You are on page 1of 7

Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Hubungan antara stres dan pola siklus menstruasi pada


mahasiswa Kepaniteraan Klinik Madya (co-assistant)
di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

1
Kevin C. Tombokan
2
Damajanty H. C. Pangemanan
2
Joice N. A. Engka

1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: kevint96@gmail.com

Abstract: Menstruation is one of the aspects of sexual maturity which occurs at the end stage
of puberty in a woman. Stress entangles the neuroendocrinological system that might further
affect the menstrual cycle pattern. The most common type of stress experienced by students is
academical stress. This study was aimed to determine the correlation between stress and
menstrual cycle pattern among pre-clinical medical students (co-assistant) at Prof. Dr. R. D.
Kandou Hospital Manado. This was an observational analytical study with a cross-sectional
design. There were 34 respondents obtained by using purposive sampling technique. Stress
degree was assessed by using modified Depression, Anxiety, and Stress Scales 42 (DASS-42)
questionnaire meanwhile the menstrual cycle pattern was assessed by using an ordinal-scaled
questionnaire. Data were analyzed with the Spearman Rank Correlation test. The correlation
between stress and the menstrual cycle pattern showed a p-value = 0.014 and an r = 0.417.
Conclusion: There was a moderate significant correlation between stress and menstrual cycle
pattern among pre-clinical medical students (co-assistant) ar Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital
Manado.
Keywords: stress, menstrual cycle patterns, co-assistant

Abstrak: Menstruasi merupakan salah satu aspek kematangan seksual yang pertama kali
terjadi pada masa pubertas seorang wanita. Stres melibatkan sistem neuroendokrinologi
sehingga dapat memengaruhi pola siklus menstruasi. Stres yang paling umum dialami oleh
mahasiswa ialah stres akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
stres dan pola siklus menstruasi pada mahasiswa Kepaniteraan Klinik Madya (co-assistant) di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah observasional analitik dengan
desain potong lintang. Terdapat 34 responden yang diperoleh dengan teknik purposive
sampling. Derajat stres dinilai menggunakan kuesioner Depression, Anxiety, and Stress Scales
42 (DASS-42) termodifikasi dan pola siklus menstruasi dinilai dengan kuesioner yang
menggunakan skala ordinal. Data penelitian dianalisis dengan uji Spearman Rank Correlation.
Hasil uji korelasi antara stres dan pola siklus menstruasi mendapatkan p=0,014 dan r=0,417.
Simpulan: Terdapat hubungan moderat yang bermakna antara stres dan pola siklus
menstruasi pada mahasiswa Kepaniteraan Klinik Madya (co-assistant) di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado.
Kata kunci: stres, pola siklus menstruasi, mahasiswa (co-assistant)

Menstruasi merupakan salah satu aspek Periode menstruasi penting dalam


kematangan seksual yang pertama kali reproduksi. Periode ini biasanya terjadi
terjadi pada masa pubertas seorang wanita. setiap bulan antara menarche dan
Tombokan, Pangemanan, Engka: Hubungan antara stres dan pola siklus menstruasi ...

