You are on page 1of 25

PENGENDALIAN MIKROORGANISME

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VII

NAJMA ATIQA ( G 301 17 008 )

MIZRA MULIANANDA ( G 301 17 022 )

FEBRISKA CHAIRUNISA MILANG ( G 301 17 034 )

PUTRI DEVI ( G 301 17 049 )

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2018
DAFTAR ISI

Sampul........................................................................................

Daftar Isi....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................

A. Latar Belakang..........................................................

B. Rumusan Masalah....................................................

C. Tujuan......................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................

A. Pengertian dan Pentingnya Pengendalian

Mikroorganisme...................................................

B. Metode – Metode dalam Pengendalian

Mikroorganisme..................................................

BAB III PENUTUP................................................................

A. Kesimpulan...........................................................

B. Saran........................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan mikroorganisme dalam kehidupan sangat penting,


teknologi mikrobiologis telah memecahkan sekelumit permasalahan
manusia. Pengadaan energi, pangan , obat-obatan merupakan hasil dari
peranan mikroorganisme. Fermentasi sel mikrobe menghasilkan alkohol
dapat digunakan untuk bahan bakar alternatif. Pengadaan nutrisi untuk
pakan ternak merupakan salah satu terobosan pemecahan masalah dalam
pengadaan pakan ternak. Namun mikroorganisme dapat meneyebabkan
permasalahan, hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia,
hewan, serta tanaman yang menimbulkan penyakit. Bukan hanya itu
aktifitas negatif menimbulkan rusaknya bahan makanan hingga berakibat
tidak dapat di konsumsi bahkan beracun. Karena itu perlu adanya suatu
usaha untuk mengendalikan aktifitas dari mikroba. Yang di maksud
pengendalian di sini adalah upaya pemberantasan, penghambatan dan
pemusnahan sel mikroba dan segala bentuk sel vegetatif. Telah banyak di
temukan teknik-teknik dalam pengendalian mikroorganisme seperti
desinfektan, sterilisasi, pasteurisasi, antiseptik, germisida, bakteoristatik,
bakterisid yang tentu saja tiap-tiap teknik harus melewati serangkaian
prosedur yang benar sehingga upaya pengendalian dapat memberikan hasil
yang maksimal. Perlu di garis bawahi bahwa tiap-tiap teknik memiliki suatu
tujuan dalam pengendalian seperti teknik sterilisasi yang bertujuan untuk
membunuh segala macam sel mikroba dan bentuk vegetatifnya.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang di maksud dengan pengendalian mikroorganisme ?

2. Bagaimana cara atau metode – metode dalam pengendalian


mikroorganisme?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari pengendalian mikroorganisme

2. Untuk mengetahui metode – metode yang digunakan dalam proses


pengendalian mikroorganisme
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Pentingnya Pengendalian Mikroorganisme


Pengendalian pertumbuhan mikroba pada prinsipnya adalah
menghambat atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Pengendalian mikroorganisme berdasarkan dua hal :
1. Dengan membunuh mikroorganisme
2. Dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme biasanya secara fisika
dan secara kimia baik membunuh atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Agen yang membunuh sel-sel yang
diistilahkan sidal, agen yang menghambat pertumbuhan sel-sel (tanpa
membunuh mereka) yang disebut sebagai statis. Dengan
demikian, bakterisida berarti membunuh bakteri, dan bakteriostatik berarti
menghambat pertumbuhan sel-sel bakteri. Bakterisida berarti membunuh
bakteri, fungisida berarti membunuh jamur, dan sebagainya.
Dalam mikrobiologi, istilah sterilisasi sangat erat berkaitan dengan
pengendalian pertumbuhan mikroorganisme yang merupakan
penghancuran secara sempurna atau penghapusan semua organisme yang
terdapat di dalam atau pada suatu zat yang akan disterilkan. Prosedur
Sterilisasi melibatkan penggunaan panas, radiasi atau bahan kimia, dan juga
penghancuran sel secara fisika.
Pengendalian mikroorganisme bertujuan untuk menekan reproduksi
mikroba. Sehingga dengan pengendalian mikroorganisme kita dapat
mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme
pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan
bahan oleh mikroorganisme. Dengan cara membunuh mikroorganisme atau
membuat kondisi yang membuat mikroorganisme tidak dapat
tumbuh. Membunuh dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme
khususnyan sangat penting dalam penyediaan dan pemeliharaan untuk
keamanan makanan. Pengendalian mikroorganisme juga merupakan
praktek medis modern dan antimikroba untuk mencegah dari infeksi dan
menurunkan penyebaran mikroorganisme. Mikroorganisme dapat
dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir, dihambat
dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia. Dalam
pengendalian mikroorganisme umumnya dikenal :

