Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VII
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
DAFTAR ISI
Sampul........................................................................................
Daftar Isi....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................
A. Latar Belakang..........................................................
B. Rumusan Masalah....................................................
C. Tujuan......................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................
Mikroorganisme...................................................
Mikroorganisme..................................................
A. Kesimpulan...........................................................
B. Saran........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1. Secara Fisika
a. Pemanasan suhu tinggi
Pendidihan
Pasteurisasi
Tyndalisasi
Autoklaf
b. Pendinginan dan pembekuan
c. Pengeringan (pengangkatan H2O)
d. Radiasi
Radiasi Ultraviolet
Cahaya Ultraviolet
Radiasi sinar-X dan pengion lainnya
2. Secara Kimia
a. Antimikroba
Antiseptik
Desinfektan
b. Pengawet
c. Antibiotik
d. Antimikrobal inhibisi
2. Desinfeksi
Desinfektan adalah proses pengaplikasian bahan kimia
(desinfektans) terhadap peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk
membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda
dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu
membunuh spora.
3. Antiseptis
Antiseptis merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat
antiseptis terhadap tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau
menghambat aktivitas mikroba.
4. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan proses menghancurkan semua jenis
kehidupan sehingga menjadi steril. Sterilisasi seringkali dilakukan
dengan pengaplikasian udara.
Namun secara umum dalam pengendalian mikroorganisme
dibagi dalam teknologi fisika maupun kimia yang banyak digunakan
untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba (tertentu), walaupun
mungkin tidak sampai sempurna steril. Namun umumnya mencegah
pembusukan makanan atau menyembuhkan penyakit menular
merupakan tujuan utama.
B. Metode – Metode dalam Pengendalian Mikroorganisme
1. Secara Fisika
Beberapa cara fisika dapat digunakan untuk mengendalikan
populasi mikroba. Misalnya seperti temperatur tinggi dan radiasi
ionisasi. Metode Pengendalian Mikroorganisme secara fisika adalah
teknik mematikan mikroorganisme dengan tujuan menghilangkan
semua mikroorganisme yang ada pada bahan atau alat dengan proses
dan sarana fisik. Dengan cara fisika mikroorganisme dapat
dikendalikan, yaitu dibasmi, dihambat atau ditiadakan dari suatu
lingkungan.
a. Pemanasan Suhu Tinggi
Pada suhu-suhu tertentu mikroorganisme dapat
dimatikan. Waktu yang diperlukan untuk membunuh
tergantung pada jumlah organisme, spesies, sifat produk
yang dipanaskan, pH, dan suhu. Autoklaf merupakan
instrumen yang digunakan untuk membunuh semua
mikroorganisme dengan panas, umumnya digunakan dalam
proses pengalengan, pembotolan, dan prosedur pengemasan
steril.
Pendidihan
Pendidihan 100 o selama 30 menit dengan cara
merebus bahan yang akan disterilkan (memerlukan
waktu lebih banyak di ketinggian). Membunuh semua
mikroorganisme yang patogen maupun non
patogen kecuali beberapa endospora dan dapat
menonaktifkan virus.
Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah penggunaan panas yang
ringan dengan suhu terkendali untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme patogen dengan berdasarkan waktu
kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten
untuk dibasmi dalam produk atau makanan. Dalam kasus
pasteurisasi susu, waktu dan suhu tergantung tujuan
untuk membunuh jenis potensial yang patogen yang
terdapat dalam susu yang diinginkan.
Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh
hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab
kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya.
Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur
dan makanan asam lainnya.
Selama proses ultrapasteurisasi, juga dikenal
sebagai ultra high-temperature (UHT) pasteurisasi, susu
dipanaskan sampai suhu 140 ° C. Pada metode langsung,
susu dikontakkan langsung dengan uap pada suhu 140 °
C selama satu atau dua detik. Sebuah film tipis susu
dimasukkan melalui sebuah kamar tekanan uap tinggi,
sehingga terjadi pemanasan susu seketika. Susu lalu
didinginkan oleh dengan sedikit vakum yang bertujuan
ganda menghilangkan kelebihan air dalam susu dari
kondensasi uap. Dalam metode tidak langsung
ultrapasteurisasi, susu dipanaskan dalam sebuah pelat
penghantar panas. Butuh beberapa detik untuk suhu susu
mencapai 140 ° C, dan selama waktu itu susu yang
terpapar panas. Jika ultrapasteurisai ini dibarengi dengan
kemasan aseptik, hasilnya adalah produk yang tahan
lama tanpa memerlukan pendinginan.