menopause dan dipengaruhi oleh hormon. perdarahan ovulatory terjadi dengan


Menstruasi yang terjadi secara reguler interval yang teratur (setiap 24 hingga 35
setiap bulan akan membentuk suatu siklus hari) tetapi dengan volume darah yang
menstruasi. Terjadinya siklus menstruasi banyak atau durasi lebih dari 7 hari.6
yang reguler merupakan penanda bahwa Ketidakteraturan siklus menstruasi akibat
organ-organ reproduksi seorang wanita gangguan yang telah dipaparkan di atas
berfungsi dengan baik. Satu siklus berdampak pada sulit hamilnya seorang
terhitung mulai dari hari pertama dalam wanita (infertilitas) dan sulitnya menentu-
satu periode hingga hari pertama pada kan masa subur. Berdasarkan hasil
periode berikutnya. Siklus menstruasi pada penelitian sebelumnya, ovulasi yang tidak
wanita normal berkisar antara 21-35 hari, teratur atau abnormal bertanggung jawab
dengan rata-rata durasi siklus ialah 28 hari.1 terhadap 30%-40% dari seluruh kasus
Pola perdarahan menstruasi merupakan infertilitas.7
indikator relevan terhadap kesehatan Gangguan pada siklus menstruasi
reproduktif dan perubahan pada pola (durasi perdarahan yang lebih lama dan
perdarahan dapat berdampak pada kualitas ketidakteraturan siklus) disebabkan oleh
hidup wanita pra-menopause dan peri- beberapa faktor, salah satunya ialah stres.8
menopause.2 Gangguan pada siklus Wanita memiliki dua kali lipat
menstruasi dapat menjadi indikator penting kecenderungan mengalami stres dibanding
untuk menggambarkan perubahan pada laki-laki.9 Stres merupakan suatu respon
fungsi ovarium dan telah diasosiasikan fisiologis, psikologis, dan perilaku dari
dengan peningkatan risiko penyakit seperti manusia yang mencoba untuk mengadap-
kanker payudara, kanker ovarium, diabetes, tasi dan mengatur baik tekanan internal dan
penyakit kardiovaskular, dan fraktur.3 eksternal (stresor). Stresor dapat memenga-
Gangguan menstruasi berupa ruhi semua bagian dari kehidupan
perdarahan uterus abnormal terjadi pada 9- seseorang, menyebabkan stres mental,
14% wanita usia produktif (antara perubahan perilaku, masalah-masalah
menarche dan menopause) dan secara dalam berinteraksi dengan orang lain, dan
signifikan berdampak pada kualitas hidup keluhan-keluhan fisik salah satunya
dan membebankan secara finansial.4 gangguan siklus menstruasi. Dalam
Gangguan terhadap fisiologi normal, pengaruhnya terhadap pola menstruasi,
perubahan anatomi pada endometrium, atau stres melibatkan sistem neuroendokrinologi
kanker endometrium dapat mengakibatkan sebagai sistem yang berperan penting
gangguan menstruasi berupa perdarahan dalam reproduksi wanita.10
uterus abnormal.5 Menurut Govarest dan Gregoire, stres
Perdarahan uterus abnormal yang yang paling umum dialami oleh mahasiswa
terjadi pada remaja hingga wanita pada fase ialah stres akademik, yaitu suatu kondisi
perimenopause, secara luas dibagi menjadi atau keadaan individu yang mengalami
dua kategori: anovulatory dan ovulatory. tekanan sebagai hasil persepsi dan
Perdarahan anovulatory ditandai dengan penilaian mahasiswa yang berhubungan
menstruasi yang tidak teratur atau jarang, dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan.
disertai dengan perdarahan sedikit hingga Hicks dan Heastie juga menyatakan bahwa
sangat banyak.4 Bentuk gangguan mahasiswa sangat rentan mengalami stres
menstruasi dengan perdarahan anovulatory akademik diakibatkan oleh tuntutan dari
termasuk amenorrhea (tidak menstruasi rutinitas belajar dalam dunia perkuliahan,
selama lebih dari tiga siklus atau 90 hari), tuntutan untuk berpikir lebih tinggi dan
oligomenorrhea (menstruasi dengan kritis, kehidupan yang mandiri, serta
interval lebih dari 35 hari), dan berperan serta dalam kehidupan sosial
metrorrhagia (interval tidak teratur disertai bermasyarakat.10
perdarahan yang banyak lebih dari 7 hari).6 Penelitian oleh Selye dan peneliti-
Berbeda dengan pola anovulatory, peneliti lainnya membuktikan bahwa stres
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2017