1. Secara Fisika
a. Pemanasan suhu tinggi
 Pendidihan
 Pasteurisasi
 Tyndalisasi
 Autoklaf
b. Pendinginan dan pembekuan
c. Pengeringan (pengangkatan H2O)
d. Radiasi
 Radiasi Ultraviolet
 Cahaya Ultraviolet
 Radiasi sinar-X dan pengion lainnya
2. Secara Kimia
a. Antimikroba
 Antiseptik
 Desinfektan
b. Pengawet
c. Antibiotik
d. Antimikrobal inhibisi

Ada beberapa istilah dalam mengendalikan jumlah populasi


mikroorganisme, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi
jumlah populasi mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip
cleaning dan sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat
menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus
membunuh sebagian besar populasi mikroba.

2. Desinfeksi
Desinfektan adalah proses pengaplikasian bahan kimia
(desinfektans) terhadap peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk
membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda
dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu
membunuh spora.
3. Antiseptis
Antiseptis merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat
antiseptis terhadap tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau
menghambat aktivitas mikroba.
4. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan proses menghancurkan semua jenis
kehidupan sehingga menjadi steril. Sterilisasi seringkali dilakukan
dengan pengaplikasian udara.
Namun secara umum dalam pengendalian mikroorganisme
dibagi dalam teknologi fisika maupun kimia yang banyak digunakan
untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba (tertentu), walaupun
mungkin tidak sampai sempurna steril. Namun umumnya mencegah
pembusukan makanan atau menyembuhkan penyakit menular
merupakan tujuan utama.
B. Metode – Metode dalam Pengendalian Mikroorganisme
1. Secara Fisika
Beberapa cara fisika dapat digunakan untuk mengendalikan
populasi mikroba. Misalnya seperti temperatur tinggi dan radiasi
ionisasi. Metode Pengendalian Mikroorganisme secara fisika adalah
teknik mematikan mikroorganisme dengan tujuan menghilangkan
semua mikroorganisme yang ada pada bahan atau alat dengan proses
dan sarana fisik. Dengan cara fisika mikroorganisme dapat
dikendalikan, yaitu dibasmi, dihambat atau ditiadakan dari suatu
lingkungan.
a. Pemanasan Suhu Tinggi
Pada suhu-suhu tertentu mikroorganisme dapat
dimatikan. Waktu yang diperlukan untuk membunuh
tergantung pada jumlah organisme, spesies, sifat produk
yang dipanaskan, pH, dan suhu. Autoklaf merupakan
instrumen yang digunakan untuk membunuh semua
mikroorganisme dengan panas, umumnya digunakan dalam
proses pengalengan, pembotolan, dan prosedur pengemasan
steril.
 Pendidihan
Pendidihan 100 o selama 30 menit dengan cara
merebus bahan yang akan disterilkan (memerlukan
waktu lebih banyak di ketinggian). Membunuh semua
mikroorganisme yang patogen maupun non
patogen kecuali beberapa endospora dan dapat
menonaktifkan virus.
 Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah penggunaan panas yang
ringan dengan suhu terkendali untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme patogen dengan berdasarkan waktu
kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten
untuk dibasmi dalam produk atau makanan. Dalam kasus
pasteurisasi susu, waktu dan suhu tergantung tujuan
untuk membunuh jenis potensial yang patogen yang
terdapat dalam susu yang diinginkan.
Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh
hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab
kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya.
Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur
dan makanan asam lainnya.
Selama proses ultrapasteurisasi, juga dikenal
sebagai ultra high-temperature (UHT) pasteurisasi, susu
dipanaskan sampai suhu 140 ° C. Pada metode langsung,
susu dikontakkan langsung dengan uap pada suhu 140 °
C selama satu atau dua detik. Sebuah film tipis susu
dimasukkan melalui sebuah kamar tekanan uap tinggi,
sehingga terjadi pemanasan susu seketika. Susu lalu
didinginkan oleh dengan sedikit vakum yang bertujuan
ganda menghilangkan kelebihan air dalam susu dari
