Professional Documents
Culture Documents
( AKDK2201 )
“VARIASI INDIVIDUAL PESERTA DIDIK”
Dosen Pengajar :
Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si.
Juhairiah, S.Pd., M.Pd.
Mitra Pramita, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3 :
1. Usia Kronologis
Dipergunakan untuk menetapkan tingkat kematangan peserta didik
menunjukkan kemungkinan untuk dapat dididik.
2. Konstitusi Fisik
Konstitusi fisik seperti kondisi panca indera, tinggi badan serta kondisi-
kondisi anggota tubuh yang lain cukup berpengaruh terhadap jalannya proses
pendidikan, apakah seorang peserta didik mampu menangkap pelajaran dengan baik
atau tidak.
3. Aspek Psikologis
Aspek psikologis misalnya tingkat stabilitas emosi, temperamen/watak,
motivasi, kreativitas, minat, dan sikap akan mempengaruhi kesuksesan belajar yang
mungkin dicapai.
4. Kemampuan Mental Umum atau Intelegensi
Kemampuan mental umum yang ditunjukkan oleh hasil tes inteligensi
memiliki pengaruh sebesar 20 % terhadap hasil belajar. Misalnya anak moron (IQ
50-70) hanya mampu menyelesaikan pendidikan setingkat SD. Seorang siswa dapat
berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah menengah bila memiliki IQ 105 ke atas,
dan untuk dapat berhasil pada pendidikan PT, mahasiswa harus memiliki IQ 115 ke
atas. Beberapa kenyataan tentang hal ini adalah :
a. Walaupun latar belakang lingkungan dan kondisi fisiknya menguntungkan, hal
tersebut tidak cukup membantu siswa yang lambat dalam mencapai batas akhir
pendidikan yang mungkin diikutinya secepat yang dilakukan oleh anak-anak
normal atau superior.
b. Pada kondisi yang baik dan menguntungkan siswa yang normal dapat
diharapkan untuk sukses pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu.
c. Jika kondisi-kondisinya baik dan menguntungkan, siswa yang superior dapat
memperoleh sukses yang gemilang pada kegiatan belajarnya, sejauh ia berminat
dan mempergunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya.
d. Jika kondisinya tidak menguntungkan, termasuk sikap siswa terhadap situasi-
situasi belajar, dapat menghalangi sukses yang mungkin dapat dicapai oleh
setiap pelajar, baik yang cerdas maupun bodoh.
5. Kemampuan Khusus atau Bakat
Bakat adalah sifat atau kualitas yang merupakan satu aspek dari keseluruhan
kepribadian individu. Bakat seseorang dapat dilihat melalui tes bakat.
6. Kesiapan Belajar
Anak-anak pada usia yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan
belajar yang sama. Perbedaan-perbedaan itu tidak saja disebabkan oleh bervariasinya
kecepatan kematangan, tetapi juga oleh bermacamnya latar belakang yang
mendahuluinya.
E. Karakteristik Individu Sebagai Peserta Didik dan Implikasinya Terhadap
Pendidikan
1. Karakteristik Individu Sebagai Peserta Didik
Echols Jhon,M (1975) menyatakan bahwa Setiap individu mrmiliki ciri sifat
bawaan (heridity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan
sekitarnya. Ahli psikologi berpendapat bahwa kepribadian dibentuk oleh perpaduan
faktor pembawaan dan lingkungan. Karakteristik bawaan, baik yang bersifat biologis
maupun psikologis dimiliki sejak lahir. Apa yang dipikirkan, dikerjakan atau
dirasakan seseorang, atau merupakan hasil perpaduan antara apa yang ada diantara
faktor-faktor biologis yang diwariskan dan pengaruh lingkungan sekitarnya.
Karakteristik pribadi yang dibawa kesekolah terbentuk dari pengaruh
lingkungan. Hal itu berpenganruh cukup besar terhadap keberhasilan atau
kegagalannya disekolah dan pada masa-masa perkembangan selanjutnya.
Karakteristik yang berkaitan dengan faktor biologis lebih bersifat tetap, sedangkan
karakteristik yang berkaitan dengan faktor psikologis lebih mudah berubah karena
dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan.
2. Implikasi Peserta Didik Pada Usia Remaja
Menurut Desmita,M (2009) implikasi peserta didik pada usia remaja memiliki
4 karakteristik sebagai beriku:
a. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Perilaku Motorik
Perkembangan psikomotorik pada masa remaja menunjukan gerakan
yang canggung dan kurang terkoordinasikan. Pada masa ini terjadi perbedaan
perkembangan psikomotor antara perkembangan remaja putrid dan remaja
putra. Perbedaan proporsi laju pertumbuhan antara berat badan dengan tinggi
badan sering menimbulkan eksespsikologisse pertisitiang listrik bagi yang
terlalu tinggi,dan lain-lain akibatnya keadaan remaja tersebut dapat
menimbulkan penolakan diri.Dengan memperhatikan perkembangan fisik anak
usia sekolah menengah, pendidikan sepatutnya menerapkan suatu model
pendidikan yang memisahkan antara pria dan wanita pada saat menjelaskan
tentang perkembangan anatomi dan fisiologi. Pendidikanjeniskelamin (lebih
dikenal dengan pendidikan seks) hendaknya diberikan secara bijaksana, supaya
anak mengenal lebih jauh tentang segala hal yang berkaitandengan seks.
b. Karakteristik Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif
Dalam hal ini perkembangan kognitif,siswa sekolah umum telah
mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal, sepertiasosiasi,
diferensiasi, komparasi dan hubungan sebab akibat meskipun masih bersifat
abstrak dan relatif terbatas. Kecakapan intelektual umum menjalani laju
perkembangan terpesat. Kecakapan-kecakapan menunjukan kecenderungan arah
perkembangan yang lebih jelas. Perkembangan bahasa dan perilaku kognitif
remaja ini membawa implikasi terhadap pendidikan di sekolah. Guru hendaknya
menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan
individual siswa sekolah menengah. Guru juga dapat mengembangkan model
pembelajaran yang member peluang bagi siswa unggul memberikan imbas
terhadap siswa yang lambat.
c. Karakteristik Perilaku Sosial, Moralitas, dan Keagamaan
Perilaku sosial remaja yaitu adanya kecenderungan ambivalensi
keinginan menyendiri dengan keinginan untuk bergaul dengan banyak teman.
