You are on page 1of 99

Ensiklopedi Faidah Ilmu bahwasanya Allah adalah Rabb (penguasa

dan pemelihara) sedangkan selain-Nya adalah


Meniti Jejak Generasi Terbaik yang dikuasai dan diatur oleh-Nya. Bahwa Allah
adalah pencipta sedangkan selain-Nya adalah
@ diterbitkan oleh : www.al-mubarok.com makhluk ciptaan-Nya. Bahwa Allah adalah
Fanspage : Kajian Islam al-Mubarok penguasa sedangkan selain-Nya adalah dikuasai
oleh-Nya. Bahwa Allah adalah yang maha
Bab. 1.
mengatur sedangkan selain-Nya adalah yang
diatur.
Aqidah Islam
Termasuk juga di dalamnya adalah ilmu
- Ilmu Tentang Allah bahwasanya Allah adalah yang berhak untuk
- Sekilas Tentang Syirik Akbar disembah. Tidak ada yang berhak menerima
- Beribadah dengan Ikhlas
ibadah kecuali Dia. Ibadah itu meliputi perintah
- Ngalap Berkah kepada Batu dan Pohon
- Mencintai Orang Musyrik dan larangan. Perintah dikerjakan sedangkan
- Pengkafiran Bukan Masalah Ringan! larangan ditinggalkan. Demikian pula ibadah itu
- Meluruskan Kesalahpahaman dalam Hal Tauhid mencakup segala hal yang dicintai oleh Allah dan
- Hakikat Millah Ibrahim diridhai-Nya berupa ucapan dan perbuatan yang
- Bantahan bagi Penentang Tauhid batin dan yang lahir. Hanya Allah yang berhak
- Bahaya Dosa Syirik mendapatkan ibadah apa pun bentuknya.
- Mengenal Hakikat Iman
- Tauhid Rububiyah Saja Tidak Cukup!
- Makna Kalimat Syahadat Sholat, zakat, puasa, haji, doa, sembelihan, nadzar,
- Hakikat Amal Salih isti'adzah, istighotsah, tawakal, khauf/takut,
- Islam dan Tauhid raja'/harapan, ini semua tidak boleh ditujukan
- Merealisasikan Kalimat Tauhid kecuali kepada Allah semata. Ibadah itu adalah
- Bantahan Bagi Pemuja Kubur hak Allah sehingga tidak boleh memalingkannya
- Sebab-Sebab Terjadinya Syirik kepada selain-Nya siapa pun juga; apakah itu
- Keyakinan Yang Benar dalam Hal Tauhid Rububiyah
malaikat yang dekat dengan Allah ataupun nabi
- Salah Satu Bentuk Syirik Yang Samar
- Penistaan Agama Yang Diremehkan yang diutus oleh-Nya. Tidak boleh menujukan
- Pengertian Tawakal ibadah kepada Jibril ataupun malaikat lainnya.
- Kesesatan Pemahaman Murji’ah Dan tidak boleh pula menujukan ibadah kepada
- Setiap Ibadah adalah Doa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
- Penetapan Sifat Rahmat bagi Allah ataupun nabi-nabi yang lainnya. Apabila mereka
- Mengenal Allah
berdua saja tidak boleh mendapatkan peribadatan
maka selain mereka tentu saja lebih tidak boleh.

….…………….………………………..# Aqidah Islam Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam memang


memiliki hak untuk kita taati, kita cintai, dan kita
Ilmu Tentang Allah agungkan. Akan tetapi ibadah sama sekali bukan
menjadi hak beliau untuk menerimanya.
Sesungguhnya ibadah itu adalah hak Allah saja,
Ilmu tentang Allah mencakup ilmu tentang
tiada sekutu bagi-Nya.
nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Keyakinan
bahwasanya Allah itu ada. Bahwa Dia ada di atas
Referensi : Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah karya
Arsy. Dia memiliki nama-nama yang maha indah
Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi, hlm. 12-13
dan sifat-sifat yang paling mulia sebagaimana
yang disebutkan oleh diri-Nya sendiri maupun
***
yang disebutkan oleh Rasul-Nya shallallahu 'alaihi
wa sallam.

1
Allah maka benar-benar Allah haramkan atasnya
….……….…………………………….# Aqidah Islam surga dan tempat tinggalnya adalah neraka.”
(al-Ma'idah : 72)
Sekilas Tentang Syirik Akbar
Dosa syirik akbar ini tidak diampuni oleh Allah.
Sebagaimana Allah tegaskan dalam ayat (yang
Syirik adalah memalingkan salah satu bentuk artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan
ibadah kepada selain Allah. Misalnya adalah mengampuni dosa syirik kepada-Nya, dan masih
dengan menyembelih untuk selain Allah, mengampuni dosa-dosa di bawahnya bagi siapa
bernadzar untuk selain Allah, berdoa kepada yang dikehendaki-Nya.” (an-Nisaa' : 116)
selain Allah, beristighotsah (meminta keselamatan)
dari selain Allah. Referensi : Majmu' Fatawa Fadhilati Syaikh Shalih
ibn Fauzan al-Fauzan, 1/15-16
Hal itu sebagaimana yang dikerjakan oleh
sebagian pemuja kubur pada masa kini di sisi ***
kubur yang dikeramatkan. Dimana mereka
memohon agar dipenuhi kebutuhan-kebutuhan
mereka kepada orang-orang yang sudah mati. ….…………………………..…………..# Aqidah Islam
Mereka memohon supaya bisa dilepaskan dari
segala kesempitan dan kesusahan. Tawaf Beribadah dengan Ikhlas
mengelilingi kuburan dan menyembelih berbagai
bentuk sembelihan untuk dipersembahkan untuk
mereka. Termasuk syirik juga adalah bernadzar Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah
kepada mereka. mereka diperintahkan melainkan supaya
beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan
Perbuatan semacam itu termasuk syirik akbar. agama untuk-Nya dengan hanif, dan supaya
Karena ia merupakan suatu bentuk pemalingan mereka mendirikan sholat, dan menunaikan zakat.
ibadah kepada selain Allah. Padahal Allah Itulah agama yang lurus.” (al-Bayyinah : 5)
melarang menujukan ibadah kepada selain-Nya.
Sebagaimana firman-Nya (yang artinya), “Dan Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Banyak diantara
janganlah mempersekutukan dalam beribadah ulama semacam az-Zuhri dan asy-Syafi'i yang
kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” berdalil dengan ayat yang mulia ini untuk
(al-Kahfi : 110) menunjukkan bahwasanya amal termasuk di
dalam iman.” (lihat Tafsir al-Qur'an al-'Azhim,
Allah juga berfirman (yang artinya), “Sembahlah 8/457)
Allah dan janganlah kalian mempersekutukan
dengan-Nya sesuatu apapun.” (an-Nisaa' : 36). Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma berkata,
Allah juga menegaskan (yang artinya), “Dan “Tidaklah mereka diperintahkan di dalam Taurat
tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya dan Injil kecuali supaya memurnikan ibadah
beribadah kepada Allah dengan memurnikan kepada Allah dengan penuh ketauhidan.”
untuk-Nya agama/amalan dengan hanif...” (disebutkan oleh Imam al-Baghawi rahimahullah
(al-Bayyinah : 5) dalam tafsirnya Ma'alim at-Tanzil, hlm. 1426)

Ayat-ayat yang menjelaskan hal ini banyak. Syirik asy-Syaukani rahimahullah berkata, “Ayat ini
akbar semacam ini menyebabkan pelakunya merupakan salah satu dalil yang menunjukkan
keluar dari Islam dan pelakunya akan berada kekal wajibnya niat dalam amal-amal ibadah, karena
di dalam neraka Jahannam apabila dia mati dalam sesungguhnya ikhlas adalah termasuk amalan hati.”
keadaan tidak bertaubat darinya. Sebagaimana (lihat Fat-hul Qadir oleh asy-Syaukani, hlm. 1644)
telah ditegaskan dalam ayat (yang artinya),
“Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan

2
Ibnul Jauzi rahimahullah menafsirkan Daris Salam oleh Syaikh Shalih bin Abdillah
'memurnikan agama untuk-Nya' dengan makna, al-'Ushaimi hafizhahullah, hlm. 9)
“Yaitu dalam keadaan bertauhid, sehingga mereka
tidak beribadah kepada selain-Nya.” (lihat Zaadul Hakikat ikhlas ialah menghendaki Allah dalam
Masiir fi 'Ilmi at-Tafsiir oleh Ibnul Jauzi, hlm. 1576) ketaatan. Adapun ash-shidq/kejujuran ialah
menghendaki Allah dalam ibadah disertai dengan
Di bagian awal risalah al-'Ubudiyah, Ibnu Taimiyah hadirnya hati untuk-Nya. Setiap orang yang
rahimahullah menjelaskan makna ibadah. Bahwa shadiq pasti ikhlas, tetapi tidak setiap orang yang
ibadah adalah sebuah nama yang mencakup ikhlas itu shadiq (lihat ad-Durrah as-Salafiyah
segala hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, hlm. 29)
baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang lahir
maupun batin (lihat keterangan Syaikh Shalih bin Tauhid kepada Allah ditegakkan di atas ikhlas dan
Abdul Aziz alu Syaikh hafizhahullah di Syarh shidq. Ikhlas adalah mengesakan Dzat yang
Tsalatsah al-Ushul, hlm. 67) dikehendaki dan disembah; yaitu dengan tidak
mengangkat sekutu atau sesembahan lain
Syaikh Utsaimin rahimahullah menjelaskan, bahwa bersama-Nya, sehingga dia hanya beribadah
dari ayat ini kita bisa memetik pelajaran kepada Allah semata. Adapun shidq artinya
bahwasanya hakikat tauhid itu adalah keikhlasan mengesakan keinginan dan kehendak yaitu
kepada Allah tanpa ada sedikit pun kecondongan dengan menyatukan tekad dan keinginan untuk
kepada syirik. Oleh sebab itu barangsiapa yang menunaikan ibadah secara sempurna dan tidak
tidak ikhlas kepada Allah bukanlah orang yang menyibukkan hatinya dengan hal-hal selainnya.
bertauhid. Begitu pula barangsiapa menjadikan Sehingga bisa disimpulkan bahwa ikhlas
ibadahnya dia tujukan kepada selain Allah maka bermakna mengesakan Dzat yang dikehendaki,
dia juga bukan orang yang bertauhid (lihat Syarh sedangkan shidq adalah menunggalkan keinginan
Tsalatsah al-Ushul, hlm. 76-77) (lihat keterangan Syaikh Abdurrazzaq al-Badr
hafizhahullah dalam ash-Shidqu ma'a Allah, hlm.
Syaikh as-Sa'di rahimahullah menjelaskan bahwa 13)
diantara keutamaan ikhlas itu adalah bahwasanya
orang yang ikhlas kepada Allah dalam iman dan Barangsiapa yang tidak ikhlas dalam mewujudkan
tauhidnya niscaya akan terasa ringan baginya makna kalimat laa ilaha illallah maka dia adalah
berbagai bentuk ketaatan disebabkan dia orang musyrik -karena ia telah beribadah kepada
senantiasa mengharapkan pahala dan keridhaan selain-Nya-. Dan barangsiapa yang tidak
dari Rabbnya. Dan dengan ikhlas itu pula akan shidq/jujur dalam mengucapkan kalimat laa ilaha
membuatnya ringan meninggalkan maksiat yang illallah maka dia adalah orang munafik. Allah
diinginkan oleh hawa nafsunya disebabkan dia berfirman (yang artinya), “Apabila datang
selalu merasa takut akan kemurkaan dan hukuman kepadamu orang-orang munafik, mereka berkata
dari Allah (lihat Syarh Mudzakkirah at-Tauhid oleh 'Kami bersaksi bahwasanya kamu adalah
Syaikh Raslan, hlm. 235) benar-benar utusan Allah'. Allah benar-benar
mengetahui bahwa kamu sungguh rasul-Nya, dan
Ibadah itu sendiri merupakan perpaduan antara Allah bersaksi bahwa sesungguhnya orang-orang
kecintaan dan ketundukan. Apabila ia ditujukan munafik itu benar-benar pendusta.”
kepada Allah semata maka jadilah ia ibadah yang (al-Munafiqun : 1) (lihat ash-Shidqu ma'a Allah,
tegak di atas tauhid, sedangkan apabila ia hlm. 16)
ditujukan kepada selain-Nya maka ia menjadi
ibadah yang tegak di atas syirik. Ibadah kepada Ikhlas dalam beramal merupakan pilar dan
Allah yang sesuai dengan syari'at disebut ibadah pondasi setiap amal salih. Inilah landasan
yang syar'iyah, sedangkan ibadah yang tegaknya kesahihan amal dan sebab diterimanya
menyelisihi tuntunan syari'at disebut sebagai amal di sisi Allah, sebagaimana halnya mutaba'ah
ibadah yang bid'ah (lihat Syarh Risalah Miftah (mengikuti tuntunan) merupakan pilar kedua

3
untuk terwujudnya amal salih yang diterima di sisi pohon, kuburan, dsb- menjadi perantara baginya
Allah. Kedua pilar ini ditunjukkan oleh firman Allah di sisi Allah. Apabila dia meyakini bahwa hal itu
(yang artinya), “Barangsiapa yang mengharapkan merupakan sarana untuk mendekatkan diri
perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia kepada Allah, maka ini termasuk tindakan
melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan mengangkat sekutu/sesembahan tandingan bagi
dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu Allah. Oleh sebab itu perbuatan semacam ini
apapun.” (al-Kahfi : 110) (lihat keterangan Syaikh dihukumi syirik akbar. Hal semacam inilah yang
Ibrahim ar-Ruhaili hafizhahullah dalam Tajrid dilakukan kaum musyrikin jahiliyah terhadap batu,
al-Ittiba', hlm. 49) pohon, dan kuburan yang mereka puja-puja.

Ikhlas adalah syarat diterimanya amalan. Dalam Namun, apabila pelakunya melakukan hal itu
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Nasa'i -misalnya dengan menaburkan tanah ke anggota
dan dinyatakan hasan oleh al-Albani, Rasulullah tubuhnya, atau mengusap benda tersebut-
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, dengan keyakinan bahwa benda-benda itu
“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima kecuali merupakan sebab datangnya berkah tanpa ada
amal yang ikhlas dan dengan amal itu dia keyakinan bahwa ia menjadi perantara atau lebih
mengharapkan wajah Allah.” (lihat Jami' al-'Ulum mendekatkan dirinya kepada Allah; maka yang
wa al-Hikam, hlm. 21) semacam ini termasuk syirik ashghar.

Demikian sedikit catatan yang bisa kami Hal ini serupa dengan keadaan orang yang
kumpulkan -dengan taufik dari Allah semata- mengenakan tamimah/jimat, gelang, atau kalung
semoga bisa memberikan tambahan faidah ilmu untuk menolak bala atau menyembuhkan
bagi kita semuanya. Dan segala puji hanya bagi penyakit yang dihukumi sebagai syirik ashghar.
Allah Rabb seru sekalian alam. Disebabkan hal itu pada dasarnya bukan termasuk
bentuk peribadatan kepada selain Allah. Sehingga
*** ia dimasukkan dalam kategori syirik ashgar
dikarenakan keyakinannya bahwa sesuatu yang
tidak Allah izinkan sebagai sebab -secara syari'at-
….………………………………..……# Aqidah Islam bisa menjadi sebab -menurut pandangannya
sendiri-.
Ngalap Berkah Kepada Batu
Adapun apabila dia mengusap-usap benda yang
dan Pohon
dianggap keramat itu dengan keyakinan bahwa ia
menjadi perantara untuk mendekatkan diri kepada
Allah, maka hal ini berubah status hukumnya
Ngalap berkah -dalam bahasa arab disebut
menjadi syirik akbar yang mengeluarkan
tabarruk- kepada batu, pohon, kuburan, atau
pelakunya dari agama Islam.
tempat dan benda yang dianggap keramat adalah
perbuatan yang merusak tauhid.
Sumber : Penjelasan Syaikh Shalih alu Syaikh
hafizhahullah dalam at-Tam-hid, hlm. 128-129
Orang yang melakukan perbuatan semacam ini
telah terjerumus dalam salah satu diantara dua
***
kemungkinan; syirik akbar -yang mengeluarkan
dari Islam- atau syirik ashghar -yang tidak sampai
mengeluarkan dari agama, tetapi dosanya lebih
besar daripada dosa-dosa besar-.

Perbuatan ini tergolong syirik akbar apabila


pelakunya mencari berkah darinya dengan
keyakinan bahwasanya perkara-perkara itu -batu,

4
….…….……………………………….# Aqidah Islam berkata kepada ayahnya dan kaumnya;
Sesungguhnya aku berlepas diri dari kalian dan
Mencintai Orang Musyrik dari apa-apa yang kalian sembah selain dari Dzat
yang telah menciptakanku...” (az-Zukhruf : 26-27)

Oleh sebab itu para ulama mengharamkan apa


Allah berfirman (yang artinya), “Tidak akan kamu
yang disebut dengan tawalli yaitu mencintai syirik
temui orang yang beriman kepada Allah dan hari
dan orang musyrik atau membantu kaum kafir
akhir justru mencintai dan berkasih sayang dengan
dalam menindas kaum muslimin. Perbuatan
orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya,
semacam ini termasuk kufur akbar yang
walaupun mereka itu adalah bapak-bapak mereka,
mengeluarkan pelakunya dari Islam. Demikian
anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, atau
pula apabila seorang muslim membantu kaum
sanak famili mereka...” (al-Mujadilah : 22)
kafir untuk mengalahkan kaum muslimin karena
dia ingin kekafiran dan syirik menang meskipun
Ayat yang mulia ini menunjukkan sebuah kaidah
dia sendiri tidak menyukai syirik, hal ini termasuk
dasar di dalam beragama, yaitu cinta dan benci
kemurtadan (lihat Syarh Tsalatsah al-Ushul oleh
karena Allah. Seorang muslim harus mencintai
Syaikh Shalih alu Syaikh, hlm. 40-41)
apa-apa yang Allah cintai dan membenci apa-apa
yang Allah benci. Termasuk perkara yang dibenci
Termasuk perkara yang diharamkan juga adalah
Allah adalah segala bentuk kemusyrikan dan
mencintai dan loyal kepada orang kafir atau
kekafiran. Termasuk yang dibenci Allah adalah
musyrik dengan alasan duniawi atau karena
orang yang melakukan syirik dan kekafiran.
hubungan kekerabatan dsb. Perbuatan semacam
ini disebut dengan istilah muwaalah (setia) kepada
Allah berfirman (yang artinya), “Wahai
orang kafir. Hal ini termasuk maksiat tetapi bukan
orang-orang yang beriman, janganlah kalian
kekafiran. Namun apabila kecintaan ini disertai
menjadikan bapak-bapak kalian dan
pembelaan dan bantuan kepada mereka -dengan
saudara-saudara kalian menjadi wali/penolong
niat supaya kekafiran menang- ia berubah
dan pemimpin apabila mereka lebih mencintai
menjadi tawalli; yaitu loyalitas kepada musuh
kekafiran di atas keimanan. Barangsiapa diantara
Allah yang termasuk dalam kekafiran dan
kalian yang memberikan loyalitas kepada mereka,
pelakunya menjadi murtad. Allah berfirman (yang
itulah orang-orang yang zalim.” (at-Taubah : 23)
artinya), “Wahai orang-orang yang beriman
janganlah kalian menjadikan musuh-Ku dan
Kalimat 'laa ilaha illallah' mengandung pondasi
musuh kalian sebagai wali/pemimpin dan
dalam beragama yaitu mencintai tauhid dan
penolong...” (al-Mumtahanah : 1) (lihat keterangan
membenci kemusyrikan. Ungkapan 'laa ilaha'
Syaikh Shalih alu Syaikh hafizhahullah dalam
mengandung penolakan kepada segala bentuk
Syarh Tsalatsah al-Ushul, hlm. 41)
peribadatan kepada selain Allah; alias berisi
pengingkaran kepada kekafiran dan syirik dengan
Demikian sedikit catatan faidah dan peringatan,
segala bentuknya. Inilah yang disebut dengan
semoga bermanfaat bagi kaum muslimin. Karena
kufur kepada thaghut, sebagaimana disebutkan
sesungguhnya peringatan itu akan memberikan
dalam al-Qur'an di surat al-Baqarah. Adapun di
faidah bagi orang-orang beriman.
dalam ungkapan 'illallah' berisi penetapan bahwa
ibadah hanya diberikan kepada Allah, dan inilah
***
hakikat iman kepada Allah.

Cinta dan benci karena Allah inilah yang diajarkan


oleh para nabi 'alaihimus salam kepada umatnya.
Seperti yang ditegaskan oleh Nabi Ibrahim 'alaihis
salam ketika berdakwah kepada kaumnya. Allah
berfirman (yang artinya), “Ingatlah ketika Ibrahim

5
….……………………………….….# Aqidah Islam Berikut ini ada beberapa catatan penting seputar
takfir yang semestinya diperhatikan:
Pengkafiran Bukan Masalah Ringan!
Pertama; Pedoman dan tempat rujukan dalam hal
takfir ini adalah Allah dan rasul-Nya shallallahu
'alaihi wa sallam (yaitu al-Kitab dan as-Sunnah)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhuma, Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila
Kedua; Orang yang terbukti keislamannya dengan
seseorang mengkafirkan saudaranya maka
meyakinkan maka keislamannya itu tidak lenyap
sungguh tuduhannya itu akan kembali terarah
darinya kecuali dengan bukti yang meyakinkan
kepada salah seorang di antara mereka berdua.”
pula
Dalam sebagian riwayat disebutkan, “Apabila
sebagaimana apa yang dia katakan -maka dia
Ketiga; Tidak setiap ucapan atau perbuatan -yang
tidak bersalah- akan tetapi apabila tidak
disebut oleh dalil sebagai bentuk kekafiran-
sebagaimana yang dia tuduh maka tuduhan itu
menjadi kekafiran besar yang mengeluarkan dari
justru kembali kepadanya.” (HR. Bukhari dan
agama. Sebab kekafiran itu ada dua macam: kufur
Muslim, lihat Syarh Muslim [2/126-127] dan
asghar dan kufur akbar. Maka menerapkan hukum
Shahih Bukhari, hlm. 1254)
terhadap ucapan atau perbuatan tersebut hanya
bisa dilakukan dengan mengikuti metode ulama
Maksud dari 'tuduhan itu justru kembali
Ahlus Sunnah dan aturan-aturan yang telah
kepadanya' adalah sebagaimana yang diterangkan
mereka terangkan
oleh al-'Aini rahimahullah, yaitu, “Apa yang
diucapkannya justru terarah kepada dirinya sendiri,
Keempat; Tidak boleh menjatuhkan hukum takfir
karena orang yang dikafirkannya benar imannya
kepada seorang muslim pun kecuali orang yang
(tidak kafir).” Sehingga maknanya adalah kalau
ditunjukkan dengan jelas dan gamblang
tuduhannya itu tidak terbukti kebenarannya maka
mengenai kekafirannya oleh dalil al-Kitab dan
sesungguhnya dia telah mengkafirkan dirinya
as-Sunnah, sehingga dalam hal ini tidak cukup
sendiri (lihat 'Umdat al-Qari [22/245])
berlandaskan kepada syubhat/perkara yang masih
samar ataupun sekedar zhann/dugaan
Syaikh Dr. Nashir bin Abdul Karim al-'Aql berkata,
“Takfir/penjatuhan vonis kafir adalah perkara yang
Kelima; Terkadang disebutkan di dalam al-Kitab
diatur dalam hukum syari'at acuannya adalah
ataupun as-Sunnah sesuatu yang dipahami bahwa
al-Kitab dan as-Sunnah. Maka tidak boleh
ucapan, perbuatan, atau keyakinan tertentu
mengkafirkan seorang muslim karena ucapan atau
sebagai kekafiran. Maka tidak boleh semata-mata
perbuatannya selama dalil syari'at tidak
berdasarkan hal itu kemudian dengan serta merta
menunjukkan atas kekafirannya. Dengan
menjatuhkan vonis kafir kepada seseorang kecuali
disebutkannya istilah hukum kafir -secara umum-
apabila telah ditegakkan hujjah kepadanya: yaitu
atas suatu ucapan atau perbuatan itu tidak secara
dengan terpenuhinya syarat-syarat -dalam
otomatis menunjukkan jatuhnya vonis kafir
keadaan dia mengetahui, sengaja, dan atas dasar
tersebut -secara khusus- kepada orang tertentu
pilihannya sendiri- dan juga dengan hilangnya
-yaitu pelakunya- kecuali apabila syarat-syarat
penghalang-penghalang -untuk dikafirkan- yaitu
-pengkafiran- itu sudah terpenuhi dan
perkara-perkara yang menjadi lawan dari
penghalang-penghalangnya tersingkirkan. Takfir
syarat-syarat tersebut (artinya; dia tidak jahil,
merupakan hukum yang sangat berbahaya
dalam keadaan sadar, dan tidak terpaksa) (lihat
resikonya, oleh sebab itu wajib meneliti
lebih lengkap dalam Mujmal Masa'il al-Iman
segalanya/tatsabbut dan berhati-hati di dalam
al-'Ilmiyah fi Ushul al-'Aqidah as-Salafiyah, hlm.
menjatuhkan vonis kafir ini kepada seorang
17-18). Allahul musta'aan...
muslim.” (Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama'ah
fil 'Aqidah, hlm. 19)

6
….………….…………………………# Aqidah Islam mereka (yang artinya), “Sembahlah Allah saja,
tidak ada bagi kalian sesembahan selain-Nya.”
Meluruskan Kesalahpahaman (al-A'raaf : 65) mereka berkata (yang artinya),
“Apakah kamu datang kepada kami agar kami
dalam Hal Tauhid
hanya beribadah kepada Allah saja.” (al-A'raaf : 70).
Orang-orang musyrik Quraisy pun mengatakan
(yang artinya), “Apakah dia -Muhammad- hendak
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata,
menjadikan sesembahan yang banyak ini menjadi
“Bukanlah makna tauhid sebagaimana apa yang
satu sesembahan saja. Sesungguhnya hal ini
dikatakan oleh orang-orang jahil/bodoh dan
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.”
orang-orang sesat yang mengatakan bahwa
(Shaad : 5) (lihat Qurratu 'Uyunil Muwahhidin, hlm.
tauhid adalah dengan anda mengakui bahwa
4)
Allah lah sang pencipta dan pemberi rizki, yang
menghidupkan dan mematikan, dan yang
Tauhid inilah jenis tauhid yang paling agung.
mengatur segala urusan. Ini tidak cukup.
Tauhid yang paling penting. Tauhid ini pun telah
Orang-orang musyrik dahulu telah mengakui
mencakup jenis-jenis tauhid yang lainnya -yaitu
perkara-perkara ini namun hal itu belum bisa
tauhid rububiyah dan asma' wa shifat, pent-.
memasukkan mereka ke dalam Islam...” (lihat
Tauhid inilah yang menjadi tujuan penciptaan jin
at-Tauhid, Ya 'Ibadallah, hlm. 22)
dan manusia serta misi dakwah para rasul. Tauhid
inilah yang menjadi muatan pokok kitab-kitab
Allah berfirman (yang artinya), “Tidaklah Kami
yang diturunkan Allah. Di atas perkara tauhid
mengutus sebelum kamu -Muhammad- seorang
inilah ditegakkan hisab kelak di akhirat.
rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya,
Disebabkan persoalan tauhid inilah orang akan
bahwa tiada sesembahan -yang benar- selain Aku,
masuk surga atau neraka. Dan dalam hal tauhid
maka sembahlah Aku saja.” (al-Anbiyaa' : 25)
inilah akan terjadi persengketaan antara para rasul
dengan umat-umatnya kelak di hari kiamat (lihat
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa dakwah
It-hafu Dzawil 'Uqul ar-Rasyidah, hlm. 54)
para rasul ialah mengajak kepada tauhid dan
meninggalkan syirik. Setiap rasul berkata kepada
Mentauhidkan Allah dalam hal rububiyah
kaumnya (yang artinya), “Wahai kaumku,
maksudnya adalah meyakini bahwa Allah itu esa
sembahlah Allah (semata), tiada bagi kalian
dalam hal perbuatan-perbuatan-Nya seperti
sesembahan selain-Nya.” (Huud : 50). Inilah
mencipta, memberikan rizki, menghidupkan,
kalimat yang diucapkan oleh Nuh, Hud, Shalih,
mematikan, dan mengatur segala urusan di alam
Syu'aib, Ibrahim, Musa, 'Isa, Muhammad, dan
semesta ini. Tidak ada sekutu bagi Allah dalam
segenap rasul 'alaihimush sholatu was salam (lihat
perkara-perkara ini (lihat Kutub wa Rasa'il Abdil
al-Irsyad ila Shahih al-I'tiqad, hlm. 19)
Muhsin, 3/28)

Tauhid yang menjadi tujuan penciptaan dan


Mentauhidkan Allah dalam hal uluhiyah
hikmah diutusnya para rasul itu adalah tauhid
maksudnya adalah mengesakan Allah dengan
uluhiyah atau disebut juga tauhid al-qashd wa
perbuatan-perbuatan hamba seperti dalam
ath-thalab -mengesakan Allah dalam hal
berdoa, merasa takut, berharap, tawakal, isti'anah,
keinginan dan tuntutan, yaitu mengesakan Allah
isti'adzah, istighotsah, menyembelih, bernazar,
dalam beribadah; beribadah kepada Allah semata
dsb. Oleh sebab itu ibadah-ibadah itu tidak boleh
dan meninggalkan sesembahan selain-Nya-
dipalingkan kepada selain-Nya siapa pun ia;
adapun tauhid rububiyah dan tauhid asma' wa
apakah dia malaikat ataupun nabi terlebih-lebih
shifat -disebut juga tauhid al-'ilmi wal i'tiqad-
lagi selain mereka (lihat Kutub wa Rasa'il Abdil
maka kebanyakan umat manusia telah
Muhsin, 3/28)
mengakuinya. Dalam hal tauhid uluhiyah -atau
tauhid ibadah- kebanyakan mereka
menentangnya. Ketika rasul berkata kepada

7
Mentauhidkan Allah dalam hal asma' wa shifat lah sesembahan yang benar -sehingga dia pun
maksudnya adalah menetapkan segala nama dan menujukan ibadah hanya kepada-Nya- maka dia
sifat Allah yang telah ditetapkan oleh Allah sendiri tentu tidak akan mengingkari bahwa Allah lah
atau oleh rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam Dzat yang menciptakan dan memberikan rizki,
sesuai dengan kesempurnaan dan kemuliaan-Nya yang menghidupkan dan mematikan, dan
tanpa melakukan takyif/membagaimanakan dan bahwasanya Allah memiliki nama-nama yang
tanpa tamtsil/menyerupakan, tanpa terindah dan sifat-sifat yang mulia (lihat Kutub wa
tahrif/menyelewengkan, tanpa Rasa'il Abdil Muhsin, 3/30)
ta'wil/menyimpangkan, dan tanpa ta'thil/menolak
serta menyucikan Allah dari segala hal yang tidak Adapun orang yang mengakui tauhid rububiyah
layak bagi-Nya (lihat Kutub wa Rasa'il Abdil dan tauhid asma' wa shifat maka wajib baginya
Muhsin, 3/28) untuk mentauhidkan Allah dalam hal ibadah
(tauhid uluhiyah). Orang-orang kafir yang
Pembagian tauhid ini bisa diketahui dari hasil didakwahi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
penelitian dan pengkajian secara komprehensif sallam telah mengakui tauhid rububiyah akan
terhadap dalil-dalil al-Kitab dan as-Sunnah (lihat tetapi pengakuan ini belum bisa memasukkan ke
Kutub wa Rasa'il Abdil Muhsin, 3/28). dalam Islam. Bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam memerangi mereka supaya mereka
Pembagian tauhid menjadi tiga semacam ini beribadah kepada Allah semata dan
adalah perkara yang menjadi ketetapan dalam meninggalkan sesembahan selain-Nya. Oleh
madzhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Maka sebab itu di dalam al-Qur'an seringkali disebutkan
barangsiapa menambahkan menjadi empat atau penetapan tauhid rububiyah sebagaimana yang
lima macam itu merupakan tambahan dari dirinya telah diakui oleh orang-orang kafir dalam rangka
sendiri. Karena para ulama membagi tauhid mewajibkan mereka untuk mentauhidkan Allah
menjadi tiga berdasarkan kesimpulan dari al-Kitab dalam hal ibadah (lihat Kutub wa Rasa'il Abdil
dan as-Sunnah (lihat keterangan Syaikh Shalih Muhsin, 3/30-31)
al-Fauzan hafizhahullah dalam at-Ta'liqat
al-Mukhtasharah 'alal 'Aqidah ath-Thahawiyah, Diantara ketiga macam tauhid di atas, maka yang
hlm. 28) paling dituntut adalah tauhid uluhiyah. Sebab
itulah perkara yang menjadi muatan pokok
Semua ayat yang membicarakan tentang dakwah para rasul dan sebab utama
perbuatan-perbuatan Allah maka itu adalah diturunkannya kitab-kitab dan karena itu pula
tercakup dalam tauhid rububiyah. Dan semua ayat ditegakkan jihad fi sabilillah supaya hanya Allah
yang membicarakan tentang ibadah, perintah yang disembah dan segala sesembahan
untuk beribadah dan ajakan kepadanya maka itu selain-Nya ditinggalkan (lihat keterangan Syaikh
mengandung tauhid uluhiyah. Dan semua ayat Shalih al-Fauzan hafizhahullah dalam at-Ta'liqat
yang membicarakan tentang nama-nama dan al-Mukhtasharah 'alal 'Aqidah ath-Thahawiyah,
sifat-sifat-Nya maka itu mengandung tauhid hlm. 29)
asma' wa shifat (lihat at-Ta'liqat al-Mukhtasharah
'alal 'Aqidah ath-Thahawiyah, hlm. 29) Seandainya tauhid rububiyah itu sudah cukup
niscaya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak
Kaitan antara ketiga macam tauhid ini adalah; perlu memerangi orang-orang kafir di masa itu.
bahwa tauhid rububiyah dan tauhid asma' wa Bahkan itu juga berarti tidak ada kebutuhan untuk
shifat mengkonsekuensikan tauhid uluhiyah. diutusnya para rasul. Maka ini menunjukkan
Adapun tauhid uluhiyah mengandung keduanya. bahwa sesungguhnya yang paling dituntut dan
Artinya barangsiapa yang mengakui keesaan Allah paling pokok adalah tauhid uluhiyah. Adapun
dalam hal uluhiyah maka secara otomatis dia pun tauhid rububiyah maka itu adalah dalil atau
mengakui keesaan Allah dalam hal rububiyah dan landasan untuknya (lihat at-Ta'liqat
asma' wa shifat. Orang yang meyakini bahwa Allah