a. Tyndalisasi
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada
makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat
membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa
merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan
minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC
selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut.
b. Autoklaf
Autoklaf adalah alat sterilisasi yang
mempergunakan uap dan tekanan yang diatur. Autoklaf
merupakan ruang uap berdinding rangkap yang diisi
dengan uap jenuh bebas udara dan dipertahankan pada
suhu serta yang ditentukan selama periode waktu yang
dikehendaki. Pada alat ini bahan-bahan yang akan
disterilkan dipanaskan sampai 121 oC selama 15 sampai
20 menit pada tekanan uap 15 pon per inci persegi
(kirakira 1,5 atmosfir). Uap air jenuh memanaskan
bahan-bahan tadi sehingga dengan cepat disterilkan
dengan melepaskan panas yang laten. Dengan
kondensasi sejumlah 1600 ml uap pada 100 oC dan
tekanan 1 atmosfir, akan terjadi embun sejumlah 1 ml
dengan melepaskan 518 kalori. Air yang mengembun
tadi akan menyebabkan keadaan lembab yang cukup
utuk membunuh kuman.
Udara merupakan penghatar panas yang buruk,
oleh sebab itu harus dikeluarkan dari ruangan otoklaf.
Rongga di dalam otoklaf tidak boleh terlalu penuh diisi
dengan benda-benda yang akan disterilakan supaya dapat
terjadi aliran uap yang cukup baik. Autoklaf
dipergunakan untuk mensterilkan pembenihan, barang-
barang dari karet, semperit, baju, pembalut dan lain-lain.
b. Pendinginan dan pembekuan
Umumnya mikroorganisme hanya tumbuh sangat sedikit
atau tidak sama sekali pada suhu 0 o C. Makanan akan tahan lama
jika disimpan di temperatur rendah untuk memperlambat laju
pertumbuhan dan pembusukan akibat adanya mikroorganisme
(misalnya susu). Tetapi suhu rendah tidak berarti bebas bakteri.
Kasus psychrotrophs, dari psychrophiles memang benar merupakan
penyebab pembusukan yang biasa pada makanan pada makanan
yang didinginkan. Meskipun beberapa mikroba masih dapat tumbuh
dalam suhu sangat dingin serendah minus 20 o C, unutuk
kebanyakan makanan diawetkan untuk mencegah pertumbuhan
mikroba dalam freezer rumah tangga.
c. Pengeringan (pengangkatan H 2 O)
Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada
keadaan kekurangan air(A w <0.90). Pengeringan sering digunakan
untuk mengawetkan makanan (misalnya buah-buahan, biji-bijian,
dll). Metode ini melibatkan penghilangan air dari produk oleh panas,
penguapan, beku-pengeringan, dan penambahan garam atau
gula. Pengeringaan sel mikroba serta lingkungannya sangat
mengurangi atau menghentikan aktivitas metabolik. Diikuti dengaan
sejumlaah sel. Pada umumnya lamanya mikroorganisme bertahan
hidup setelah pengeringan bervariasi tergantung dari faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Yaitu :
Jenis mikroorgaanisme
Bahan pembawa yang akan dipakai untuk mengeringkan
mikroorganisme
Kesempurnaan proses pengeringan
Kondisi fissik (cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan pada
organisme yaang dikeringkan.
Pengeringan di udara dapat membunuh sebagian besar
kuman. Namun spora tidak terpengaruh oleh pengeringan, karena itu
merupakan cara yang kurang memuaskan.
1. Radiasi (UV, x-ray, radiasi gamma)
Banyak mikroorganisme pembusukan dapat segera dibunuh
oleh radiasi. Di beberapa negara bagian Eropa, buah-buahan dan
sayuran yang diradiasi untuk meningkatkan umur penyimpanan
hingga 500 persen. Praktek ini dapat digunakan untuk pasteurisasi
jus buah dengan mengalirkan jus di atas sumber cahaya ultraviolet
intensitas cahaya tinggi. Sistem UV untuk penggunaan air tersedia
pribadi, perumahan dan komersial untuk dapat digunakan dalam
pengendalian bakteri, virus dan kista protozoa.