kondensasi uap. Dalam metode tidak langsung
ultrapasteurisasi, susu dipanaskan dalam sebuah pelat
penghantar panas. Butuh beberapa detik untuk suhu susu
mencapai 140 ° C, dan selama waktu itu susu yang
terpapar panas. Jika ultrapasteurisai ini dibarengi dengan
kemasan aseptik, hasilnya adalah produk yang tahan
lama tanpa memerlukan pendinginan.
a. Tyndalisasi
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada
makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat
membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa
merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan
minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC
selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut.
b. Autoklaf
Autoklaf adalah alat sterilisasi yang
mempergunakan uap dan tekanan yang diatur. Autoklaf
merupakan ruang uap berdinding rangkap yang diisi
dengan uap jenuh bebas udara dan dipertahankan pada
suhu serta yang ditentukan selama periode waktu yang
dikehendaki. Pada alat ini bahan-bahan yang akan
disterilkan dipanaskan sampai 121 oC selama 15 sampai
20 menit pada tekanan uap 15 pon per inci persegi
(kirakira 1,5 atmosfir). Uap air jenuh memanaskan
bahan-bahan tadi sehingga dengan cepat disterilkan
dengan melepaskan panas yang laten. Dengan
kondensasi sejumlah 1600 ml uap pada 100 oC dan
tekanan 1 atmosfir, akan terjadi embun sejumlah 1 ml
dengan melepaskan 518 kalori. Air yang mengembun
tadi akan menyebabkan keadaan lembab yang cukup
utuk membunuh kuman.
Udara merupakan penghatar panas yang buruk,
oleh sebab itu harus dikeluarkan dari ruangan otoklaf.
Rongga di dalam otoklaf tidak boleh terlalu penuh diisi
dengan benda-benda yang akan disterilakan supaya dapat
terjadi aliran uap yang cukup baik. Autoklaf
dipergunakan untuk mensterilkan pembenihan, barang-
barang dari karet, semperit, baju, pembalut dan lain-lain.
b. Pendinginan dan pembekuan
Umumnya mikroorganisme hanya tumbuh sangat sedikit
atau tidak sama sekali pada suhu 0 o C. Makanan akan tahan lama
jika disimpan di temperatur rendah untuk memperlambat laju
pertumbuhan dan pembusukan akibat adanya mikroorganisme
(misalnya susu). Tetapi suhu rendah tidak berarti bebas bakteri.
Kasus psychrotrophs, dari psychrophiles memang benar merupakan
penyebab pembusukan yang biasa pada makanan pada makanan
yang didinginkan. Meskipun beberapa mikroba masih dapat tumbuh
dalam suhu sangat dingin serendah minus 20 o C, unutuk
kebanyakan makanan diawetkan untuk mencegah pertumbuhan
mikroba dalam freezer rumah tangga.
c. Pengeringan (pengangkatan H 2 O)
Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada
keadaan kekurangan air(A w <0.90). Pengeringan sering digunakan
untuk mengawetkan makanan (misalnya buah-buahan, biji-bijian,
dll). Metode ini melibatkan penghilangan air dari produk oleh panas,
penguapan, beku-pengeringan, dan penambahan garam atau
gula. Pengeringaan sel mikroba serta lingkungannya sangat
mengurangi atau menghentikan aktivitas metabolik. Diikuti dengaan
sejumlaah sel. Pada umumnya lamanya mikroorganisme bertahan
hidup setelah pengeringan bervariasi tergantung dari faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Yaitu :
 Jenis mikroorgaanisme
 Bahan pembawa yang akan dipakai untuk mengeringkan
mikroorganisme
 Kesempurnaan proses pengeringan
 Kondisi fissik (cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan pada
organisme yaang dikeringkan.
Pengeringan di udara dapat membunuh sebagian besar
kuman. Namun spora tidak terpengaruh oleh pengeringan, karena itu
merupakan cara yang kurang memuaskan.
1. Radiasi (UV, x-ray, radiasi gamma)
Banyak mikroorganisme pembusukan dapat segera dibunuh
oleh radiasi. Di beberapa negara bagian Eropa, buah-buahan dan
sayuran yang diradiasi untuk meningkatkan umur penyimpanan
hingga 500 persen. Praktek ini dapat digunakan untuk pasteurisasi
jus buah dengan mengalirkan jus di atas sumber cahaya ultraviolet
intensitas cahaya tinggi. Sistem UV untuk penggunaan air tersedia
pribadi, perumahan dan komersial untuk dapat digunakan dalam
pengendalian bakteri, virus dan kista protozoa.