8
al-Mukhtasharah 'alal 'Aqidah ath-Thahawiyah, anggota badan. Maka, tauhid uluhiyah itu adalah
hlm. 30). mengesakan Allah dalam hal
perbuatan-perbuatan hamba (lihat It-hafu Dzawil
Allah berfirman (yang artinya), “Mereka berkata 'Uqul ar-Rasyidah, hlm. 54)
'Apakah dia -Muhammad- hendak menjadikan
sesembahan yang banyak ini menjadi satu Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah
sesembahan saja, sesungguhnya ini adalah suatu berkata, “Tauhid uluhiyah adalah mengesakan
hal yang sangat mengherankan'.” (Shaad : 5) Allah dengan perbuatan-perbuatan hamba,
seperti dalam hal doa, istighotsah/memohon
Allah juga berfirman (yang artinya), keselamatan, isti'adzah/meminta perlindungan,
“Sesungguhnya mereka itu ketika dikatakan menyembelih, bernadzar, dan lain sebagainya. Itu
kepada mereka laa ilaha illallah maka mereka semuanya wajib ditujukan oleh hamba kepada
menyombongkan diri. Dan mereka mengatakan, Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya
'Apakah kami harus meninggalkan dalam hal itu/ibadah dengan sesuatu apapun.”
sesembahan-sesembahan kami karena seorang (lihat Qathfu al-Jana ad-Dani, hlm. 56)
penyair gila'.” (ash-Shaffat : 35-36)
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah
Hal ini menunjukkan bahwa mereka -kaum menerangkan, bahwa uluhiyah maknanya adalah
musyrikin di masa itu- tidak menghendaki tauhid beribadah kepada Allah dengan mencintai-Nya,
uluhiyah. Akan tetapi mereka menginginkan takut dan berharap kepada-Nya, menaati
bahwa sesembahan itu banyak/berbilang perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
sehingga setiap orang bisa menyembah apa pun Oleh sebab itu tauhid uluhiyah artinya
yang dia kehendaki. Oleh sebab itu perkara mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan
semacam ini harus diketahui, karena hamba yang telah disyari'atkan oleh-Nya bagi
sesungguhnya semua penyeru aliran sesat yang mereka (lihat at-Ta'liqat al-Mukhtasharah 'alal
lama maupun yang baru senantiasa memfokuskan 'Aqidah ath-Thahawiyah, hlm. 28-29)
dalam hal tauhid rububiyah. Sehingga apabila
seorang hamba sudah meyakini bahwa Allah Tauhid uluhiyah inilah yang ditolak dan diingkari
sebagai pencipta dan pemberi rizki menurut oleh kaum musyrikin di kala itu. Sebagaimana
mereka inilah seorang muslim. Dengan yang dikisahkan oleh Allah dalam firman-Nya
pemahaman itulah mereka menulis aqidah mereka. (yang artinya), “Dan mereka pun terheran-heran
Semua aqidah yang ditulis oleh kaum ketika datang seorang pemberi peringatan dari
Mutakallimin/filsafat tidak keluar dari kalangan mereka. Orang-orang kafir itu
perealisasian tauhid rububiyah dan dalil atasnya. mengatakan, 'Ini adalah seorang penyihir lagi
Padahal keyakinan semacam ini tidaklah cukup, pendusta. Apakah dia -Muhammad- hendak
sebab harus disertai dengan tauhid uluhiyah (lihat menjadikan ilah-ilah (sesembahan-sesembahan)
at-Ta'liqat al-Mukhtasharah 'alal 'Aqidah ini hanya tersisa menjadi satu sesembahan saja.
ath-Thahawiyah, hlm. 31) Sungguh ini adalah perkara yang sangat
mengherankan.'.” (Shaad : 4-5) (lihat keterangan
Tauhid uluhiyah -disebut juga tauhid dalam hal Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah yang
keinginan dan tuntutan- adalah mengesakan Allah disebutkan dalam ar-Riyadh an-Nadiyah, hlm. 19)
dalam segala bentuk ibadah. Memurnikan
ibadah-ibadah itu untuk Allah semata secara lahir Demikian sedikit catatan yang bisa kami sajikan
dan batin (lihat It-hafu Dzawil 'Uqul ar-Rasyidah, semoga bermanfaat.
hlm. 53)
***
Tauhid uluhiyah ini juga disebut dengan istilah
tauhid fi'li (tauhid dalam hal perbuatan)
disebabkan ia mencakup perbuatan hati dan

9
….……………………………….……..# Aqidah Islam
Abu Qilabah rahimahullah berkata, “Orang yang
Hakikat Millah Ibrahim hanif adalah yang beriman kepada seluruh rasul
dari yang pertama hingga yang terakhir.” (lihat
Tafsir al-Qur'an al-'Azhim, 1/448 oleh Ibnu Katsir
rahimahullah)
Allah berfirman (yang artinya), “Bukanlah Ibrahim
itu seorang Yahudi atau Nasrani, akan tetapi dia
Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
adalah seorang yang hanif lagi muslim.” (Ali
Ibrahim adalah seorang umat/teladan yang
'Imran : 67)
senantiasa patuh kepada Allah lagi hanif dan dia
bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik.
Syaikh Shalih alu Syaikh hafizhahullah berkata,
Dia selalu mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Allah
“Allah 'azza wa jalla menjadikan Ibrahim sebagai
memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang
seorang yang hanif dalam artian orang yang
lurus.” (an-Nahl : 120-121)
berpaling dari jalan syirik menuju tauhid yang
murni. Adapun al-Hanifiyah adalah millah/ajaran
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Jalan yang lurus
yang berpaling dari segala kebatilan menuju
itu adalah beribadah kepada Allah semata yang
kebenaran dan menjauh dari semua bentuk
tiada sekutu bagi-Nya di atas syari'at yang
kebatilan serta condong menuju kebenaran. Itulah
diridhai.” (lihat Tafsir al-Qur'an al-'Azhim, 4/611)
millah bapak kita Ibrahim 'alaihis salam.” (lihat
Syarh al-Qawa'id al-Arba' tahqiq 'Adil Rifa'i, hlm.
Syaikh Shalih alu Syaikh hafizhahullah berkata,
13-14)
“Hakikat millah Ibrahim itu adalah mewujudkan
makna laa ilaha illallah, sebagaimana yang
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah
difirmankan Allah 'azza wa jalla dalam surat
berkata, “Seorang yang hanif itu adalah orang
az-Zukhruf (yang artinya), “Dan ingatlah ketika
yang menghadapkan dirinya kepada Allah dan
Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya;
berpaling dari selain-Nya. Inilah orang yang hanif.
Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala yang
Yaitu orang yang menghadapkan dirinya kepada
kalian sembah, kecuali Dzat yang telah
Allah dengan hati, amal, dan niat serta
menciptakanku, maka sesungguhnya Dia akan
kehendak-kehendaknya semuanya untuk Allah.
memberikan petunjuk kepadaku. Dan Ibrahim
Dan dia berpaling dari -pujaan/sesembahan-
menjadikannya sebagai kalimat yang tetap di
selain-Nya.” (lihat Silsilah Syarh Rasa'il, hlm. 328)
dalam keturunannya, mudah-mudahan mereka
kembali kepadanya.” (az-Zukhruf : 26-28).” (lihat
Allah berfirman (yang artinya), “Mereka
Syarh al-Qawa'id al-Arba', hlm. 14)
mengatakan 'Jadilah kalian pengikut Yahudi atau
Nasrani niscaya kalian mendapatkan petunjuk'.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Kalimat ini yaitu
Katakanlah, 'Bahkan millah Ibrahim yang hanif
beribadah kepada Allah ta'ala semata yang tiada
itulah -yang harus diikuti- dan dia bukan termasuk
sekutu bagi-Nya dan mencampakkan segala
golongan orang-orang musyrik.” (al-Baqarah : 135)
berhala yang disembah selain-Nya, itulah kalimat
laa ilaha illallah yang dijadikan oleh Ibrahim
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah
sebagai ketetapan bagi anak keturunannya supaya
mereka diperintahkan kecuali supaya beribadah
dengan sebab itu orang-orang yang diberi
kepada Allah dengan mengikhlaskan agama/amal
petunjuk oleh Allah dari keturunan Ibrahim 'alaihis
untuk-Nya secara hanif.” (al-Bayyinah : 5)
salam tunduk mengikutinya...” (lihat Tafsir
al-Qur'an al-'Azhim, 7/225)
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata,
“Hunafa' adalah bentuk jamak dari kata hanif,
Syaikh 'Ubaid al-Jabiri hafizhahullah berkata,
yaitu orang yang ikhlas mengabdi kepada Allah
“Sesungguhnya agama Allah yang dipilih-Nya
'azza wa jalla.” (lihat Silsilah Syarh Rasa'il, hlm.
bagi hamba-hamba-Nya, agama yang menjadi
329)

10
misi diutusnya para rasul, dan agama yang Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah
menjadi muatan kitab-kitab yang diturunkan-Nya berkata, “Ibrahim 'alaihis salam mengajak manusia
ialah al-Hanifiyah. Itulah agama Ibrahim al-Khalil untuk beribadah kepada Allah 'azza wa jalla
'alaihis salam. Sebagaimana itu menjadi agama sebagaimana para nabi yang lain. Semua nabi
para nabi sebelumnya dan para rasul sesudahnya mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah
hingga penutup mereka semua yaitu Muhammad, dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya...”
semoga salawat dan salam tercurah kepada (lihat Silsilah Syarh Rasa'il, hlm. 330)
mereka semuanya.” (lihat al-Bayan al-Murashsha'
Syarh al-Qawa'id al-Arba', hlm. 14) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Para nabi itu adalah saudara-saudara sebapak
Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah berkata, sedangkan ibu mereka berbeda-beda. Dan agama
“al-Hanifiyah itu adalah tauhid. Yaitu kamu mereka itu adalah sama.” (HR. Bukhari dan Muslim
beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu)
agama/amal untuk-Nya. Ini merupakan
kandungan makna dari laa ilaha illallah. Karena Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Agama -para
sesungguhnya maknanya adalah tidak ada yang nabi- itu sama, yaitu beribadah kepada Allah
berhak disembah selain Allah.” (lihat Syarh semata yang tiada sekutu bagi-Nya, meskipun
al-Qawa'id al-Arba', hlm. 11) syari'atnya berbeda-beda yang digambarkan ia
seperti kedudukan para ibu...” (lihat Tafsir
Qatadah rahimahullah berkata, “al-Hanifiyah itu al-Qur'an al-'Azhim, 3/383)
adalah syahadat laa ilaha illallah.” (lihat Tafsir
al-Qur'an al-'Azhim, 1/448 oleh Ibnu Katsir ***
rahimahullah)

Allah berfirman (yang artinya), “Kemudian Kami ….……………………………………….# Aqidah Islam


wahyukan kepadamu; Hendaklah kamu mengikuti
millah Ibrahim secara hanif.” (an-Nahl : 123) Bantahan bagi Penentang Tauhid
Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah;
Sesungguhnya sesungguhnya aku telah diberikan
Allah ta'ala berfirman (yang artinya),
petunjuk oleh Rabbku menuju jalan yang lurus,
“Hampir-hampir saja langit pecah karenanya, bumi
agama yang tegak yaitu millah Ibrahim yang hanif
akan terbelah, dan gunung-gunung pun akan
dan dia bukanlah termasuk golongan orang
runtuh ketika mereka mendakwakan bahwa
musyrik.” (al-An'am : 161)
ar-Rahman/Allah memiliki anak. Dan tidaklah
pantas bagi ar-Rahman untuk memiliki anak.
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh
Tidaklah segala sesuatu yang ada di langit dan di
hafizhahullah berkata, “Maka millah Ibrahim
bumi melainkan pasti akan datang kepada
'alaihis salam itu adalah tauhid.” (lihat Syarh
ar-Rahman sebagai hamba.” (Maryam : 90-93)
al-Qawa'id al-Arba', hlm. 15)
Ayat-ayat di atas merupakan celaan dan kutukan
Syaikh Sa'ad bin Nashir asy-Syatsri hafizhahullah
kepada orang-orang yang membangkang dan
berkata, “Millah Ibrahim itu adalah syari'at dan
menentang tauhid dari kalangan Nasrani, Yahudi,
keyakinan yang dijalani oleh bapaknya para nabi
dan juga kaum musyrikin. Hal itu disebabkan
yaitu Ibrahim 'alaihis salam, dan Ibrahim adalah
mereka meyakini bahwa Allah memiliki anak.
salah satu nabi yang paling utama dan termasuk
Kaum Nasrani meyakini bahwa Isa putra Allah.
jajaran rasul yang digelari sebagai ulul 'azmi...”
Kaum Yahudi meyakini bahwa Uzair adalah anak
(lihat Syarh Mutun al-'Aqidah, hlm. 224)
Allah. Dan orang-orang musyrikin meyakini bahwa
para malaikat adalah anak perempuan Allah. Maha
Tinggi Allah dari ucapan mereka itu (lihat Taisir

11
al-Karim ar-Rahman oleh Syaikh as-Sa'di, hlm. menyimpang (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman,
501) hlm. 770)

Langit yang begitu besar dan kuat hampir-hampir Oleh sebab itu Allah berfirman di dalam surat
menjadi pecah karena ucapan mereka itu. Bumi al-Kahfi menyatakan kedustaan perkataan mereka
hampir-hampir terbelah dan meledak, demikian yang mendakwakan bahwa Allah memiliki anak.
pula gunung-gunung akan menjadi hancur-lebur. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Dan untuk
Hal itu semua disebabkan keyakinan yang nista itu. memberikan peringatan kepada orang-orang yang
Sesungguhnya tidak pantas Allah memiliki anak. mengatakan bahwa Allah mengangkat anak.
Karena apabila Allah memiliki anak maka hal itu Tidaklah mereka memiliki sedikit pun ilmu
menunjukkan kekurangan dan kebutuhan Allah tentangnya, demikian juga tidak bapak-bapak
kepadanya. Padahal Allah Maha Kaya lagi Maha mereka. Betapa besar ucapan yang keluar dari
Terpuji. Selain itu, anak adalah serupa atau sejenis mulut-mulut mereka. Tidaklah yang mereka
dengan orang tuanya, sedangkan Allah tidak ada ucapkan itu kecuali dusta belaka.” (al-Kahfi : 4-5)
sesuatu apapun yang serupa dengan-Nya. Segala
makhluk entah itu malaikat, manusia, ataupun jin Sesungguhnya mereka yang mengatakan bahwa
adalah dikuasai dan diatur oleh Allah. Mereka Allah memiliki anak tidaklah meyakini dengan
sama sekali tidak memiliki andil dalam mengatur sebenarnya akan hal itu. Mereka itu hanyalah
atau menguasai alam semesta ini. Apabila mengucapkan sesuatu yang tidak tertanam di
sedemikian besar kekuasaan dan keagungan-Nya, dalam hatinya. Sebab tidak ada seorang pun yang
lalu bagaimana mungkin dikatakan bahwa Allah berakal sehat akan mengatakan bahwa Allah
memiliki anak?! (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, memiliki anak. Bagaimana mungkin Allah
hlm. 501) mempunyai anak, sementara orang yang mereka
sebut sebagai anak Tuhan itu adalah manusia
Allah ta'ala pun berfirman (yang artinya), seperti kita. Dia makan, minum dan mengenakan
“Katakanlah -wahai Muhammad-; 'Jika ar-Rahman pakaian sebagaimana layaknya kita. Dia juga
memang memiliki anak maka akulah yang merasakan lapar, haus, panas dan dingin seperti
pertama kali akan menyembahnya. Maha Suci manusia. Lantas bagaimana mungkin orang
Rabb yang menguasai langit dan bumi, Rabb yang semacam itu dianggap sebagai anak Allah? Hal ini
memiliki Arsy dari apa-apa yang mereka sifatkan.” tentu tidak mungkin. Oleh sebab itu Allah
(az-Zukhruf : 81-82) mengatakan (yang artinya), “Tidaklah yang mereka
katakan itu melainkan dusta belaka.” (lihat Tafsir
Maksud ayat tersebut adalah bantahan bagi Suratil Kahfi oleh Syaikh al-'Utsaimin, hlm. 14-15)
orang-orang yang menyatakan bahwa Allah
memiliki anak. Sebab seandainya Allah Ibnu Katsir rahimahullah menukil penjelasan Ibnu
benar-benar memiliki anak niscaya manusia paling Ishaq bahwa yang dimaksud oleh ayat tersebut
utama dan rasul yang paling mulia yaitu Nabi sebagai 'orang-orang yang mengatakan bahwa
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tentu Allah mengangkat anak' adalah kaum musyrikin
akan menjadi orang yang pertama-tama Arab di masa itu. Mereka mengatakan, “Kami
beribadah kepadanya -sebab anak adalah bagian menyembah para malaikat, sebab mereka itu
dari orang tuanya- dan beliau tentulah akan adalah anak-anak perempuan Allah.” (lihat Tafsir
menetapkan bahwa Allah memiliki anak. Akan al-Qur'an al-'Azhim, 5/135-136)
tetapi pada kenyataannya beliau tidaklah
menyembah orang-orang yang dianggap sebagai Ibnul Jauzi rahimahullah menjelaskan di dalam
anak Allah oleh kaum musyrikin, dan beliau juga tafsirnya, bahwa yang dimaksud sebagai
tidak membenarkan keyakinan bahwa Allah 'orang-orang yang mengatakan bahwa Allah
memiliki anak. Dari sinilah bisa disimpulkan bahwa mengangkat anak' itu mencakup Yahudi, Nasrani,
keyakinan mereka bahwa Allah memiliki anak dan kaum musyrikin. Yahudi mengatakan bahwa
adalah suatu keyakinan yang batil dan Uzair anak Allah. Nasrani mengatakan bahwa Isa

12
al-Masih adalah anak Allah. Dan kaum musyrikin Ayat ini merupakan celaan dan bantahan bagi
mengatakan bahwa para malaikat adalah kaum Nasrani yang meyakini bahwa Allah adalah
anak-anak perempuan Allah (lihat Zaadul Masiir, satu diantara tiga sesembahan (trinitas). Di dalam
hlm. 837) ayat ini Allah ingin menunjukkan kepada mereka
bahwa Nabi 'Isa 'alaihis salam sendiri telah
Nabi 'Isa 'alaihis salam yang dianggap oleh kaum berlepas diri dari keyakinan mereka itu. Beliau pun
Nasrani sebagai anak Tuhan pun telah berkata (yang artinya), “Tidaklah Aku katakan
membantah keyakinan mereka itu semenjak kepada mereka kecuali sebagaimana apa yang
pertama kali beliau berbicara di hadapan kaumnya telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu
yaitu ketika beliau masih bayi. Beliau berkata 'Sembahlah Allah Rabbku dan juga Rabb kalian'.”
(yang artinya), “Sesungguhnya aku ini adalah (al-Ma'idah : 117). Hal ini menunjukkan bahwa
hamba Allah. Allah memberikan kepadaku kitab beliau tidak memerintahkan kecuali supaya
suci dan menjadikan aku sebagai nabi. Dan Allah mereka beribadah kepada Allah semata sekaligus
menjadikan aku diberkahi dimana pun aku mengandung larangan menjadikan beliau dan
berada...” (Maryam : 30-31) ibunya sebagai sesembahan tandingan bagi Allah.
Sebagaimana beliau juga menyatakan bahwa
Di dalam perkataan itu beliau berbicara kepada Allah adalah Rabbnya dan Rabb bagi kaumnya
mereka untuk menegaskan bahwa beliau adalah (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hlm. 249)
hamba Allah dan bahwasanya beliau sama sekali
tidak memiliki sifat-sifat yang membuatnya layak Syaikh Ubaid al-Jabiri hafizhahullah berkata,
untuk dijadikan sebagai sesembahan/tuhan “Semua dalil yang berisikan celaan bagi ahli kitab
ataupun anak tuhan. Maha Tinggi Allah dari maka dalil itu pun tertuju kepada kita apabila kita
ucapan kaum Nasrani yang jelas-jelas telah juga meniti jalan sebagaimana jalan yang mereka
menentang perkataan 'Isa 'alaihis salam tempuh. Orang-orang yang melakukan
sementara mereka mengaku sebagai pengikut peribadatan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
ajarannya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hlm. sallam diantara umat ini dan berdoa kepada
492) beliau sebagai sekutu bagi Allah atau memohon
kepadanya untuk dibebaskan dari berbagai
Di dalam surat al-Ma'idah Allah telah kesempitan, atau mereka yang
menceritakan dialog bersama Nabi 'Isa 'alaihis meminta-minta/berdoa kepada ahli bait beliau
salam pada hari kiamat nanti yang menunjukkan atau orang salih lainnya maka perbuatan ini mirip
bahwa beliau berlepas diri dari apa yang dilakukan sekali dengan perbuatan kaum ahli kitab kepada
oleh kaum Nasrani berupa penyembahan dan nabi-nabi mereka.” (lihat al-Bayan al-Murashsha',
penisbatan beliau sebagai anak Tuhan. hlm. 43-44)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan ingatlah Hal itu sebagaimana yang terjadi pada kaum
ketika Allah berkata; Wahai Isa putra Maryam, Rafidhah/Syi'ah yang berlebih-lebihan terhadap
apakah kamu berkata kepada manusia, 'Jadikanlah ahlul bait/keluarga Nabi terlebih-lebih lagi kepada
aku dan ibuku sebagai dua sesembahan selain 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu dan kedua
Allah' dia pun berkata, 'Maha Suci Engkau. putranya yaitu Hasan dan Husain, sampai mereka
Tidaklah pantas bagiku mengatakan apa-apa yang pun beribadah kepadanya sehingga menjadi
tidak menjadi hakku. Jika aku mengucapkannya sekutu bagi Allah dalam hal ibadah. Adapun Ahlus
tentu Engkau sudah mengetahuinya. Engkau Sunnah maka mereka bersikap pertengahan.
mengetahui apa-apa yang ada pada diriku Mereka mencintai ahlul bait tetapi tidak
sementara aku tidak mengetahui apa-apa yang mengangkatnya sampai pada tingkatan melebihi
ada pada diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha kedudukan yang telah diberikan oleh Allah
Mengetahui perkara-perkara gaib.” (al-Ma'idah : kepadanya. Sebab al-Qur'an, as-Sunnah, dan ijma'
116) telah menetapkan tidak bolehnya bersikap
ghuluw/melampaui batas. Sesungguhnya ibadah

13
adalah hak Allah semata, sehingga siapa pun setelah kalian memeluk Islam?”. Artinya dia [rasul]
selain Allah sama sekali tidak berhak menerima tidak melakukan hal itu. Karena barangsiapa yang
ibadah, setinggi apa pun kedudukan mereka itu mengajak kepada peribadatan kepada selain Allah
(lihat al-Bayan al-Murashsha', hal. 44) maka dia telah mengajak kepada kekafiran.
Padahal para nabi hanyalah memerintahkan
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah kepada keimanan; yaitu beribadah kepada Allah
pantas bagi seorang manusia yang diberikan Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya.” Hal itu
kepadanya al-Kitab, hukum dan kenabian lantas sebagaimana firman Allah ta'ala (yang artinya),
berkata kepada manusia: Jadilah kalian sebagai “Dan tidaklah Kami mengutus sebelum engkau
pemuja diriku sebagai tandingan untuk Allah. Akan seorang rasul pun kecuali Kami wahyukan
tetapi jadilah kalian rabbani dengan sebab apa kepadanya bahwa tidak ada sesembahan -yang
yang kalian ajarkan berupa al-Kitab dan apa yang benar- selain Aku, maka sembahlah Aku [saja].”
kalian pelajari. Dan tidaklah dia memerintahkan (al-Anbiya': 25) dst.” (lihat Tafsir al-Qur'an
kalian untuk menjadikan malaikat dan nabi-nabi al-'Azhim [2/67])
sebagai sesembahan. Apakah dia hendak
memerintahkan kalian kafir setelah kalian Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Setiap
memeluk Islam?” (Ali 'Imran: 79-80) kitab suci yang diturunkan kepada setiap nabi
yang diutus semuanya menyuarakan bahwa tidak
Ibnu Juraij dan sekelompok ulama tafsir yang lain ada ilah [yang benar] selain Allah, tetapi kalian
menjelaskan, bahwa maksud dari ayat ini adalah, -wahai orang-orang musyrik- tidak mau
“Muhammad -shallallahu 'alaihi wa sallam- mengetahui kebenaran dan justru berpaling
tidaklah memerintahkan kalian untuk menjadikan darinya...” “Setiap nabi yang diutus oleh Allah
malaikat dan para nabi sebagai sesembahan, mengajak beribadah kepada Allah semata dan
sebagaimana halnya yang dilakukan oleh kaum tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
Quraisy dan Shabi'in yang berkeyakinan bahwa apapun. Bahkan fitrah telah mempersaksikan
malaikat adalah putri-putri Allah. Tidak juga kebenaran hal itu. Adapun orang-orang musyrik
sebagaimana kaum Yahudi dan Nasrani yang sama sekali tidak memiliki hujjah atas
berkeyakinan tentang 'Isa al-Masih dan 'Uzair perbuatannya. Hujjah mereka tertolak di sisi Rabb
seperti apa yang mereka ucapkan [bahwa mereka mereka. Mereka layak mendapatkan murka Allah
adalah anak Allah, pent].” (lihat Ma'alim at-Tanzil, dan siksa yang amat keras dari-Nya.” (lihat Tafsir
hal. 220 oleh Imam al-Baghawi) al-Qur'an al-'Azhim [5/337-338] cet. Dar Thaibah)

Disebutkan dalam riwayat, bahwasanya suatu ***


ketika orang-orang Yahudi datang kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian mereka
berkata, “Apakah kamu wahai Muhammad ingin ….……………………………………….# Aqidah Islam
untuk kami jadikan sebagai rabb/sesembahan?”
Maka Allah pun menurunkan ayat di atas sebagai Bahaya Dosa Syirik
tanggapan untuk mereka (lihat al-Jami' li Ahkam
al-Qur'an [5/187] oleh Imam al-Qurthubi)
adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Barangsiapa
Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan, “Lalu Allah
yang mempersekutukan Allah lalu meninggal
berfirman (yang artinya), “Dan dia tidaklah
dalam keadaan musyrik maka dia termasuk
memerintahkan kalian untuk menjadikan malaikat
penghuni neraka secara pasti. Sebagaimana
dan para nabi sebagai sesembahan” yaitu dia tidak
barangsiapa yang beriman kepada Allah (baca:
memerintahkan kalian beribadah kepada siapapun
bertauhid) dan meninggal dalam keadaan
selain Allah, baik kepada nabi yang diutus ataupun
beriman (baca: tidak melakukan pembatal
malaikat yang dekat -dengan Allah-. “Apakah dia
keislaman) maka dia termasuk penghuni surga,
akan memerintahkan kalian kepada kekafiran
walaupun dia harus disiksa -terlebih dulu- di

14
dalam neraka.” (lihat al-Kaba'ir cet. Dar al-'Aqidah, (lihat Abraz al-Fawa'id min al-Arba' al-Qawa'id,
hlm. 11) hlm. 11)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu, Rasulullah ***


shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Allah
berkata kepada penghuni neraka yang paling
ringan siksaannya, 'Seandainya kamu memiliki ….……….…………………………….# Aqidah Islam
kekayaan seluruh isi bumi ini apakah kamu mau
menebus siksa dengannya?'. Dia menjawab, 'Iya.' Mengenal Hakikat Iman
Allah berfirman, 'Sungguh Aku telah meminta
kepadamu sesuatu yang lebih ringan daripada hal
itu tatkala kamu masih berada di tulang sulbi
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Adam yaitu agar kamu tidak mempersekutukan-Ku,
“Iman terdiri dari tujuh puluh lebih cabang. Yang
akan tetapi kamu tidak mau patuh (enggan) dan
paling tinggi adalah ucapan laa ilaha illallah dan
justru berbuat syirik.'.” (HR. Bukhari dan Muslim)
yang paling rendah adalah menyingkirkan
gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami
termasuk cabang iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)
tampakkan apa yang dahulu telah mereka
amalkan lalu Kami jadikan ia bagaikan debu yang
Pokok-pokok keimanan adalah amalan-amalan
beterbangan.” (al-Furqan: 23)
hati, karena tidaklah bermanfaat amalan lahiriah
tanpa dilandasi keyakinan dan keikhlasan dari
Ibnul Jauzi rahimahullah menafsirkan, “Apa yang
dalam hati. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu
dahulu telah mereka amalkan” yaitu berupa
'alaihi wa sallam ketika ditanya oleh malaikat Jibril
amal-amal kebaikan. Adapun mengenai makna
yang datang dalam bentuk manusia lalu
“Kami jadikan ia bagaikan debu yang beterbangan”
menanyakan tentang iman, beliau menjawab
maka beliau menjelaskan, “Karena sesungguhnya
bahwa iman itu adalah, “Kamu beriman kepada
amalan tidak akan diterima jika dibarengi dengan
Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
kesyirikan.” (lihat Zaadul Masir, hlm. 1014)
rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman
kepada takdir yang baik dan yang buruk.” (HR.
Syaikh Zaid bin Hadi al-Madkhali rahimahullah
Muslim)
berkata, “Setiap amal yang dipersembahkan oleh
orang tanpa dibarengi tauhid atau pelakunya
Para ulama salaf menegaskan bahwa iman itu
terjerumus dalam syirik maka hal itu tidak ada
mencakup ucapan dan amalan. Ucapan hati dan
harganya dan tidak memiliki nilai sama sekali
ucapan lisan serta amalan hati dan amal anggota
untuk selamanya. Karena ibadah tidaklah disebut
badan. Iman bertambah dengan amal salih dan
sebagai ibadah [yang benar] tanpa tauhid. Apabila
ketaatan serta berkurang akibat maksiat dan
tidak disertai tauhid, maka bagaimanapun seorang
kedurhakaan. Allah berfirman (yang artinya),
berusaha keras dalam melakukan sesuatu yang
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
tampilannya adalah ibadah seperti bersedekah,
hanyalah orang-orang yang apabila disebutkan
memberikan pinjaman, dermawan, suka
nama Allah takutlah hati mereka, apabila
membantu, berbuat baik kepada orang dan lain
dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya
sebagainya, padahal dia telah kehilangan tauhid
bertambahlah imannya, dan kepada Rabbnya
dalam dirinya, maka orang semacam ini termasuk
mereka bertawakal.” (al-Anfal : 2)
dalam kandungan firman Allah 'azza wa jalla
(yang artinya), “Kami tampakkan kepada mereka
Iman itu sendiri adalah amal dengan makna yang
segala sesuatu yang telah mereka amalkan -di
luas. Oleh sebab itu ketika ditanya oleh sebagian
dunia- kemudian Kami jadikan amal-amal itu
sahabatnya mengenai amal apakah yang paling
laksana debu yang beterbangan.” (al-Furqan: 23).”
utama, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Iman kepada Allah dan rasul-Nya.” (HR.

