contoh: Bloody fool! You’ve done it again

2.3 Sinopsis Drama Ichi Rittoru No Namida

Drama ini diambil dari kisah nyata berdasarkan buku harian Kifuji Aya

yang berjuang menghadapi penyakit Spinocerebellar Degeneration. Buku tersebut

berisi bagaimana perjuangan Aya mengahadapi penyakit yang dideritanya

semenjak berumur 14 tahun sampai ia meninggal saat berumur 25 tahun.

Aya ikeuchi adalah seorang gadis yang sempurna.Cantik, baik hati, lemah

lembut, ramah, pandai dan juga bintang basket di sekolahnya.Ia adalah kebanggan

keluarga Ikeuchi, sebuah keluarga dengan enam anggota keluarga. Ayahnya

Mizuo Ikeuchi, seorang pembuat tofu yang membuka toko tofu di rumah. Ibunya,

Shioka Ikeuchi seorang konsultan kesehatan yang bekerja di rumah sakit setempat.

Aya adalah anak tertua keluarga itu, dengan dua adik perempuan Ako dan Rika

dansatu adik lelaki Hiroki.

Diterimanya Aya di SMA Higashi merupakan sebuah kebahagiaan yang

luar biasa bagi keluarga Ikeuchi.Dua orang sahabat Aya juga diterimadi sekolah

dan kelas yang sama.Aya diterima di sekolah dengan baik karena

kemampuannya.Di klub basket Aya kembali bertemu dengan senior yang

ditaksirnya semenjak SMP, yang ternyata juga menyukai dirinya.Kebahagiaan

Ayapun terasa sempurna.

32

Universitas Sumatera Utara


Tapi yang namanya hidup, tidak ada yang sempurna. Di usianya yang

masih sangat belia, dalam usia 15 tahun, Aya divonis menderita penyakit syaraf

tanpa obat yang tak dapat disembuhkan. Penderitanya akan mengalami penurunan

kemampuan syaraf, mulai dari kelumpuhan sampai kehilangan kemampuan

menulis dan bicara. Lebih parah lagi, kemampuan menelan makananpun akan

hilang perlahan-lahan, sehingga penderitaannya mutlak tinggal menunggu ajal.

Shioka, ibu Aya sangat terpukul mengetahui berita tersebut.Sioka marah

kepada dokter yang merawat Aya, karena dia orang yang memberikan vonis

itu.Karena tidak mungkin kehidupan Aya yang sempurnadirenggut oleh penyakit

yang mematikan tersebut.

Aya yang yang tidak tahu tentang penyakitnya tengah menikmati masa

remajanya di SMA.Ia bertemu dengan Asou Haruto, teman sekelasnyayang

penyendiri yang menyebalkan. Haruto tipikal cowok yang cuek dan masa bodoh

dengan segala hal yang terjadi di sekelilingnya. Yang jadi perhatiannya hanya

ikan dan kura-kura yang dipeliharaannya di klub biologi, tempat ia menghabiskan

waktu sepulang sekolah.

Hal itu bukannya tanpa alasan.Kematian kakak laki-laki Haruto, membawa

sebagian hati Haruto bersamanya. Harutolah orang yang membawakan aya

payung ketika di hujan deras saat Aya menunggu seniornya yang membatalkan

kencan karena penyakitnya.Harutolah satu-satunya orang yang tetap berada di sisi

Aya ketika kondisi Aya semakin parah.

Apa jadinya keluarga Ikeuchi setelah tahu bahwa putri kebanggaan mereka

harus kehilangan masa depannya. ketabahan, cinta dan kehangatan keluarga itulah

fokus drama menyentuh ini.

33

Universitas Sumatera Utara

You might also like