Macam-macam radiasi yang digunakan :
a. Radiasi Ultraviolet
Ultraviolet merupakan unsur bakterisidal utama pada
sinar matahari yang meneyebabkan perubahan-perubahan di
dalam sel berupa :
 Denaturasi protein
 Kerusakan DNA
 Hambatan repikasi DNA
 Pembetukan H2O2 dan peroksida organik di dalam
pembenihan
 Merangsang pembentukan kolisin pada kuman
kolisigenik dengan merusak penghambatnya di dalam
sitoplasma.
b. Cahaya Ultraviolet
Dipergunakan untuk :
 Membunuh mikrooganisme
 Membuat vaksin kuman dan virus.
 Mencegah infeksi melalui udara pada ruang bedah,
tempat-tempat umum dan laboratorium bakteriologis.
2. Radiasi sinar-X dan pengion lainnya
Radiasi pengion memiliki kapasitas lebih besar untuk
menginduksikan perubahan-perubahan yang mematikan pada DNA
sel. Cara ini berguna untuk sterilisasi barang-barang sekali pakai
misalnya benang bedah, semperit sekali pakai, pembalut lekat dan
lain-lain.
Menurut FDA, radiasi tidak membuat makanan menjadi
radioaktif, juga tidak terlihat perubahan rasa, tekstur, atau
penampilan. Radiasi produk pangan untuk mengendalikan penyakit
yang terbawa makanan pada manusia umumnya telah disahkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa Organisasi Kesehatan Dunia dan
American Medical Association. Dua bakteri penyebab penyakit
penting yang dapat dikendalikan oleh iradiasi meliputi Escherichia
coli dan spesies Salmonella.
a. Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara :
 Filter bakteriologis
Filter Bakteriologis biasanya digunakan untuk
mensterilkan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap
pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika,
antitoksin, dll. Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan
penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja.
Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah :
Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari
porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.
 Filter udara
Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring
udara berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air
Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih
ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar
(Laminar Air Flow).
2. Secara kimia
a. Antimikroba
Antimikroba adalah zat kimia yang membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Antimikroba termasuk
bahan pengawet kimia dan antiseptik, serta obat yang digunakan
dalam pengobatan penyakit menular pada tanaman dan
hewan. Antimikroba didapatkan dari sintetis atau berasal dari alam,
dan mereka memiliki efek atau sidal statis pada mikroorganisme.
1. Antiseptik
Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan
selaput lendir, dan tidak boleh digunakan secara internal. Contohnya
seperti merkuri, perak nitrat, larutan yodium, dan deterjen.
2. Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan yang membunuh
mikroorganisme, tetapi tidak mencakup spora mikroorganisme, dan
tidak aman digunakan untuk jaringan hidup, desinfektan hanya
digunakan pada benda mati seperti meja, lantai, peralatan,
dll. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-
beda. Ada yang serasi dan ada yaang bersifat merusak. Oleh karena
itu perlu diketahui perilaku bahan kimia yaang akan digunakan
sebagai desinfektan. Ciri-ciri Desinfektan yang ideal :
 Aktivitas antimikrobial, persyaratan yaang pertama ialah
kemampuan substansi untuk mematikan mikroorganisme. Pada
konsentrasi rendah, zat tersebut harus mempunyai aktivitas
antimikrobial dengaan spektrum luas.
 Kelarutan, yaitu harus dapat larut dalam air atau pelarut lain.
 Stabilitas.
 Tidak bersifat raacun bagi manusia maupun hewan dan
tumbuhan.
 Homogenitas, harus mempunyaai komposisi yang seragam
sehingga bahan aktifnya selalu terdapat dalam setiap aplikasi.
 Mempunyaai aktivitas antimikrobial pada suhu kamar.
 Kemampuan untuk menembus permukaan suatu barang.
 Tidak bergabung dengan bahan organik.
 Tidak menimbulkan karat dan warna.
 Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
 Berkemampuan sebagai deterjen