15
Bukhari). Sebagaimana amal anggota badan beramal dengan anggota badan. Barangsiapa
adalah bagian dari iman secara syar'i. Oleh sebab mencukupkan diri dengan ucapan lisan dan
itu di dalam al-Qur'an Allah menyebut sholat pembenaran hati tanpa melakukan amalan maka
dengan iman. Allah berfirman (yang artinya), “Dan dia bukanlah pemilik keimanan yang benar (lihat
Allah sama sekali tidak akan menyia-nyiakan iman keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah
kalian.” (al-Baqarah : 143). Para ulama tafsir dalam at-Ta'liqat al-Mukhtasharah 'ala al-'Aqidah
menjelaskan bahwa yang dimaksud 'iman' dalam ath-Thahawiyah, hlm. 145)
ayat ini adalah sholat yang dilakukan oleh kaum
muslimin sebelum perpindahan kiblat. Maksudnya ***
Allah tidak akan menyia-nyiakan amal sholat
mereka.
….…….….………………….……………# Aqidah Islam
Sebagaimana diterangkan oleh para ulama bahwa
istilah iman dan islam apabila bertemu memiliki Tauhid Rububiyah Saja Tidak Cukup!
makna sendiri-sendiri. Iman mencakup amalan
batin sementara islam mencakup amalan lahir.
Namun apabila islam dan iman terpisah -tidak
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Bukanlah
disebutkan dalam satu konteks pembahasan-
yang dimaksud dengan tauhid itu sekedar tauhid
maka islam sudah mencakup iman, begitu pula
rububiyah yaitu keyakinan bahwa Allah semata
iman telah mencakup islam. Misalnya, Allah
yang menciptakan alam sebagaimana yang
berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya agama di
disangka oleh sebagian orang dari kalangan ahli
sisi Allah hanya Islam.” (Ali 'Imran : 19). Istilah
kalam dan tasawuf. Bahkan, mereka menyangka
islam di sini sudah mencakup amalan batin
apabila mereka telah menetapkan kebenaran hal
maupun amalan lahir. Artinya orang yang diterima
ini dengan dalil maka mereka merasa telah
keislamannya adalah orang yang beriman secara
mengukuhkan hakikat tauhid. Mereka
lahir dan batin, bukan kafir dan bukan munafik.
beranggapan apabila telah menyaksikan dan
mencapai tingkatan ini artinya mereka berhasil
Dengan demikian ayat yang sering kita dengar
menggapai puncak tauhid. Padahal sesungguhnya
ketika khutbah Jum'at (yang artinya), “Dan
apabila ada seseorang yang mengakui sifat-sifat
janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan
yang menjadi keagungan Allah ta'ala,
muslim.” (Ali 'Imran : 102) mengandung perintah
menyucikan-Nya dari segala sesuatu yang
untuk beriman secara lahir dan batin. Karena
mencemari kedudukan-Nya, dan meyakini Allah
syarat untuk masuk surga adalah beriman secara
satu-satunya pencipta segala sesuatu, tidaklah dia
lahir dan batin. Oleh sebab itu al-Baghawi
menjadi seorang muwahid sampai dia
rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa
mengucapkan syahadat laa ilaha illallah; tiada
maksud dari ayat ini adalah 'janganlah kalian
sesembahan yang benar kecuali Allah semata,
meninggal kecuali dalam keadaan beriman' (lihat
mengakui Allah semata yang berhak diibadahi,
tafsir al-Baghawi yang berjudul Ma'alim at-Tanzil,
menjalankan ibadah kepada Allah dan tidak
hlm. 229)
mempersekutukan-Nya.” (lihat Fath al-Majid, hlm.
15-16)
Iman juga tidak cukup hanya dengan amalan hati.
Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan,
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah
“Bukanlah iman itu dengan berangan-angan atau
menjelaskan, “Sebagaimana pula wajib diketahui
menghias-hias penampilan. Akan tetapi hakikat
bahwa pengakuan terhadap tauhid rububiyah saja
iman itu adalah apa-apa yang bersemayam di
tidaklah mencukupi dan tidak bermanfaat kecuali
dalam hati dan dibuktikan dengan amalan.” Oleh
apabila disertai pengakuan terhadap tauhid
sebab itu orang yang benar-benar beriman adalah
uluhiyah (mengesakan Allah dalam beribadah)
yang mengucapkan keimanan dengan lisan
dan benar-benar merealisasikannya dengan
(bersyahadat), menyakininya di dalam hati, dan

16
ucapan, amalan, dan keyakinan...” (lihat Syarh ini -menurut mereka- adalah tidak ada pencipta
Kasyf asy-Syubuhat, hlm. 24-25). selain Allah, tidak ada pemberi rizki selain Allah,
dsb. Padahal keyakinan semacam ini yang oleh
Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah memaparkan, para ulama biasa disebut dengan tauhid
“Mengapa para nabi tidak berkonsentrasi pada rububiyah adalah perkara yang telah diimani oleh
penetapan tauhid rububiyah dan dakwah kaum musyrikin di masa silam.
kepadanya? Sebab tauhid rububiyah adalah
sesuatu yang telah mereka akui. Mereka tidaklah Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah;
mengingkarinya, dan tidak ada seorang pun yang Siapakah yang memberikan rizki kepada kalian
berani mengingkari tauhid rububiyah selamanya, dari langit dan dari bumi, atau siapakah yang
kecuali karena kesombongan semata. Karena pada berkuasa menciptakan pendengaran dan
hakikatnya tidak ada seorang pun yang meyakini penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
-selamanya- bahwa alam semesta menciptakan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang
dirinya sendiri. Bahkan, kaum Majusi Tsanuwiyah mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur
sekalipun; yang berkeyakinan bahwa alam segala urusan. Niscaya mereka menjawab 'Allah'.
semesta ini memiliki dua pencipta. Meskipun Maka katakanlah 'lalu mengapa kalian tidak
demikian, mereka tetap meyakini bahwa salah bertakwa.” (Yunus : 31)
satu diantara keduanya lebih sempurna. Mereka
meyakini bahwa tuhan cahaya menciptakan Ayat tersebut menunjukkan dengan jelas kepada
kebaikan, sedangkan tuhan kegelapan kita bahwa semata-mata mengakui Allah sebagai
menciptakan keburukan. Sementara mereka pemberi rizki, yang menghidupkan dan
mengatakan bahwa tuhan cahaya adalah tuhan mematikan serta mengatur segala urusan
yang baik dan bermanfaat. Adapun tuhan belumlah cukup untuk menjadikan pelakunya
kegelapan adalah tuhan yang buruk...” “...Intinya, sebagai muslim. Mereka -kaum musyrikin- telah
tidak akan anda temukan selamanya seorang pun memahami dengan baik bahwa makna laa ilaha
yang berkata bahwa alam semesta ini diciptakan illallah adalah tidak ada yang boleh disembah
tanpa adanya Sang pencipta, kecuali orang yang selain Allah.
sombong. Sedangkan orang yang sombong
semacam ini adalah termasuk golongan orang Oleh sebab itu ketika diserukan kepada mereka
musyrik. Adapun masalah [tauhid] uluhiyah, maka kalimat laa ilaha illallah, mereka pun menjawab
itulah permasalahan yang menjadi sumber -sebagaimana Allah kisahkan dalam al-Qur'an-
pertikaian dan pertentangan antara para rasul (yang artinya), “Apakah dia -Muhammad- hendak
dengan umat mereka.” (lihat Syarh al-Qawa'id menjadikan sesembahan-sesembahan yang
al-Hisan, hlm. 21) banyak itu hanya menjadi satu sesembahan saja.
Sesungguhnya ini adalah perkara yang sangat
Ternyata Orang Musyrik Lebih Paham mengherankan.” (Shaad : 5)

Salah satu diantara keadaan umat akhir zaman Hal ini sangat berbeda dengan keadaan
yang sangat memprihatinkan adalah orang-orang di masa kini. Mereka yang notabene
ketidakmengertian banyak orang yang mengaku mengaku muslim dan telah mengucapkan kalimat
muslim tentang makna kalimat tauhid. Banyak syahadat tetapi di saat yang sama mereka justru
diantara mereka yang menyangka bahwa tauhid tidak memahami maksud dari kalimat tauhid yang
itu adalah dengan meyakini Allah itu satu dan mulia ini. Karena itu tidaklah mengherankan
tidak terbagi. Atau tauhid itu adalah meyakini apabila ada sebagian diantara mereka yang justru
Allah sebagai satu-satunya pencipta. mempersembahkan ibadahnya, sembelihan dan
nazarnya untuk selain Allah. Hal itu tidak lain
Bagi mereka, orang yang sudah meyakini disebabkan karena ketidakpahaman mereka
perkara-perkara ini telah mewujudkan maksud terhadap kandungan kalimat tauhid ini.
dari kalimat laa ilaha illallah. Karena makna kalimat

17
Orang-orang musyrik di masa silam paham lain sebagainya yang telah disyari'atkan Allah
maksud kalimat ini sehingga mereka dengan terus untuk beribadah kepada-Nya. Dengan kata lain,
terang dan tegas menolaknya demi tauhid ibadah adalah menujukan segala bentuk
mempertahankan tradisi kemusyrikan yang ibadah kepada Allah semata; sehingga
diwariskan oleh nenek moyang mereka. Adapun barangsiapa yang menujukan ibadah kepada
orang-orang yang melakukan syirik di masa kini selain Allah maka dia termasuk golongan orang
-yang secara lahiriah mengaku muslim- kafir dan musyrik (lihat Ibnu Rajab al-Hanbali wa
mengucapkan syahadat itu dalam keadaan tidak Atsaruhu fi Taudhih 'Aqidati as-Salaf [1/297] oleh
paham makna dan konsekuensinya. Sehingga Dr. Abdullah al-Ghafili)
mereka pun beribadah kepada kuburan, pohon
keramat, batu-batu, wali, jin, dan lain sebagainya. Kalimat laa ilaha illallah mengandung konsekuensi
Padahal setiap hari mereka mengucapkan laa ilaha tidak mengangkat ilah/sesembahan selain Allah.
illallah di dalam zikirnya yang bisa jadi mencapai Sementara ilah adalah Dzat yang ditaati dan tidak
puluhan bahkan ratusan atau ribuan kali. didurhakai, yang dilandasi dengan perasaan takut
dan pengagungan kepada-Nya. Dzat yang
*** menjadi tumpuan rasa cinta dan takut, tawakal,
permohonan, dan doa. Dan ini semuanya tidak
pantas dipersembahkan kecuali kepada Allah
….……….………………….……………# Aqidah Islam 'azza wa jalla. Barangsiapa yang
mempersekutukan makhluk dengan Allah dalam
Makna Kalimat Syahadat masalah-masalah ini -yang ia merupakan
kekhususan ilahiyah- maka hal itu merusak
keikhlasan dan kemurnian tauhidnya. Dan di
dalam dirinya terdapat bentuk penghambaan
Syahadat laa ilaha illallah maknanya adalah
kepada makhluk sesuai dengan kadar
seorang hamba mengakui dengan lisan dan
ketergantungan hati kepada selain-Nya. Dan ini
hatinya bahwa tidak ada ma'bud [sesembahan]
semuanya termasuk cabang kemusyrikan (lihat
yang benar kecuali Allah 'azza wa jalla. Karena ilah
Kitab at-Tauhid; Risalah Kalimat al-Ikhlas wa
bermakna ma'luh [sesembahan], sedangkan kata
Tahqiq Ma'naha, hlm. 49-50)
ta'alluh bermakna ta'abbud [beribadah]. Di dalam
kalimat ini terkandung penafian dan penetapan.
Dengan demikian, seorang yang telah
Penafian terdapat pada ungkapan laa ilaha,
mengucapkan laa ilaha illallah wajib mengingkari
sedangkan penetapan terdapat pada ungkapan
segala sesembahan selain-Nya. Oleh karenanya,
illallah. Sehingga makna kalimat ini adalah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
pengakuan dengan lisan -setelah keimanan di
“Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah dan
dalam hati- bahwa tidak ada sesembahan yang
mengingkari segala yang disembah selain Allah,
benar selain Allah; dan konsekuensinya adalah
maka terjaga harta dan darahnya. Adapun
memurnikan ibadah kepada Allah semata dan
hisabnya adalah urusan Allah 'azza wa jalla.” (HR.
menolak segala bentuk ibadah kepada selain-Nya
Muslim dari Thariq bin Asy-yam
(lihat Fatawa Arkan al-Islam hlm. 47 oleh Syaikh
radhiyallahu'anhu)
Ibnu 'Utsaimin rahimahullah)

Adapun orang yang mengucapkan laa ilaha illallah


Dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa kalimat
akan tetapi tidak mengingkari sesembahan selain
tauhid ini mengandung makna tauhid uluhiyah
Allah atau justru berdoa kepada para wali dan
atau tauhid ibadah. Yang dimaksud tauhid ibadah
orang-orang salih [yang sudah mati] maka orang
adalah mengesakan Allah dengan segala bentuk
semacam itu tidak bermanfaat baginya ucapan laa
perbuatan hamba yang bernilai ibadah -secara
ilaha illallah. Karena hadits Nabi shallallahu 'alaihi
lahir maupun batin- seperti halnya sholat, puasa,
wa sallam itu saling menafsirkan satu sama lain.
zakat, haji, menyembelih kurban, nadzar, cinta,
Tidak boleh hanya mengambil sebagian hadits
takut, harap, tawakal, roghbah, rohbah, doa, dan

18
dan meninggalkan sebagian yang lain (lihat Syarh
Tafsir Kalimat at-Tauhid, hlm. 12) Syarat Kedua : Yakin.

Syarat-Syarat Kalimat Tauhid Maksudnya adalah orang yang mengucapkan


kalimat tauhid ini berada dalam keadaan yakin
Kalimat tauhid tidak bisa diterima tanpa terpenuhi mengenai apa yang dia persaksikan. Tidak
syarat-syaratnya. Oleh sebab itu ketika Wahb bin menyimpan keraguan. Dalil syarat ini adalah sabda
Munabbih -salah seorang ulama tabi'in- Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Aku bersaksi
rahimahullah ditanya, “Bukankah laa ilaha illallah bahwa tidak ada ilah yang benar selain Allah dan
adalah kunci surga?” maka beliau menjawab, bahwa aku -Muhammad- adalah utusan Allah.
“Benar. Akan tetapi tidaklah suatu kunci melainkan Tidaklah seorang hamba bertemu dengan Allah
memiliki gerigi-gerigi. Apabila kamu datang dengan membawa kedua persaksian ini tanpa
dengan kunci yang memiliki gerigi-gerigi itu maka menyimpan keraguan padanya melainkan dia
surga akan dibukakan untukmu. Apabila tidak pasti masuk surga.” (HR. Muslim)
maka tidak akan dibukakan surga untukmu.” (lihat
al-Jami' lil Buhuts wa Rasa'il oleh Syaikh Syarat Ketiga : Ikhlas.
Abdurrazzaq, hlm. 558)
Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah
Dengan penelitian dan pengkajian para ulama memurnikan ibadah dan amal untuk Allah semata,
maka disimpulkan ada tujuh syarat pokok dari sehingga bersih dari syirik dan riya'. Dalilnya
kalimat tauhid ini, yaitu : ilmu, yakin, ikhlas, jujur, adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
cinta, menerima, dan tunduk patuh. Ketujuh syarat “Orang yang paling berbahagia dengan syafa'at
ini merupakan kesimpulan dari berbagai dalil dariku nanti pada hari kiamat adalah orang yang
al-Kitab dan as-Sunnah. mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas dari
hatinya.” (HR. Bukhari)
Berikut ini secara ringkas penjelasan beserta
dalilnya, kami ambil dari keterangan Syaikh Syarat Keempat : Jujur.
Abdurrazzaq al-Badr.
Jujur atau shidq yang dimaksud di sini adalah
Syarat Pertama : Ilmu. seorang hamba mengucapkan kalimat syahadat
ini dengan jujur dari dalam hatinya, tidak dengan
Yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah kedustaan. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu
mengetahui makna dari kalimat tauhid, berupa 'alaihi wa sallam, “Tidaklah ada seorang pun yang
penafian dan penetapan. Yaitu menafikan atau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang benar selain
menolak segala ibadah kepada selain Allah, dan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan
menetapkan bahwa hanya Allah yang berhak jujur dari dalam hatinya melainkan Allah
untuk disembah. Oleh sebab itu kita selalu haramkan atasnya neraka.” (HR. Bukhari dan
membaca dalam al-Fatihah 'iyyaka na'budu' yang Muslim)
maknanya adalah 'hanya kepada-Mu kami
beribadah'. Artinya kita tidak beribadah kepada Syarat Kelima : Cinta.
selain-Nya.
Cinta atau mahabbah yang dimaksud di sini
Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa adalah mencintai Allah dan rasul-Nya serta kaum
sallam, “Barangsiapa meninggal dalam keadaan mukminin dan membenci siapa saja yang
mengetahui/berilmu bahwasanya tiada ilah -yang menyimpang dari kalimat laa ilaha illallah.
benar- selain Allah maka dia masuk surga.” (HR. Diantara dalil yang menunjukkan hal ini adalah
Muslim). Hadits ini menunjukkan bahwa sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Simpul
dipersyaratkan harus mengetahui makna laa ilaha keimanan yang paling kuat adalah cinta karena
illallah untuk bisa masuk ke dalam surga. Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ahmad,

19
dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam ….…………..………………………….# Aqidah Islam
ash-Shahihah)
Hakikat Amal Salih
Syarat Keenam : Menerima.

Menerima atau qabul yang dimaksud adalah


Semua bentuk ibadah baik lahir maupun batin
menerima kandungan kalimat tauhid ini dengan
harus memenuhi dua syarat yaitu ikhlas dan
lisan dan hatinya. Tidak sebagaimana orang-orang
mutaba'ah/sesuai dengan tuntunan Nabi
musyrik yang menolak kandungan kalimat tauhid
shallallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga setiap
ini. Hal ini seperti yang dikisahkan Allah dalam
amalan yang tidak ikhlas untuk mencari wajah
firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya mereka
Allah maka itu adalah batil. Demikian pula setiap
itu apabila dikatakan kepada mereka laa ilaha
amalan yang tidak sesuai dengan ajaran Rasul
illallah maka mereka pun menyombongkan diri.
shallallahu 'alaihi wa sallam maka tertolak.
Dan mereka mengatakan 'apakah kami harus
Amalan yang memenuhi kedua syarat inilah yang
meninggalkan sesembahan-sesembahan kami
diterima di sisi Allah (lihat ad-Durrah al-Fakhirah
gara-gara mengikuti ucapan seorang penyair
fit Ta'liq 'ala Manzhumah as-Sair ila Allah wad
gila?'.” (ash-Shaffat : 35-36)
Daril Akhirah karya Syaikh as-Sa'di, hlm. 15)

Syarat Ketujuh : Tunduk Patuh.


Kedua syarat ini telah tercakup di dalam ayat
(yang artinya), “Benar, barangsiapa yang
Tunduk patuh atau inqiyad maksudnya adalah
memasrahkan wajahnya kepada Allah dalam
orang yang mengucapkan kalimat laa ilaha illallah
keadaan dia berbuat ihsan/kebaikan, maka
harus tunduk kepada aturan dan syari'at Allah.
baginya pahala di sisi Rabbnya, dan mereka tidak
Istilah tunduk patuh ini dalam Al-Qur'an disebut
akan takut ataupun bersedih.” (al-Baqarah : 112).
dengan bahasa 'memasrahkan wajah kepada
Kalimat 'memasrahkan wajahnya kepada Allah'
Allah'. Sebagaimana dalam ayat (yang artinya),
artinya niat dan keinginannya semata-mata untuk
“Barangsiapa yang memasrahkan wajahnya
Allah; yaitu dia mengikhlaskan ibadahnya untuk
kepada Allah dan dia berbuat ihsan/kebaikan,
Allah. Adapun 'dia berbuat ihsan' maksudnya
maka sungguh dia telah berpegang teguh dengan
adalah mengikuti tuntunan Rasul shallallahu
buhul tali yang sangat kuat/al-'urwatul wutsqa.”
'alaihi wa sallam serta menjauhi bid'ah (lihat
(Luqman : 22)
at-Ta'liq al-Mukhtashar 'ala al-Qashidah
an-Nuniyah karya Syaikh Shalih al-Fauzan,
Inilah syarat-syarat dari kalimat laa ilaha illallah.
2/824-825)
Yang dituntut bukanlah semata-mata mengetahui
dan menghafalkannya. Karena bisa jadi seorang
Dengan demikian hakikat amal salih itu adalah
muslim yang awam dan tidak menghafal ketujuh
yang ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Nabi
syarat ini akan tetapi dia telah memenuhi dan
shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidaklah disebut
merealisasikannya. Sebaliknya, bisa jadi ada orang
sebagai amal salih yang sebenarnya kecuali
yang hafal ketujuh syarat ini namun justru
apabila memenuhi kedua syarat ini. Dikarenakan
terjerumus dalam hal-hal yang merusak dan
begitu pentingnya ikhlas dalam beribadah maka
membatalkannya. Oleh sebab itu yang dimaksud
Allah menegaskan hal itu secara khusus dalam
adalah hendaknya mengilmui dan
firman-Nya (yang artinya), “Hendaklah dia
mengamalkannya, bukan sekedar mengenal atau
melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan
menghafalnya [Disarikan dari penjelasan Syaikh
dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu
Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah 'al-Jami' lil
apapun.” (al-Kahfi : 110). Dan ketika jelas bagi kita
Buhuts wa Rasa'il' halaman 558-562]
bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb, pencipta,
penguasa dan pengatur alam semesta ini maka
***
tidak layak Allah dipersekutukan dalam hal ibadah

20
dengan siapa pun juga (lihat Tafsir Surah al-Kahfi agama kalian.” Apa-apa yang pada hari itu bukan
karya Syaikh al-Utsaimin, hlm. 153) termasuk ajaran agama, maka hari ini hal itu
bukan termasuk agama.” (lihat al-I'tisham,
Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa [1/64-65])
amal salih ialah amalan yang sesuai dengan
syari'at Allah, sedangkan tidak mempersekutukan Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, ada dua
Allah maksudnya adalah amalan yang diniatkan buah pertanyaan yang semestinya diajukan
untuk mencari wajah Allah (ikhlas), inilah dua kepada diri kita sebelum mengerjakan suatu
rukun amal yang akan diterima di sisi-Nya (lihat amalan. Yaitu: Untuk siapa? dan Bagaimana?
Tafsir al-Qur'an al-'Azhim [5/154] cet. Pertanyaan pertama adalah pertanyaan tentang
al-Maktabah at-Taufiqiyah) keikhlasan. Pertanyaan kedua adalah pertanyaan
tentang kesetiaan terhadap tuntunan Rasul
Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebab amal tidak
“Sesungguhnya amalan jika ikhlas namun tidak akan diterima jika tidak memenuhi kedua-duanya
benar maka tidak akan diterima. Demikian pula (lihat Ighatsat al-Lahfan, hlm. 113)
apabila amalan itu benar tapi tidak ikhlas juga
tidak diterima sampai ia ikhlas dan benar. Ikhlas ***
itu jika diperuntukkan bagi Allah, sedangkan benar
jika berada di atas Sunnah/tuntunan.” (lihat Jami' ….……………………..………….………# Aqidah Islam
al-'Ulum wa al-Hikam, hlm. 19 cet. Dar al-Hadits)
Islam dan Tauhid
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Allah
tabaraka wa ta'ala berfirman, 'Aku adalah Dzat
an-Nawawi rahimahullah mencantumkan hadits
yang paling tidak membutuhkan sekutu.
dalam al-Arba'in an-Nawawiyah -hadits ke-3- dari
Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang
Ibnu 'Umar radhiyallahu'anhuma, beliau berkata :
di dalamnya dia mempersekutukan selain-Ku
Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersama diri-Ku maka Kutinggalkan dia bersama
bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara;
kesyirikannya.” (HR. Muslim)
syahadat laa ilaha illallah wa anna Muhammadar
rasulullah, mendirikan sholat, menunaikan zakat,
Dari Ummul Mukminin Ummu Abdillah 'Aisyah
haji ke Baitullah, dan puasa Ramadhan.” (HR.
radhiyallahu'anha beliau berkata: Rasulullah
Bukhari dan Muslim)
shallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang mengada-adakan suatu
Dalam sebuah riwayat dalam Shahih Muslim,
perkara di dalam urusan [agama] kami ini yang
hadits ini disebutkan dengan redaksi, “Islam
bukan berasal darinya, maka ia pasti tertolak.” (HR.
dibangun di atas lima perkara; mentauhidkan
Bukhari dan Muslim). Di dalam riwayat Muslim,
Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa
“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang
Ramadhan, dan haji.” Maka ada seseorang yang
tidak ada tuntunannya dari kami, maka ia pasti
berkata, “Haji dan puasa Ramadhan?”. Ibnu Umar
tertolak.”
berkata, “Bukan demikian. “Puasa Ramadhan dan
haji.” Demikian yang aku dengar dari Rasulullah
Ibnul Majisyun berkata: Aku pernah mendengar
shallallahu 'alaihi wa sallam.” (lihat al-Jami' baina
Malik berkata, “Barangsiapa yang
ash-Shahihain, 1/32)
mengada-adakan di dalam Islam suatu bid'ah
yang dia anggap baik (baca: bid'ah hasanah),
Dalam riwayat Muslim pula, hadits ini disebutkan
maka sesungguhnya dia telah menuduh
dengan redaksi, “Islam dibangun di atas lima
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
perkara; beribadah kepada Allah dan mengingkari
mengkhianati risalah. Sebab Allah berfirman (yang
segala sesembahan selain-Nya, mendirikan sholat,
artinya), “Pada hari ini telah Aku sempurnakan
menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan puasa

21
Ramadhan.” (lihat al-Jami' baina ash-Shahihain, Hadits ini juga menunjukkan kepada kita bahwa
1/32) makna laa ilaha illallah adalah mengingkari segala
sesembahan selain Allah baik berupa berhala,
Dari ketiga redaksi hadits di atas terdapat faidah kuburan, atau yang lainnya (lihat al-Mulakhkhash
berharga yang bisa kita petik bersama. fi Syarh Kitab at-Tauhid oleh Syaikh al-Fauzan, hlm.
69)
Hadits yang agung ini menunjukkan kepada kita
bahwa hakikat tauhid kepada Allah adalah dengan ***
beribadah kepada-Nya dan mengingkari segala
sesembahan selain-Nya, dan inilah kandungan
makna dari syahadat laa ilaha illallah. Karena ..….………………………………………..# Aqidah Islam
makna dari laa ilaha illallah adalah tiada
sesembahan yang haq selain Allah. Oleh sebab itu Merealisasikan Kalimat Tauhid
kaum musyrikin Quraisy pada masa itu menolak
untuk mengucapkan kalimat tauhid, karena
mereka memahami maksudnya.
Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah memaparkan
bahwa merealisasikan laa ilaha illallah (baca:
Allah ta'ala berfirman (yang artinya),
tauhid) adalah sesuatu yang sangat sulit. Oleh
“Sesungguhnya mereka itu apabila dikatakan
sebab itu sebagian salaf berkata, “Setiap maksiat
kepada mereka 'laa ilaha illallah' maka mereka
merupakan bentuk lain dari kesyirikan”. Sebagian
justru menyombongkan diri. Dan mereka
salaf juga mengatakan, ”Tidaklah aku berjuang
mengatakan, 'Apakah kami harus meninggalkan
menundukkan jiwaku untuk menggapai sesuatu
sesembahan-sesembahan kami hanya karena
yang lebih berat daripada ikhlas”. Tidak ada yang
seorang penyair gila'.” (ash-Shaffat : 35-36)
bisa memahami hal ini selain seorang mukmin.
Adapun selain mukmin, tidak akan berjuang
Dalam hadits dari Ibnu 'Abbas
menundukkan jiwanya demi menggapai
radhiyallahu'anhuma, beliau mengisahkan bahwa
keikhlasan. Pernah ditanyakan kepada Ibnu Abbas,
ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
“Orang-orang Yahudi mengatakan: Kami tidak
mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman, beliau
pernah diserang waswas dalam sholat”. Beliau
berpesan, “..Jadikanlah yang pertama kali kamu
menjawab, ”Apa yang perlu dilakukan oleh setan
serukan kepada mereka adalah syahadat laa ilaha
terhadap hati yang sudah hancur?”. Setan tidak
illallah.” dalam riwayat lain -dalam Sahih Bukhari-
perlu repot-repot meruntuhkan hati yang sudah
disebutkan dengan redaksi, “Supaya mereka
hancur. Akan tetapi ia akan berjuang untuk
mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
meruntuhkan hati yang makmur. Oleh sebab itu,
tatkala ada yang mengadu kepada Nabi
Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwa makna
shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa terkadang
laa ilaha illallah adalah mentauhidkan Allah dalam
seseorang mendapati di dalam hatinya sesuatu
beribadah. Hadits ini -dan juga hadits Ibnu 'Umar
yang besar dan tidak sanggup diucapkan. Beliau
di atas- menunjukkan kepada kita bahwasanya
berkata, ”Benarkah kalian merasakan hal itu?”.
tauhid adalah kewajiban yang paling wajib.
Mereka menjawab, “Benar”. Beliau berkata, ”Itulah
kejelasan iman.” (HR. Muslim). Artinya itu adalah
Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah
bukti keimanan kalian. Karena hal itu tidak bisa
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
dirasakan kecuali oleh hati yang lurus dan bersih
“Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah dan
(lihat al-Qaul al-Mufid 'ala Kitab at-Tauhid [1/38])
mengingkari segala sesembahan selain Allah maka
terjaga harta dan darahnya, sedangkan hisabnya
Syaikh as-Sa'di rahimahullah berkata,
diserahkan kepada Allah 'azza wa jalla.”
“Sesungguhnya merealisasikan tauhid adalah
dengan membersihkan dan memurnikannya dari
kotoran syirik besar maupun kecil serta kebid'ahan

22
yang berupa ucapan dan keyakinan maupun yang maka itu artinya kamu belum mewujudkan tauhid.
berupa perbuatan, dan juga mensucikan diri dari Allah ta'ala berfirman (yang artinya),
kemaksiatan. Hal itu akan tercapai dengan “Sesungguhnya mereka itu dahulu apabila
menyempurnakan keikhlasan kepada Allah dalam dikatakan kepada mereka bahwa tiada
ucapan, perbuatan, dan keinginan, lalu sesembahan yang benar selain Allah maka mereka
membersihkan diri dari syirik akbar -yang pun menyombongkan diri/bersikap angkuh dan
menghilangkan pokok tauhid- dan membersihkan mengatakan; apakah kami harus meninggalkan
diri dari syirik kecil yang mencabut sesembahan-sesembahan kami hanya gara-gara
kesempurnaannya serta menyelamatkan diri dari seorang penyair gila?” (ash-Shaffat: 35-36) (lihat
bid'ah-bid'ah.” (lihat al-Qaul as-Sadid fi Maqashid al-Qaul al-Mufid 'ala Kitab at-Tauhid [1/55])
at-Tauhid, hlm. 20)
***
Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah
menjelaskan, “Yang dimaksud merealisasikan
tauhid adalah dengan membersihkan dan
….………………………….…………….# Aqidah Islam
memurnikannya dari kotoran-kotoran syirik,
bid'ah, dan terus menerus dalam perbuatan dosa.
Barangsiapa yang melakukannya maka berarti dia Bantahan Bagi Pemuja Kubur
telah merealisasikan tauhidnya...” (lihat Qurrat
'Uyun al-Muwahhidin, hlm. 23).
Salah satu bentuk kesyirikan adalah meminta
Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin (baca: berdoa) bebagai kebutuhan kepada orang
rahimahullah menjelaskan bahwa tauhid tidak yang sudah mati dan beristighotsah kepadanya.
akan terealisasi pada diri seseorang kecuali Ini adalah sumber bertebarnya syirik di dunia.
dengan tiga perkara: Padahal, orang yang sudah mati sudah terputus
amalnya dan tidak menguasai bagi dirinya sendiri
Pertama, ilmu; karena kamu tidak mungkin kemanfaatan maupun bahaya apalagi untuk orang
mewujudkan sesuatu sebelum yang beristighotsah atau meminta syafa'at
mengetahui/memahaminya. Allah ta'ala berfirman kepadanya (lihat ad-Durr an-Nadhidh 'ala Abwab
(yang artinya), “Ketahuilah, bahwa tiada at-Tauhid, hlm. 121)
sesembahan yang benar selain Allah.”
(Muhammad: 19). Orang-orang musyrik masa silam berdoa kepada
para malaikat agar memberikan syafa'at bagi
Kedua, i'tiqad/keyakinan, apabila kamu telah mereka di sisi Allah. Syaikh Sulaiman bin 'Abdullah
mengetahui namun tidak meyakini dan justru rahimahullah mengatakan, “Apabila mengangkat
menyombongkan diri/angkuh maka itu artinya para malaikat sebagai pemberi syafa'at tandingan
kamu belum merealisasikan tauhid. Allah ta'ala selain Allah adalah kesyirikan, maka
berfirman mengenai orang-orang kafir (yang bagaimanakah lagi dengan perbuatan orang yang
artinya), “Apakah dia -Muhammad- hendak menjadikan orang-orang yang sudah mati
menjadikan sesembahan-sesembahan -yang -sebagai pemberi syafa'at- sebagaimana yang
banyak- itu menjadi satu sesembahan saja, dilakukan oleh para pemuja kubur?!” (lihat Taisir
sungguh ini merupakan perkara yang sangat al-'Aziz al-Hamid [1/517])
mengherankan.” (Shaad: 5). Mereka -orang kafir-
tidak meyakini keesaan Allah dalam hal Syafa'at adalah milik Allah, bukan milik para
peribadahan -meskipun mereka memahami malaikat, nabi atau wali. Allah ta'ala berfirman
seruan Nabi tersebut, pent-. (yang artinya), “Katakanlah: Milik Allah semua
syafa'at itu.” (az-Zumar: 44). Oleh sebab itu tidak
Ketiga, inqiyad/ketundukan, apabila kamu telah boleh meminta syafa'at kecuali kepada Allah.
mengetahui dan meyakini namun tidak tunduk Tidak ada yang bisa memberikan syafa'at kecuali
dengan izin Allah, karena syafa'at adalah milik-Nya.