memiliki pengaruh yang besar terhadap analitik dengan desain potong lintang
perkembangan penyakit sistemik pada menggunakan kuesioner Depression,
tubuh manusia.11 Para pakar menyatakan Anxiety, and Stress Scales (DASS-42) yang
bahwa 70-75% dari seluruh penyakit telah dimodifikasi dan kuesioner untuk
memiliki hubungan dengan stres. Schor mengetahui pola siklus menstruasi pada
menyatakan bahwa 30% orang dewasa responden. Populasi dari penelitian ini ialah
mengalami stres tingkat tinggi sedangkan mahasiswa Kepaniteraan Klinik Madya
menurut Susanti, 75% dari wanita di (co-assistant) tahun pertama di RSUP Prof.
Amerika setidaknya mengalami menstruasi Dr. R. D. Kandou yang aktif dan telah
ireguler akibat stres.10 menyelesaikan registrasi program studi
Penelitian tentang prevalensi dan pola profesi dokter semester gasal 2016/2017 di
gangguan menstruasi pernah dilakukan di Badan Koordinasi Pendidikan (Bakordik)
Beirut, Lebanon terhadap mahasiswi Fakultas Kedokteran Umum Universitas
keperawatan. Hasil yang didapatkan dari Sam Ratulangi Manado. Teknik sampling
352 mahasiswi yang mengisi kuesioner, yang digunakan ialah purposive sampling
gangguan menstruasi paling umum terjadi dengan sebanyak 34 responden. Variabel
ialah frekuensi menstruasi yang tidak penelitian yaitu stres dan pola siklus
teratur (80,7%), sindroma pramenstruasi menstruasi.
(54%), durasi menstruasi yang tidak teratur Data yang sudah terkumpul diolah,
(43,8%), dismenorea (38,1%), polimenore disusun, dan disajikan dalam bentuk tabel
(37,5%), dan oligomenore (19,3%).12 dan dianalisis berdasarkan hasil persentase.
Telah dilakukan juga penelitian oleh
Toduho et al.13 pada tahun 2014 mengenai HASIL PENELITIAN
hubungan antara stres psikologis dengan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
siklus menstruasi pada siswi kelas 1 di di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
SMA Negeri 3 Kepulauan Tidore, Maluku diperoleh skor kuesioner tertinggi 32
Utara. Hasil yang didapatkan dari 68 (tingkat stres berat) dan skor kuesioner
responden membuktikan bahwa 100% terendah 3 (normal). Tingkat stres tertinggi
mengalami stres psikologis. Didapatkan 15 ialah tingkat normal (44,12%) (Tabel 1).
responden mengalami stres ringan (22,1%),
49 responden mengalami stres sedang Tabel 1. Tingkat stres mahasiswa Kepaniteraan
(72,1%), dan 4 responden mengalami stres Klinik Madya (co-assistant) di RSUP Prof. Dr.
berat (5,9%) dan dari 68 sampel didapatkan R. D. Kandou Manado
42 responden (61,8%) memiliki siklus
Tingkat stres N Persentase
menstruasi yang tidak normal.
(%)
Berdasarkan studi pendahuluan
tersebut dapat dilihat bahwa cukup banyak Normal 15 44,12
wanita, terutama dengan stres psikologis Stres ringan 10 29,42
akibat isu-isu akademik, mengalami pola Stres sedang 5 14,7
Stres berat 4 11,76
menstruasi terganggu yang menurunkan
Stres sangat berat 0 0
kualitas hidup. Banyak yang khawatir Total 34 100
mengenai kesehatan mereka terutama
dalam hal fertilitas. Berdasarkan uraian di
atas, peneliti tertarik untuk melakukan Pola siklus menstruasi terbanyak yang
penelitian mengenai hubungan antara stres dialami responden ialah siklus normal
dan pola siklus menstruasi pada mahasiswa disertai dismenorea (64,7%) (Tabel 2).
Kepaniteraan Klinik Madya (Co-Assistant) Responden terbanyak ialah responden
di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. yang mengalami pola siklus menstruasi
normal, dismenorea disertai dengan tingkat
METODE PENELITIAN stres normal (35,29%) (Tabel 3).
Jenis penelitian ini ialah observasional
Tombokan, Pangemanan, Engka: Hubungan antara stres dan pola siklus menstruasi ...