Contoh-contoh desinfektan seperti Hipoklorit, senyawa


klorin, senyawa alkali, tembaga sulfat, senyawa amonium kuartener,
formalin dan senyawa fenol.
a. Formaldehida
Berguna untuk mensterilkan vaksin kuman dan untuk
menginaktifkan toksin kuman tanpa mempengaruhi sifat
antigenitasnya. Larutan formaldehida dengan kosentrasi 5 sampai 10
persen di dalam air akan membunuh sebagian besar kuman.
Formaldehida bersifat bakterisidal, sporisidal, dan juga dapat
membunuh virus.
b. Fenol
Dipergunakan untuk mensterilkan alat-alat bedah dan untuk
membunuh kuman yang tercecer di laboratorium. Larutan yang
dipakai biasanya berkadar 3 persen.
c. Sabun dan deterjen
Bersifat bakterisidal dan bakteristatik terhadap kuman Gam
negatif dan beberapa jenis kuman tahan asam. Deterjen bekerja
dengan cara berkumpul pada selaput sitoplasma kuman sehingga
mengganggu fungsi normalnya atau dengan denaturasi protein dan
enzim.
d. Alkohol
Etil alkohol sangat efektif pada kadar 70 persen daripada
100 persen. Namun tidak membunuh spora.
e. Desinfektans dalam bentuk aerosol dan gas
Uap SO2, klor dan formalin dipergunakan sebagai
desinfektan berupa gas, demikian juga propilen glikol yang
merupakan desinfektan yang kuat.
b. Pengawet
Merupakan bahan statis yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, dan paling sering digunakan dalam
makanan. Bahan yang dapat digunakan tidak berbahaya jika masuk ke
dalam tubuh dan tidak beracun. Contohnya adalah kalsium propionat,
natrium benzoat, formaldehid, nitrat dan belerang dioksida.
c. Antibiotik
Berdasarkan sumber pembuatannya Antibiotik dibagi 3, yaitu :
1. Antibiotik sintetik
Antibiotik sintetik berguna dalam pengobatan
penyakit dari mikroba maupun virus. Contohnya adalah
sulfonilamid, isoniazid, etambutol, AZT, asam nalidiksat
dan kloramfenikol. Perlu diperhatikan bahwa definisi
mikrobiologi mengenai antibiotik mengharuskan bahwa
antibiotik akan digunakan untuk tujuan membunuh mikroba
dan tidak digunakan untuk terapi terhadap penyakit yang
tidak berasal dari mikroba. Oleh karena itu, farmakologi
membedakan kemoterapi agen mikrobiologi sebagai
"antibiotik sintetik".
2. Antibiotik Alami
Antibiotik alami adalah antibiotik yang dihasilkan
oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau
menghambat mikroorganisme lainnya. Definisi yang lebih
luas antibiotik merupakan bahan kimia yang berasal dari
alam (dari semua jenis sel) yang memiliki efek untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan sel-sel jenis
lain. Sejak klinis antibiotik sebagian besar dihasilkan oleh
mikroorganisme dan digunakan untuk membunuh atau
menghambat Bakteri menular.
Antibiotik yang bermolekul rendah (non-protein)
yaitu molekul diproduksi sebagai metabolit sekunder,
terutama oleh mikroorganisme yang hidup di tanah.
Sebagian besar mikroorganisme ini membentuk beberapa
jenis spora atau sel dorman lainnya, dan ada dianggap ada
hubungan (selain temporal) antara produksi antibiotik dan
proses sporulasi. Di antara produk antibiotik yang paling
menonjol adalah Penicillium dan Cephalosporium, yang
merupakan sumber utama beta-laktam antibiotik (penisilin
dan turunannya). Dalam Bakteri, yang Actinomycetes,
khususnya Streptomyces spesies, menghasilkan berbagai
jenis antibiotik termasuk aminoglikosida (misalnya
streptomisin), macrolides (misalnya eritromisin), dan
tetrasiklin. Endospora Bacillus sp menghasilkan antibiotik
polipeptida seperti polimiksin dan bacitracin.
3. Antibiotik semisintetik
Antibiotik semisintetik adalah antibiotik yang
molekulnya diproduksi suatu mikroba kemudian
dimodifikasi oleh ahli kimia organik untuk meningkatkan
sifat antimikroba antibiotik tersebut atau membuat mereka
unik agar dapat dipatenkan secara farmasi.
Jenis-jenis Antibiotik berdasarkan cara kerjanya :
a. Inhibitor pada sintesis dinding sel
Antibiotik yang bekerja sebagai inhibitor sintesis