23
Bahkan, berdoa kepada para wali (baca: (baca: al-Jin 19). Sehingga dengan berdoa kepada
sesembahan selain Allah) demi mendapatkan selain Allah -untuk meminta syafa'at- justru
syafa'at dan mendekatkan diri kepada Allah itulah membuat mereka terhalang dari syafa'at. Sebab
sebab mengapa Allah mengkafirkan orang-orang syafa'at tidak akan diberikan kepada orang
musyrik zaman dahulu (lihat penjelasan Syaikh musyrik.
Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah dalam
Syarh Kitab Kasyfu asy-Syubuhat, hlm. 79-80) Allah ta'ala berfirman (yang artinya),
“Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik
Syafa'at hanya diberikan kepada orang yang Allah maka janganlah kalian berdoa kepada
bertauhid. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam siapapun bersama -doa kalian kepada- Allah.”
hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, dia (al-Jin: 18). Syaikh Shalih as-Suhaimi hafizhahullah
berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan, “Artinya janganlah kalian beribadah
bersabda, “Setiap Nabi memiliki sebuah doa yang kepada siapapun selain kepada-Nya.” (lihat Syarh
mustajab, maka semua Nabi bersegera Tsalatsat al-Ushul, hal. 15, lihat juga keterangan
mengajukan doa/permintaannya itu. Adapun aku serupa oleh Syaikh al-Utsaimin dalam Syarh
menunda doaku itu sebagai syafa'at bagi umatku Tsalatsat al-Ushul, hlm. 35)
kelak di hari kiamat. Doa -syafa'at- itu -dengan
kehendak Allah- akan diperoleh setiap orang yang Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa
meninggal di antara umatku dan tidak yang berdoa kepada sesembahan lain disamping
mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun.” doanya kepada Allah yang itu jelas tidak ada
(HR. Muslim) keterangan/pembenar atasnya, maka
sesungguhnya hisabnya ada di sisi Rabbnya.
Dalam riwayat Ahmad disebutkan, Abu Hurairah Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak akan
radhiyallahu'anhu berkata, “Aku adalah orang beruntung.” (al-Mukminun: 117). Yang dimaksud
yang paling mengetahui tentang syafa'at dengan doa dalam ayat ini adalah ibadah (lihat
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pada Tafsir al-Qur'an al-'Azhim [5/367] cet.
hari kiamat.” Orang-orang pun berpaling kepada al-Maktabah at-Taufiqiyah)
beliau. Mereka berkata, “Beritahukanlah kepada
kami, semoga Allah merahmatimu.” Abu Hurairah Orang-orang musyrik masa silam tidaklah
berkata: Yaitu beliau berdoa, “Ya Allah, ampunilah berkeyakinan bahwa patung-patung atau berhala
setiap muslim yang beriman kepada-Mu dan tidak yang mereka sembah adalah yang menciptakan
mempersekutukan-Mu dengan sesuatu apapun.” diri mereka atau pencipta langit dan bumi. Mereka
(HR. Ahmad, sanadnya dinilai hasan, lihat al-Ba'ts juga tidak berkeyakinan bahwa patung-patung itu
karya Ibnu Abi Dawud, hlm. 49) yang menurunkan hujan dari langit. Lalu mengapa
mereka menyembah patung-patung itu? Maka
Ini menunjukkan, alasan bahwa para malaikat, nabi mereka menjawab, “Agar mereka bisa
atau wali bisa memberikan syafa'at di sisi Allah mendekatkan diri kami kepada Allah dan menjadi
tidaklah bisa dijadikan sebagai hujjah/dalil untuk pemberi syafa'at untuk kami di sisi Allah.”
membolehkan berdoa [meminta syafa'at] kepada Demikian sebagaimana diterangkan oleh Qatadah
mereka karena dua sebab: rahimahullah (lihat al-Jami' li Ahkam al-Qur'an
oleh al-Qurthubi [18/247])
Pertama. Syafa'at bukan milik mereka, tetapi milik
Allah semata (baca: az-Zumar 44). Sehingga Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, bahwa
memintanya kepada selain Allah adalah jelas orang-orang musyrik kala itu membuat
sebuah kekeliruan. patung-patung mereka sebagai simbol dari
malaikat yang mereka harapkan bisa memberikan
Kedua. Berdoa kepada selain Allah adalah syirik, syafa'at untuk mereka di sisi Allah demi memenuhi
karena doa adalah ibadah dan memalingkan keinginan mereka semacam agar bisa
ibadah kepada selain Allah adalah kemusyrikan mendapatkan kemenangan, melancarkan rizkinya,

24
atau untuk mencapai berbagai keinginan dunia hadits yang berbunyi, “Apabila kalian telah
selainnya. Adapun mengenai hari pembalasan mengalami kesusahan dalam urusan-urusan kalian
(kiamat) maka mereka tidak mempercayainya maka hendaklah kalian kembali/memohon
(lihat Tafsir al-Qur'an al-'Azhim [7/61-62] cet. pertolongan kepada para penghuni kubur.” Syaikh
at-Taufiqiyah) al-Albani rahimahullah menyatakan bahwa ini
adalah hadits palsu.
***
Referensi : al-Mukhtashar al-Hatsits fi Bayani
Ushuli Manhajis Salaf Ashabil Hadits, hlm. 185
….…………………….…………………# Aqidah Islam
***
Sebab-Sebab Terjadinya Syirik
….….…………….……………………….# Aqidah Islam
Salah satu diantara sebab munculnya syirik adalah
berlebih-lebihan terhadap orang salih. Keyakinan Yang Benar dalam Hal
Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Wahai Tauhid Rububiyah
ahli kitab, janganlah kalian bersikap
berlebih-lebihan dalam agama kalian, dan
janganlah kalian berkata atas nama Allah kecuali oleh :
berdasar kebenaran.” (an-Nisaa' : 171) Syaikh Dr. Abdussalam bin Barjas rahimahullah

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Ahlus Sunnah wal Jama'ah meyakini bahwasanya
“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam Allah ta'ala semata yang maha esa dalam hal
memujiku sebagaimana Nasrani berlebihan dalam penciptaan, kekuasaan, dan pengaturan [alam
memuji Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku ini semesta]. Allah ta'ala berfirman (yang artinya),
hanyalah hamba, maka katakanlah 'hamba Allah “Sesungguhnya Rabb kalian adalah Allah yang
dan rasul-Nya'.” (HR. Bukhari) telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa kemudian Dia menetap tinggi di atas Arsy,
Selain itu, syirik juga bisa terjadi karena taklid Dia menutupkan malam kepada siang dan malam
kepada nenek-moyang. Sebagaimana yang itu mengikutinya dengan cepat. Dan matahari
dikisahkan oleh Allah. Allah berirman (yang serta bulan dan bintang-bintang ditundukkan
artinya), “Bahkan mereka berkata, 'Sesungguhnya dengan perintah-Nya. Ketahuilah, bahwa hanya
kami telah mendapati nenek-moyang kami berada milik-Nya penciptaan dan perintah. Maha berkah
di atas suatu ajaran, dan kami selalu berada di atas Allah Rabb seru sekalian alam.” (al-A'raaf : 54)
jejak-jejak mereka dalam mencari petunjuk'.”
(az-Zukhruf : 22) Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Milik Allah
semata kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan
Syirik juga terjadi disebabkan kebodohan apa pun yang Dia kehendaki.” (asy-Syura : 49)
terhadap tauhid dan ajaran rasul. Oleh sebab itu
semakin jauh kaum muslimin dari ilmu maka Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Milik-Nya
semakin besar kemungkinan syirik merasuk dan semata kerajaan langit dan bumi, Dia
merusak dalam hidup dan kehidupan mereka. menghidupkan dan mematikan, dan Dia atas
Karena itulah wajib atas segenap kaum muslimin segala sesuatu maha mampu.” (al-Hadid : 2)
untuk belajar tentang tauhid dan iman yang akan
menjaga mereka dari syirik dan kekafiran. Kaum Musyrikin Tidak Menolak Tauhid
Rububiyah
Salah satu sebab merebaknya syirik juga adalah
tersebarnya hadits-hadits palsu. Misalnya adalah

25
Tauhid semacam ini dinamakan dengan tauhid langit, ataukah Kami berikan kepada mereka suatu
rububiyah. Hal itu -tauhid rububiyah- adalah kitab sehingga mereka berada di atas bukti yang
perkara yang telah terpatri dalam jiwa manusia. jelas darinya. Bahkan tidaklah orang-orang zalim
Tidak ada seorang pun manusia yang itu menjanjikan satu sama salin melainkan tipuan
mengingkarinya. Apakah dia seorang muslim belaka.” (Fathir : 40)
ataupun kafir. Sebagaimana yang Allah ta'ala
ceritakan mengenai keadaan orang-orang kafir Allah ta'ala berfirman mengenai kaum musyrikin
(yang artinya), “Sungguh jika kamu tanyakan Quraisy (yang artinya), “Sesungguhnya mereka itu
kepada mereka; Siapakah yang menciptakan langit apabila dikatakan kepada mereka 'laa ilaha
dan bumi serta menundukkan matahari dan bulan, illallah' maka mereka pun menyombongkan diri.
niscaya mereka akan menjawab 'Allah'.” (Luqman : Mereka berkata 'Apakah kamu harus
25) meninggalkan sesembahan-sesembahan kalian
hanya demi mengikuti seorang penyair gila?'.”
Allah ta'ala juga berfirman mengenai mereka (ash-Shaffat : 36)
(yang artinya), “Dan tidaklah beriman kebanyakan
mereka itu kepada Allah kecuali dalam keadaan Allah ta'ala berfirman menceritakan ucapan
musyrik.” (Yusuf : 106). Mujahid rahimahullah mereka (yang artinya), “Apakah dia -Muhammad-
mengatakan : Iman mereka itu adalah perkataan hendak menjadikan sesembahan-sesembahan
mereka bahwa Allah pencipta kami, yang yang banyak ini menjadi satu sesembahan saja.
memberikan rezeki kepada kami dan mematikan Sesungguhnya ini adalah perkara yang sangat
kami. Ini adalah keimanan, dan pada saat yang mengherankan.” (Shaad : 5)
sama mereka juga berbuat syirik dengan beribadah
kepada selain-Nya. Faidah Penetapan Tauhid Rububiyah

Mereka Meyakini bahwa Sesembahan Mereka Sesungguhnya Allah ta'ala menetapkan tauhid
Tidak Mencipta -tauhid rububiyah- ini hanya dalam rangka
mengokohkan dan mempertegasnya dan dalam
Kaum musyrikin itu tidaklah meyakini bahwa rangka berdalil dengannya untuk menetapkan
sesembahan-sesembahan mereka bersekutu kewajiban tauhid uluhiyah (mengesakan Allah
dengan Allah dalam hal penciptaan. Bahkan dalam hal ibadah, pent). Karena konsekuensi dari
mereka dahulu meyakini bahwa itu semua milik tauhid rububiyah ini adalah tidak boleh disembah
Allah semata. Dan mereka pun meyakini bahwa kecuali Allah. Allah ta'ala berfirman (yang artinya),
sesembahan-sesembahan mereka menjadi “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian Yang
perantara untuk beribadah kepada Allah. Dan telah menciptakan kalian dan orang-orang
mereka pun menjadikannya sebagai para pemberi sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.”
syafa'at di sisi Allah ta'ala belaka. Sebagaimana (al-Baqarah : 21)
dikisahkan oleh Allah ta'ala (yang artinya),
“Ketahuilah, hanya milik Allah agama yang murni. Allah berfirman (yang artinya), “Itulah Allah Rabb
Dan orang-orang yang menjadikan selain-Nya kalian, milik-Nya semata kerajaan. Tidak ada
sebagai penolong/sesembahan itu mengatakan sesembahan yang benar kecuali Dia, maka
'Tidaklah kami beribadah kepada mereka kemanakah kalian hendak dipalingkan.”
melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami (az-Zumar : 6)
kepada Allah sedekat-dekatnya.'.” (az-Zumar : 3)
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Hendaklah
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; mereka menyembah Rabb/pemilik rumah ini
Bagaimanakah pendapat kalian mengenai (Ka'bah) Yang telah memberikan makanan mereka
sekutu-sekutu kalian yang kalian seru selain Allah. dari kelaparan dan memberikan rasa aman dari
Perlihatkan kepada-Ku apa yang mereka ciptakan cekaman ketakutan.” (Quraisy : 3-4)
di bumi ini, ataukah mereka memiliki sekutu di

26
Allah ta'ala menyebutkan bahwa hanya Dia yang Allah. Dan hal ini benar-benar kontradiksi yang
menciptakan mereka dan pemberi rezeki kepada sangat nyata dan menyelisihi syari'at dan akal
mereka. Dan hal ini adalah perkara yang tidak sehat. Karena sesungguhnya barangsiapa yang
mereka ragukan. Allah jadikan hal ini sebagai memiliki keesaan dalam pegaturan perkara ini
hujjah/argumen untuk menundukkan mereka semuanya, baik berupa mencipta, memberi rezeki,
dalam hal wajibnya memurnikan ibadah menghidupkan, mematikan, menjadi hak baginya
kepada-Nya semata yang tiada sekutu bagi-Nya. untuk diesakan dalam segala bentuk ketaatan.

Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Karena itulah Allah mengingkari mereka dengan
Segala puji bagi Allah dan keselamatan semoga ucapan-Nya (yang artinya), “Apakah masih ada
terlimpah kepada hamba-hamba-Nya yang pilihan. sesembahan lain bersama Allah.” Allah tidak
Apakah Allah yang lebih baik ataukah apa-apa mengatakan, “Apakah ada pencipta lain bersama
yang mereka persekutukan. Atau siapakah yang Allah” karena mereka tidak menolak dalam
menciptakan langit dan bumi dan menurunkan masalah ini.
kepada kalian air dari langit maka Kami pun
menumbuhkan dengannya kebun-kebun yang Kebatilan Syirik dalam Hal Rububiyah
indah; tidak mungkin kalian bisa menumbuhkan
pohon-pohonnya. Apakah ada sesembahan lain Allah ta'ala pun telah menjelaskan kebatilan syirik
bersama dengan Allah. Bahkan mereka itu adalah dalam hal rububiyah, dan bahwasanya apabila
kaum yang mempersekutukan. Atau siapakah yang memang seperti itu keadaannya -ada
menjadikan bumi itu tetap dan menjadikan di pencipta/pengatur selain Allah, pent- pastilah
sela-selanya ada sungai-sungai dan menjadikan akan hancur langit dan bumi ini. Hal ini pun bisa
baginya pasak-pasak (gunung) dan menjadikan dipahami dengan mudah secara logika yang
antara kedua lautan itu pembatas. Apakah ada sederhana. Allah ta'ala berfirman (yang artinya),
sesembahan lain bersama Allah. Bahkan “Allah sama sekali tidak mengangkat anak, dan
kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. Atau tidak ada bersama-Nya sesembahan (yang lain).
siapakah yang menjawab doa orang yang terjepit Kalau lah ada niscaya setiap sesembahan akan
ketia dia berdoa kepada-Nya dan siapa pula yang pergi membawa apa yang diciptakannya dan
bisa menyingkap keburukan/bahaya dan sebagian mereka akan mengalahkan sebagian
menjadikan kalian sebagai khalifah/generasi yang yang lain. Maha suci Allah dari apa-apa yang
silih berganti di muka bumi. Apakah ada mereka sifatkan.” (al-Mu'minun : 91)
sesembahan lain bersama Allah. Betapa sedikitnya
kalian ini mengambil pelajaran. Atau siapakah Allah berfirman (yang artinya), “Seandainya pada
yang memberikan petunjuk kepada kalian dalam keduanya [langit dan bumi] ada
kegelapan daratan dan lautan dan siapakah yang sesembahan-sesembahan yang lain (pencipta dan
mengirim angin sebagai kabar gembira sebelum pengatur alam, pent) selain Allah niscaya
datangnya rahmat-Nya. Adakah sesembahan lain keduanya akan menjadi rusak/hancur.”
bersama Allah. Maha tinggi Allah dari apa-apa (al-Anbiyaa' : 22)
yang mereka persekutukan.” (an-Naml : 59-63)
# Sumber : al-Mu'taqad ash-Shahih, hal. 11-16
Maka di dalam ayat-ayat ini Allah ta'ala
mengingkari kaum musyrikin yang telah mengakui ***
bahwasanya Allah ta'ala semata sebagai pencipta
langit dan bumi dan bahwa Allah semata yang
memberikan manfaat dan mudhorot, bahwasanya
pengakuan mereka ini tidak bermanfaat bagi
mereka, karena mereka telah mengangkat
sesembahan lain bersama Allah. Mereka berdoa
kepadanya sebagaimana mereka berdoa kepada

27
…..….….………………………………..# Aqidah Islam Maryam pun mereka perlakukan demikian.
Padahal, mereka tidaklah diperintahkan kecuali
Salah Satu Bentuk Syirik Yang Samar untuk beribadah kepada sesembahan yang satu
saja. Tidak ada sesembahan yang benar selain Dia.
Maha suci Dia dari apa yang mereka persekutukan.”
(at-Taubah: 31)
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata,
“Aku heran dengan orang-orang yang
Dari 'Adi bin Hatim radhiyallahu'anhu, dia berkata:
mengetahui sanad/riwayat hadits dan
Dahulu aku datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi
kesahihannya. Mereka lebih suka condong kepada
wa sallam sementara di leherku masih terdapat
pendapat Sufyan -yaitu Sufyan ats-Tsauri, wafat
salib dari emas. Maka beliau bersabda, “Wahai
161 H-. Padahal Allah ta'ala berfirman (yang
'Adi! Buanglah berhala ini.” Dan aku mendengar
artinya), “Hendaklah merasa takut orang-orang
beliau membaca ayat dalam surat al-Bara'ah (yang
yang menyimpang dari perintah/ajarannya karena
artinya), “Mereka telah menjadikan pendeta dan
mereka itu akan tertimpa fitnah.” (an-Nuur: 63).
rahib-rahib mereka sebagai rabb selain Allah.”
Tahukah kamu apa itu fitnah? Fitnah itu adalah
(at-Taubah: 31). Beliau bersabda, “Mereka
syirik. Karena bisa jadi ketika dia menolak
memang tidak beribadah kepada pendeta dan
sebagian sabda beliau kemudian muncul dalam
rahib-rahib itu. Akan tetapi apabila pendeta dan
hatinya suatu penyimpangan sehingga
rahib menghalalkan sesuatu lalu mereka pun
membuatnya celaka.” (lihat al-Mulakhash fi Syarh
menghalalkannya. Demikian juga apabila mereka
Kitab at-Tauhid, hlm. 297)
mengharamkan sesuatu, mereka pun ikut
mengharamkannya.” (HR. Tirmidzi dihasankan
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah
oleh Syaikh al-Albani, lihat juga Tafsir al-Qur'an
menjelaskan, bahwa perkataan Imam Ahmad ini
al-'Azhim [4/93])
beserta dalil yang beliau bawakan mengandung
pelajaran berupa peringatan keras/tahdzir dari
Ahli kitab disebut 'menjadikan pendeta dan rahib
sikap ikut-ikutan atau taklid kepada ulama tanpa
sebagai rabb' karena mereka mengangkat
landasan dalil. Di dalamnya juga terkandung
pendeta dan rahib sebagai pembuat syari'at untuk
peringatan keras bagi orang-orang yang
mereka yang menetapkan halal dan haram,
meninggalkan beramal dengan al-Kitab dan
sehingga pengikutnya pun menghalalkan apa
as-Sunnah. Beliau menegaskan, “Dan
yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa
sesungguhnya hal itu termasuk bentuk syirik
yang dihalalkan-Nya. Oleh sebab itu ahli kitab
dalam hal ketaatan.” (lihat al-Mulakhash, hlm. 298)
dinilai telah menjadikan pendeta dan rahib
seolah-olah sebagai Rabb/Sang Maha Pengatur.
Hal ini memberikan faidah hukum yaitu
Padahal, penetapan syari'at merupakan bagian
diharamkannya taklid bagi orang yang telah
dari kekhususan rububiyah yang hanya dimiliki
mengetahui dalil dan tata cara mengambil
oleh Allah ta'ala (lihat catatan kaki Fath al-Majid,
kesimpulan darinya/istidlal. Selain itu, ia juga
hlm. 96).
menunjukkan bolehnya taklid bagi orang yang
tidak mengetahui dalil, yaitu dengan dia
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
mengikuti ulama yang terpercaya ilmu dan
rahimahullah menjelaskan, “Maksud dari
agamanya (lihat al-Mulakhash, hlm. 298)
'menjadikan rabb selain Allah' adalah menjadikan
mereka sebagai sekutu bagi Allah 'azza wa jalla
Oleh sebab itu ahli kitab yang menaati pendeta
dalam hal pembuatan syari'at; sebab mereka
dan rahib-rahib mereka dalam melanggar
berani menghalalkan apa yang diharamkan Allah
hukum-hukum Allah disebut dalam al-Qur'an
sehingga para pengikut itu pun menghalalkannya.
dengan istilah 'mengangkat rabb selain Allah'.
Mereka pun berani mengharamkan apa yang
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Mereka telah
dihalalkan Allah, sehingga membuat para
menjadikan pendeta dan rahib-rahib mereka
sebagai rabb selain Allah, dan al-Masih putra

28
pengikutnya juga ikut mengharamkannya.” (lihat shallallahu 'alaihi wa sallam; bahwasanya dia
al-Qaul al-Mufid [2/66]) menjadi murtad alias keluar dari Islam meskipun
dia melakukan hal itu dalam rangka bercanda
Oleh sebab itu ketaatan kepada ulama atau (lihat Syarh Nawaqidh al-Islam, hlm. 26 oleh
penguasa yang melampaui batas bisa mengubah Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah)
mereka menjadi sesembahan tandingan bagi Allah.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Termasuk bentuk penistaan kepada agama adalah
rahimahullah membuat bab di dalam Kitab Tauhid menjelek-jelekkan para sahabat Nabi shallallahu
dengan judul “Barangsiapa menaati ulama dan 'alaihi wa sallam. Imam al-Khatib al-Baghdadi
umara' dalam mengharamkan apa yang rahimahullah meriwayatkan dalam kitabnya
dihalalkan Allah atau menghalalkan apa yang al-Kifayah bahwa Imam Abu Zur'ah ar-Razi
diharamkan-Nya pada hakikatnya dia telah rahimahullah mengatakan, “Apabila kamu melihat
mengangkat mereka pada kedudukan rabb.” (lihat seseorang yang menjelek-jelekkan salah seorang
al-Qaul al-Mufid [2/63]) diantara sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, ketahuilah bahwa sesungguhnya dia itu
*** adalah zindiq. Karena sesungguhnya agama ini
benar dan al-Qur'an juga benar, dan
sesungguhnya itu semua diriwayatkan kepada kita
….….….………………………………..# Aqidah Islam oleh para sahabat.” (lihat dalam ash-Shidqu ma'a
Allah, hlm. 44)
Penistaan Agama Yang Diremehkan
Oleh sebab itu diriwayatkan dari Imam Ahmad bin
Hanbal rahimahullah, bahwa beliau mengatakan,
“Barangsiapa mencela dua orang syaikh; yaitu Abu
Pendustaan dan penistaan kepada agama Islam
Bakar dan Umar maka dia menjadi kafir.”
dan pembawa ajarannya adalah kenyataan yang
Demikian pula hukumnya orang yang mencela
telah dihadapi oleh para nabi dan rasul. Allah
seluruh sahabat. Begitu pula orang yang
berfirman (yang artinya), “Demikianlah, tidaklah
mengkafirkan seluruh sahabat karena
datang kepada orang-orang sebelum mereka
sesungguhnya dia telah mendustakan Allah, dan
seorang rasul pun melainkan mereka berkata
orang yang mendustakan Allah itu kafir (lihat
-tentangnya- bahwa dia/rasul itu adalah tukang
keterangan Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi
sihir atau orang gila.” (adz-Dzariyat : 52)
hafizhahullah dalam Syarh Ushul as-Sunnah lil
Imam Ahmad, hlm. 211)
Menistakan dan memperolok ayat-ayat Allah
adalah sifat orang kafir. Sehingga para ulama telah
Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata,
menegaskan salah satu bentuk kekafiran yang
“Barangsiapa yang mencela mereka -para sahabat
mengeluarkan seorang muslim dari agamanya
nabi- atau mencaci mereka sungguh dia telah
adalah perbuatan memperolok ayat-ayat Allah
keluar dari agama dan melenceng dari
dan ajaran Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam.
millah/ajaran kaum muslimin. Karena celaan itu
tidaklah muncul kecuali karena keyakinan akan
Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah;
keburukan-keburukan mereka dan kedengkian
Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan
yang tersimpan dalam dirinya dan merupakan
rasul-Nya kalian berolok-olok. Janganlah kalian
tindakan mengingkari sanjungan untuk mereka
mencari-cari alasan, sungguh kalian telah kafir
yang disebutkan oleh Allah ta'ala di dalam
setelah beriman...” (at-Taubah : 65-66).
Kitab-Nya dan juga mengingkari pujian,
keutamaan dan kemuliaan serta kecintaan untuk
Para ulama menjelaskan bahwa ayat tersebut
mereka yang telah disebutkan oleh Rasulullah
menjadi dalil hukum bagi orang yang mencela
shallallahu 'alaihi wa sallam...” (lihat al-Kaba'ir,
Allah atau rasul-Nya atau kitab-Nya atau suatu
hlm. 266)
bagian dari al-Qur'an atau suatu ajaran dari Nabi

29
Rasul-Nya.” Nabi bersabda, “Kamu akan bersama
Oleh sebab itu salah satu bagian dari orang yang kamu cintai.” Anas berkata, “Tidaklah
pokok-pokok aqidah Islam adalah mencintai para kami bergembira setelah masuk Islam dengan
sahabat Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, kegembiraan yang lebih besar selain tatkala
sebagaimana telah ditegaskan oleh Imam Abu mendengar sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa
Ja'far ath-Thahawi rahimahullah dalam kitab sallam, “Kamu akan bersama dengan orang yang
aqidahnya yaitu Aqidah ath-Thahawiyah. kamu cintai.” Maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya,
Diceritakan oleh Imam Malik rahimahullah bahwa Abu Bakar, dan Umar. Aku berharap bersama
dahulu para salaf mengajarkan kepada anak-anak mereka -di akherat- meskipun aku tidak bisa
kecil mereka kecintaan kepada Abu Bakar dan beramal seperti mereka.” (HR. Bukhari dan
Umar sebagaimana mereka mengajarkan sebuah Muslim)
surat di dalam al-Qur'an (lihat Huquq
ash-Shahabah, hlm. 15 oleh Syaikh Shalih Sindi) Dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu'anhu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Janganlah kalian mencela para Sahabatku!
“Termasuk Sunnah [pokok agama] adalah Seandainya salah seorang diantara kalian ada
menyebut-nyebut kebaikan seluruh Sahabat yang berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, menahan niscaya hal itu tidak akan bisa menandingi kualitas
diri dari perselisihan yang timbul diantara mereka. infak mereka yang hanya satu mud/genggaman
Barangsiapa mencela para Sahabat Rasulullah dua telapak tangan, bahkan setengahnya pun
shallallahu 'alaihi wa sallam atau salah seorang tidak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
dari mereka, maka dia adalah tukang bid'ah
pengikut paham Rafidhah/Syi'ah. Mencintai Dari Anas radhiyallahu'anhu, dari Nabi shallallahu
mereka adalah Sunnah [pokok agama]. 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tanda
Mendoakan kebaikan untuk mereka adalah ibadah. keimanan adalah mencintai kaum Anshar dan
Meneladani mereka adalah sarana -beragama- tanda kemunafikan adalah membenci kaum
dan mengambil atsar/riwayat mereka adalah Anshar.” (HR. Bukhari)
keutamaan.” (lihat Qathful Jana ad-Daani, hlm.
162 karya Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad) Imam Abu Ja'far ath-Thahawi rahimahullah
berkata, “Kami [Ahlus Sunnah] mencintai
Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah berkata, sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
“Mereka -Ahlus Sunnah- mencintai para Sahabat sallam. Namun, kami tidak melampaui batas
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka juga dalam mencintai salah seorang di antara mereka.
mengutamakan para sahabat di atas segenap Kami juga tidak berlepas diri/membenci terhadap
manusia. Karena kecintaan kepada mereka seorang pun di antara mereka. Kami membenci
[sahabat] itu pada hakikatnya adalah bagian dari orang yang membenci mereka, dan juga
kecintaan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa orang-orang yang menjelek-jelekkan mereka.
sallam. Sementara kecintaan kepada Rasulullah Kami tidak menceritakan keberadaan mereka
shallallahu 'alaihi wa sallam adalah bagian dari kecuali dengan kebaikan. Mencintai mereka
kecintaan kepada Allah...” (lihat Syarh al-'Aqidah adalah ajaran agama, bagian dari keimanan, dan
al-Wasithiyah, Jilid 2 hlm. 247-248) bentuk ihsan. Adapun membenci mereka adalah
kekafiran, sikap munafik dan melampaui
Anas bin Malik radhiyallahu'anhu menceritakan, batas/ekstrim.” (lihat Syarh al-'Aqidah
suatu ketika seorang Arab Badui berkata kepada ath-Thahawiyah, hlm. 467 oleh Ibnu Abil 'Izz
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Kapan al-Hanafi)
hari kiamat terjadi?”. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bertanya kepadanya, “Apa yang kamu ***
persiapkan untuk menghadapinya?”. Dia
menjawab, “Kecintaan kepada Allah dan

30
….….…………………..……………….# Aqidah Islam interaksinya dengan Allah menjadi benar.” (lihat
al-Irsyad ila Shahih al-I'tiqad, hlm. 91)
Pengertian Tawakal
Syaikh as-Sa'di rahimahullah berkata, “Tawakal
kepada Allah adalah salah satu kewajiban tauhid
dan iman yang terbesar. Sesuai dengan kekuatan
Pada hakekatnya, tawakal adalah murni amalan
tawakal maka sekuat itulah keimanan seorang
hati. Oleh sebab itu wajib mengesakan Allah
hamba dan bertambah sempurna tauhidnya.
dengan amalan tersebut dan memalingkannya
Setiap hamba sangat membutuhkan tawakal
kepada selain adalah syirik (lihat at-Tam-hid li
kepada Allah dan memohon pertolongan
Syarh Kitab at-Tauhid, hlm. 375).
kepada-Nya dalam segala yang ingin dia lakukan
atau tinggalkan, dalam urusan agama maupun
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
urusan dunia.” (lihat al-Qaul as-Sadid, hlm. 101)
rahimahullah berkata, “Bertawakal kepada sesuatu
artinya adalah bersandar kepadanya. Adapun
***
bertawakal kepada Allah maksudnya adalah
menyandarkan diri kepada Allah ta'ala dalam
rangka mencukupi dan memenuhi keinginannya,
baik di saat mencari kemanfaatan ataupun ….………………………………..………..# Aqidah Islam
menolak kemudharatan. Ia merupakan bagian
kesempurnaan iman dan tanda keberadaannya.” Kesesatan Pemahaman Murji'ah
(lihat Syarh Tsalatsah al-Ushul, hlm. 38)

Apabila dirinci tawakal mencakup tiga unsur: Para ulama menjelaskan bahwa Murji'ah memiliki
Pertama; Keyakinan bahwasanya segala urusan empat pendapat dalam hal iman:
ada di tangan Allah, segala yang dikehendaki Allah
pasti terjadi dan apa pun yang tidak Pertama, mereka mengatakan bahwa iman adalah
dikehendaki-Nya maka tidak akan terjadi. Hanya ma'rifah/pengakuan di dalam hati. Apabila
Allah yang menguasai manfaat dan madharat, seorang sudah mengakui Rabbnya maka dia
yang kuasa untuk memberi atau menghalangi. sudah dikatakan beriman. Ini adalah pandangan
Kedua; Menyandarkan hati kepada Allah dan kaum Jahmiyah. Konsekuensi pendapat mereka ini
menaruh kepercayaan penuh kepada-Nya adalah bahwasanya Iblis juga beriman.
Ketiga; Melakukan sebab-sebab yang
diperbolehkan menurut syari'at dalam rangka Iblis mengatakan, “Wahai Rabbku, karena Engkau
mencapai tujuannya (lihat Hushul al-Ma'mul bi telah memutuskan aku sesat.” (al-Hijr: 39). Bahkan
Syarh Tsalatsah al-Ushul, hlm. 83-84, al-Qaul kalau demikian, maka Fir'aun dan semua orang
as-Sadid, hlm. 101-102, at-Tam-hid li Syarh Kitab kafir juga beriman. Karena mereka semuanya
at-Tauhid, hlm. 374-375) mengakui Allah sebagai Rabb mereka. Sehingga
artinya, tidak ada seorang pun yang kafir di atas
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, muka bumi ini. Ini adalah pendapat yang paling
“Tawakal kepada Allah adalah kewajiban yang keji.
harus dimurnikan untuk Allah semata. Ia
merupakan jenis ibadah yang paling komprehensif, Kedua, mereka mengatakan bahwa iman adalah
maqam/kedudukan tauhid yang tertinggi, tashdiq/pembenaran di dalam hati. Mereka
teragung, dan termulia. Karena dari tawakal itulah memandang bahwa pengakuan semata belum
tumbuh berbagai amal salih. Sebab apabila cukup, tapi harus disertai dengan pembenaran. Ini
seorang hamba bersandar kepada Allah semata merupakan pendapat kaum Asya'irah, dan ini
dalam semua urusan agama maupun dunianya, adalah pendapat yang salah. Orang-orang kafir
tidak kepada selain-Nya, niscaya keikhlasan dan pun pada dasarnya telah membenarkan dengan
hati mereka. Allah ta'ala berfirman tentang Fir'aun

31
dan para pengikutnya, “Dan mereka ….….…………………………………..# Aqidah Islam
menentangnya, padahal mereka telah meyakininya
di dalam hatinya, itu dikarenakan sikap aniaya dan Setiap Ibadah adalah Doa
ingin menyombongkan diri.” (an-Naml: 14).