Macam-macam radiasi yang digunakan :
a. Radiasi Ultraviolet
Ultraviolet merupakan unsur bakterisidal utama pada
sinar matahari yang meneyebabkan perubahan-perubahan di
dalam sel berupa :
Denaturasi protein
Kerusakan DNA
Hambatan repikasi DNA
Pembetukan H2O2 dan peroksida organik di dalam
pembenihan
Merangsang pembentukan kolisin pada kuman
kolisigenik dengan merusak penghambatnya di dalam
sitoplasma.
b. Cahaya Ultraviolet
Dipergunakan untuk :
Membunuh mikrooganisme
Membuat vaksin kuman dan virus.
Mencegah infeksi melalui udara pada ruang bedah,
tempat-tempat umum dan laboratorium bakteriologis.
2. Radiasi sinar-X dan pengion lainnya
Radiasi pengion memiliki kapasitas lebih besar untuk
menginduksikan perubahan-perubahan yang mematikan pada DNA
sel. Cara ini berguna untuk sterilisasi barang-barang sekali pakai
misalnya benang bedah, semperit sekali pakai, pembalut lekat dan
lain-lain.
Menurut FDA, radiasi tidak membuat makanan menjadi
radioaktif, juga tidak terlihat perubahan rasa, tekstur, atau
penampilan. Radiasi produk pangan untuk mengendalikan penyakit
yang terbawa makanan pada manusia umumnya telah disahkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa Organisasi Kesehatan Dunia dan
American Medical Association. Dua bakteri penyebab penyakit
penting yang dapat dikendalikan oleh iradiasi meliputi Escherichia
coli dan spesies Salmonella.
a. Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara :
Filter bakteriologis
Filter Bakteriologis biasanya digunakan untuk
mensterilkan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap
pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika,
antitoksin, dll. Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan
penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja.
Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah :
Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari
porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.
Filter udara
Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring
udara berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air
Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih
ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar
(Laminar Air Flow).
2. Secara kimia
a. Antimikroba
Antimikroba adalah zat kimia yang membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Antimikroba termasuk
bahan pengawet kimia dan antiseptik, serta obat yang digunakan
dalam pengobatan penyakit menular pada tanaman dan
hewan. Antimikroba didapatkan dari sintetis atau berasal dari alam,
dan mereka memiliki efek atau sidal statis pada mikroorganisme.
1. Antiseptik
Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan
selaput lendir, dan tidak boleh digunakan secara internal. Contohnya
seperti merkuri, perak nitrat, larutan yodium, dan deterjen.
2. Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan yang membunuh
mikroorganisme, tetapi tidak mencakup spora mikroorganisme, dan
tidak aman digunakan untuk jaringan hidup, desinfektan hanya
digunakan pada benda mati seperti meja, lantai, peralatan,
dll. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-
beda. Ada yang serasi dan ada yaang bersifat merusak. Oleh karena
itu perlu diketahui perilaku bahan kimia yaang akan digunakan
sebagai desinfektan. Ciri-ciri Desinfektan yang ideal :
Aktivitas antimikrobial, persyaratan yaang pertama ialah
kemampuan substansi untuk mematikan mikroorganisme. Pada
konsentrasi rendah, zat tersebut harus mempunyai aktivitas
antimikrobial dengaan spektrum luas.
Kelarutan, yaitu harus dapat larut dalam air atau pelarut lain.
Stabilitas.
Tidak bersifat raacun bagi manusia maupun hewan dan
tumbuhan.
Homogenitas, harus mempunyaai komposisi yang seragam
sehingga bahan aktifnya selalu terdapat dalam setiap aplikasi.
Mempunyaai aktivitas antimikrobial pada suhu kamar.
Kemampuan untuk menembus permukaan suatu barang.
Tidak bergabung dengan bahan organik.
Tidak menimbulkan karat dan warna.
Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
Berkemampuan sebagai deterjen
d. Inhibitor Kompetitif
Penghambat kompetitif merupakan daya kerja sebagian besar semua
antibiotik sintetik. Kebanyakan merupakan "analog faktor pertumbuhan",
bahan kimia yang secara struktural mirip dengan faktor pertumbuhan
bakteri tetapi tidak memenuhi fungsi metabolisme dalam sel. Beberapa
antibiotik jenis merupakan bakteriostatik dan beberapa bakterisida. Contoh
antibiotik jenis ini adalah sulfonamid.Sulfonamid.
Diperkenalkan sebagai antibiotik oleh Domagk pada tahun 1935, yang
menunjukkan bahwa salah satu senyawa (prontosil) memiliki efek
penyembuhan tikus dengan infeksi yang disebabkan oleh streptokokus beta-
hemolitik. Modifikasi kimia dari senyawa sulfanilamide memberikan
senyawa dengan aktivitas antibakteri yang lebih luas dan bahkan lebih
tinggi. Parasulfonamid yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakteri yang
sama luas, namun sangat berbeda dalam tindakan farmakologis. Bakteri
yang hampir selalu peka terhadap sulfonamid adalah Streptococcus
pneumoniae, streptokokus beta-hemolitik dan E. coli. Para sulfonamid
sangat berguna dalam pengobatan ISK tanpa komplikasi yang disebabkan
oleh E. coli, dan dalam pengobatan meningitis meningokokus. Sulfonamid
yang biasa digunakan dalam pengobatan adalah
sulfanilamide, Gantrisin dan trimetoprim.
Parasulfonamid adalah inhibitor dari enzim bakteri yang dibutuhkan
untuk sintesis asam tetrahydrofolic (THF), bentuk vitamin asam folat
penting untuk transfer karbon reaksi-1. Sulfonamid secara struktural mirip
dengan para aminobenzoic acid (PABA), substrat untuk enzim pertama di
jalur THF, dan kompetitif menghambat langkah itu. Trimethoprim secara
struktural mirip dengan dihydrofolate (DBD) dan kompetitif menghambat
langkah kedua dalam sintesis THF dimediasi oleh reduktase DBD. Sel
hewan tidak mensintesis asam folat sendiri tetapi mendapatkannya dengan
cara mengubah sebagai vitamin. Karena hewan tidak membuat asam folat,
mereka tidak terpengaruh oleh obat-obatan sulfonamid.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengendalian mikroorganisme dapat mencegah penyebaran
penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang
terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh
mikroorganisme. Dengan cara membunuh mikroorganisme atau membuat
kondisi yang membuat mikroorgenisme tidak dapat tumbuh. Membunuh
dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme khususnyan sangat penting
dalam penyediaan dan pemeliharaan untuk keamanan makanan.
Pengendalian mikroorganisme juga penting pada praktek medis modern
dalam menurunkan penyebaran mikroorganisme. Mikroorganisme dapat
dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir, dihambat
dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia.
Pengendalian mikroorganisme juga merupakan hal yang sangat
penting bagi manusia dalam kehidupan, lingkungan dan keselamatannya.
Manusia tidak akan pernah terlepas dengan mikroorganisme baik yang
patogen maupun dan non patogen. Namun ketika berhadapan dengan
mikroorganisme patogen pengendalian mikroorganisme bertujuan untuk :
1. Mencegah infeksi dan penularan penyakit berbahaya.
2. Menjaga kelangsungan hidup dari gangguan mikroorganisme yang patogen.
3. Memungkinkan untuk mengkonsumsi makan yang aman dan bebas dari
mikroba yang berbahaya.
4. Pada kondisi tertentu manusia diharuskan hidup dalam lingkungan yang
bebas gangguan dari mikroorganisme.
5. Dalam kebutuhan sehari-hari seperti makanan yang harus higienis dan
bersih, serta bebas daari mikroorganisme yang merugikan.
6. Pengendalian mikroorganisme memungkInkan kita untuk dapat mengobati
pada serangan infeksi mikroba tertentu.
7. Terutama sebagai paramedis adalah kunci utama dalam pengendalian
mikroorganisme sehingga harus benar-benar menguasai dan dapat
melakukan penanganan pengendalian mikroorganisme secara tepat.
B. Saran