Tabel 2. Pola siklus menstruasi mahasiswa Hasil uji korelasi Spearman antara
Kepaniteraan Klinik Madya (co-assistant) di stres dan pola siklus menstruasi
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado mendapatkan nilai r=0,417 dengan p=0,014
Pola siklus menstruasi n Persentase yang menunjukkan terdapat hubungan
(%) moderat yang bermakna antara stres dan
pola siklus menstruasi.
Normal 2 5,88
Normal, dismenorea 22 64,7
Polimenorea 1 2,94 Tabel 4. Hasil interpretasi analisis hubungan
Polimenorea, dismenorea 1 2,94 antara stres dan pola siklus menstruasi
Oligomenorea 1 2,94 menggunakan uji korelasi Spearman
Oligomenorea, dismenorea 7 20,6
Jumlah Variabel r p
Total 34 100
sampel
34 Stres dan pola 0,417 0,014
Tabel 3. Hubungan antara stres dan pola siklus siklus menstruasi
menstruasi pada mahasiswa Kepaniteraan
Klinik Madya (co-assistant) di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado
BAHASAN
Pada penelitian ini, dievaluasi
Pola dan tingkat stres n Persentase hubungan antara stres dan pola siklus
(%) menstruasi pada responden 34 mahasiswa
N + Normal 1 2,94 Kepaniteraan Klinik Madya (co-assistant)
N + Ringan 1 2,94 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
N + Sedang 0 0
yang memenuhi kriteria inklusi dan
N + Berat 0 0
N + Sangat Berat 0 0
eksklusi dengan menggunakan kuesioner.
N, D + Normal 12 35,29 Tabel 1 memperlihatkan bahwa hampir
N, D + Ringan 7 20,59 setengah (44,12%) mahasiswa Kepanite-
N, D + Sedang 1 2,94 raan Klinik Madya (co-assistant) di RSUP
N, D + Berat 2 5,88 Prof. Dr. R. D. Kandou Manado mengalami
N, D + Sangat Berat 0 0 stres tingkat normal; 29,42% mengalami
P + Normal 1 2,94 stres ringan; 14,7% mengalami stres
P + Ringan 0 0 sedang; dan 11,76% mengalami stres berat.
P + Sedang 0 0 Mengenai pola siklus menstruasi, hanya
P + Berat 0 0 5,88% responden yang memiliki siklus
P + Sangat Berat 0 0
menstruasi yang normal tanpa disertai
P, D + Normal 0 0
P, D + Ringan 0 0
dismenorea (Tabel 2). Hal ini berarti bahwa
P, D + Sedang 1 2,94 hampir semua mahasiswa memiliki siklus
P, D + Berat 0 0 menstruasi normal dengan dismenorea
P, D + Sangat Berat 0 0 maupun siklus menstruasi yang terganggu
O + Normal 0 0 (baik disertai dismenorea maupun tidak
O + Ringan 1 2,94 disertai dismenorea) berjumlah 32
O + Sedang 0 0 responden (94,12%). Berdasarkan hasil uji
O + Berat 0 0 korelasi dengan software statistik,
O + Sangat Berat 0 0 didapatkan adanya hubungan antara stres
O, D + Normal 1 2,94 dan pola siklus menstruasi.
O, D + Ringan 1 2,94
Hasil penelitian ini sejalan dengan
O, D + Sedang 3 8,82
O, D + Berat 2 5,88
penelitian oleh Toduho et al.13 terhadap
O, D + Sangat Berat 0 0 siswi kelas 1 di SMA Negeri 3 Kepulauan
Total 34 100 Tidore, Maluku Utara yang mendapatkan
Ket: N: Normal; D: Dismenorea; P: Polimenorea; O:
100% responden mengalami stres
Oligomenorea psikologis terutama stres (72,1%). dan dari
68 responden didapatkan 61,8% memiliki
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2017