Banyak orang kafir yang membenarkan kenabian


Para ulama menjelaskan bahwa doa terbagi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, akan
menjadi dua; ada yang disebut sebagai 'doa
tetapi mereka tidak mau mengikutinya karena
ibadah' dan ada yang disebut dengan doa
sombong dan fanatisme terhadap ajaran nenek
mas'alah.
moyang mereka. Seperti halnya apa yang
menimpa kepada Abu Thalib, paman Rasulullah
Pada hakikatnya setiap ibadah adalah doa. Oleh
shallallahu 'alaihi wa sallam.
sebab itu seringkali disebutkan di dalam al-Qur'an
dan as-Sunnah penggunaan kata doa untuk
Ketiga, mereka mengatakan bahwa iman adalah
mewakili segala macam bentuk ibadah.
pembenaran dengan hati dan diucapkan dengan
Diantaranya firman Allah (yang artinya),
lisan. Mereka inilah yang dikenal dengan kaum
“Katakanlah; Tidak akan peduli kepada kalian
Murji'ah Fuqoha. Diantara panganut paham ini
Rabbku kalau lah bukan karena doa kalian.”
adalah kalangan Hanafiyah (pengikut Imam Abu
(al-Furqan : 77). Yang dimaksud 'doa' di sini
Hanifah). Mereka mengatakan bahwa iman adalah
adalah ibadah.
pembenaran hati dan pengucapan lisan. Mereka
tidak memasukkan amal dalam hakikat iman.
Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka
Keempat, mereka yang mengatakan bahwa iman
janganlah kalian berdoa bersama dengan Allah
adalah ucapan dengan lisan. Ini merupakan
siapa pun juga.” (al-Jin : 19). Yang dimaksud dari
pendapat kaum Karramiyah. Konsekuensi dari
ucapan 'janganlah kalian berdoa' adalah
pendapat ini adalah kaum munafik juga termasuk
'janganlah kalian beribadah...'
orang beriman, sebab mereka juga mengucapkan
dua kalimat syahadat.
Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa
berdoa bersama dengan Allah suatu sesembahan
Inilah keempat pendapat kaum Murji'ah. Semua
yang lain yang jelas-jelas tidak ada bukti baginya
pendapat ini adalah keliru dan menyesatkan.
untuk itu maka sesungguhnya hisabnya adalah di
Adapun pendapat yang benar adalah apa yang
sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu
dianut oleh Ahlus Sunnah wal Jama'ah
tidaklah beruntung.” (al-Mu'minun : 117)
bahwasanya iman itu mencakup ucapan dengan
lisan, keyakinan dengan hati, dan amalan dengan
Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan Rabb
anggota badan. Iman bertambah dengan sebab
kalian mengatakan; Berdoalah kepada-Ku niscaya
ketaatan, dan berkurang dengan sebab
Aku kabulkan permintaan kalian. Sesungguhnya
kemaksiatan
orang-orang yang menyombongkan diri dari
beribadah kepada-Ku pasti akan masuk neraka
Referensi : Syarh Lum'at al-I'tiqad karya Syaikh
Jahannam dalam keadaan hina.” (Ghafir : 60)
Shalih al-Fauzan hafizhahullah, hlm. 178-181
Oleh sebab itu setiap bentuk ibadah yang
***
dilakukan oleh seorang muslim dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah disebut sebagai
doa. Termasuk di dalamnya yang berbentuk
sembelihan dan nadzar serta segala amalan yang
dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah,
maka itu semua adalah doa. Karena setiap bentuk
ibadah yang dilakukan pastilah mengandung

32
harapan dan permintaan agar ibadah itu diterima ….…..….…………………………………# Aqidah Islam
dan diberi pahala.
Penetapan Sifat Rahmat bagi Allah
Adapun doa mas'alah ialah memohon kepada
Allah untuk mendatangkan kebaikan atau
menyingkirkan keburukan dan bahaya. Doa
Di dalam ayat ar-Rahmanir Rahim terkandung
mas'alah ini merupakan salah satu bentuk ibadah
penetapan salah satu sifat Allah, yaitu sifat
yang paling khusus. Tidak boleh menujukan doa
rahmat/kasih sayang. Rahmat Allah itu maha luas,
kepada selain Allah sebagaimana tidak boleh
baik rahmat yang meliputi semua makhluk
menujukan ibadah kepada selain-Nya.
maupun rahmat yang hanya diberikan kepada
Sesungguhnya doa adalah intisari dari ibadah.
hamba-hamba-Nya yang bertakwa (lihat Taisir
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
al-Karim ar-Rahman, dalam al-Majmu'ah
“Doa itulah ibadah.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan
al-Kamilah [1/33])
Ibnu Majah). Hadits ini disahihkan oleh para ulama
ahli hadits diantaranya at-Tirmidzi, al-Hakim,
Nama ar-Rahman bermakna Allah pemilik rahmat
adz-Dzahabi, an-Nawawi, Ibnu Hajar, as-Sakhawi,
yang maha luas mencakup seluruh makhluk di
dan al-Albani.
dunia dan bagi kaum beriman di akherat. Adapun
nama ar-Rahim bermakna Allah pemilik rahmat
Imam Ibnul 'Arabi al-Maliki rahimahullah (wafat
bagi kaum beriman kelak pada hari kiamat (lihat
543 H) mengatakan, “Doa secara bahasa dan
Tafsir Surah al-Fatihah, hlm. 15)
hakikat maknanya adalah tuntutan.” Muhammad
bin 'Ali asy-Syaukani rahimahullah (wafat 1250 H)
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr
mengatakan, “Makna doa secara hakikat dan
hafizhahullah berkata, “ar-Rahman artinya Dzat
syari'at adalah tuntutan/permintaan.”
yang melekat pada dirinya sifat kasih sayang
(rahmat), sedangkan ar-Rahim artinya Allah
Adapun istilah 'ibadah' maka ia mencakup segala
menyayangi hamba-hamba-Nya.” (lihat Fiqh
sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah berupa
al-Asma' al-Husna, hlm. 99-100)
ucapan dan perbuatan. Salah satu bentuk ibadah
itu adalah doa mas'alah/permohonan. Dengan
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu'anhu, Nabi
demikian bisa kita simpulkan bahwa istilah 'doa
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ibadah' itu sama saja dengan 'ibadah'.
“Orang-orang yang penyayang maka akan
disayang oleh ar-Rahman. Sayangilah para
Referensi :
penduduk bumi niscaya Dzat yang berada di atas
- Transkrip ceramah Syaikh Shalih bin Sa'ad
langit akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud
as-Suhaimi hafizhahullah yang berjudul ad-Du'aa'
dan Tirmidzi, disahihkan al-Albani. Lihat Shahih
(hlm. 3) yang disusun oleh Abu Sulaiman al-Amriki
Sunan Abi Dawud no. 4941)
hafizhahullah.
- ad-Du'aa' wa Manzilatuhu minal 'Aqidah
Hal ini menunjukkan bahwa kita wajib mengimani
al-Islamiyah (1/27, 58, 66) karya Abu Abdirrahman
nama-nama Allah. Salah satu nama Allah itu
Jailan al-'Arusi hafizhahullah. Penerbit : Maktabah
adalah ar-Rahman. Di dalam nama ini terkandung
ar-Rusyd, Riyadh. Cet I, 1417 H.
sifat rahmat/kasih sayang yang sempurna.
Sampai-sampai disebutkan oleh Nabi shallallahu
***
'alaihi wa sallam bahwa Allah 'jauh lebih
penyayang kepada hamba-Nya daripada kasih
sayang seorang ibu kepada bayinya' (HR. Bukhari
dan Muslim). Selain itu di dalam nama ar-Rahman
juga terkandung sifat rahmat Allah yang maha
luas. Sebagaimana firman-Nya (yang artinya),
“Dan rahmat-Ku maha luas mencakup segala

33
sesuatu.” (al-A'raaf : 156). Allah juga mengisahkan Maknanya sifat kasih sayang Allah itu selalu
doa para malaikat bagi kaum beriman (yang melekat pada diri-Nya. Sebagaimana firman Allah
artinya), “Wahai Rabb kami, maha luas rahmat dan (yang artinya), “Dan Rabbmu Yang Maha
ilmu-Mu yang meliputi segala sesuatu.” (Ghafir : 7) Pengampun Sang Pemilik Kasih Sayang.” (al-Kahfi :
(lihat al-Qawa'id al-Mutsla, hlm. 10) 58).

Inilah salah satu manhaj/metode yang ditempuh Dan di sisi lain, Allah memiliki kehendak untuk
oleh Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam mengimani memberikan kasih sayang-Nya itu kepada siapa
nama-nama dan sifat-sifat Allah. Mereka yang dikehendaki-Nya; dan inilah yang disebut
mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah para ulama dengan istilah sifat fi'liyah. Artinya
sebagaimana adanya, tanpa menolak (ta'thil) dan akan ada sebagian hamba yang Allah jatuhkan
tanpa menyerupakan (tamtsil). Allah berfirman azab dan ada pula yang diberikan rahmat-Nya.
(yang artinya), “Tidak ada sesuatu pun yang serupa Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Allah
dengan-Nya, dan Dia maha mendengar lagi maha menyiksa siapa saja yang dikehendaki-Nya dan
melihat.” (asy-Syura : 11). Sehingga di dalam nama memberikan rahmat kepada siapa saja yang Dia
ar-Rahman terkandung sifat rahmat/kasih sayang. kehendaki.” (al-'Ankabut : 21). (lihat al-Lubab fi
Kita wajib menetapkan bahwa sifat itu ada pada Tafsir al-Isti'adzah wal Basmalah wa Fatihatil Kitab,
diri Allah. Tidak boleh kita selewengkan makna hlm. 94-96)
rahmat menjadi irodatul in'am/kehendak untuk
mencurahkan nikmat atau kehendak memberikan Abdullah bin Mubarak rahimahullah berkata,
kebaikan (lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hlm. 15 “ar-Rahman yaitu apabila dimintai pasti memberi.
oleh Abdullah bin Ibrahim al-Qar'awi) Adapun ar-Rahim adalah jika tidak dimintai maka
dia marah.” (lihat Tafsir al-Qur'an al-'Azhim
Nama ar-Rahman menunjukkan kasih sayang [1/27]).
Allah yang maha luas mencakup seluruh makhluk,
baik orang yang beriman maupun orang kafir. Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah
Rahmat Allah bagi kaum beriman adalah dalam shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
bentuk pemberian taufik kepada mereka untuk “Barangsiapa yang tidak memohon kepada Allah
mengikuti kebenaran, meniti jalan yang lurus, dan maka Allah pasti murka kepadanya.” (HR. Tirmidzi
lain sebagainya. Adapun rahmat untuk mereka di dalam Kitab ad-Da'awat [3373] dinyatakan hasan
akhirat adalah Allah masukkan mereka ke dalam oleh al-Albani)
surga yang penuh dengan kenikmatan dan Allah
selamatkan mereka dari neraka. Rahmat Allah bagi Hal ini menunjukkan bahwasanya rahmat Allah itu
orang kafir di dunia adalah dengan diberikannya pun mencakup orang-orang kafir. Diantara bentuk
kesehatan, makanan, minuman, dsb. Adapun di rahmat Allah kepada mereka adalah dengan
akhirat rahmat itu berupa keadilan dalam hal menunda hukuman/adzab untuk mereka -agar
hisab dan balasan untuk mereka (lihat al-Lubab fi mereka punya kesempatan untuk bertaubat- dan
Tafsiril Isti'adzah wal Basmalah wa Fatihatil Kitab, Allah pun tetap memberi rezeki dan kesehatan
hlm. 99) kepada mereka -agar mereka mau tunduk
bersyukur dan mentauhidkan-Nya- meskipun di
Sifat Dzatiyah dan Sifat Fi'liyah saat yang sama mereka justru berbuat syirik dan
kekafiran kepada-Nya (lihat keterangan Syaikh
Hal ini mengisyaratkan bahwa rahmat Allah itu Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah dalam Syarh
sangatlah luas meliputi siapa saja. Sebagaimana al-'Aqidah al-Wasithiyah, hlm. 57)
telah ditunjukkan oleh firman Allah (yang artinya),
“Dan rahmat-Ku maha luas meliputi segala Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sesuatu.” (al-A'raaf : 156). Karena pada dasarnya sallam menyebut turunnya air hujan adalah
Allah adalah pemilik sifat kasih sayang; inilah yang disebabkan sifat rahmat dan kasih sayang Allah.
disebut oleh para ulama dengan sifat dzatiyah. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan

34
Muslim dari Zaid bin Khalid al-Juhani Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah
radhiyallahu'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi
wa sallam menceritakan ketika turun hujan maka seluruh alam.” (al-Anbiya': 107). Inilah nikmat Allah
hamba-hamba Allah yang beriman mengatakan, yang terbesar kepada hamba-hamba-Nya. Yaitu
“Kami diberikan hujan dengan keutamaan dari diutusnya para rasul dan diturunkannya
Allah dan rahmat dari-Nya.” kitab-kitab untuk membimbing mereka ke jalan
yang lurus, untuk mengeluarkan mereka dari
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berlapis-lapis kegelapan menuju cahaya serta
berkata, “Turunnya air hujan merupakan salah untuk menegakkan hujjah kepada mereka (lihat
satu pengaruh dan dampak dari sifat rahmat Allah Qathfu al-Jana ad-Dani Syarh Muqoddimah
sebagaimana difirmankan Allah ta'ala (yang Risalah Ibnu Abi Zaid al-Qoiruwani, hlm. 108)
artinya), “Maka perhatikanlah kepada bekas-bekas
rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan Sifat rahmat Allah juga melahirkan ampunan dan
bumi setelah kematiannya.”.” (lihat I'anatul harapan. Allah ta'ala berfirman (yang artinya),
Mustafid, 2/41) “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang
melampaui batas kepada dirinya; Janganlah kalian
Konsekuensi Rahmat Allah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni segala macam dosa.
Sebagaimana kita ketahui bersama, salah satu Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
nama Allah adalah ar-Rahman yang bermakna Penyayang.” (az-Zumar: 53)
pemilik rahmat yang sangat luas (lihat Tafsir Juz
'Amma oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Dari Abu Musa radhiyallahu'anhu dari Nabi
al-Utsaimin rahimahullah, hlm. 15) shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah 'azza wa jalla senantiasa
Ibnul Qayim rahimahullah menjelaskan bahwa di membentangkan tangan-Nya di waktu malam
dalam nama ar-Rahman terkandung sifat-sifat untuk menerima taubat pelaku dosa di waktu siang
Allah yang sangat mulia yaitu berbuat dan membentangkan tangan-Nya di waktu siang
ihsan/kebaikan, dermawan, dan melakukan untuk menerima taubat pelaku dosa di waktu
kebajikan (lihat dalam adh-Dhau' al-Munir 'ala malam, sampai matahari terbit dari tempat
at-Tafsir, 1/27) tenggelamnya.” (HR. Muslim dalam Kitab
at-Taubah [2759]).
Bahkan, apabila kita mencermati kandungan
faidah dari nama ar-Rahman ini -yaitu besarnya Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah
rahmat Allah kepada manusia- niscaya kita akan shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
memahami bahwasanya konsekuensi paling “Barangsiapa yang bertaubat sebelum terbitnya
utama kasih sayang Allah itu adalah tidak matahari dari arah tenggelamnya niscaya Allah
menelantarkan hamba, dan itu terbukti dengan masih menerima taubatnya.” (HR. Muslim dalam
diutusnya para rasul dan diturunkannya Kitab adz-Dzikr wa ad-Du'a' wa at-Taubah wa
kitab-kitab. Perhatian Allah terhadap hal itu jauh al-Istighfar [2703])
lebih besar daripada perhatian-Nya kepada
manusia dalam bentuk menurunkan hujan dan ***
menumbuhkan tanam-tanaman. Karena sifat kasih
sayang Allah yang 'memberikan lahan' hidupnya
hati dan ruh tentu lebih agung daripada
manifestasi kasih sayang Allah yang menjadi
sebab hidupnya badan jasmani manusia (lihat
dalam adh-Dhau' al-Munir 'ala at-Tafsir, 1/38-39)

35
…..….……………………………………# Aqidah Islam Bab 2.

Faidah Ilmu
Mengenal Allah
- Faidah Belajar Nahwu
- Lisan Kebenaran
Mengenal Allah artinya mengenali Allah dengan - Pentingnya Belajar Tafsir, Hadits dan Fikih
hati yang memunculkan sikap menerima dan - Wa Bihi Nasta’iinu
- Keutamaan al-Qur’an
tunduk terhadap apa yang disyari'atkan Allah.
- Empat Surat Yang Diawali Pujian
Kemudian ia juga berhukum dengan syari'at-Nya - Pentingnya Ilmu dalam Beragama
sebagaimana yang dibawa oleh nabi Muhammad - Memahami Makna Sunnah
shallallahu 'alaihi wa sallam. Seorang hamba akan - Ilmu Ada Pada Atsar
mengenal Rabbnya melalui ayat syar'iyah maupun - Hakikat Ilmu Yang Bermanfaat
ayat kauniyah. - Semangat Menimba Ilmu
- Keistimewaan Kitab Tauhid
- Rasa Takut Ulama kepada Allah
Ayat syar'iyah ada di dalam al-Qur'an dan
- Nikmat Bagi Negeri Ini
as-Sunnah, sedangkan ayat kauniyah ada pada - Sepenggal Faidah dan Setetes Hikmah
alam semesta dan segenap makhluk ciptaan Allah. - Sekilas Keutamaan dan Faidah Surat al-Fatihah
Sesungguhnya setiap kali seorang insan - Gambaran Seputar Kitab Ushul Tsalatsah
memperhatikan ayat-ayat itu semakin - Hakikat dan Buah Ilmu
bertambahlah ilmunya tentang pencipta dan - Kebutuhan Pokok Yang Terlupakan
sesembahannya. Allah berfirman (yang artinya),
“Dan di bumi itu terdapat ayat-ayat bagi
orang-orang yang yakin. Bahkan pada diri kalian
sendiri juga ada. Apakah kalian tidak melihat.” …...….……………………………..…….# Faidah Ilmu
(adz-Dzariyat : 20-21) (lihat Syarh al-Ushul
ats-Tsalatsah oleh al-Utsaimin, hlm. 19) Faidah Belajar Nahwu
Di dalam ma'rifatullah tercakup keimanan kepada
Allah dalam hal rububiyah, uluhiyah, dan asma' wa Bismillah.
shifat-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Segala
puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.” Kaum muslimin yang dirahmati Allah, tidaklah
(al-Fatihah : 1). Allah juga berfirman (yang artinya), tersembunyi bagi kita begitu besar keutamaan
“Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian Yang menimba ilmu agama. Dan diantara ilmu yang
telah menciptakan kalian dan orang-orang penting dipahami oleh setiap penimba ilmu
sebelum kalian...” (al-Baqarah : 21). adalah ilmu kaidah bahasa arab, terkhusus lagi
ilmu nahwu.
Allah juga berfirman (yang artinya), “Maka
janganlah kalian menjadikan bagi Allah Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari
sekutu-sekutu sementara kalian mengetahui.” kaidah-kaidah yang mengatur keadaan akhir kata
(al-Baqarah : 22). Allah berfirman (yang artinya), dalam bahasa arab, perubahannya, dan
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, kedudukan kata di dalam setiap kalimat.
dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(asy-Syura : 11) (lihat Syarh Tsalatsatil Ushul oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Ilmu
as-Suhaimi, hal. 3-4) nahwu ilmu yang mulia. Ilmu yang menjadi
perantara; dengan ilmu ini akan mengantarkan
*** kepada dua hal penting. Pertama; untuk
memahami Kitabullah dan Sunnah rasul-Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena banyak hal
yang bisa dipahami dari keduanya atau banyak hal

36
di dalamnya yang hanya bisa dipahami dengan sumber-sumber hukum dan sarana-sarana untuk
mengetahui nahwu. Kedua; untuk meluruskan memahaminya’ dan termasuk dalam sarana untuk
lisan/bahasa sebagaimana ucapan bahasa arab memahami sumber hukum -yaitu al-Qur’an dan
yang semestinya, yang bahasa arab ini merupakan as-Sunnah- adalah ilmu tentang bahasa arab dan
bahasa dari Kalam Allah ‘azza wa jalla -al-Qur’an- uslub/gaya bahasanya (lihat dalam Ilmu Ushul
atau bahasa yang dengan itu kalam Allah ‘azza wa Bida’ oleh Syaikh Ali al-Halabi, hlm. 44-45)
jalla diturunkan. Oleh sebab itulah memahami
nahwu adalah perkara yang sangat penting.” (lihat Sebagaimana diketahui, bahwa al-Qur’an dan
Syarh al-Ajurrumiyah, hlm. 5) as-Sunnah berbahasa arab. Hal ini menunjukkan
bahwa memahami maksud Allah dan rasul-Nya
Syaikh Abdullah al-Fauzan hafizhahullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bergantung
mengatakan, “Seorang yang hendak berijtihad pada pemahaman tentang bahasa arab dan
maka dia harus mengetahui ilmu yang menjadi ilmu-ilmu yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu
syarat wajib untuk bisa memahami ucapan yaitu menjadi kewajiban setiap muslim mempelajari
ilmu bahasa -arab- dan ilmu nahwu. Adapun bahasa arab yang bisa menegakkan urusan
bahasa -arab- karena sesungguhnya al-Qur’an agamanya, sehingga dia bisa bersyahadat dan
dan as-Sunnah menggunakan bahasa arab, membaca Kitab Allah dengan baik (lihat Ma’alim
sehingga tidak bisa dipahami dalil-dalilnya -secara Ushul Fiqh ‘inda Ahlis Sunnah wal Jama’ah, hlm.
langsung- oleh orang yang tidak paham/bodoh 378)
tentang bahasa -arab-. Adapun nahwu, maka
sesungguhnya makna-makna itu berbeda-beda Setelah membaca ini semuanya, kiranya tidak
sesuai dengan perbedaan i’rob/perubahan akhir salah apabila kita perlu kembali menggalakkan
kata. Oleh sebab itu sudah seharusnya untuk gerakan untuk memahamkan ilmu bahasa arab ini
mengetahui ilmu nahwu dan i’rob.” (lihat Syarh kepada segenap kaum muslimin, di desa ataupun
al-Waraqat, hlm. 256-257) di kota, dari jenjang SD sampai perguruan tinggi.
Bukanlah suatu hal yang berlebihan, sebab inilah
Bukan itu saja, seorang yang hendak berijtihad bahasa kitab suci kita, bahasa syari’at kita, bahasa
juga harus memahami ilmu ushul fiqih. Syaikh nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang
Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, dengan bahasa inilah kita berdoa, berdzikir dan
“[diantara syarat ijtihad] yang kelima adalah mengucapkan bacaan-bacaan sholat kita....
mengetahui bahasa -arab- dan ushul fiqih yang
berkaitan dengan penunjukan lafal seperti Ketika kursus bahasa Inggris sedemikian diminati,
misalnya lafal yang umum dan khusus, muthlaq kursus bahasa ini dan itu sedemikian laris, maka
dan muqayyad, mujmal dan mubayyan, dsb. Agar sudah semestinya pelajaran bahasa arab lebih
ia bisa menetapkan hukum sesuai dengan digalakkan di masjid-masjid kaum muslimin.
konsekuensi dari penunjukan-penunjukan Sebuah tempat yang sangat mulia bagi majelis
tersebut.” (lihat Syarh Ushul min ‘Ilmi al-Ushul, hlm. ilmu agama... Sebuah tempat yang paling Allah
516) cintai di atas muka bumi ini. Sehingga ilmu syar’i
akan tumbuh berkembang menghiasi hati para
Banyak hal di dalam ilmu al-Qur’an, ilmu ushul pemuda harapan negeri....
fiqih, ilmu tafsir, ilmu tauhid, ilmu hadits dan yang
lainnya yang hanya akan bisa dipahami dengan Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu pernah
gamblang dan jelas apabila seorang telah berpesan, “Pelajarilah bahasa arab, karena
memahami kaidah bahasa arab dan ilmu nahwu sesungguhnya ia adalah bagian dari agama
pada khususnya. kalian.”

Lebih luas lagi, para ulama menjelaskan bahwa Siapakah yang peduli dengan agamanya?
salah satu sebab terjadinya penyimpangan dan Siapakah yang hendak menjaga kemuliaan
bid’ah dalam agama ini adalah ‘bodoh mengenai agamanya? Siapakah yang ingin mencapai

37
kejayaan dengan Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya betapa besar perhatian para sahabat atau salafus
shallallahu ‘alaihi wa sallam....? shalih terhadap hadits-hadits Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam. Oleh sebab itulah mereka yang
Kepada Allah semata kita memohon taufik dan meniti jalan para sahabat juga dikenal dengan
pertolongan. istilah ash-habul hadits atau ahlul atsar. Imam
ash-Shabuni rahimahullah menulis sebuah kitab
*** aqidah dengan judul Aqidah Salaf Ash-habul
Hadits. Syaikh Abdul Malik Ramadhani
hafizhahullah menulis sebuah kitab manhaj
….…………….……………………………..# Faidah Ilmu dengan judul Sittu Duror min Ushuli Ahlil Atsar
(enam pilar utama ahlus sunnah wal jama'ah).
Lisan Kebenaran
Hadits di atas menunjukkan kepada kita bahwa
apa-apa yang disampaikan oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hal agama ini
Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Abdullah bin
semuanya adalah bersumber dari wahyu sehingga
Amr radhiyallahu'anhu bahwa beliau berkata :
tidak akan mungkin melenceng dari kebenaran.
Dahulu aku menulis apa saja yang kudengar dari
Oleh sebab itulah umat Islam wajib membenarkan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam karena aku
sabda-sabdanya dan tunduk kepada perintah dan
ingin menghafalkannya. Orang-orang Quraisy pun
larangannya. Karena ketaatan kepada beliau
melarangku, mereka berkata, “Apakah kamu
merupakan ketaatan kepada Allah. Allah berfirman
menulis semua yang kamu dengar sementara
(yang artinya), “Barangsiapa menaati rasul itu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah
sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.”
manusia dimana beliau berbicara dalam keadaan
(an-Nisaa' : 80). Para ulama pun telah sepakat
murka dan ridha?!” Maka aku pun menahan diri
bahwa apabila suatu hadits terbukti sahih maka
dari mencatatnya. Kemudian aku ceritakan hal itu
itulah madzhab/pegangan mereka.
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
lalu beliau pun mengisyaratkan dengan jarinya ke
Imam Syafi'i rahimahullah berkata, “Kaum
mulutnya sembari berkata, “Tulislah! Demi Tuhan
muslimin telah sepakat bahwa barangsiapa telah
yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak keluar
jelas baginya suatu sunnah/hadits dari Rasulullah
dari sini selain kebenaran.” Hadits ini dinyatakan
shallallahu 'alaihi wa sallam maka tidak halal
sahih oleh al-Albani (lihat Sahih Sunan Abi Dawud,
baginya meninggalkannya karena mengikuti
2/408)
pendapat siapa pun.”
Hadits yang agung ini memberikan faidah kepada
Hadits ini juga memberikan faidah bolehnya
kita pentingnya mencatat ilmu dan pelajaran.
bersumpah untuk menegaskan sesuatu yang
Karena dengan mencatat akan lebih menguatkan
penting dan butuh penegasan, walaupun tidak
ingatan dan menjaga dari kerancuan pemahaman
diminta bersumpah oleh orang lain. Ketika
akan suatu materi. Oleh sebab itu Sahabat
bersumpah hendaknya dengan menyebut nama
Abdullah bin Amr mencatat apa saja yang beliau
atau sifat Allah karena bersumpah dengan selain
dengar dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
nama/sifat Allah termasuk bentuk syirik dan
dalam rangka menghafalkannya. Bahkan,
kekafiran.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun
memerintahkannya untuk terus mencatat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa bersumpah dengan selain nama
Hadits ini juga mengandung pelajaran
Allah maka sungguh dia telah berbuat kekafiran
bahwasanya hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi
atau kesyirikan.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan
wa sallam telah dicatat oleh sebagian para
al-Hakim). Yang dimaksud di sini adalah termasuk
sahabat di samping juga dihafalkan oleh para
syirik ashghar, dan ia bisa berubah menjadi syirik
sahabat yang lain. Dari sini kita bisa mengetahui

38
akbar apabila pengagungannya telah mencapai menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu
derajat ibadah kepada sesuatu selain Allah yang maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju
disebut olehnya ketika bersumpah (lihat Kitab surga.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah
at-Tauhid karya Syaikh Shalih bin Fauzan radhiyallahu'anhu).
al-Fauzan hafizhahullah, hlm. 70)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga
Demikian sedikit catatan faidah yang bisa kami bersabda, “Para ulama adalah pewaris para nabi.
sajikan pada kesempatan ini dengan taufik dari Dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan
Allah semata. Semoga bermanfaat bagi siapa saja dinar ataupun dirham. Mereka mewariskan ilmu...”
yang membacanya. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, hadits
hasan dari Abud Darda' radhiyallahu'anhu).
***
Dalam hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah
radhiyallahu'anhu juga disebutkan bahwasanya
….…………………..……………………..# Faidah Ilmu apabila seorang insan meninggal maka akan
terputus amalnya kecuali tiga hal dan salah
Pentingnya Belajar Tafsir, Hadits satunya adalah 'ilmu yang bermanfaat' (lihat Kutub
wa Rasa'il, 5/9)
dan Fikih
Pokok-pokok ilmu agama ini berporos pada tiga
bidang ilmu; yaitu tafsir, hadits, dan fikih.
Sesungguhnya ilmu yang terpuji di dalam al-Kitab
Sebagaimana dinyatakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar
dan as-Sunnah yang mana akan dipuji ilmu
rahimahullah dalam kitabnya Fat-hul Bari ketika
tersebut dan juga bagi pemiliknya adalah ilmu
menjelaskan 'bab keutamaan ilmu' yang ada di
syari'at. Ilmu yang dibawa oleh Rasulullah
dalam Kitab al-'Ilmi dari Sahih Bukhari. Adapun
shallallahu 'alaihi wa sallam.
ilmu tafsir karena di dalamnya terkandung
penjelasan terhadap makna-makna kalam Allah
Setiap pujian yang disebutkan di dalam al-Kitab
dan mencakup hasil dari proses tadabbur
dan as-Sunnah terhadap ilmu dan para
terhadap ayat-ayatnya. Allah berfirman (yang
pengembannya maka yang dimaksud adalah ilmu
artinya), “Sebuah kitab yang Kami turunkan
syari'at. Yaitu ilmu al-Kitab dan as-Sunnah serta
kepadamu kitab yang diberkahi, supaya mereka
fikih/pemahaman terhadap agama ini (lihat
merenungkan ayat-ayatnya dan supaya
keterangan Syaikh Abdul Muhsin al-'Abbad
orang-orang yang memiliki akal pikiran memetik
hafizhahullah dalam Kutub wa Rasa'il, 5/9)
pelajaran.” (Shaad : 29).

Diantara dalil al-Qur'an yang menunjukkan


Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari
keutamaan ilmu agama ini adalah firman Allah
'Utsman bin 'Affan radhiyallahu'anhu, Rasulullah
(yang artinya), “Katakanlah; Apakah sama antara
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
orang-orang yang berilmu dengan orang-orang
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang
yang tidak berilmu.” (az-Zumar : 9). Firman Allah
mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya.”
(yang artinya), “Dan katakanlah -wahai,
(lihat Kutub wa Rasa'il, 5/10-11)
Muhammad-, 'Wahai Rabbku, tambahkanlah
kepadaku ilmu.” (Thaha : 114). Allah juga
Adapun hadits atau as-Sunnah maka ia pun
berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya yang
termasuk wahyu dari Allah yang Allah wahyukan
paling merasa takut kepada Allah diantara
kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.
hamba-hamba-Nya adalah para ulama.” (Fathir :
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah dia
28) (lihat Kutub wa Rasa'il, 5/9)
-Muhammad- berbicara dari hawa nafsunya.
Tidaklah yang dia ucapkan melainkan wahyu yang
Dalil dari hadits diantaranya adalah sabda Nabi
diwahyukan kepadanya.” (an-Najm : 3-4).
shallallahu 'alaihi wa sallam, “Barangsiapa

39
al-Jami' li Ahkamil Qur'an karya Imam al-Qurthubi
Mengamalkan as-Sunnah atau hadits adalah wajib rahimahullah (wafat 671 H). Meskipun demikian
sebagaimana halnya beramal dengan al-Qur'an. perlu dicatat bahwasanya beliau memiliki sedikit
Allah berfirman (yang artinya), “Apa pun yang kerancuan dalam masalah penafsiran ayat-ayat
dibawa oleh Rasul kepada kalian maka ambillah tentang sifat-sifat Allah (lihat Kutub wa Rasa'il,
dan apa pun yang dia larang maka tinggalkanlah.” 5/16-18)
(al-Hasyr : 7). Allah juga berfirman (yang artinya),
“Apabila kalian berselisih tentang suatu perkara Oleh sebab itu para ulama memilah ilmu fikih
hendaklah kalian kembalikan kepada Allah dan menjadi dua kelompok besar. Ada fikih yang
Rasul...” (an-Nisaa' : 59). Allah juga berfirman berkaitan dengan masalah-masalah akidah, dan
(yang artinya), “Hendaklah merasa takut ada fikih yang berkaitan dengan perkara-perkara
orang-orang yang menyelisihi dari perintah/ajaran ibadah dan muamalah. Fikih yang pertama disebut
rasul itu bahwa mereka akan tertimpa fitnah atau dengan istilah fikih akbar, sedangkan fikih yang
azab yang sangat pedih.” (an-Nuur : 63) (lihat kedua adalah istilah fikih yang sudah biasa dikenal
Kutub wa Rasa'il, 5/12-13) di tengah masyarakat.