dinding sel umumnya menghambat beberapa tahapan dalam
sintesis peptidoglikan bakteri. Umumnya antibiotik
mengerahkan toksisitas selektif terhadap Eubacteria untuk
mengurangi efek terhadap dinding sel manusia. Jenis-jenis
antibiotik yang bekerja sebagai inhibitor :
 Beta Laktam
Kimiawi antibiotik yang mengandung beta laktam
cincin beranggota-4. Antibiotik jenis ini adalah produk dari
dua kelompok jamur, Penicillium dan
cetakan Cephalosporium, dan kemudian diwakili oleh
penisilin dan sefalosporin. Antibiotik beta laktam
menghambat langkah terakhir dalam sintesis peptidoglikan,
akhir-silang antara antara rantai samping peptida,
diperantarai oleh karboksipeptidase bakteri dan enzim
transpeptidase. Beta laktam dalam antibiotik ini biasanya
bakterisida dan menunggu sel tumbuh secara aktif untuk
mengerahkan toksisitas mereka.
 Penisilin Ami
Seperti penisilin G atau penisilin V yang diproduksi
oleh fermentasi Penicillium chrysogenum. Antibiotik jenis
ini efektif terhadap streptokokus, gonococcus dan
staphylococcus, dan derivatnya telah dikembangkan. Namun
spektrumnya dianggap sempit karena tidak efektif terhadap
Gram-negatif batang.
 Semisintetik penisilin
Pertama kali muncul pada tahun 1959. Cetakan A
menghasilkan bagian utama dari molekul (-aminopenisilanat
asam 6) yang dapat dimodifikasi secara kimia dengan
penambahan rantai samping. Banyak dari senyawa ini telah
dikembangkan untuk memiliki manfaat yang berbeda atau
keuntungan atas penisilin G, seperti spektrum meningkatnya
aktivitas (misalnya efektivitas terhadap batang Gram-
negatif), merupakan derivat penisilin dan efektivitasnya jika
diberikan secara
oral. Contohnya Amoxycillin dan Ampisilin yang memperl
uas spektrum terhadap Gram -negatif dan efektif secara oral.
 Asam Klavulanat
Asam Klavulanat adalah bahan kimia yang kadang-
kadang ditambahkan dalam penyiapan penisilin
semisintetik. Biasanya yang ditambah dengan amoksisilin
klavulanat adalah clavamox atau Augmentin. Klavulanat ini
bukan merupakan antimikroba. Cara kerjanya adalah
menghambat enzim beta laktamase yang telah sensitif karena
merupakan beta laktam-penisilinase. Meskipun tidak
beracun, penisilin kadang-kadang menyebabkan kematian
bila diberikan kepada orang-orang yang alergi. Di AS ada
300-500 kematian setiap tahunnya karena alergi
penisilin. Pada individu alergi beta laktam molekul
menempel pada protein serum yang memulai suatu respon
inflamasi diperantarai-IgE.
 Cephalolsporins
Cephalolsporins adalah antibiotik beta laktam
dengan modus serupa dengan penisilin yang dihasilkan oleh
spesies Cephalosporium. Memiliki toksisitas rendah dan
spektrum yang agak lebih luas daripada penisilin
alami. Mereka sering digunakan sebagai pengganti penisilin
terhadap bakteri Gram-negatif, dan di profilaksis
bedah. Mengalami degradasi oleh beberapa-beta laktamase
bakteri, tetapi cenderung resisten terhadap beta-laktamase
dari S. Staphylococcus.
 Bacitracin
Bacitracin adalah antibiotik polipeptida yang
dihasilkan oleh spesies Bacillus. Hal ini mencegah
pertumbuhan dinding sel dengan menghambat pelepasan
subunit muropeptide dari peptidoglikan dari pembawa
molekul lipid yang membawa subunit ke luar
membran. Sintesis asam pada mikroba yang mengharuskan
pembawa yang sama, juga terhambat. Bacitracin memiliki
toksisitas tinggi sehingga tidak boleh untuk penggunaan
sistemik tersebut. Hal ini karena dalam banyak persiapan
antibiotik topikal, tidak diserap oleh usus, oleh karena itu
diberikan untuk "mensterilkan" usus sebelum operasi.
c. Inhibitor
Inhibitor mengacaukan struktur membran sel atau
menghambat fungsi membran bakteri. Integritas dari luar membran
sitoplasma sangat penting untuk bakteri, dan senyawa yang
mengacaukan membran dengan cepat membunuh sel. Namun,
karena kesamaan dalam fosfolipid dan eukariotik membran bakteri,