siklus menstruasi yang tidak normal. disebut dengan respon adaptasi umum
Korelasi antara stres dan pola siklus terhadap stres.11 Konsep ini menggambar-
menstruasi dalam penelitian ini mempunyai kan respon tubuh terhadap stres yang
kekuatan korelasi sedang. Hal ini dapat terbagi menjadi tiga tahapan dasar yaitu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tanggapan terhadap bahaya (alarm
kondisi responden saat pengisian reaction), tanggapan fisik atau tahap
kuesioner, mood responden terlebih jika perlawanan (stage of resistance), dan tahap
responden memiliki gangguan bipolar, dan kelelahan (stage of exhaustion). Ketiga
sifat stres yang dapat berubah-ubah dari tahapan ini tidak selalu terjadi pada setiap
waktu ke waktu karena stres bersifat manusia yang mengalami stres karena
subyektif, individual, dan multifaktorial.14 tergantung pada daya tahan mental setiap
Keadaan ini bermula ketika seseorang individu. Melihat dan menginterpretasi
mengamati suatu situasi, suatu kejadian, suatu kejadian secara luas bergantung pada
atau bahkan suatu obyek yang disebut konsep diri setiap individu, kekuatan ego,
sebagai stresor; hal ini berarti bahwa otak sistem nilai dan bahkan hereditas.10 Situasi
tidak memberikan respon secara buta yang sama dapat dilihat secara berbeda
melainkan respon yang terjadi merupakan oleh dua individu. Seseorang dapat
hasil interpretasi subyektif.15 Meskipun memandang situasi yang ada sebagai
stres dapat diketahui dengan melihat atau tantangan yang menarik sedangkan
merasakan perubahan yang terjadi pada diri individu yang lain memandang situasi
seseorang yang meliputi respon fisik, tersebut sebagai ancaman terhadap
psikologis, dan perilaku, namun masih ada kehidupan. Perbedaan cara pandang dan
orang yang tidak sadar bahwa pada saat itu reaksi terhadap suatu peristiwa yang sama
dirinya mengalami stres. Oleh karena itu, pada saat yang berbeda, tergantung pada
pengetahuan mengenai stres dan penangan- keadaan perasaan dan fisik masing-masing
annya perlu diketahui agar stres dapat individu pada saat tersebut.16
dipahami dan diatasi dengan benar.14 Dalam pengaruhnya terhadap pola
Hal ini sesuai dengan teori mengenai 4 siklus menstruasi, stres melibatkan sistem
variabel psikologik yang dianggap neuroendokrinologi sebagai sistem yang
memengaruhi mekanisme respons stres besar peranannya dalam reproduksi wanita.
yaitu:15 Gangguan pola menstruasi ini melibatkan
1. Kontrol: keyakinan bahwa seseorang mekanisme regulasi intergratif yang
memiliki kontrol terhadap stresor yang memengaruhi proses biokimia dan seluler
mengurangi intensitas respons stres. seluruh tubuh termasuk otak dan
2. Prediktabilitas: stresor yang dapat psikologis. Pengaruh otak dalam reaksi
diprediksi menimbulkan respons stres hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus-
yang tidak begitu berat dibandingkan hipofisis-ovarium yang meliputi multiefek
stresor yang tidak dapat diprediksi. dan mekanisme kontrol umpan balik. Pada
3. Persepsi: pandangan individu tentang keadaan stres terjadi aktivasi pada
dunia dan persepsi stresor saat ini dapat amygdala pada sistem limbik. Sistem ini
meningkatkan atau menurunkan inten- akan menstimulasi pelepasan hormon dari
sitas respons stres. hipotalamus yaitu corticotropic releasing
4. Respons koping: ketersediaan dan hormone (CRH). Hormon ini secara
efektivitas mekanisme mengikat ansietas langsung akan menghambat sekresi
dapat menambah atau mengurangi gonadotropin releasing hormon (GnRH)
respons stres. hipotalamus dari tempat produksinya di
nukleus arkuata. Proses ini kemungkinan
Selye, seorang ilmuwan yang terkenal terjadi melalui penambahan sekresi opioid
dan pelopor dalam bidang penelitian endogen. Peningkatan CRH akan
mengenai stres, merancang suatu konsep menstimulasi pelepasan endorfin dan
mengenai reaksi tubuh terhadap stres yang adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke
Tombokan, Pangemanan, Engka: Hubungan antara stres dan pola siklus menstruasi ...