Adapun fikih maka ia merupakan hasil dari Dalam hal fikih yang kedua inilah muncul istilah
pengambilan hukum terhadap dalil al-Kitab dan madzhab fikih seperti adanya madzhab yang
as-Sunnah. Ilmu fikih -dalam makna yang luas- ini empat. Yang dimaksud empat imam madzhab itu
pun telah dikaji secara mendalam oleh para ahli adalah : Abu Hanifah (wafat 150 H), Malik bin Anas
tafsir dan para penulis syarah/penjabaran hadits. (wafat 179 H), Muhammad bin Idris asy-Syafi'i
(wafat 204 H), dan Ahmad bin Hanbal (wafat 241 H)
Diantara dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu semoga Allah merahmati mereka semuanya (lihat
fikih -dalam makna yang luas- adalah sabda Nabi Kutub wa Rasa'il, 5/21-22)
shallallahu 'alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang
Allah kehendaki kebaikan padanya maka Allah Ada ulama lain di masa imam yang empat itu yang
berikan kepadanya fikih dalam hal agama.” (HR. juga masyhur dengan ilmu fikih dan fatwa.
Bukhari dan Muslim dari Mu'awiyah Walaupun madzhab mereka tidak setenar
radhiyallahu'anhu) (lihat Kutub wa Rasa'il, 5/14) keempat madzhab tersebut. Diantara mereka itu
adalah : al-Auz'ai seorang fakih dan ahli hadits dari
Perlu digarisbawahi di sini bahwa sesungguhnya Syam (wafat 157 H), Sufyan ats-Tsauri seorang
yang dimaksud dengan istilah fikih -dalam bahasa fakih dan ahli hadits dari Kufah (wafat 161 H),
ulama salaf- adalah pemahaman terhadap al-Kitab al-Laits bin Sa'ad seorang fakih dan ahli hadits dari
dan as-Sunnah serta pengambilan Mesir (wafat 175 H), dan Ishaq bin Rahawaih
kesimpulan-kesimpulan hukum dari keduanya. (wafat 238 H) salah satu ulama hadits yang
digelari sebagai Amirul Mu'minin fil Hadits (lihat
Diantara contoh fikih atau pemahaman terhadap Kutub wa Rasa'il, 5/23-24)
ayat al-Qur'an adalah apa yang dipahami oleh
Umar bin Khaththab dan Ibnu 'Abbas Diantara nasihat yang sangat penting untuk
radhiyallahu'anhuma mengenai tafsir dari surat diperhatikan adalah hendaknya penimba ilmu
an-Nashr. Bahwa maksud dari turunnya surat ini memadukan antara belajar hadits dengan fikih.
adalah berita tentang telah dekatnya ajal Seorang yang mendalami fikih maka dia harus
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Hadits menelaah hadits, sebagaimana orang yang
tentang kisah Ibnu 'Abbas ini diriwayatkan oleh mendalami hadits juga harus mengerti masalah
Imam Bukhari. fikih. Nasihat mengenai pentingnya memadukan
antara hadits dengan fikih ini telah disampaikan
Dan diantara kitab tafsir yang sangat perhatian oleh Imam Abu Sulaiman al-Khaththabi
dalam menarik kesimpulan-kesimpulan hukum rahimahullah (wafat 388 H) dalam kitabnya
dan hikmah dari ayat-ayat al-Qur'an adalah kitab Ma'alim as-Sunan. Beliau menggambarkan hadits

40
seperti pondasi sedangkan fikih seperti dan menyertainya dengan larangan dari
bangunannya. Keduanya adalah saling perbuatan syirik kepada-Nya. Allah berfirman
membutuhkan, tidak bisa dipisahkan (lihat Kutub (yang artinya), “Sembahlah Allah, dan janganlah
wa Rasa'il, 5/32-33) kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu
apapun juga.” (an-Nisaa' : 36)
Dari apa-apa yang sudah dipaparkan di atas
jelaslah bagi kita mengenai pentingnya Pada kalimat kedua tersimpan mutiara iman dan
mempelajari ilmu tafsir, hadits, dan fikih. Perlu pelajaran hati yang tidak terkira; bahwa setiap
diingat pula bahwasanya istilah fikih dalam bahasa hamba tidak boleh bersandar dan bergantung
ulama salaf mencakup fikih akbar -yaitu yang kecuali kepada Rabb yang telah menciptakan
berkaitan dengan masalah aqidah dan tauhid- jagad raya dengan segala isinya.
maupun fikih yang sudah biasa kita kenal -yaitu
yang membahas ibadah dan muamalah-. Dia lah Allah tempat kita memohon dan
mengharapkan segala kebaikan dan berlindung
Dengan demikian hal ini sama sekali tidak dari segala keburukan. Hanya Allah tempat kita
bertentangan dengan urgensi belajar tauhid dan meminta bantuan dan pertolongan dari segala
aqidah. Sebab tauhid dan aqidah adalah materi kesulitan dan marabahaya yang mengancam kita.
dakwah yang paling pokok dan kewajiban yang Tanpa bersandar kepada Allah dan memohon
paling wajib. Maka, bisa disimpulkan pula pertolongan-Nya maka kita tidak bisa melakukan
bahwasanya membahas tafsir ayat-ayat tentang apa-apa.
tauhid dan hadits-hadits tentang tauhid serta
pokok-pokok agama termasuk perkara yang Itulah yang tercermin dalam kalimat dzikir -yang
paling utama dan paling penting. Wallahu a'lam. disebut sebagai salah satu perbendaharaan surga-
yaitu kalimat laa haula wa laa quwwata illa billah;
*** tiada perubahan dan kekuatan selain dengan
bantuan Allah. Inilah maksud dari kalimat yang
….…………………..…………………..# Faidah Ilmu berbunyi 'wa iyyaaka nasta'iin' yang artinya,
“Hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.”
Wa Bihi Nasta'iinu Inilah kedudukan dan posisi seorang hamba di
hadapan Rabbnya. Sesuatu yang seringkali kita
lupa atau melalaikannya.
Bismillah.
Karena itulah kita dapati sebagian ulama
menyebutkan di awal kitabnya setelah bacaan
Setiap hari di dalam sholat, kita selalu membaca
basmalah, mereka juga menyebutkan kalimat 'wa
ayat yang artinya, “Hanya kepada-Mu kami
bihi nasta'iinu' yang artinya, “Dan kepada Allah
beribadah, dan hanya kepada-Mu kami meminta
semata, kami memohon pertolongan.”
pertolongan.” Dua buah kalimat yang sangat
Sebagaimana yang ditulis oleh Syaikh Muhammad
berharga bagi seorang muslim.
bin Abdul Wahhab rahimahullah di awal kitabnya
al-Kaba'ir (lihat Kitab al-Kaba'ir dengan tahqiq
Pada kalimat pertama tersimpan pelajaran tauhid
Syaikh Prof. Dr. Basim bin Faishal al-Jawabirah
dan akidah yang sangat mulia. Dimana seorang
hafizhahullah, hlm. 25)
muslim tidak akan mempersembahkan ibadah
dalam bentuk apa pun selain kepada Dzat yang
Demikian pula dalam sebagian naskah Kitab
telah menciptakan dirinya dan memberikan
Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul
nikmat tak terhingga kepadanya.
Wahhab rahimahullah dimana pada awalnya
beliau mengatakan setelah basmalah, “Dan
Sebab ibadah adalah hak Allah semata; tidak ada
kepada-Nya semata kami memohon pertolongan
yang berhak mendapatkan ibadah kecuali Dia.
dan kepada-Nya pula kami bertawakal.” (lihat
Oleh sebab itulah Allah memerintahkan ibadah

41
matan Kitab at-Tauhid dengan tahqiq Abu Malik Qur'an oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
ar-Riyasyi hafizhahullah, hlm. 9) rahimahullah, hal. 3)

Demikian pula yang dilakukan oleh Syaikh Hamad al-Qur'an adalah al-Furqan/pemisah antara
bin 'Atiq rahimahullah (wafat 1301 H) dalam kebenaran dan kebatilan. Allah berfirman (yang
kitabnya Ibthal at-Tandid bi Ikhtishar Syarh Kitab artinya), “Maha berkah Allah yang telah
at-Tauhid. Dimana setelah menyebutkan menurunkan al-Furqan kepada seorang
basmalah, beliau mengatakan, 'wa bihi nasta'iinu' hamba-Nya supaya dia menjadi pemberi
yang artinya, “Dan kepada-Nya semata kami peringatan bagi seluruh alam/manusia.”
memohon pertolongan.” (lihat Ibthal at-Tandid, (al-Furqan : 1).
hlm. 13)
Kitab yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun
Hal ini semestinya membangkitkan kesadaran kita dari kalangan jin dan manusia. Allah berfirman
bahwasanya setiap insan selalu butuh kepada (yang artinya), “Katakanlah; Seandainya segenap
bantuan dan pertolongan Allah kapan pun dan di jin dan manusia bersatu-padu untuk
mana pun. Dia tidak bisa terlepas dari bantuan mendatangkan sesuatu yang serupa dengan
dan pertolongan Allah sekecil apapun masalah al-Qur'an ini niscaya mereka tidak akan mampu
yang dia hadapi. mendatangkan sesuatu yang serupa dengannya
walaupun sebagian mereka menolong sebagian
Masalah dakwah yang dihadapi para ulama tentu yang lain.” (al-Israa' : 88).
bukan perkara ringan, karena mereka harus
melihat kenyataan umat yang penuh dengan Bahkan membuat sebuah surat yang serupa
problematika dari berbagai sisi. Tentu tidak ada dengan yang ada di dalam al-Qur'an pun manusia
yang bisa dijadikan sandaran selain Allah yang tidak akan mampu. Allah berfirman (yang artinya),
telah menciptakan jin dan manusia dalam rangka “Dan jika kalian meragukan apa yang telah Kami
tunduk beribadah kepada-Nya. turunkan kepada hamba Kami datangkanlah
sebuah surat yang serupa dengannya dan serulah
*** para penolong kalian selain Allah jika kalian
benar-benar jujur. Apabila kalian tidak mampu dan
kalian tidak akan bisa melakukan hal itu takutlah
….……………………..…………………# Faidah Ilmu akan neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu-batu yang telah disiapkan bagi
Keutamaan al-Qur'an orang-orang kafir.” (al-Baqarah : 23-24) (lihat Kitab
Fadha'il al-Qur'an oleh Ibnu Katsir rahimahullah,
hal. 42-43)
al-Qur'an adalah kitab yang penuh dengan
***
keberkahan. Allah berfirman (yang artinya),
“Sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu
yang ia penuh dengan berkah, supaya mereka
merenungkan ayat-ayatnya dan orang-orang yang ….………………………………………..# Faidah Ilmu
memiliki akal pikiran mau mengambil pelajaran.”
(Shaad : 29). Empat Surat Yang Diawali Pujian

Allah memudahkan al-Qur'an ini bagi siapa saja


yang mau mengambil pelajaran darinya. Allah Syaikh Ubaid al-Jabiri hafizhahullah menyebutkan
berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah dalam kitabnya It-haful 'Uquul bi Syarhi Tsalatsah
memudahkan al-Qur'an ini untuk diingat dan al-Ushul mengenai empat buah surat -selain
dipelajari, adakah orang yang mau mengambil al-Fatihah- yang diawali dengan pujian kepada
pelajaran.” (al-Qamar : 17) (lihat Kaifa Nafhamul

42
Allah, yaitu surat al-An'am, al-Kahfi, Saba' dan ….……………………………………….# Faidah Ilmu
Fathir.
Pentingnya Ilmu dalam Beragama
Pertama; Allah berfirman (yang artinya), “Segala
puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi serta menjadikan kegelapan-kegelapan dan
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Manusia
cahaya, kemudian orang-orang kafir itu terhadap
jauh lebih banyak membutuhkan ilmu daripada
Rabb mereka justru mempersekutukan.” (al-An'am :
kebutuhan mereka kepada makanan dan
1). Di dalam ayat ini Allah dipuji dengan latar
minuman. Karena makanan dan minuman
belakang bahwa Dia lah yang menciptakan langit
dibutuhkan -untuk dikonsumsi- dalam sehari
dan bumi serta menjadikan kegelapan dan cahaya.
sekali atau dua kali saja. Adapun ilmu maka ia
dibutuhkan -untuk dipahami, pent- sebanyak
Kedua; Allah berfirman (yang artinya), “Segala puji
hembusan nafas.” (lihat Miftah Daris Sa'adah,
bagi Allah yang telah menurunkan kepada
1/248-249)
hamba-Nya sebuah Kitab dan Allah tidak
menjadikan padanya kebengkokan.” (al-Kahfi : 1).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “... Kebutuhan
Di dalam ayat ini Allah memuji diri-Nya
kepada ilmu di atas kebutuhan kepada makanan,
disebabkan Kitab yang diturunkan oleh-Nya
bahkan di atas kebutuhan kepada nafas. Keadaan
kepada rasul-Nya dan Allah jadikan kitab itu
paling buruk yang dialami orang yang tidak bisa
pemberi petunjuk yang tidak mengandung
bernafas adalah kehilangan kehidupan jasadnya.
penyimpangan.
Adapun lenyapnya ilmu menyebabkan hilangnya
kehidupan hati dan ruh. Oleh sebab itu setiap
Ketiga; Allah berfirman (yang artinya), “Segala puji
hamba tidak bisa terlepas darinya sekejap mata
bagi Allah yang memiliki segala sesuatu yang ada
sekalipun...” (lihat al-'Ilmu, Syarafuhu wa Fadhluhu,
di langit dan di bumi, dan bagi-Nya segala pujian
hlm. 96)
di akhirat, dan Dia Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui/Teliti.” (Saba' : 1). Di dalamnya Allah
Sebagian salaf berkata, “Barangsiapa yang
menyebutkan sebab atau latar belakang pujian ini
beribadah kepada Allah tanpa ilmu maka dia akan
adalah dikarenakan segala sesuatu di langit dan di
lebih banyak merusak daripada memperbaiki.”
bumi adalah milik-Nya.
(lihat al-'Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hlm. 93)

Keempat; Allah berfirman (yang artinya), “Segala


Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah
puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan
mengatakan, “Dengan ilmu itulah akan dikenali
bumi, yang telah menjadikan para malaikat
tauhid dan iman, dengan ilmu pula akan
sebagai utusan.” (Fathir : 1). Di dalamnya Allah
dimengerti pokok-pokok keimanan dan
memuji diri-Nya disebabkan penciptaan langit dan
syari'at-syari'at Islam, dengan ilmu juga akan
bumi serta diangkatnya para malaikat sebagai
diketahui akhlak-akhlak yang luhur dan
utusan.
adab-adab yang sempurna, dan dengan ilmu itu
pula manusia terbedakan satu dengan yang
Sumber : It-haful 'Uqul bi Syarhi Tsalatsah
lainnya...” (lihat Syarh al-Manzhumah al-Mimiyah,
al-Ushul, hal. 51
hlm. 42)

***
Surga tidak akan bisa dimasuki dan diraih kecuali
dengan bekal iman dan ketaatan kepada Allah.
Allah berfirman (yang artinya), “Masuklah kalian ke
dalam surga dengan apa-apa yang telah kalian
amalkan.” (an-Nahl : 32). Dan tidak ada jalan
untuk mengenali iman dan amal salih kecuali
dengan ilmu yang bermanfaat (lihat keterangan

43
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah dalam dan tekadnya, dan juga sikap beliau shallallahu
kitab beliau Syarh al-Manzhumah al-Mimiyah, hlm. 'alaihi wa sallam dalam meninggalkan sesuatu.
65)
Apabila ada istilah 'hikmah' yang bersanding
Syaikh Ibrahim ar-Ruhaili hafizhahullah dengan al-Qur'an disebutkan secara berbarengan
menjelaskan bahwa ilmu adalah pondasi dalam maka makna dari hikmah di sini adalah as-sunnah
hal ibadah. Karena sesungguhnya tidak ada yaitu sunnah/hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi
ibadah dan tidak ada amal yang benar kecuali wa sallam. Hal ini sebagaimana telah diterangkan
dengan dasar ilmu. Ilmu lebih didahulukan oleh Imam asy-Syafi'i rahimahullah. Keterangan
sebelum segala sesuatu. Karena ibadah tidak akan ini bisa dibaca dalam kitab Ma'alim Ushul Fiqh
menjadi benar dan diterima kecuali apabila sesuai 'inda Ahlis Sunnah wal Jama'ah karya Syaikh
dengan tuntunan. Dan tidak ada jalan untuk Muhammad bin Husain al-Jizani hafizhahullah
mengenali tuntunan kecuali dengan ilmu. Yaitu (lihat pada kitab tersebut, hlm. 118)
ilmu yang benar. Dan apabila istilah ilmu
disebutkan secara mutlak -tanpa batasan atau Adapun istilah 'sunnah' yang biasa digunakan oleh
embel-embel tertentu, pent- di dalam kalam Allah para ahli fikih dengan makna sesuatu yang
dan kalam Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam dianjurkan (mandub/mustahab/nafilah/tathawwu')
demikian juga dalam ucapan para ulama maka adalah suatu hal yang dituntut untuk dikerjakan
sesungguhnya yang dimaksud ialah ilmu syari'at. akan tetapi tidak bersifat harus/bukan wajib.
Oleh sebab itu para ulama mengatakan bahwa Sesuatu yang mandub atau sunnah di sini boleh
semua dalil yang berisi keutamaan ilmu maka ditinggalkan tetapi tidak boleh meyakini bahwa
yang dimaksudkan adalah ilmu syari'at. Seperti hal itu tidak dianjurkan. Maksudnya, meskipun kita
dalam hadits, “Barangsiapa menempuh suatu jalan tidak melakukannya maka kita tetap harus
dalam rangka mencari ilmu...” Maka ilmu yang meyakini bahwa hal itu sesuatu yang dianjurkan
dimaksud di sini adalah ilmu syari'at (lihat dalam agama (lihat Ma'alim Ushul Fiqh 'inda Ahlis
Transkrip Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah oleh beliau, Sunnah wal Jama'ah, hlm. 306)
hlm. 6)
Dengan demikian istilah mandub atau sunnah
*** menurut para ulama ahli ushul juga bisa bermakna
segala hal yang diperintahkan oleh penetap
syari'at tetapi tidak bersifat harus dilakukan.
….………………………………………..# Faidah Ilmu Sesuatu yang mandub ini diperintahkan menurut
jumhur ahli ushul. Sebagaimana ditunjukkan oleh
Memahami Makna Sunnah firman Allah (yang artinya), “Sesungguhnya Allah
memerintahkan keadilan dan berbuat ihsan.”
(an-Nahl : 90). Berbuat adil adalah wajib
sedangkan berbuat ihsan -dengan memaafkan
Syaikh Muhammad bin Husain al-Jizani
dan tidak membalas, pent- adalah sesuatu yang
menerangkan, bahwa secara bahasa 'sunnah'
dianjurkan. Kedua hal ini -yaitu berbuat adil dan
bermakna jalan atau perjalanan, baik yang terpuji
ihsan- adalah diperintahkan. Hal ini menunjukkan
maupun yang tercela.
bahwa sesuatu yang mandub/sunnah pun
diperintahkan (lihat Taqrib al-Ushul 'ala Latha'if
Beliau juga menjelaskan, bahwa makna 'sunnah'
al-Ushul min 'Ilmi al-Ushul, hlm. 38 dan 39)
menurut para ulama ahli ushul adalah segala
sesuatu yang muncul atau datang dari Nabi
Apabila dicermati maka penggunaan istilah
shallallahu 'alaihi wa sallam selain al-Qur'an.
'sunnah' ini memiliki maksud yang berbeda-beda
Dengan demikian istilah 'sunnah' di sini mencakup
tergantung konteks pembicaraannya. Terkadang
perkataan, perbuatan, persetujuan/taqrir, tulisan
'sunnah' itu yang dimaksud adalah ucapan,
atau surat-surat beliau, isyarat darinya, keinginan
perbuatan, dan persetujuan dari Nabi shallallahu

44
'alaihi wa sallam. Terkadang 'sunnah' juga 'sunnah' di sini adalah jalan yang ditempuh oleh
bermakna sesuatu yang menjadi lawan dari bi'dah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Artinya
Dan terkadang 'sunnah' bermakna janganlah kalian mengada-adakan di dalam
mandub/dianjurkan. Sunnah dalam pengertian agama ini sesuatu yang bukan termasuk bagian
yang terakhir inilah yang sering disebut ulama dari ajarannya dan jangan keluar dari syari'at
fikih dengan mustahab atau nafilah (lihat Syarh beliau shallallahu 'alaihi wa sallam (lihat Syarh
al-Ushul min 'Ilmi al-Ushul oleh Syaikh Sa'ad bin al-Arba'in oleh al-Utsaimin, hlm. 302)
Nashir asy-Syatsri hafizhahullah, hlm. 57)
Dengan demikian istilah 'sunnah' di sini bermakna
Adapun istilah 'sunnah' dengan makna hadits umum mencakup keyakinan, amalan, dan ucapan.
-sebagaimana biasa disebutkan oleh para ulama Inilah sunnah dengan makna yang lengkap. Oleh
hadits- adalah segala yang bersumber dari Nabi sebab itu para ulama salaf tidak memakai istilah
shallallahu 'alaihi wa sallam berupa ucapan, sunnah kecuali dengan maksud yang mencakup
perbuatan, taqrir/persetujuan, dan apa-apa yang ini semua/seluruh ajaran agama. Kemudian para
beliau telah bertekad untuk mengerjakannya. ulama belakangan setelah mereka sering
Inilah makna dari istilah hadits atau sunnah menggunakan istilah 'sunnah' dengan makna
menurut para ulama hadits demikian juga yang lebih khusus yaitu yang berkaitan dengan
menurut ulama ahli ushul. Dengan demikian istilah urusan akidah atau keyakinan. Hal ini bisa
'sunnah' menurut ulama ahli ushul juga bisa dipahami karena masalah akidah merupakan
bermakna hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pondasi agama sehingga orang yang
(lihat keterangan Syaikh Abdul Karim al-Khudhair menyimpang dalam perkara ini berada dalam
hafizhahullah dalam kitabnya al-Hadits adh-Dha'if bahaya yang sangat besar (lihat Jami' al-'Ulum wal
wa Hukmul Ihtijaj Bihi, hlm. 16) Hikam, hlm. 333)

Dari keterangan-keterangan di atas dapat kita Istilah 'sunnah' inilah yang sering kita dengar
simpulkan, bahwa penggunaan istilah sunnah oleh dalam penyebutan ahlus sunnah wal jama'ah.
para ulama ushul fiqih bisa mencakup dua Sebab sunnah di sini maknanya adalah jalan Nabi
pemaknaan. Pertama; apabila yang dimaksud shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya
adalah sesuatu yang diperintahkan tetapi tidak sebelum munculnya berbagai bentuk bid'ah dan
harus dikerjakan, maka sunnah di sini adalah nama pendapat-pendapat yang menyimpang. Adapun
lain dari mustahab atau mandub atau nafilah. istilah jama'ah di sini maksudnya adalah
Kedua; adapun apabila yang dimaksud adalah orang-orang yang berkumpul di atas kebenaran
sesuatu yang bersumber dari Nabi shallallahu yaitu para sahabat dan tabi'in; para pendahulu
'alaihi wa sallam selain al-Qur'an -misalnya yang salih dari umat ini (lihat Syarh al-Wasithiyah
mereka mengatakan 'kita harus kembali kepada oleh Syaikh Muhammad Khalil Harras, hlm. 61
al-Qur'an dan sunnah'- maka sunnah di sini adalah tahqiq Alawi Abdul Qadir as-Saqqaf)
nama lain dari hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam. Adapun istilah sunnah yang biasa ***
digunakan para ulama akidah adalah
ajaran/tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang kebalikannya adalah bid’ah. ….…………………………………………..# Faidah Ilmu

Perintah Mengikuti Sunnah Ilmu Ada Pada Atsar


Di dalam hadits Irbadh bin Sariyah, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah
Imam al-Auza'i rahimahullah berkata, “Ilmu yang
kalian berpegang dengan Sunnahku...” (HR. Abu
sebenarnya adalah apa yang datang dari para
Dawud dan Tirmidzi, Tirmidzi berkata : hadits ini
sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
hasan sahih). Yang dimaksud dengan istilah
Ilmu apapun yang tidak berada di atas jalan itu

45
maka pada hakikatnya itu bukanlah ilmu.” (lihat Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata,
Da'a'im Minhaj an-Nubuwwah, hlm. 390-391). “Hendaknya kamu tetap berpegang dengan atsar
dan jalan kaum salaf, dan jauhilah olehmu segala
al-Maimuni rahimahullah berkata: Ahmad bin ajaran yang diada-adakan, karena itu adalah
Hanbal pernah berpesan kepadaku, “Wahai Abul bid'ah.” (lihat Fashlu al-Maqal fi Wujub Ittiba'
Hasan! Berhati-hatilah kamu, jangan sampai as-Salaf al-Kiram, hlm. 46).
engkau berbicara dalam suatu masalah yang
engkau tidak memiliki imam dalam hal itu.” (lihat ***
Manaqib al-Imam Ahmad oleh Ibnul Jauzi
rahimahullah, hlm. 245)
….………………………………………..# Faidah Ilmu
Syaikh Muhammad Sa'id Raslan hafizhahullah
berkata, “Suatu cacat yang banyak terdapat pada Hakikat Ilmu Yang Bermanfaat
putra-putra umat ini adalah ketika mereka tidak
mengikuti prinsip yang telah dijamin
keterjagaannya. Padahal, prinsip itu merupakan
Hasan al-Bashri berkata, “Ahli ilmu itu adalah yang
jalan kenabian. Keterjagaan sesungguhnya hanya
amalnya sesuai dengan ilmunya. Barangsiapa
ada pada wahyu, bukan pemikiran. Keterjagaan itu
amalnya menyelisihi ilmunya maka itulah
hanya ada pada ajaran yang dibawa oleh
periwayat kabar berita dimana dia mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” (lihat
sesuatu lalu dia pun mengatakannya.” (lihat
Da'a'im Minhaj an-Nubuwwah, hlm. 376).
Shahih Jami' Bayanil 'Ilmi wa Fadhlihi, hlm. 248)

Beliau juga menegaskan, “Sesungguhnya hakikat


Ada seorang perempuan berkata kepada
jalan kenabian adalah mengikuti atsar/riwayat
asy-Sya'bi, “Wahai orang yang 'alim/berilmu,
para pendahulu. Barangsiapa yang menyelisihi
berikanlah fatwa kepadaku.” Maka beliau pun
jalan ini maka dia tidak berjalan di atas manhaj
menjawab, “Sesungguhnya orang yang 'alim
nubuwwah.” (lihat Da'a'im Minhaj an-Nubuwwah,
adalah yang takut kepada Allah 'azza wa jalla.”
hlm. 377)
(lihat Shahih Jami' Bayanil 'Ilmi wa Fadhlihi, hlm.
166)
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa
yang menaati rasul maka sesungguhnya dia telah
ar-Rabi' bin Anas mengatakan, “Barangsiapa yang
taat kepada Allah.” (an-Nisaa': 80). Allah ta'ala
tidak takut kepada Allah ta'ala maka
berfirman (yang artinya), “Hendaklah merasa takut
sesungguhnya dia bukanlah seorang yang
orang-orang yang menyelisihi perintah rasul itu,
'alim/berilmu.” Mujahid juga mengatakan,
karena mereka akan tertimpa fitnah atau siksaan
“Sesungguhnya orang yang benar-benar 'alim
yang sangat pedih.” (an-Nuur: 63)
ialah yang senantiasa merasa takut kepada Allah
'azza wa jalla.” (lihat Shahih Jami' Bayanil 'Ilmi wa
Dari Ubaidullah bin Abi Rafi', dari ayahnya, dari
Fadhlihi, hlm. 166)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Jangan sampai aku jumpai ada diantara kalian
Masruq berkata, “Cukuplah menjadi tanda
seseorang yang bersandar di atas pembaringannya
keilmuan seorang tatkala dia merasa takut kepada
sementara telah datang kepadanya perintah
Allah. Dan cukuplah menjadi tanda kebodohan
diantara perintah yang aku berikan atau larangan
seorang apabila dia merasa ujub dengan amalnya.”
yang aku sampaikan lantas dia justru berkata,
(lihat Min A'lam as-Salaf [1/23])
“Kami tidak tahu. Apa yang kami temukan dalam
Kitabullah maka itulah yang kami ikuti!”.” (HR.
Imam al-Barbahari berkata, “Ketahuilah -semoga
Abu Dawud, disahihkan al-Albani)
Allah merahmatimu- sesungguhnya ilmu bukanlah
dengan memperbanyak riwayat dan kitab.
Sesungguhnya orang berilmu adalah yang

46
mengikuti ilmu dan Sunnah, meskipun ilmu dan menunjukkan bahwasanya untuk bisa beramal dan
kitabnya sedikit. Dan barangsiapa yang beribadah dengan benar dibutuhkan ilmu,
menyelisihi al-Kitab dan as-Sunnah, maka dia sehingga dengan cara itulah seorang insan akan
adalah penganut bid'ah, meskipun ilmu/wawasan bisa berjalan di atas jalan yang lurus/shirothol
dan bukunya banyak.” (lihat Da'a'im Minhaj mustaqim (lihat Minhatul Malik al-Jalil, 1/227)
Nubuwwah, hlm. 163)
Oleh sebab itu kita dapati para sahabat Nabi
al-Hasan al-Bashri berkata, “Ilmu itu ada dua shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang-orang
macam. Ilmu yang tertancap di dalam hati dan yang bersemangat untuk menimba ilmu sekaligus
ilmu yang sekedar berhenti di lisan. Ilmu yang mengamalkannya. Tidaklah mereka melewati
tertancap di hati itulah ilmu yang bermanfaat, sekitar sepuluh ayat melainkan mereka berusaha
sedangkan ilmu yang hanya berhenti di lisan itu memahami maknanya dan mengamalkannya.
merupakan hujjah/bukti bagi Allah untuk Mereka berkata, “Maka kami mempelajari ilmu
menghukum hamba-hamba-Nya.” (lihat al-Iman, dan amal secara bersama-sama.” (lihat al-'Ilmu,
takhrij al-Albani, hlm. 22) Wasa-iluhu wa Tsimaaruhu oleh Syaikh Sulaiman
ar-Ruhaili, hlm. 19)
Sufyan ats-Tsauri berkata: Dahulu ibuku berpesan
kepadaku, “Wahai anakku, janganlah kamu Amal itu mencakup iman kepada Allah,
menuntut ilmu kecuali jika kamu berniat menunaikan ketaatan kepada-Nya dengan
mengamalkannya. Kalau tidak, maka ia akan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan
menjadi bencana bagimu di hari kiamat.” (lihat menjauhi larangan-larangan-Nya. Tercakup dalam
Ta'thir al-Anfas, hlm. 579) amal ini berbagai bentuk ibadah khusus yang
bersifat pribadi maupun ibadah-ibadah yang
Malik bin Dinar berkata, “Barangsiapa menimba memberikan faidah luas kepada orang lain. Ibadah
ilmu untuk beramal maka Allah akan berikan taufik khusus misalnya sholat, puasa, haji. Adapun
kepadanya. Dan barangsiapa menimba ilmu bukan ibadah yang meluas faidahnya antara lain amar
untuk beramal maka semakin banyak ilmu akan ma'ruf nahi mungkar, jihad di jalan Allah, dsb.
justru membuatnya semakin bertambah congkak.” Amal inilah yang menjadi buah dari ilmu.
(lihat Ta'thir al-Anfas, hlm. 575-576) Barangsiapa beramal tanpa ilmu menyerupai
kaum Nasrani dan barangsiapa berilmu tetapi
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, tidak beramal dengannya menyerupai kaum
“Orang yang diberikan kenikmatan adalah orang Yahudi (lihat Syarh Tsalatsah al-Ushul oleh Syaikh
yang mengambil ilmu dan amal. Adapun orang Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah,
yang dimurkai adalah orang-orang yang hlm. 22)
mengambil ilmu dan meninggalkan amal. Dan
orang-orang yang sesat adalah orang-orang yang Hal ini menunjukkan bahwasanya target menuntut
mengambil amal namun meninggalkan ilmu.” ilmu bukanlah untuk mendapatkan berbagai
(lihat Syarh Ba'dhu Fawa'id Surah al-Fatihah, hlm. pengetahuan dan wawasan di dalam pikiran. Akan
25) tetapi sesungguhnya yang menjadi maksud ilmu
syar'i itu adalah demi mewujudkan iman dan amal
Oleh sebab itu setiap hari di dalam sholat kita salih. Oleh sebab itu ilmu yang tidak disertai
memohon kepada Allah agar diberikan hidayah dengan amal salih malah menjadi bencana bagi
menuju jalan yang lurus; yaitu jalan orang yang pemiliknya dan hujjah/bukti yang akan
diberikan nikmat dimana mereka itu adalah orang menjatuhkan dirinya kelak di hadapan Allah
yang berilmu dan mengamalkan ilmunya. Orang -na'udzu billah- (lihat Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah
yang berilmu tapi tidak mengamalkannya maka oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Barrak
dia termasuk golongan yang dimurkai. Adapun hafizhahullah, hlm. 7)
orang yang beramal tanpa ilmu maka dia
termasuk golongan orang yang sesat. Hal ini

47
Amal salih merupakan buah dari ilmu dan sesungguhnya itu adalah kehidupan ala binatang;
keimanan. Orang yang diberikan karunia oleh karena tidak ada bedanya dalam hal ini antara
Allah berupa ilmu dan keimanan niscaya akan manusia dengan hewan. Adapun kehidupan hakiki
melakukan amal-amal salih. Bahkan orang-orang adalah kehidupan yang diisi dengan ketaatan
yang beruntung itu juga berusaha untuk kepada ar-Rahman dan kesetiaan kepada ajaran
memberikan nasihat satu sama lain. Mereka Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam (lihat Tajdid
mengingatkan satu sama lain. Yaitu mereka 'saling al-Iman karya Syaikh Abdurrazzaq al-Badr
menasihati dalam kebenaran'; yang dimaksud hafizhahullah, hlm. 3-4)
kebenaran di sini mencakup ilmu, iman, dan amal
salih. Mereka juga saling menasihati untuk sabar. ***
Saling menasihati dalam kebenaran dan dalam
kesabaran pada hakikatnya adalah bagian dari
amal salih. Dan amal salih merupakan bagian dari ….…………………………..……………..# Faidah Ilmu
iman. Dengan demikian intisari sebab
keberuntungan itu adalah ada pada keimanan Semangat Menimba Ilmu
(lihat Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah oleh al-Barrak,
hlm. 9)
Disebutkan dalam Manaqib al-Imam Ahmad,
Oleh sebab itulah Allah berfirman (yang artinya),
Abdullah bin Muhammad al-Baghawi pernah
“Allah akan memberikan keteguhan kepada
mendengar Imam Ahmad bin Hanbal
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
rahimahullah berkata, “Saya akan terus menimba
kokoh dalam kehidupan dunia dan di akhirat.”
ilmu sampai saya masuk kubur.” (lihat Aina Nahnu
(Ibrahim : 27). Yang dimaksud orang beriman itu
min Haa'ulaa'i, 4/129)
adalah yang di dalam hatinya terisi keimanan yang
sempurna -tidak rusak- sehingga melahirkan
Disebutkan dalam kitab Tadzkiratul Huffazh,
amal-amal anggota badan. Allah berikan kepada
bahwa Ali bin al-Hasan bin Syaqiq rahimahullah
mereka keteguhan di saat diterpa syubhat dengan
menceritakan : Pada suatu malam yang dingin aku
karunia berupa ilmu dan keyakinan. Dan Allah
berjalan bersama dengan Ibnul Mubarak untuk
berikan kepada mereka keteguhan di saat diterpa
keluar dari masjid. Maka dia pun ber-mudzakarah
fitnah syahwat dengan kehendak dan tekad yang
(saling mengingat pelajaran) dalam hal hadits
kuat sehingga lebih mengedepankan kehendak
bersamaku dan aku pun bermudzakarah
Allah di atas hawa nafsunya. Demikian pula ketika
bersamanya di depan pintu. Maka dia pun terus
maut menjemput Allah berikan kepadanya
mengajakku bermudzakarah sampai datanglah
keteguhan di atas agama Islam, mendapatkan
mu'adzin untuk mengumandangkan adzan subuh
husnul khotimah, dan bisa menjawab pertanyaan
(lihat Aina Nahnu min Haa'ulaa'i, 4/135)
kubur dengan benar (lihat keterangan Syaikh
as-Sa'di rahimahullah dalam Taisir al-Karim
Disebutkan dalam kitab Tadzkiratul Huffazh,
ar-Rahman, hlm. 425-426)
bahwa an-Nashr bin Syumail rahimahullah pernah
mengatakan, “Tidak akan bisa seorang merasakan
Apabila demikian keadaannya, maka iman adalah
lezatnya ilmu sampai dia merasakan lapar dan
sesuatu yang paling mahal dan paling berharga di
melupakan rasa laparnya itu.” (lihat Aina Nahnu
alam nyata dan perbendaharaan paling bernilai di
min Haa'ulaa'i, 4/136)
dunia ini. Barangsiapa kehilangan iman
sesungguhnya dia kehilangan kehidupan yang
Di dalam Thabaqat al-Hanabilah dikisahkan bahwa
hakiki. Karena sesungguhnya tidak ada kehidupan
suatu ketika Ahmad bin Hanbal rahimahullah
yang hakiki bagi seorang insan tanpa keimanan.
mengimami sholat bersama Abdur Razzaq maka
Adapun semata-mata berjalan dengan kaki,
Abdur Razzaq pun bertanya kepadanya tentang
mengambil dengan tangan, berbicara dengan
penyebab beliau lupa di dalam sholatnya tadi.
lisan tanpa dibarengi keimanan kepada Allah
Imam Ahmad menjawab, “Saya belum mencicipi

48
makanan semenjak tiga hari lamanya.” Kisah ini yang merusaknya; baik yang merusak pokok
terjadi pada saat perjalanan Imam Ahmad ke tauhid berupa syirik akbar ataupun hal-hal yang
negeri Yaman dalam rangka menimba ilmu (lihat merusak kesempurnaannya yaitu syirik ashghar
Aina Nahnu min Haa'ulaa'i, 4/138) dan bid'ah-bid'ah (lihat Kutub wa Rasa'il Abdil
Muhsin, 5/46)
Khalaf bin Hisyam al-Azdi rahimahullah
mengatakan, “Pernah saya mengalami kesulitan ***
memahami sebuah bab dalam ilmu nahwu
sehingga saya tidak bisa memahaminya. Maka
saya pun menghabiskan uang sebanyak tiga puluh ….……………….………………………..# Faidah Ilmu
ribu dirham sampai pada akhirnya saya bisa
memahaminya dan matang dalam mengilmui hal
Rasa Takut Ulama Kepada Allah
itu.” (lihat Aina Nahnu min Haa'ulaa'i, 4/144)

***
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah pernah
ditanya :

….…………………………………………..# Faidah Ilmu Apakah makna dari firman Allah ta'ala (yang
artinya), “Sesungguhnya yang merasa takut kepada
Keistimewaan Kitab Tauhid Allah diantara para hamba-Nya hanyalah para
ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun.” (Fathir : 28).
Berikut ini beberapa petikan faidah seputar
kedudukan dan keistimewaan Kitab Tauhid karya Apakah hal ini bermakna selain ulama tidak
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab memiliki rasa takut kepada Allah? Dan ulama yang
rahimahullah. Kami sarikan dari keterangan Syaikh seperti apakah yang dimaksud oleh ayat ini?
Abdul Muhsin al-'Abbad hafizhahullah.
Beliau menjawab :
Semoga bermanfaat.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman setelah
[1] Kitab Tauhid merupakan kitab aqidah yang menyebutkan ayat-ayat kauniyah-Nya yang
paling penting dan paling luas diantara berupa makhluk-makhluk beserta berbagai
karya-karya Syaikh Muhammad bin Abdul macam bentuk dan sifatnya (yang artinya),
Wahhab rahimahullah. Di dalam kitab ini terdapat “Sesungguhnya yang merasa takut kepada Allah
enam puluh enam bab setelah mukadimah (lihat diantara hamba-hamba-Nya hanyalah para
Kutub wa Rasa'il Abdil Muhsin, 5/44) ulama.”