tindakan ini jarang cukup spesifik untuk memungkinkan senyawa-
senyawa ini untuk digunakan secara sistemik. Satu-satunya
antibiotik antibakteri penting klinis yang bertindak dengan
mekanisme ini adalah Polymyxin, diproduksi oleh polymyxa
Bacillus. Polimiksin efektif terutama terhadap bakteri Gram-negatif
dan biasanya terbatas pada penggunaan topikal. Mengikat
Polymyxins untuk membran fosfolipid dan dengan demikian
mengganggu fungsi membran. Polimiksin kadang-kadang diberikan
untuk infeksi saluran kemih yang disebabkan
oleh Pseudomonas yang resisten gentamisin, karbenisilin dan
tobramycin. Keseimbangan antara efektifitas dan kerusakan pada
ginjal dan organ lainnya sehingga obat ini hanya diberikan di bawah
pengawasan yang ketat di rumah sakit.
Umumnya Protein inhibitor sintesis merupakan terapi
antibiotik yang berguna sebagai tindakan dalam penghambatan
beberapa langkah dalam proses kompleks penerjemahan. Cara
kerjanya pada proses yang terjadi di ribosom dari tahap aktivasi
asam amino atau cetakan ke tRNA tertentu. Kebanyakan memiliki
afinitas atau spesifisitas untuk 70S (sebagai lawan 80S) ribosom,
dan mencapai toksisitas selektif dengan cara ini. Contoh
antibiotiknya adalah tetrasiklin,
kloramfenikol, macrolides (misalnya eritromisin) dan
aminoglikosida (misalnya streptomisin).
Beberapa antibiotik mempengaruhi sintesis DNA atau RNA,
atau mengikat DNA atau RNA sehingga pesan mereka tidak bisa
dibaca. Dengan demikian tentu saja dapat menghambat
pertumbuhan sel. Sehingga penggunaan obat ini kurang benar,
karena dapat mempengaruhi sel-sel hewan dan sel bakteri sama
sehingga tidak memiliki aplikasi terapeutik. Dua kelas inhibitor
sintesis asam nukleat yang mempunyai aktivitas selektif terhadap
procaryotes dan beberapa obat-obatan medis
seperti kuinolon dan rifamycins.
1. Kuinolon
Kuinolon adalah antibiotik yang memiliki spektrum yang
luas dan cepat membunuh bakteri dan diserap dengan baik
setelah pemberian oral seperti nalidiksat. Asam ciprofloxacin
termasuk dalam ke grup kuinolon. Bertindak dengan
menghambat aktivitas girase DNA bakteri, mencegah fungsi
normal DNA. Beberapa kuinolon menembus makrofag dan
neutrofil sehingga lebih baik daripada kebanyakan antibiotik
karena itu berguna dalam pengobatan infeksi yang disebabkan
oleh parasit intraseluler. Namun, penggunaan utama dari asam
nalidiksat pada kurang efektif pada infeksi saluran kemih (ISK).
Senyawa ini efektif terhadap beberapa jenis bakteri Gram-
negatif seperti E. coli, Enterobacter aerogenes,
K. pneumoniae dan spesies yang umum penyebab ISK. Namun
biasanya tidak efektif terhadap Pseudomonas aeruginosa, dan
bakteri Gram-positif resisten. Namun, fluoroquinolone,
Ciprofloxacin (Cipro) baru-baru ini direkomendasikan sebagai
obat pilihan untuk profilaksis dan pengobatan anthrax.
2. Rifamycins
Rifamycins adalah produk dari Streptomyces. Rifampicin
merupakan turunan semisintetik dari rifamycin yang aktif terhadap
bakteri Gram-positif (termasuk Mycobacterium tuberculosis) dan
beberapa bakteri Gram-negatif. Rifampisin bertindak sangat khusus
pada RNA polimerase eubacteria dan tidak aktif terhadap
polimerase RNA dari sel-sel hewan atau terhadap polimerase
DNA. Mengikat antibiotik ke subunit beta polimerase ketika
masuknya nukleotida pertama yang diperlukan untuk mengaktifkan
polimerase, sehingga menghalangi sintesis mRNA. Telah
dibuktikan memiliki efek bakterisidal yang lebih besar terhadap
M.tuberculosis dibandingkan obat anti-tuberkulosis lainnya, dan
telah menggantikan isoniazid sebagai salah satu obat lini depan yang
digunakan untuk mengobati penyakit ini, terutama ketika resistansi
isoniazid terjadi. Hal ini efektif baik secara oral dan menembus ke
dalam cairan serebrospinal karena itu berguna untuk pengobatan
meningitis tuberkulosis, serta meningitis yang disebabkan
oleh Neisseria meningitidis.