Anak memiliki ketergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai
dengan komformitas yang tinggi. Hal ini dapat menimbulkan kenakalan remaja
bersama kelompoknya. Usia remaja adalah usia yang kritis untuk menguji
kaidah-kaidah, nilai etika dan norma dengan kenyataan yang terjadi di dalam
kehidupan sehari-hari orang dewasa. Perkembangan ini seiringan dengan
perkembangan cara berfikir dan sikap usia remaja yang memasuki masakritis.
Sedangkan aspek keagamaan, anak memasuki masa kritis dan skeptis.
Pengahayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin atas
pertimbangan adannya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.
Implikasi dari perkembangan perilaku sosial, moral, dan keagamaan anak
adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok
belajar, atau perkumpulan remaja yang positif. Sekolah hendaknya menciptakan
suasana dan menyediakan fasilitas yang memungkinkan terbentuknya
kelompok-kelompok remaja yang mempunyai tujuan dan program-program
kegiatan yang positif berdasarkan minat siswa.
d. Karakteristik Perilaku Afektif, Kognitif, dan Kepribadian
Pada usia remaja, anak mulai menunjukan kecenderungan-
kecenderungannya. Reaksi dan ekspresi emosinya masih labil dan belum
terkendali, dan sering berubah dengan cepat.
Kecenderungan minat dan piihan-pilihan karier sudah relatif lebih jelas. Masa
ini merupakan masa krisis identitas. Sekiranya kondisi psikososialnya
menunjang maka akan tampak identitas yang positif, sebaliknya bila tidak
menunjangakan tampak identitas yang negatif. Ambivalensi penerapan nilai
dalam berbagai tataran masyarakat dengan disekolah akan menambah
kebingungan anak remaja. Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan
peluang bagi anak usia sekolah menengah untuk belajar bertanggung jawab.
3. Implikasi Peserta Didik Pada Usia Dewasa
Digagas oleh JR Gibb (1960) cara belajar orang dewasa jauh berbeda dengan
cara belajar anak-anak. Oleh karen itu, proses penyelenggaraan belajar bagi orang
dewasa harus didekati dengan cara yang berbeda pula. Menyamakan pendekatan
pendidikan anak dengan pendekatan pendidikan orang dewasa dapat mengakibatkan
kegiatan pendidikan tersebut menjadi suatu hal yang menyakitkan bagi orang
dewasa.
Kondisi yang menyakitkan tersebut tentu akan sulit untuk mengharapkan
hasil belajar yang maksimal. Ketika orang dewasa memasuki usia 40 keatas, jarak
pandang akan berkurang, pendengaran pun juga mengalami kemunduran. Selain
penurunan kemampuan fisik, Knowles (Syamsu Mappadan Anisah B, 1994:112)
menegaskan adanya perbedaan antar belajar bagi orang dewasa (Andragogi).
Dengan belajar anak-anak (Pedagogi) dilihat dari segi perkembangan kognitif
mereka.Menurut Syamsu Mappa dan Anisah B (2007:112) menyatakan bahwa
terdapat empat asumsi utama yang membedakannya, antara lain:
a. Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa membutuhkan kebebasan yang
lebih bersifat pengarahan diri.
b. Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman yang makin
meluas, yang menjadi sumber daya yang kaya dalam kegiatan belajar.
c. Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari tentang permasalahan
yang kini mereka hadapi dan dianggap relevan.
d. Pebedaan dalam orientasi kearah kegiatan belajar, orang dewasa orientasinya
berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannya berpusat pada subjek.
Menurut Syamsu Mappa dan Anisah B (2007) dengan memperhatikan
perbedaan orang dewasa dengan anak-anak diatas, maka pembelajaran yang cocok
bagi orang dewasa adalah pembelajaran yang menerapkan :
a. Menemukan sendiri, Rogers R (1951) menyebutnya sebagai belajar
berpengalaman. Ada tiga unsur penting dalam belajar pengalaman ini, antara
lain:
1) Peserta didik dihadapkan pada masalah nyata yang ingin ditemukan
pemecahannya.
2) Apabila kesadaran akan masalah sudah terbentuk, maka akan terbentuk pula
lah sikap terhadap masalah tersebut.
3) Adanya sumber belajar, baik berupa manusia maupun berbentuk bahan
tertulis.
b. Belajar pemecahan masalah, tipe belajar ini hamper mirip dengan belajar
menemukan sendiri, dimana orientasinya pada adanya masalah.
c. Belajar konsep, tipe belajar orang dewasa lebih diarahkan kepada belajar
konsep, belajar atur-aturan yang merupakan kemampuan merespons terhadap
keseluruhan isyarat. Disamping ketiga model belajar tersebut, model pendidikan
yang tepatbagi orang dewasa adalah model pendidikan yang memadukan antara
pendidikan formal dengan pendidikan luarsekolah. Ciri khas pendidikan orang
dewasa adalah fleksibel dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, M,Si. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosta
Keluarga.
Rudianto, O. (2011). Beberapa Karakteristik Peserta Didik. Jambi: Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan Universitas Jambi.