[2] Di dalam kitab ini beliau menempuh jalan Yang dimaksud ulama di sini ialah orang-orang
sebagaimana metode Imam Bukhari rahimahullah yang memiliki ilmu syar'i. Yaitu ilmu yang
di dalam menulis kitab Shahih Bukhari; dimana diwariskan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
beliau mencantumkan ayat-ayat, hadits-hadits, Yang dengan ilmunya itu mereka mengenali Allah
dan juga atsar/riwayat dari para pendahulu umat subhanahu wa ta'ala melalui ayat-ayat-Nya,
ini dari kalangan para sahabat dan para ulama qudrah/kekuasaan, dan nikmat-nikmat-Nya
yang mengikuti mereka (lihat Kutub wa Rasa'il kepada segenap hamba-Nya.
Abdil Muhsin, 5/45)
Maka orang yang berilmu tentang Allah ialah yang
[3] Bab-bab yang ada di dalam kitab ini berisi merasa takut kepada-Nya dengan sebenar-benar
penetapan tauhid -yaitu mengesakan Allah dalam rasa takut. Dan ayat ini termasuk kategori
beribadah- serta berisi peringatan akan hal-hal ayat-ayat yang berisi pujian dan sanjungan bagi

49
para ulama. Karena mereka itulah orang-orang
yang takut kepada Allah subhanahu wa ta'ala ….…………………………………………..# Faidah Ilmu
dengan sebenar-benar rasa takut. Yaitu apabila
mereka mengamalkan ilmunya dan menunaikan Nikmat Bagi Negeri Ini
hak Allah atas mereka. Hal itu berbeda dengan
keadaan para ulama sesat, karena mereka tidak
seperti itu. Yaitu ulama dari kalangan Yahudi dan
Bismillah.
ulama-ulama sesat yang mengikuti jalan mereka.
Setiap insan menghendaki kebahagiaan. Setiap
Sesungguhnya yang dimaksud di sini ialah hanya
muslim pasti mendambakan kemuliaan. Adalah
para ulama yang beramal dengan ilmunya. Maka
menjadi anugerah yang begitu besar bagi
sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala
manusia ketika Allah berikan petunjuk kepada
mengabarkan bahwa mereka itulah orang-orang
mereka untuk meniti jalan yang lurus; jalan yang
yang benar-benar merasa takut kepada-Nya.
mengantarkan menuju surga.

Sebagaimana Allah juga menyandingkan


Banyak orang beranggapan bahwa nikmat itu
persaksian mereka bersama dengan
adalah ketika anda bisa hidup nyaman dengan
persaksian-Nya. Yaitu dalam firman-Nya (yang
segala fasilitas dan kemewahan. Banyak orang
artinya), “Allah bersaksi bahwa tidak ada
mengira bahwa nikmat itu adalah ketika anda bisa
sesembahan -yang benar- selain Dia, demikian
kenyang menyantap berbagai menu makanan dan
pula bersaksi para malaikat dan orang-orang yang
aneka kuliner kesukaan.
berilmu.” (Ali 'Imran : 18)
Tidak jarang pula orang menilai bahwa nikmat itu
Allah juga berfirman (yang artinya), “Katakanlah;
adalah ketika menjadi sosok yang tenar dan dipuja
Apakah sama antara orang-orang yang berilmu
oleh jutaan penggemar dan simpatisan. Alangkah
dengan orang-orang yang tidak berilmu.”
dangkal ilmu dan pemahaman kita kalau begitu…
(az-Zumar : 9)
Bukankah nikmat yang hakiki adalah kenikmatan
Dalil-dalil dalam masalah ini cukup banyak. Dan
yang membawa kita menuju surga. Seperti yang
ayat ini adalah salah satu diantaranya. Adapun
dilukiskan oleh Abu Hazim rahimahullah dalam
selain ahli ilmu maka diantara mereka ada yang
sebuah petuahnya yang sangat indah -yang kami
merasa takut kepada Allah sesuai dengan kadar
dengar seingat kami pertama kali ucapan beliau
pengenalannya terhadap Allah subhanahu wa
ini dari lisan Ustaz Dzulqarnain hafizhahullah
ta'ala. Akan tetapi orang yang paling banyak rasa
dalam sebuah pengajian di Masjid Pogung Raya
takutnya kepada Allah dan yang paling agung rasa
Yogyakarta- bahwa, “Setiap nikmat yang tidak
takutnya kepada Allah hanyalah ahli ilmu/para
semakin menambah dekat kepada Allah
ulama. Dan yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu
sesungguhnya itu adalah malapetaka/bencana.”
syar'i yang bersumber dari nabi.
Diantara sekian banyak nikmat yang menuntun
Sumber : Majmu' Fatawa Syaikh Shalih al-Fauzan,
hamba menuju surga, tauhid adalah nikmat yang
hlm. 165
tiada duanya. Sebab tauhid adalah kunci surga
dan sebab diterimanya amalan, dengan tauhid
***
pula manusia akan selamat dari kekalnya azab
neraka.

Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya


barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka
benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan
tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada

50
bagi orang-orang zalim itu sedikit pun penolong.” manusia mengenali tauhid dan syirik. Dengan
(al-Maa-idah : 72) keterangan yang disampaikan para ulama maka
manusia dapat membedakan antara petunjuk dan
Dengan demikian berkembangnya dakwah tauhid kesesatan. Inilah yang disinggung oleh Imam
adalah anugerah dan nikmat bagi negeri dan Hasan al-Bashri dalam salah satu petuahnya,
bangsa ini, bukan justru ancaman atau malapetaka “Kalau bukan karena keberadaan ulama niscaya
yang harus diwaspadai. Dakwah tauhid manusia itu seperti binatang.”
melandaskan seruannya pada al-Kitab dan
as-Sunnah yang akan membimbing umat manusia Para ulama adalah pewaris nabi-nabi, sementara
menuju kebahagiaan yang hakiki. Bukankah Allah para nabi tidak meninggalkan warisan berupa
telah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa uang emas atau uang perak. Akan tetapi mereka
yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan meninggalkan warisan berupa ilmu agama. Dan
tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123) ilmu agama yang paling penting dan paling wajib
adalah ilmu tauhid! Rasulullah shallallahu ‘alaihi
Dakwah tauhid adalah jalan hidup Nabi yang wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah
mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan dia
memusuhi dan menentang dakwah tauhid dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
merupakan jalan menuju kehancuran. Allah
berfirman (yang artinya), “Barangsiapa menentang Merupakan keanehan yang sungguh
Rasul itu setelah jelas baginya petunjuk, dan dia mengenaskan; ketika manusia sangat-sangat
mengikuti selain jalan kaum beriman, niscaya membutuhkan tauhid dan petunjuk yang benar di
Kami akan membiarkan dia terombang-ambing dalam beragama justru banyak orang juga
dalam kesesatan yang dia pilih, dan Kami akan berupaya mati-matian untuk memadamkan
memasukkannya ke dalam Jahannam; dan cahaya Allah ini… Mereka ingin memadamkan
sungguh Jahannam itu adalah seburuk-buruk cahaya Allah dengan lisan-lisan mereka, akan
tempat kembali.” (an-Nisaa’ : 115) tetapi Allah enggan kecuali tetap
menyempurnakan cahaya-Nya… “Benar-benar
Ya, tauhid ini adalah nikmat yang paling agung. Allah akan membela orang-orang yang berjuang
Dakwah tauhid ini merupakan anugerah yang membela agama-Nya…”
paling utama bagi umat manusia. Tidaklah ada
seorang pun nabi melainkan dia menyeru kepada Kaum muslimin yang dirahmati Allah, seperti
tauhid dan mengajak umat kepadanya. Allah dikatakan dalam pepatah arab ‘an-naasu a’daa-u
berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami utus maa jahiluu’ artinya, ‘manusia itu cenderung
sebelum kamu seorang rasul pun melainkan Kami memusuhi apa-apa yang tidak mereka ketahui’.
wahyukan kepadanya; bahwa tidak ada Inilah yang terjadi ketika banyak diantara
ilah/sesembahan yang benar kecuali Aku, maka masyarakat kita ini -yang notabene mayoritas
sembahlah Aku saja.” (al-Anbiyaa’ : 25) muslim, tetapi secara kualitas masih jauh dari
pemahaman yang benar tentang agama- justru
Inilah yang disinggung oleh Imam Ahmad bin alergi dengan dakwah tauhid, bahkan cenderung
Hanbal dalam penggalan mukadimah kitabnya memusuhi dan menolaknya -kecuali yang diberi
‘ar-Radd ‘alal Jahmiyyah’ yang mengatakan, taufik oleh Allah-.
“Betapa indah pengaruh yang ditinggalkan oleh
para ulama pada diri umat manusia, namun Inilah salah satu pelajaran yang bisa kita petik dari
betapa jelek tangapan manusia terhadap sebuah riwayat yang masyhur dari Nabi
mereka…” shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menceritakan
akan datangnya suatu masa dimana ketika itu
Pengaruh dakwah para ulama yang paling pokok orang yang berpegang teguh dengan agamanya
adalah dakwah tauhid. Dengan perjuangan para laksana orang yang memegang bara api.
ulama Sunnah -setelah taufik dari Allah- maka

51
Betapa banyak di negeri ini kita jumpai ini kecuali dengan apa-apa yang memperbaiki
kubur-kubur orang salih yang dikeramatkan dan generasi awalnya.”
dipuja-puja! Betapa banyak di negeri ini kita
dengar praktek perdukunan dan paranormal yang Semoga Allah menjadikan kita termasuk Ahlus
dipromosikan dan laris manis di masyarakat dari Sunnah dan mewafatkan kita di atas Sunnah…
berbagai lapisan… Betapa akrab telinga dan media
informasi kita dengan kabar tentang acara-acara ***
persembahan dan sesaji untuk ini dan itu dengan
dalih demi melestarikan peninggalan
nenek-moyang dan menyemarakkan pariwisata! ….………………….……………………..# Faidah Ilmu
Wa ilallahil musytaka ‘kepada Allah semata tempat
kita mengadu dan mengiba…’ Sepenggal Faidah dan Setetes Hikmah
Ketika para da’i tauhid menyeru manusia untuk
beribadah kepada Allah semata dan
Bismillah.
meninggalkan sesembahan selain-Nya, banyak
orang pun marah dan murka! Ketika disebutkan
Faidah dalam bahasa arab lebih tepat mungkin
nama Allah semata hati mereka menjadi kesal dan
diartikan dengan pelajaran atau hikmah dalam
geram, tetapi ketika disebutkan bersama Allah
bahasa kita, sementara istilah hikmah itu sendiri
sesembahan dan pujaan selain-Nya mereka pun
dalam istilah agama memiliki makna yang luas;
riang gembira… Subhanallah wallahu akbar!
salah satunya adalah meletakkan sesuatu pada
tempatnya atau lebih luas dari itu hikmah itu
Inilah sunnatullah di muka bumi ini. Akan selalu
bermakna kepahaman dalam agama.
ada pertarungan antara kebenaran dan kebatilan.
Bukanlah sebuah sikap yang bijak dan lurus ketika
Diantara ulama yang sangat besar perhatiannya
manusia berupaya mencampuradukkan antara
dalam hal faidah dan hikmah ini adalah Imam
kebenaran dengan kebatilan. Sikap yang benar
Ibnul Qayyim dan Ibnu Rajab al-Hanbali
adalah tunduk kepada kebenaran yang datang
rahimahumallah. Sehingga tidak heran apabila
dari Allah dengan sepenuhnya. Inilah garis dan
Ibnul Qayyim memiliki sebuah kitab khusus
jalan yang harus kita patuhi.
dengan judul al-Fawa’id; bentuk jamak dari kata
‘faidah’. Sementara Ibnu Rajab menyusun kitab
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah
syarah hadits yang beliau beri nama Jami’ul ‘Ulum
pantas bagi seorang lelaki beriman atau
wal Hikam; yang bermakna ensiklopedi ilmu dan
perempuan beriman apabila Allah dan Rasul-Nya
hikmah.
telah menetapkan suatu perkara lantas masih ada
bagi mereka pilihan lainnya bagi urusan mereka
Sebagian ulama di masa kini pun membuat buku
itu. Barangsiapa durhaka kepada Allah dan
khusus yang mengumpulkan petikan faidah dan
Rasul-Nya, sungguh dia telah tersesat dengan
hikmah dari ulama terdahulu, semacam Mawa’izh
kesesatan yang amat nyata.” (al-Ahzab : 36)
Syaikhil Islam Ibni Taimiyah yang disusun oleh
Syaikh Shalih bin Ahmad asy-Syami, begitu pula
Imam Malik rahimahullah berpesan kepada kita,
Mawa’izh Ibnil Qayyim juga karya beliau. Petikan
“as-Sunnah [ajaran nabi] ini adalah ‘bahtera’ Nuh.
faidah dan hikmah ini lebih mudah atau sering
Barangsiapa menaikinya pasti selamat, dan
disebut dengan mau’izhah/nasihat. Dengan
barangsiapa yang dengan sengaja tidak mau
demikian ia lebih menyentuh ke dalam hati dan
menumpang di atasnya maka dia pasti
lebih akrab di telinga para pembaca.
tenggelam.”
Tidaklah diragukan bahwa kalimat para ulama
Imam Malik rahimahullah juga berkata, “Tidak
salaf itu singkat tetapi sarat akan makna dan
akan memperbaiki keadaan generasi akhir umat
pelajaran, sebagaimana ilmu salaf itu lebih dalam

52
dan lebih mendekati kebenaran. Oleh sebab itu Para sahabat nabi -sebagaimana disebut oleh Ibnu
para ulama kita mengatakan, “Setiap kebaikan itu Mas’ud- adalah orang-orang yang paling bersih
karena mengikuti ulama salaf, sedangkan semua hatinya dan paling dalam ilmunya. Oleh sebab itu
keburukan karena mengikuti orang-orang ucapan mereka penuh dengan kebaikan dan
khalaf/belakangan; yaitu yang menyelisihi salaf.” pelajaran. Sebagian mereka terkadang bertemu
dengan saudaranya hanya untuk mengajak
Imam al-Auza’i rahimahullah berpesan, “Wajib bersama-sama menyegarkan keimanan dan
atasmu mengikuti jejak-jejak para salaf/pendahulu memperkuat jalinan cinta karena Allah.
yang baik meskipun orang-orang menolakmu…”
Imam Malik rahimahullah berkata, “Tidak akan Dengan begitu semestinya kita menyadari, bahwa
memperbaiki keadaan generasi akhir umat ini ucapan salaf tidak layak hanya kita jadikan sebagai
kecuali apa-apa yang telah memperbaiki keadaan penghias tulisan atau pengharum pembicaraan,
generasi awalnya.” lebih daripada itu ucapan salaf adalah lentera dan
cahaya yang semestinya kita gunakan untuk
Tentu saja, landasan dalam beragama bukan pada berjalan di atas kebenaran.
ucapan ulama atau perkataan tokoh. Sebab yang
dijadikan rujukan dan sandaran adalah al-Kitab ***
dan as-Sunnah. Allah berfirman (yang artinya),
“Kemudian apabila kalian berselisih tentang suatu
perkara, kembalikanlah hal itu kepada Allah dan ….………………………………………..# Faidah Ilmu
Rasul, jika kalian benar-benar beriman kepada
Allah dan hari akhir…” (an-Nisaa’ : 59) Sekilas Keutamaan dan Faidah
Surat al-Fatihah
Meskipun demikian, untuk bisa memahami ayat
atau hadits kita tidak bisa terlepas dari bantuan
para ulama yang ahli di bidangnya. Ucapan para
> al-Fatihah Surat Paling Agung di dalam
ulama salaf terutama dari kalangan sahabat nabi
al-Qur'an
merupakan panduan dan arahan bagi kita untuk
menjalankan ajaran-ajaran agama. Hal itu tidak
Dari Abu Sa'id bin al-Mu'alla radhiyallahu'anhu,
lain karena mereka lah yang paling memahami
beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
maksud dari ayat dan hadits-hadits itu setelah
sallam berkata kepadaku, “Maukah aku ajarkan
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
kepadamu surat yang paling agung di dalam
al-Qur'an, sebelum kamu keluar masjid?”. Lalu
Oleh sebab itu kita dapati sebagian ulama
beliau menggandeng tanganku, ketika kami
mengumpulkan ucapan dan nasihat-nasihat
hendak keluar aku berkata, “Wahai Rasulullah!
mereka dalam buku khusus, sebagaimana Abu
Tadi anda berkata: Aku akan mengajarkan
Nu’aim rahimahullah dalam kitabnya Hilyatul
kepadamu surat yang paling agung dalam
Auliyaa’. Tidak jarang pula kita temukan
al-Qur'an?”. Beliau pun bersabda, “Alhamdulillahi
penjelasan dan nasihat para salaf itu di sela-sela
Rabbil 'alamin (surat al-Fatihah), itulah tujuh ayat
kitab tafsir dan syarah hadits. Hal ini menunjukkan
yang diulang-ulang (as-Sab'u al-Matsani) dan
perhatian besar para ulama terhadap ucapan dan
bacaan yang agung (al-Qur'an al-'Azhim) yang
nasihat salafus shalih.
diberikan kepadaku.” (HR. Bukhari)
Satu hal yang perlu diingat oleh kita, bahwa
Dari Ubay bin Ka'ab radhiyallahu'anhu, Rasulullah
membaca dan meresapi nasihat para ulama
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah
terdahulu merupakan sarana untuk memupuk
Allah menurunkan di dalam Taurat, Injil, maupun
keimanan dan menjaga ketakwaan.
al-Qur'an, sesuatu yang menyamai Ummul Kitab;
yaitu as-Sab'u al-Matsani.” (HR. Ibnu Khuzaimah)

53
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Sungguh
Kami telah mengaruniakan kepadamu Dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu'anhu, beliau
(Muhammad) as-Sab'u al-Matsani (tujuh ayat yang menceritakan bahwa suatu ketika sekelompok
diulang-ulang) dan al-Qur'an al-'Azhim (bacaan Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
yang agung).” (al-Hijr: 87) berada dalam perjalanan. Kemudian mereka
melewati sebuah kabilah arab. Mereka meminta
Para ulama semacam Ali bin Abi Thalib, Abu disambut sebagai tamu, tetapi permintaan itu
Hurairah, Ibnu 'Abbas, Ibrahim an-Nakha'i, Ibnu ditolak oleh kabilah tersebut. Namun, setelah itu
Abi Mulaikah, Hasan al-Bashri, Mujahid, Qotadah, mereka bertanya, “Apakah diantara kalian ada
Ibnu Jarir ath-Thabari, Ibnu Hajar, dan lain-lain yang pandai meruqyah? Karena pemimpin kabilah
menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan terkena sengatan binatang berbisa atau tertimpa
as-Sab'u al-Matsani adalah surat al-Fatihah (lihat musibah.” Salah seorang lelaki diantara
Tafsir al-Qur'an al-'Azhim [4/382] cet. rombongan pun berkata, “Iya.” Dia pun
al-Maktabah at-Taufiqiyah, Fath al-Bari [8/184] cet. mendatanginya dan meruqyahnya dengan
Dar al-Hadits, Syarh as-Sunnah [3/50] cet. Fatihatul Kitab hingga sembuh. Setelah itu
al-Maktab al-Islami, dan lain-lain) diberikanlah sejumlah kambing sebagai upah
atasnya, tetapi orang itu enggan menerimanya.
> Membaca al-Fatihah termasuk Rukun Sholat Dia mengatakan, “Tidak, sampai aku ceritakan hal
ini kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.” Lalu
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Nabi dia pun menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, sallam dan melaporkan hal itu kepada beliau. Dia
“Barangsiapa yang mengerjakan sholat dan tidak berkata, “Wahai Rasulullah! Demi Allah, aku tidak
membaca Ummul Qur'an (surat al-Fatihah) di meruqyah kecuali dengan Fatihatul Kitab (surat
dalamnya maka sholat itu pincang.” Beliau al-Fatihah) saja.” Beliau pun tersenyum seraya
mengatakannya tiga kali. Pincang maksudnya bersabda, “Darimana kamu tahu bahwa ia adalah
adalah tidak sempurna (HR. Muslim dalam Kitab ruqyah?”. Kemudian beliau memerintahkan,
ash-Sholah [395]) “Ambillah pemberian mereka, dan sisihkan juga
jatahku bersama kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam al-Baghawi rahimahullah berkata,
“Mayoritas ulama dari kalangan Sahabat maupun Dari 'Auf bin Malik al-Asyja'i radhiyallahu'anhu,
sesudah mereka berpendapat bahwasanya tidak beliau berkata: Dahulu kami biasa melakukan
sah sholat tanpa membaca Fatihatul Kitab (surat ruqyah/jampi-jampi di masa jahiliyah. Maka kami
al-Fatihah) apabila orang itu bisa membacanya. pun mengadukan hal itu, “Wahai Rasulullah!
Diantara mereka adalah 'Umar, 'Ali, Jabir, 'Imran Bagaimana menurut anda tentang hal itu?”. Beliau
bin Hushain, dan para Sahabat yang lain. Inilah menjawab, “Tunjukkan kepadaku bagaimana
yang dianut oleh Ibnul Mubarak, asy-Syafi'i, bacaan ruqyah kalian. Tidak mengapa meruqyah
Ahmad, dan Ishaq.” (lihat Syarh as-Sunnah [3/46] selama tidak mengandung unsur kesyirikan.” (HR.
cet. al-Maktab al-Islami) Muslim). Hadits di atas menunjukkan bahwa
ruqyah yang terlarang adalah ruqyah yang
Dari 'Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu'anhu, mengandung unsur kesyirikan atau yang tidak
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, mengikuti tuntunan syari'at.
“Tidak sah sholat orang yang tidak membaca
Fatihatul Kitab (surat al-Fatihah).” (HR. Bukhari Dari Abdul Aziz, dia berkata: Aku dan Tsabit
dalam Kitab al-Adzan [756] dan Muslim dalam datang menemui Anas bin Malik
Kitab ash-Sholah [394]). Dalam riwayat Muslim radhiyallahu'anhu. Tsabit berkata, “Wahai Abu
juga diriwayatkan dengan lafal, “Tidak sah sholat Hamzah, aku sedang sakit.” Anas berkata,
orang yang tidak membaca Ummul Qur'an.” “Maukah aku ruqyah engkau dengan bacaan
ruqyah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?”.
> al-Fatihah bisa Untuk Meruqyah Dia menjawab, “Iya tentu saja.” Anas pun

54
membaca, “Allahumma Rabban naasi, Mudzhibal Syaikh al-Utsaimin rahimahullah berkata,
baasi. Isyfi anta asy-Syaafii. Laa syaafiya illa anta. “al-Fatihah adalah Ummul Qur'an; dikarenakan
Syifaa'an laa yughaadiru saqoma.” (HR. Bukhari) seluruh maksud ajaran al-Qur'an terkandung di
dalamnya. Ia telah mencakup tiga macam tauhid.
Para ulama membolehkan ruqyah apabila Ia juga mencakup penetapan risalah, hari akhir,
terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Pertama; jalan para rasul dan jalan orang-orang yang
Bacaan ruqyah itu berasal dari ayat al-Qur'an atau menyelisihi mereka. Segala perkara yang terkait
bacaan yang dituntunkan di dalam as-Sunnah, dengan pokok-pokok syari'at telah terkandung di
atau dengan menggunakan nama-nama dan dalam surat ini. Oleh karena itu ia disebut dengan
sifat-sifat Allah. Kedua; Diucapkan dengan bahasa Ummul Qur'an.” (lihat Syarh al-Mumti' [2/82])
Arab dan jelas maknanya. Ketiga; Tidak boleh
mengandung unsur hal-hal yang bertentangan Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Ia
dengan syari'at, misalnya berisi doa kepada selain juga disebut dengan Ummul Qur'an/Induk
Allah, meminta keselamatan kepada jin atau yang al-Qur'an; sebab induk dari sesuatu itu adalah
semacam itu. Keempat; Harus diyakini bahwa pokok/sumber yang menjadi tempat
bacaan itu tidak bisa berpengaruh dengan kembali/rujukan sesuatu tersebut. Makna-makna
sendirinya tetapi bergantung kepada takdir Allah ayat al-Qur'an semuanya kembali kepada apa
'azza wa jalla (lihat penjelasan Syaikh Shalih alu yang terkandung di dalam surat ini.” (lihat Syarh
Syaikh dalam at-Tam-hid li Syarh Kitab at-Tauhid, Ba'dhu Fawa'id Surah al-Fatihah, hlm. 6 cet. Dar
hlm. 108 cet. Dar at-Tauhid, penjelasan Syaikh al-Imam Ahmad, lihat keterangan serupa dalam
Ibnu Utsaimin dalam al-Qaul al-Mufid 'ala Kitab Fath al-Bari [8/181] cet. Dar al-Hadits)
at-Tauhid [1/117] cet. Maktabah al-'Ilmu, dan
keterangan Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari [4/525] ***
[10/220] cet. Dar al-Hadits)

Nama Lain Surat al-Fatihah ….………………………………………….# Faidah Ilmu

Surat al-Fatihah juga dinamai dengan Ummul Gambaran Seputar Kitab


Qur'an atau Ummul Kitab (induknya al-Qur'an).
Ushul Tsalatsah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ummul
Qur'an itu adalah tujuh ayat yang sering
Syaikh Abdul Muhsin al-'Abbad hafizhahullah
diulang-ulang (as-Sab'u al-Matsani) dan al-Qur'an
mengatakan, “Ini (kitab Ushul Tsalatsah) adalah
al-'Azhim (bacaan yang agung).” (HR. Bukhari)
kitab yang sangat berharga. Tidak ada yang tidak
membutuhkannya baik dari kalangan orang
Imam ar-Raghib al-Ashfahani rahimahullah
khusus maupun orang yang awam. Hal itu
mengatakan, “Fatihatul Kitab (surat al-Fatihah)
disebabkan di dalam kitab ini terkandung
disebut dengan Ummul Kitab karena ia merupakan
penjelasan mengenai ketiga landasan utama ini
permulaan Kitab (al-Qur'an).” (lihat al-Mufradat fi
beserta dalil-dalil atasnya.” (lihat Kutub wa Rasa'il
Gharib al-Qur'an [1/28]).
Abdil Muhsin, 5/47-48)
Imam al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh
mengapa al-Fatihah disebut dengan Ummul
hafizhahullah berkata, “Di hadapan kita ada risalah
Qur'an, “Karena surat ini mengandung [intisari]
Tsalatsatul Ushul wa Adillatuha. Ini adalah risalah
segala ilmu al-Qur'an.” (lihat dalam Taudhih
yang sangat penting bagi setiap muslim. Adalah
al-Ahkam min Bulugh al-Maram [1/663] cet. Dar
para ulama kita dahulu senantiasa memberikan
al-Atsar karya Syaikh Abdullah al-Bassam)
perhatian kepadanya ketika pertama-tama
menjelaskan kitab-kitab ilmu agama.” (lihat Syarh
Tsalatsatul Ushul, hlm. 8)

55
disertai dalil-dalilnya (lihat Syarh Tsalatsatil Ushul
Tiga landasan utama yang disebutkan oleh Syaikh oleh Abdullah Aba Husain hlm. 10)
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah itu
mencakup; mengenal Allah, mengenal Islam Di dalam risalah ini beliau akan menjelaskan
dengan dalil, dan mengenal Nabi Muhammad tentang jawaban atas tiga pertanyaan kubur. Hal
shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketiga perkara inilah ini sangat penting untuk dipelajari. Karena kubur
yang kelak akan ditanyakan kepada setiap insan adalah fase pertama di dalam kehidupan akhirat.
apabila dia telah diletakkan di dalam kuburnya Barangsiapa yang berbahagia di sana maka
(lihat Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah oleh Syaikh sesudahnya dia akan lebih berbahagia. Dan
Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah, hlm. 6) barangsiapa yang celaka di sana maka sesudahnya
dia akan lebih celaka. Rasulullah shallallahu 'alaihi
Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah berkata, wa sallam bersabda, “Kubur adalah fase pertama
“Ini adalah termasuk risalah paling pertama yang diantara fase-fase alam akhirat. Apabila seorang
hendaknya dipelajari oleh seorang penimba ilmu, selamat darinya maka sesudahnya dia akan lebih
yaitu dalam hal ilmu yang berkaitan dengan mudah baginya. Dan apabila dia tidak selamat
aqidah.” (lihat Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah, hlm. 7) darinya maka sesudahnya akan lebih keras
darinya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi dan beliau
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh menghasankannya dan disahihkan al-Hakim
hafizhahullah menekankan di dalam mukadimah dalam al-Mustadrak) (lihat Syarh Tsalatsatil Ushul
syarahnya terhadap kitab Ushul Tsalatsah ini, oleh Syaikh Abdullah bin Sa'ad Aba Husain
bahwa risalah ini adalah berisi matan (teks hafizhahullah, hlm. 14)
pelajaran) yang ringkas. Karena sesungguhnya
ilmu ini tidak bisa diraih hanya dengan sekali ***
asupan. Akan tetapi ilmu ini akan bisa diraih
seiring dengan proses belajar siang dan malam.
Sebagaimana dikatakan oleh Imam az-Zuhri ….………………………..………………..# Faidah Ilmu
rahimahullah, “Barangsiapa yang menginginkan
ilmu secara sekejap dalam jumlah besar maka Hakikat dan Buah Ilmu
niscaya ia akan lenyap secara cepat. Sesungguhnya
ilmu itu akan diraih seiring dengan perjalanan
siang dan malam.” Inilah cara yang benar. Ilmu
Bismillah.
akan bisa diperoleh dengan cara memulai dari
perkara-perkara yang dasar sebelum
Ilmu adalah bekal untuk meraih keridhaan Allah.
masalah-masalah yang besar (lihat Syarh
Seperti yang dikatakan oleh sebagian ulama salaf,
Tsalatsatil Ushul, hlm. 8 tahqiq 'Adil bin
bahwa sesungguhnya ilmu lebih diutamakan
Muhammad Rifa'i)
dibandingkan amal-amal yang lain disebabkan ia
merupakan sebab dan sarana untuk bertakwa
Orang yang memperhatikan kandungan Ushul
kepada Allah.
Tsalatsah akan bisa menyimpulkan bahwa di
dalam risalah ini terkandung tiga bagian utama.
Dengan demikian, ketika ilmu adalah bagian dari
Pertama; tiga mukadimah yaitu [1] motivasi untuk
ibadah maka jelaslah bagi kita bahwa ilmu agama
berilmu, beramal, berdakwah, dan sabar, [2 dan 3]
ini tercakup dalam perkara yang dicintai dan
berisi pokok-pokok agung yang berkaitan dengan
diridhai oleh Allah. Akan tetapi sejatinya ilmu itu
masalah tauhid. Kedua; perkara-perkara penting
ada dua macam -sebagaimana dikatakan oleh
dalam tauhid seperti iman kepada hari
Hasan al-Bashri rahimahullah- yaitu ilmu yang
kebangkitan, iman kepada rasul, kufur kepada
bersemayam di dalam hati dan ilmu yang hanya
thaghut; yang ini akan bisa dijumpai pada bagian
berhenti di lisan. Ilmu yang bermanfaat ialah ilmu
akhir risalah. Ketiga; intisari risalah yaitu
yang telah tertancap di hati, sementara ilmu yang
penjelasan jawaban tiga pertanyaan kubur dengan
berhenti di lisan adalah ilmu yang justru menjadi

56
bumerang bagi pemiliknya dan bukti yang akan ilmunya. Apabila dia telah mengamalkan ilmunya
menjatuhkannya kelak di akhirat. barulah dia menjadi orang yang 'alim.”