dalam darah. Endorfin sendiri diketahui uterus secara berlebihan, sedangkan


merupakan opiat endogen yang peranannya progesteron menghambat kontraksi.
terbukti dapat mengurangi rasa nyeri. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini
Peningkatan kadar ACTH akan menyebab- menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon
kan peningkatan pada kadar kortisol darah. adrenalin juga meningkat sehingga
Pada wanita dengan gejala amenore menyebabkan otot tubuh tegang termasuk
hipotalamik menunjukkan keadaan otot rahim dan dapat menjadikan nyeri
hiperkortisolisme yang disebabkan adanya ketika menstruasi yang disebut dismenorea.
14,15,17
peningkatan CRH dan ACTH. Hormon-
hormon tersebut secara langsung dan tidak Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
langsung menyebabkan penurunan kadar sebanyak 30 responden mengalami
GnRH, dan melalui jalur ini stres dapat dismenorea (88,2%). Dismenorea yang
menyebabkan gangguan siklus menstruasi. paling sering terjadi ialah dismenorea
Siklus menstruasi yang sebelumnya normal primer, yang dialami oleh lebih dari 50%
menjadi oligomenorea atau polimenorea. wanita dan 10-15% diantaranya mengalami
Gejala klinis yang timbul ini tergantung nyeri yang hebat hingga mengganggu
pada derajat penekanan pada GnRH. aktivitas dan rutinitasnya. Biasanya
Gejala-gejala ini umumnya bersifat semen- dismenorea timbul pada masa remaja, yaitu
tara dan biasanya akan kembali normal bila sekitar 2-3 tahun setelah haid pertama dan
stres yang ada bisa di atasi.4,17-19 terjadi pada usia kurang dari 20 tahun.18
Panjang pendeknya siklus menstruasi
dipengaruhi oleh usia, berat badan, SIMPULAN
aktivitas fisik, tingkat stres, genetik, dan Berdasarkan hasil penelitian pada
gizi.6,18 Rerata usia responden 21-24 tahun mahasiswa Kepaniteraan Klinik Madya di
dengan rerata tingkat stres normal-ringan. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
Jenis aktifitas yang dilakukan oleh dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden antara lain mengikuti berbagai responden mengalami pola siklus
bimbingan dan ujian, visite, stase, jaga menstruasi normal disertai dismenorea
malam, observasi, melakukan tindakan dengan tingkat stres normal. Terdapat
pada pasien, mengerjakan laporan dan hubungan moderat yang bermakna antara
tugas-tugas, mengikuti jadwal operasi yang stres dan pola siklus menstruasi.
terkadang bisa seharian dan lain-lain yang
seringkali menyebabkan mereka kurang SARAN
tidur hingga sleep deprivation disertai stres Setiap co-assistant wanita perlu
akibat tekanan akademik. Terdapat juga mempersiapkan diri secara mental dan fisik
beberapa mahasiswa yang mengikuti untuk dapat menjalankan rutinitas di rumah
kegiatan di luar studi seperti berolahraga, sakit.
pelayanan di gereja, dan lainnya.
Tubuh bereaksi saat mengalami stres.15 DAFTAR PUSTAKA
Faktor stres ini dapat menurunkan 1. Women’s health U.S. Department of Health
ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda and Human Services. Menstruation
pertama yang menunjukan keadaan stres and the menstrual cycle fact sheet.
ialah adanya reaksi yang muncul yaitu Washington. 2014. [cited 2016 Sept
menegangnya otot tubuh individu dipenuhi 6]. Available from: URL:
http://www.womenshealth.gov/public
oleh hormon stres yang menyebabkan
ations/our-publications/fact-
tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, sheet/menstruation.html.
dan pernafasan meningkat.17 Di sisi lain 2. Rebar RW. Evaluation of amenorrhea,
saat stres, tubuh akan memroduksi hormon anovulation, and abnormal bleeding
adrenalin, estrogen, progesteron, serta (Chapter 4). In: Rebar RW, editor.
prostaglandin yang berlebihan. Estrogen Female Reproductive Endocrinology.
dapat menyebabkan peningkatan kontraksi South Dartmouth, MA: MDText.com,
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Inc, 2010. Available from: URL: JAUAN%20TENTANG%20STRES.