d. Inhibitor Kompetitif
Penghambat kompetitif merupakan daya kerja sebagian besar semua
antibiotik sintetik. Kebanyakan merupakan "analog faktor pertumbuhan",
bahan kimia yang secara struktural mirip dengan faktor pertumbuhan
bakteri tetapi tidak memenuhi fungsi metabolisme dalam sel. Beberapa
antibiotik jenis merupakan bakteriostatik dan beberapa bakterisida. Contoh
antibiotik jenis ini adalah sulfonamid.Sulfonamid.
Diperkenalkan sebagai antibiotik oleh Domagk pada tahun 1935, yang
menunjukkan bahwa salah satu senyawa (prontosil) memiliki efek
penyembuhan tikus dengan infeksi yang disebabkan oleh streptokokus beta-
hemolitik. Modifikasi kimia dari senyawa sulfanilamide memberikan
senyawa dengan aktivitas antibakteri yang lebih luas dan bahkan lebih
tinggi. Parasulfonamid yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakteri yang
sama luas, namun sangat berbeda dalam tindakan farmakologis. Bakteri
yang hampir selalu peka terhadap sulfonamid adalah Streptococcus
pneumoniae, streptokokus beta-hemolitik dan E. coli. Para sulfonamid
sangat berguna dalam pengobatan ISK tanpa komplikasi yang disebabkan
oleh E. coli, dan dalam pengobatan meningitis meningokokus. Sulfonamid
yang biasa digunakan dalam pengobatan adalah
sulfanilamide, Gantrisin dan trimetoprim.
Parasulfonamid adalah inhibitor dari enzim bakteri yang dibutuhkan
untuk sintesis asam tetrahydrofolic (THF), bentuk vitamin asam folat
penting untuk transfer karbon reaksi-1. Sulfonamid secara struktural mirip
dengan para aminobenzoic acid (PABA), substrat untuk enzim pertama di
jalur THF, dan kompetitif menghambat langkah itu. Trimethoprim secara
struktural mirip dengan dihydrofolate (DBD) dan kompetitif menghambat
langkah kedua dalam sintesis THF dimediasi oleh reduktase DBD. Sel
hewan tidak mensintesis asam folat sendiri tetapi mendapatkannya dengan
cara mengubah sebagai vitamin. Karena hewan tidak membuat asam folat,
mereka tidak terpengaruh oleh obat-obatan sulfonamid.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengendalian mikroorganisme dapat mencegah penyebaran
penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang
terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh
mikroorganisme. Dengan cara membunuh mikroorganisme atau membuat
kondisi yang membuat mikroorgenisme tidak dapat tumbuh. Membunuh
dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme khususnyan sangat penting
dalam penyediaan dan pemeliharaan untuk keamanan makanan.
Pengendalian mikroorganisme juga penting pada praktek medis modern
dalam menurunkan penyebaran mikroorganisme. Mikroorganisme dapat
dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir, dihambat
dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia.
Pengendalian mikroorganisme juga merupakan hal yang sangat
penting bagi manusia dalam kehidupan, lingkungan dan keselamatannya.
Manusia tidak akan pernah terlepas dengan mikroorganisme baik yang
patogen maupun dan non patogen. Namun ketika berhadapan dengan
mikroorganisme patogen pengendalian mikroorganisme bertujuan untuk :
1. Mencegah infeksi dan penularan penyakit berbahaya.
2. Menjaga kelangsungan hidup dari gangguan mikroorganisme yang patogen.
3. Memungkinkan untuk mengkonsumsi makan yang aman dan bebas dari
mikroba yang berbahaya.
4. Pada kondisi tertentu manusia diharuskan hidup dalam lingkungan yang
bebas gangguan dari mikroorganisme.
5. Dalam kebutuhan sehari-hari seperti makanan yang harus higienis dan
bersih, serta bebas daari mikroorganisme yang merugikan.
6. Pengendalian mikroorganisme memungkInkan kita untuk dapat mengobati
pada serangan infeksi mikroba tertentu.
7. Terutama sebagai paramedis adalah kunci utama dalam pengendalian
mikroorganisme sehingga harus benar-benar menguasai dan dapat
melakukan penanganan pengendalian mikroorganisme secara tepat.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


sempurna. Oleh karena itu kami sangat membutuhkan saran serta kritik
dari pembaca yang sifatnya membangun agar penulisan makalah –
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.

You might also like