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/N pdf.
BK279144/ 11. Rosch PJ. Reminiscences of Hans Selye
3. Gudmundsdottir SL, Flanders WD, and the birth of stress. The American
Augestad LB. A longitudinal study Institute of Stress. [cited 2016 Sept
of physical activity and menstrual 6]. Available from: URL:
cycle characteristics in healthy http://www.stress.org/about/hans-
Norwegian women – The Nord- selye-birth-of-stress/.
TrØndelag Health Study. Norsk 12. Karout N, Hawai SM, Altuwaijri S.
Epidemiologi. 2011;20(2):163-71. Prevalence and pattern of menstrual
4. Fraser IS, Langham S, Uhl-Hochgraeber disorders among Lebanese nursing
K. Health-related quality of life and students. EHMJ. 2012;18(4):346-52.
economic burden of abnormal uterine 13. Toduho S, Kundre R, Malara R.
bleeding. Expert Rev Obstet Gynecol. Hubungan stres psikologis dengan
2009;4(2):179-89. siklus menstruasi pada siswi kelas 1
5. Sweet MG, Schmidt-Dalton TA, Weiss di SMA Negeri 3 Kepulauan Tidore.
PM, Madsen KP. Evaluation and Jurnal Keperawatan. 2014;2(2):1-7.
management of abnormal uterine 14. Lazarus RS. Stress and Eemotion: a new
bleeding in premenopausal women. synthesis. New York: Springer
Am Fam Physician. 2012;85(1):35- Publishing Company, Inc., 2006; p,
43. 27-35.
6. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic 15. Contrada RJ, Baum A, editors. The
endocrinology and infertility (7th ed). Handbook of Stress Science: Biology,
Philadelphia: Lippincott Williams & Psychology, and Health. New York:
Wilkins, 2005; p. 401-63, 547. Springer Publishing Company, LLC;
7. Todd N. Irregular periods and getting 2011.
pregnant. 2016. [cited 2016 Sept 6]. 16. Bamuhair SS, Al Farhan AI, Althubaiti
Available from: URL: A, Agha S, ur Rahman S, Ibrahim
http://www.webmd.com/infertility- NO. Sources of stress and coping
and-reproduction/irregular-periods- strategies among undergraduate
and-getting-pregnant. medical students enrolled in a
8. Nagma S, Kapoor G, Bharti R, Batra A, problem-based learning curriculum.
Batra A, Aggarwal A, et al. To Journal of Biomedical Education
evaluate the effect of perceived stress 2015 Sept; Article ID 575139:1-8.
on menstrual function. JCDR. 17. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke
2015;9(3):1-3. Sistem (6th ed). Jakarta: EGC, 2013;
9. Lebron-Milad K, Graham BM, Milad p. 738-39, 766-76, 833-46.
MR. Low estradiol levels: a 18. Anwar M, Baziad A, Prabowo RP,
vulnerability factor for the editors. Ilmu Kandungan (3rd ed).
development of posttraumatic stress Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
disorder. Biol Psychiatry. Prawirohardjo, 2014; p, 73-5, 84-9.
2012;72(1):6-7. 19. Barrett KE, Barman SM, Boitano S,
10. Sriati A. Tinjauan tentang stres. 2008. Brooks HL. Chapter 22. Ganong’s
[cited 2016 Sept 6]. Available from: Review of Medical Physiology (25th
URL: ed). Columbus: McGraw-Hill
http://resources.unpad.ac.id/unpad- Education, 2016.
content/uploads/publikasi_dosen/TIN

You might also like