Dari sinilah kita mengetahui bahwa ilmu yang Inilah yang dimaksud oleh firman Allah (yang
bermanfaat itu bukan sekedar pengetahuan dan artinya), “Sesungguhnya yang paling takut kepada
wawasan yang dimiliki seorang insan. Sebab bisa Allah diantara hamba-hamba-Nya adalah para
jadi orang kafir dan munafik pun memiliki ilmu ulama.” (Fathir : 28). Ibnu Taimiyah rahimahullah
semacam itu. Seperti contohnya adalah kaum berkata menyimpulkan maksud ayat tersebut,
Orientalis dan para pemikir barat yang mengkaji “Semua orang yang benar-benar takut kepada
khazanah dunia Islam tetapi mereka tidak beriman Allah maka dia adalah orang yang 'alim/berilmu.”
kepadanya. Bisa jadi mereka cerdas secara
intelektual dan pintar secara akademis, tetapi ilmu Para ulama juga menjelaskan, bahwa barangsiapa
yang mereka punyai tidak membawa mereka yang semakin mengenal Allah niscaya semakin
tunduk kepada wahyu Allah dan syari'at-Nya. besar rasa takutnya kepada Allah. Rasa takut inilah
Maka, ilmu semacam itu bukanlah ilmu yang yang membuahkan ketakwaan dan ibadah
bermanfaat. Sebabnya adalah ilmu itu tidak kepada-Nya. Oleh sebab itu rasa takut adalah
bersemayam di hatinya. Artinya ilmu itu tidak salah satu pilar ibadah hati. Orang yang takut akan
membuahkan rasa takut kepada Allah dan keadaan dirinya ketika kelak berada di hadapan
ketundukan kepada-Nya. Rabbnya lalu menahan dirinya dari segala
keinginan nafsunya -yang terlarang- maka Allah
Berbeda dengan kaum beriman -serendah apapun sediakan surga baginya.
IQ mereka dan seminim apapun wawasan mereka
dalam hal agama- maka mereka jauh lebih mulia Oleh sebab itu ilmu yang benar dan ilmu yang
dan lebih utama di hadapan Allah disebabkan bermanfaat adalah ilmu yang diiringi dengan
ketakwaan dan iman serta rasa takut yang ada di amalan. Orang yang berilmu sementara dia tidak
dalam hatinya. Allah berfirman (yang artinya), mengamalkan ilmunya adalah jalan orang-orang
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu yang dimurkai oleh Allah yaitu kaum Yahudi dan
hanyalah orang-orang yang apabila disebutkan orang-orang yang serupa dengan mereka.
nama Allah merasa takutlah hati mereka, dan Adapun beramal tanpa ilmu adalah kesesatan ala
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya kaum Nasrani dan orang-orang yang seperti
bertambahlah imannya, dan kepada Rabbnya mereka. Jalan yang benar adalah yang
semata mereka bertawakal.” (al-Anfal : 2-4) memadukan antara ilmu dengan amal, inilah jalan
yang lurus yang akan mengantarkan
Oleh sebab itu nilai ilmu dalam timbangan agama penempuhnya menuju kenikmatan surga dan
bukanlah diukur dengan banyaknya hafalan dan ampunan dari Rabbnya.
riwayat yang bisa disebutkan oleh seorang insan.
Karena orang kafir pun bisa menghafal dan Karena itu sebagian salaf berkata, “Barangsiapa
meriwayatkan perkataan dan nasihat. Akan tetapi yang rusak diantara para ulama kita maka pada
hakikat ilmu dan standar pemahaman itu dilihat dirinya terdapat keserupaan dengan Yahudi. Dan
pada kadar rasa takutnya kepada Allah. Seperti barangsiapa yang rusak diantara para ahli ibadah
yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud kita maka pada dirinya ada keserupaan dengan
radhiyallahu'anhu, “Bukanlah ilmu itu dengan Nasrani.”
banyaknya riwayat. Akan tetapi ilmu adalah rasa
takut.” Sebagian ulama salaf pun menegaskan, bahwa
hakikat orang yang berilmu itu adalah yang
Dari situlah kita bisa memahami maksud dari merasa takut kepada Allah. Suatu ketika ada
perkataan Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah, seorang perempuan berkata kepada asy-Sya'bi
“Seorang yang berilmu selalu berada dalam rahimahullah, “Wahai orang yang 'alim, berikanlah
kebodohan apabila dia tidak beramal dengan fatwa kepadaku.” beliau pun menjawab, “Aku

57
bukanlah orang yang 'alim. Orang yang 'alim itu Sehingga ilmu itu merasuk ke dalam jiwa seiring
adalah yang takut kepada Allah.” perjalanan siang dan malam. Seperti yang
dikatakan oleh az-Zuhri rahimahullah,
Apabila demikian hakikat dan buah dari ilmu itu; “Sesungguhnya ilmu itu dituntut seiring dengan
yaitu ilmu yang bersemayam di dalam hati dan perjalanan siang dan malam.” Dan seperti yang
membuahkan rasa takut kepada Allah dan amal dijelaskan oleh Yahya bin Abi Katsir rahimahullah,
salih, maka sesungguhnya ilmu para sahabat nabi “Tidak akan diperoleh/dikuasai ilmu itu dengan
radhiyallahu'anhum adalah ilmu yang sebenarnya badan yang selalu bersantai-santai.” Inilah ilmu
karena mereka telah membuktikan ketakwaannya yang akan membekas di dalam hati dan
dan rasa takutnya kepada Allah, bahkan Allah membuahkan amalan.
telah memuji mereka dan meridhai mereka serta
menjadikan mereka teladan bagi generasi Ilmu yang membuahkan sifat tawadhu' dan
setelahnya. ketakwaan. Ilmu yang mengikis kesombongan dan
keangkuhan. Ilmu yang menepis fitnah syubhat
Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu dalam sebuah dan syahwat. Ilmu yang membuahkan keyakinan
atsar/riwayat yang lain mensifati para sahabat dan kesabaran. Ilmu yang menghasilkan ittiba' dan
sebagai orang-orang yang paling dalam ilmunya keikhlasan. Ilmu seperti inilah yang membuat
dan paling bersih hatinya. Hati adalah bejana bagi generasi salaf menjadi mulia dan berjaya.
ilmu. Sehingga ilmu yang bermanfaat itu
bersemayam di dalam hati dan membuahkan Semoga Allah berikan kepada kita taufik kepada
ketakwaan kepada Allah. ilmu yang bermanfaat dan amal yang salih.

Karena itulah dikatakan oleh Ibnul Qayyim Wallahul musta'aan.


rahimahullah, “Bahwa hakikat ketakwaan itu
adalah ketakwaan dari dalam hati, bukan ***
semata-mata ketakwaan dengan anggota badan.”

Ilmu yang semacam itu hanya akan bisa diperoleh ….…………………………..……………..# Faidah Ilmu
dengan merujuk kepada al-Qur'an dan as-Sunnah
serta pemahaman para sahabat. Oleh sebab itu Kebutuhan Pokok Yang Terlupakan
dikatakan oleh para ulama, bahwa hakikat ilmu itu
adalah firman Allah, sabda Rasul, dan ucapan para
sahabat. Inilah sumber ilmu yang bermanfaat.
Bismillah.

Sehingga dikatakan oleh Ibnul Qayyim


Kehidupan manusia di muka bumi tidak lepas dari
rahimahullah, bahwa ilmu itu adalah mengenali
berbagai kebutuhan. Dari sejak kecil kita sudah
petunjuk dengan dalilnya. Dan kunci untuk meraih
diajari mengenai hal-hal yang menjadi kebutuhan
ilmu itu adalah dengan men-tadabburi al-Qur'an.
pokok manusia di dunia ini diantaranya adalah
kebutuhan sandang (pakaian), pangan (makanan),
Para sahabat dahulu tidaklah melewati sepuluh
papan (tempat tinggal), dan lain sebagainya.
ayat atau sekitar itu -ketika
membaca/menghafalkannya- kecuali setelah
Namun, satu hal yang jarang kita dengar dan kita
mereka memahami ilmu dan amal serta hukum
baca adalah kebutuhan pokok yang menjadi asas
yang terkandung di dalamnya. Mereka
kebahagiaan dan keselamatan insan, yaitu ilmu
mempelajari ilmu, amal, dan iman secara
agama. Mengapa kebutuhan manusia kepada ilmu
bersamaan. Ilmu yang mereka peroleh adalah ilmu
disebut sebagai kebutuhan pokok bahkan menjadi
yang membasahi hati mereka dan meresap ke
asas kebahagiaan? Jawabannya ada di dalam
dalam relung hatinya.
firman Allah (yang artinya), “Dan tidaklah Aku

58
ciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56) Terlebih lagi setiap kali sholat kita berdoa kepada
Allah dalam setiap raka'at meminta hidayah
Jawabannya juga ada di dalam firman Allah (yang kepada-Nya agar bisa meniti jalan yang lurus atau
artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia shirothol mustaqim. Sementara yang dimaksud
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali jalan lurus itu adalah mengenali kebenaran dan
orang-orang yang beriman, beramal salih, saling mengamalkannya, sebagaimana dijelaskan oleh
menasihati dalam kebenaran, dan saling seorang ahli tafsir masa kini Syaikh as-Sa'di
menasihati untuk menetapi kesabaran.” (al-'Ashr : rahimahullah dalam tafsirnya.
1-3)
Hal ini semakin jelas menunjukkan kepada kita
Jawabannya juga ada di dalam hadits Nabi bahwa tanpa ilmu manusia akan terjerumus dalam
shallallahu 'alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang berbagai penyimpangan dan kesesatan. Oleh
Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah sebab itu setiap hari seusai sholat subuh kita
pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari diajari oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
dan Muslim) untuk berdoa meminta ilmu yang bermanfaat.

Intinya adalah manusia tidak akan bisa hidup ***


dengan benar dan meraih keselamatan di dunia
dan di akhirat kecuali dengan beribadah kepada
Allah, sementara ibadah kepada Allah tidak bisa
tidak harus dilandasi dengan ilmu agama. Oleh Bab 3.
sebab itu kebutuhan kepada ilmu agama ini jauh
Faidah Tafsir
lebih penting dan mendesak daripada kebutuhan
yang lainnya.
- Kaidah Ibadah dalam Surat al-Fatihah
- Faidah Huruf Ba’
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Manusia - Penyebab Nabi Cepat Beruban
jauh lebih membutuhkan ilmu daripada kebutuhan - Hakikat Syukur
mereka kepada makanan dan minuman. Karena - Tambahan Hidayah dan Keteguhan
makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari - Hikmah Penciptaan Jin dan Manusia
sekali atau dua kali. Adapun ilmu dibutuhkan - Sejenak Bersama ‘alhamdulillah’
sebanyak hembusan nafas.” - Hari Pembalasan
- al-Qur’an dan as-Sunnah Terjaga
- Maslahat Ibadah
Manusia akan bisa selamat dari kesesatan di dunia - Meraih Keberkahan Hidup
dan azab akhirat apabila ia memahami ilmu - Ambrol dan Jugrug
agama dan mengamalkannya. Hal ini telah - Hakikat Jalan Yang Lurus
diisyaratkan dalam firman Allah (yang artinya), - Terpesona dengan Kalimat Indah
“Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku - Belajar Dakwah Nabi
- Kembalikan Perselisihan kepada al-Kitab dan as-Sunnah
niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula
- Umat Yang Satu
celaka.” (Thaha : 123)
- Jangan Salah Persepsi
- Menyakiti Allah dan Rasul-Nya
Ilmu agama ini adalah kebutuhan pokok yang - Tumpuan Rasa Cinta dan Harapan
tidak boleh dikesampingkan atau diremehkan. - Makna al-’Ashr
Karenanya Imam Bukhari rahimahullah membuat - Makna Kata ‘Rabb’
bab di dalam Sahihnya dengan judul 'Ilmu - Tauhid dan Berbakti kepada Orang Tua
- Ibadah dan Kehidupan
sebelum ucapan dan perbuatan'. Hal ini
- Allah Rabb seluruh Alam
mengisyaratkan kepada kita bahwa setiap ucapan
- Kedua Tangan-Nya Terbentang
dan perbuatan yang tidak dilandasi dengan ilmu - Menyatukan, Bukan Memecah Belah…
maka ia akan menyimpang dari kebenaran.

59
….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
Di dalam kalimat 'alhamdulillah' terkandung
kecintaan. Karena Allah adalah Dzat yang
Kaidah Ibadah dalam Surat al-Fatihah mencurahkan nikmat dan Dzat yang mencurahkan
nikmat itu dicintai sekadar dengan kenikmatan
yang diberikan olehnya. Jiwa manusia tercipta
Surat al-Fatihah mengandung pelajaran penting dalam keadaan mencintai siapa saja yang berbuat
seputar makna dan hakikat ibadah. Di dalamnya baik kepadanya. Sementara Allah adalah sumber
terkandung pokok-pokok ibadah; yaitu cinta, segala nikmat dan karunia yang ada pada diri
takut, dan harap. Di dalamnya juga terkandung hamba. Oleh sebab itu wajib mencintai Allah
syarat diterimanya ibadah; yaitu harus ikhlas dan dengan kecintaan yang tidak tertandingi oleh
sesuai tuntunan. Di dalamnya juga terkandung kecintaan kepada segala sesuatu. Karena itulah
ketetapan bahwa ibadah adalah hak Allah semata, kecintaan menjadi salah satu bentuk ibadah yang
tidak boleh menujukan ibadah kepada selain-Nya. paling agung (lihat keterangan Syaikh al-Fauzan
dalam Silsilah Syarh Rasa'il, hlm. 185)
Ibadah adalah sebuah nama yang meliputi segala
sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah; baik Di dalam kalimat 'ar-Rahmanir Rahiim' terkandung
berupa ucapan maupun perbuatan, yang tampak harapan. Karena Allah adalah pemilik sifat
dan yang tersembunyi. Ini adalah pengertian rahmat/kasih sayang. Oleh sebab itu kaum
paling bagus dalam pendefinisian ibadah (lihat muslimin senantiasa mengharapkan rahmat Allah
Kutub wa Rasa'il Abdil Muhsin, 6/189) (lihat keterangan Syaikh al-Fauzan dalam Silsilah
Syarh Rasa'il, hlm. 190)
Ibadah memiliki urgensi yang sangat agung.
Disebabkan Allah menciptakan makhluk, Konsekuensi dari sifat rahmat ini adalah Allah
mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab
demi memerintahkan mereka beribadah untuk membimbing manusia demi kebahagiaan
kepada-Nya dan melarang beribadah kepada hidup mereka. Perhatian Allah untuk itu jelas lebih
selain-Nya. Allah berfirman (yang artinya), besar daripada sekedar perhatian Allah untuk
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia menurunkan hujan, menumbuhkan
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” tanam-tanaman dan biji-bijian di atas muka bumi
(adz-Dzariyat : 56). Maknanya Allah menciptakan ini. Siraman air hujan membuahkan kehidupan
mereka untuk diperintah agar beribadah tubuh jasmani bagi manusia. Adapun wahyu yang
kepada-Nya dan dilarang dari bermaksiat dibawa oleh para rasul dan terkandung di dalam
kepada-Nya (lihat Kutub wa Rasa'il Abdil Muhsin, kitab-kitab merupakan sebab hidupnya hati
6/189) mereka (lihat at-Tafsir al-Qoyyim, hlm. 8).

Hakikat dari ibadah itu sendiri adalah perendahan Di dalam kalimat 'maaliki yaumid diin' terkandung
diri kepada Allah yang dilandasi kecintaan dan rasa takut. Karena di dalamnya terkandung rasa
pengagungan dengan cara melaksanakan takut terhadap hari kiamat. Oleh sebab itu setiap
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah muslim merasa takut akan hukuman Allah pada
itu adalah sumber kebahagiaan insan. Ibadah hari kiamat (lihat Silsilah Syarh Rasa'il, hlm.
harus dikerjakan dengan ikhlas untuk Allah semata. 190-191)
Karena ibadah itu adalah hak khusus milik Allah. Di
dalam kalimat 'iyyaka na'budu' telah terkandung Apabila terkumpul ketiga hal ini -cinta, harap, dan
penetapan bahwa tidak ada yang berhak takut- di dalam ibadah maka itulah asas tegaknya
disembah selain Allah. Oleh sebab itu di dalam ibadah. Adapun orang yang beribadah kepada
kalimat ini terkandung makna dari kalimat tauhid Allah hanya dengan bersandar kepada salah
laa ilaha illallah (lihat keterangan Syaikh Ibnu satunya saja maka dia menjadi orang yang sesat.
'Utsaimin rahimahullah dalam Ahkam Minal Orang yang beribadah kepada Allah dengan cinta
Qur'anil Karim, hlm. 22-23)

60
belaka tanpa rasa takut dan harap maka ini adalah 'ar-rahmanir rahiim' mengandung pilar harapan.
jalannya kaum Sufiyah yang mengatakan bahwa Dan 'maaliki yaumid diiin' mengandung pilar rasa
'kami beribadah kepada Allah bukan karena takut takut (lihat keterangan Syaikh al-Fauzan dalam
neraka atau mengharapkan surga, tetapi kami Silsilah Syarh Rasa'il, hlm. 192)
beribadah kepada-Nya hanya karena kami
mencintai-Nya'. Cara beribadah semacam ini Di dalam kalimat 'iyyaka na'budu' (yang artinya),
adalah kesesatan. Karena sesungguhnya para nabi “Hanya kepada-Mu kami beribadah” terkandung
dan malaikat sebagai makhluk yang paling utama syarat ikhlas dalam beribadah. Karena di dalam
merasa takut kepada Allah dan mengharap kalimat ini objeknya dikedepankan -yaitu iyyaka-
kepada-Nya. Allah berfirman (yang artinya), dan didahulukannya objek -dalam kaidah bahasa
“Sesungguhnya mereka itu adalah bersegera dalam arab- menunjukkan makna pembatasan. Sehingga
kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh makna 'iyyaka na'budu' adalah 'kami
rasa harap dan takut...” (al-Anbiyaa' : 90) (lihat mengkhususkan kepada-Mu dalam melakukan
Silsilah Syarh Rasa'il, hlm. 191) ketaatan, kami tidak akan memalingkan ibadah
kepada siapa pun selain Engkau' (lihat Min
Orang yang beribadah kepada Allah hanya Hidayati Suratil Fatihah karya Syaikh Abdurrazzaq
dengan bersandar kepada harapan (roja') maka al-Badr hafizhahullah, hlm. 18)
dia termasuk penganut pemikiran Murji'ah yang
hanya bersandar kepada harapan dan tidak takut Adapun syarat ibadah harus sesuai tuntunan
akan dosa dan maksiat. Mereka mengatakan terkandung dalam kalimat 'ihdinash shirathal
bahwa iman cukup dengan pembenaran dalam mustaqim dst'. Hal ini menunjukkan bahwa Allah
hati atau pembenaran hati dan diucapkan dengan tidak akan menerima amal kecuali apabila sesuai
lisan. Mereka juga mengatakan bahwa amal itu dengan jalan yang lurus yaitu jalan yang diserukan
sekedar penyempurna dan pelengkap. Hal ini oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Nabi
adalah kesesatan, karena sesungguhnya iman itu shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
mencakup ucapan, amalan, dan keyakinan. Ketiga “Barangsiapa melakukan amal yang tidak ada
hal ini harus ada, tidak cukup dengan salah tuntunannya dari kami maka ia pasti tertolak.” (HR.
satunya saja (lihat keterangan Syaikh al-Fauzan Muslim) (lihat Min Hidayati Suratil Fatihah karya
dalam Silsilah Syarh Rasa'il, hlm. 191-192) Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah, hal. 19)

Barangsiapa yang beribadah kepada Allah hanya Konsekuensi dari syahadat 'asyhadu anlaa ilaha
dengan bersandar kepada rasa takut (khauf) maka illallah' adalah mengikhlaskan amal untuk Allah
dia berada di atas jalan kaum Khawarij yang semata sehingga tidaklah dipalingkan suatu
beribadah kepada Allah hanya dengan bertumpu bentuk ibadah apapun kepada selain-Nya, bahkan
pada rasa takut. Sehingga mereka hanya seluruh ibadah itu dimurnikan hanya untuk
mengambil dalil-dalil yang berisi ancaman (wa'iid) mencari wajah Allah subhanahu wa ta'ala. Dan
dan pada saat yang sama mereka justru konsekuensi dari syahadat 'wa asyhadu anna
meninggalkan dalil-dalil yang berisi janji (wa'd), Muhammadar rasulullah' adalah ibadah itu harus
ampunan, dan rahmat. Ketiga kelompok ini yaitu sesuai dengan tuntunan yang dibawa oleh Rasul
Sufiyah, Murji'ah dan Khawarij adalah kelompok yang mulia shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh
yang ekstrim/ghuluw dalam beragama (lihat sebab itu Allah tidak boleh diibadahi dengan
Silsilah Syarh Rasa'il, hlm. 192) bid'ah, perkara-perkara yang baru dalam agama
ataupun segala bentuk kemungkaran (lihat Kutub
Adapun jalan yang benar adalah beribadah wa Rasa'il Abdil Muhsin, 6/190)
kepada Allah dengan memadukan ketiga hal ini;
cinta, harap, dan takut. Inilah iman. Inilah jalan Di dalam 'iyyaka na'budu' pada hakikatnya juga
kaum beriman. Inilah hakikat tauhid. Dan inilah terkandung dalil bahwasanya apabila ibadah
yang terkandung dalam surat al-Fatihah. tercampuri syirik maka ia tidak lagi menjadi
'alhamdulillah' mengandung pilar kecintaan. ibadah yang benar untuk Allah. Dan ibadah

61
semacam itu pun tidak akan diterima di sisi-Nya. ibadahnya kepada Allah semata. Mereka juga
Allah berfirman dalam hadits qudsi, “Aku adalah beribadah kepada selain-Nya. Seperti halnya
Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. orang-orang yang berdoa -padahal doa adalah
Barangsiapa melakukan amal seraya intisari ibadah, pen- kepada Rasul shallallahu
mempersekutukan bersama-Ku dengan selain-Ku, 'alaihi wa sallam, berdoa kepada Husain, kepada
maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya itu.” (HR. Abdul Qadir Jailani, Badawi, dan lain sebagainya.
Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu) (lihat Ini semua termasuk perbuatan syirik akbar dan
Ahkam Minal Qur'anil Karim, hlm. 23) dosa yang tidak akan diampuni pelakunya apabila
dia mati dalam keadaan belum bertaubat darinya
Isti'anah (meminta pertolongan kepada Allah) (lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hlm. 19-20 oleh
adalah bagian dari ibadah. Meskipun demikian di Syaikh Abdullah bin Ibrahim al-Qar’awi)
dalam al-Fatihah ia disebutkan secara khusus
setelah ibadah. Allah berfirman (yang artinya), ***
“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya
kepada-Mu kami meminta
pertolongan/beristi'anah.” Hal ini menunjukkan ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
betapa besarnya kebutuhan hamba untuk
memohon pertolongan Allah dalam menjalankan
Faidah Huruf Ba'
semua ibadah. Karena sesungguhnya apabila Allah
tidak menolongnya niscaya dia tidak akan bisa
meraih apa yang dia kehendaki; apakah dalam hal
Bismillah.
melaksanakan perintah atau pun menjauhi
larangan (lihat keterangan Syaikh Abdurrahman
Setiap hari kita membaca surat al-Fatihah. Dan
bin Nashir as-Sa'di rahimahullah dalam Taisir
setiap hari pun kita membaca bacaan basmalah;
al-Karim ar-Rahman, hlm. 39)
yaitu kalimat 'bismillahirrahmanirrahiim'. Di dalam
kalimat ini terkandung faidah-faidah yang sangat
Dengan menunaikan ibadah kepada Allah dan
agung, diantaranya adalah faidah dari huruf ba'.
senantiasa memohon pertolongan-Nya hamba
akan bisa meraih kebahagiaan yang abadi dan
Para ulama menjelaskan, bahwa huruf ba' dalam
terselamatkan dari segala keburukan. Tidak ada
kalimat 'bismillah' bisa bermakna isti'anah
jalan menuju keselamatan kecuali dengan
-dengan meminta bantuan/pertolongan- atau
menegakkan kedua hal ini; yaitu menegakkan
bisa juga bermakna 'mushahabah' -dengan
ibadah kepada Allah dan selalu memohon
disertai atau menyertakan-.
bantuan kepada-Nya (lihat Taisir al-Karim
ar-Rahman, hlm. 39)
Imam Abu Syamah al-Maqdisi rahimahullah (wafat
665 H) menerangkan bahwa para ulama
Seorang yang bisa merealisasikan kandungan dari
menafsirkan huruf ba' -dalam basmalah- dengan
'iyyaka na'budu' maka dia akan terbebas dari riya'.
dua penafsiran. Sebagian mengatakan bahwa
Dan orang yang bisa merealisasikan kandungan
huruf ba' di sini bermakna isti'anah, sedangkan
dari 'iyyaka nasta'in' maka dia akan terbebas dari
sebagian yang lain menafsirkan bahwa huruf ba' di
ujub (lihat Mawa'izh Syaikhil Islam Ibni Taimiyah,
sini bermakna mushahabah (lihat Kitab
hlm. 83)
al-Basmalah, hlm. 561-562).

Sebuah realita yang sangat menyedihkan adalah


Contoh bunyi kalimat dengan huruf ba' yang
banyak diantara kaum muslimin di masa kita
bermakna isti'anah adalah 'katabtu bil qalami'
sekarang ini yang telah mengucapkan Iyyaka
artinya 'aku menulis dengan bantuan pena'.
na'budu wa Iyyaka nasta'in, akan tetapi di sisi lain
Adapun contoh kalimat dengan huruf ba' yang
mereka tidak memperhatikan kandungan
bermakna mushahabah adalah 'bi'tukal faras
maknanya sama sekali. Mereka tidak memurnikan
bisarajihi' artinya 'aku menjual kepadamu kuda ini

62
bersama dengan pelananya' (lihat al-Muyassar fi karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah
'Ilmi an-Nahwi Jilid 2, hlm. 98) (lihat Syarh ad-Durus al-Muhimmah, hlm. 12)

Imam asy-Syaukani rahimahullah (wafat 1250 H) Oleh sebab itu salah satu faidah penting dari huruf
di dalam tafsirnya menerangkan, bahwa huruf ba' ba' dalam kalimat basmalah ini adalah dalam
dalam kalimat basmalah bermakna rangka mencari berkah dengan berdzikir
isti'anah/permintaan bantuan dan pertolongan menyebut nama Allah. Makna kalimat ini adalah
atau bermakna mushahabah/kebersamaan. Beliau 'saya memulai dengan menyebut nama Allah
juga menyebutkan bahwa penafsiran yang kedua sebelum ucapan yang ingin saya katakan atau
-bahwa ba' bermakna mushahabah- dipilih dan sebelum perbuatan yang hendak saya lakukan'.
dikuatkan oleh az-Zamakhsyari (lihat Fat-hul Qadir,
hlm. 15). Sehingga di dalamnya terkandung faidah mencari
keberkahan dari Allah dan memohon pertolongan
Pendapat kedua ini juga dipilih oleh Syaikh kepada-Nya. Demikian ini pula makna penjelasan
Abdullah bin Ibrahim al-Qar'awi hafizhahullah yang disampaikan oleh Imam Ibnu Katsir
(lihat kitab beliau yang berjudul Tafsir Surah rahimahullah dalam tafsirnya (lihat at-Tabarruk
al-Fatihah, hlm. 6). Pendapat ini juga yang Anwa'uhu wa Ahkamuhu, karya Dr. Nashir al-Judai'
tampaknya dikuatkan oleh Syaikh Abdurrahman hlm. 205-206)
bin Hasan rahimahullah (wafat 1285 H) dalam
kitabnya Fat-hul Majid bi Syarhi Kitab at-Tauhid ***
(hlm. 10 cet. Dar al-Hadits Kairo)

Adapun pendapat yang dipilih oleh Dr. Sulaiman ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
bin Ibrahim al-Lahim bahwa huruf ba' di sini
bermakna isti'anah (lihat kitab beliau yang
berjudul al-Lubab fi Tafsiril Isti'adzah wal Penyebab Nabi Cepat Beruban
Basmalah wa Fatihatil Kitab, hlm. 88).

Demikian pula tafsiran dari Syaikh Shalih Syaikh al-Albani rahimahullah menyebutkan
al-Fauzan hafizhahullah bahwa makna ucapan hadits dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma,
basmalah adalah 'memohon pertolongan dan bahwa Abu Bakar radhiyallahu'anhu berkata
bantuan/beristi'anah dengan menyebut nama kepada Nabi, “Wahai Rasulullah! Anda telah
Allah'. Sehingga kalimat ini diucapkan dalam beruban.” Maka beliau shallallahu 'alaihi wa
rangka memohon bantuan kepada Allah dan sallam menjawab, “Telah membuatku cepat
mencari berkah dengan menyebut nama-Nya beruban [surat] Hud, al-Waqi'ah, al-Mursalat,
(lihat Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah, hlm. 12) 'Amma yatasaa'aluun, dan 'Idzasy syamsu
kuwwirat'.” (lihat Sahih Sunan Tirmidzi, 3/343.
Senada dengan hal itu penafsiran dari Syaikh hadits no 3297, ash-Shahihah no. 955)
Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah
bahwasanya makna ucapan basmalah itu adalah Di dalam surat Hud, Allah berfirman (yang artinya),
'aku membaca dengan seraya memohon “Istiqomahlah kamu sebagaimana diperintahkan
pertolongan dan bantuan serta mencari kepadamu dan orang-orang yang bertaubat
keberkahan dengan menyebut nama Allah...' (lihat bersamamu, dan janganlah melampaui batas.
Tafsir Surah al-Fatihah, hlm. 22). Sesungguhnya Dia terhadap apa yang kalian
kerjakan Maha melihat.” (Hud : 112)
Tafsiran serupa juga disampaikan oleh Syaikh
Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah dalam Di dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada
penjelasannya terhadap risalah Durus Muhimmah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan juga
umatnya untuk istiqomah. Hakikat istiqomah itu
adalah berpegang-teguh dengan ajaran Kitabullah

63
dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa ajaran Islam dengan melaksanakan perintah dan
sallam. Hal itu akan terwujud dengan cara meninggalkan larangan sebagaimana yang
melaksanakan perintah-perintah sekuat diterangkan di dalam al-Qur'an dan as-Sunnah.
kemampuan dan meninggalkan Untuk istiqomah seorang harus ikhlas dan harus
larangan-larangan (lihat keterangan Syaikh Abdul meniti jalan yang lurus; yaitu dengan mengetahui
Muhsin al-'Abbad dalam Kutub wa Rasa'il, 1/248) kebenaran dan mengamalkannya.

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata : Ibnu Karena begitu agungnya istiqomah Rasulullah
'Abbas mengatakan, “Tidaklah turun kepada shallallahu 'alaihi wa sallam pun merasa bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebuah perintah untuk istiqomah adalah perintah yang
ayat yang lebih keras dan lebih berat daripada sangat besar. Sampai-sampai dikisahkan oleh Ibnu
ayat ini. Oleh sebab itulah ketika para sahabatnya 'Abbas bahwa tidak ada ayat yang 'lebih berat'
berkata kepadanya, “Sungguh anda telah cepat bagi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam selain ayat
beruban.” Beliau menjawab, “Telah membuatku di atas -dalam surat Hud- yang berisi perintah
beruban [surat] Hud dan saudara-saudaranya.”.” untuk istiqomah. Sebab untuk istiqomah seorang
(lihat Kutub wa Rasa'il, 1/249, Tafsir al-Baghawi, membutuhkan ilmu dan kesungguh-sungguhan
hlm. 632) dalam beramal. Inilah kiranya salah satu sebab
utama mengapa rambut Nabi shallallahu 'alaihi
Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah menjelaskan, wa sallam cepat beruban.
bahwa hakikat istiqomah itu adalah hendaknya
seorang insan teguh di atas syari'at Allah ***
subhanahu wa ta'ala sebagaimana yang
diperintahkan Allah, dan istiqomah itu diawali atau
dilandasi dengan keikhlasan -dalam beribadah- ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
kepada Allah 'azza wa jalla (lihat Syarh Riyadush
Shalihin, 1/393 cet. Dar al-Bashirah).
Hakikat Syukur
an-Nawawi rahimahullah berkata, “Istiqomah itu
adalah menetapi jalan -yang benar- dengan
melakukan kewajiban-kewajiban dan Bismillah.
meninggalkan larangan-larangan.” Kemudian
beliau menyebutkan ayat dalam surat Hud Syaikh Utsman bin Jami' rahimahullah (wafat 1240
tersebut (lihat ad-Durrah as-Salafiyah, hlm. 161) H) berkata bahwa syukur secara istilah adalah
seorang hamba memanfaatkan semua nikmat
Syaikh 'Utsaimin menjelaskan, bahwa hakikat yang Allah berikan kepadanya dalam rangka
istiqomah itu adalah konsisten meniti jalan yang mewujudkan tujuan penciptaan dirinya (lihat
lurus yaitu jalan orang-orang yang diberikan al-Fawa'id al-Muntakhabat, 1/6-7)
nikmat oleh Allah; mereka itu adalah para nabi,
shiddiqin, syuhada' dan orang-orang salih (lihat Ditinjau dari sarananya, syukur lebih luas daripada
ad-Durrah as-Salafiyah, hlm. 163). Orang-orang pujian. Syukur dilakukan dengan hati, lisan, dan
yang diberikan nikmat oleh Allah itu adalah anggota badan. Adapun pujian dilakukan dengan
orang-orang yang mengetahui kebenaran dan hati dan lisan saja (lihat Min-hatul 'Allam fi Syarh
beramal dengannya (lihat Tafsir Surah al-Fatihah Bulugh al-Maram oleh Syaikh Abdullah bin Shalih
oleh Syaikh 'Utsaimin, hlm. 95) al-Fauzan, 1/12)

Dari keterangan-keterangan di atas, kita bisa Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma berkata,


memetik faidah bahwasanya istiqomah di atas “Alhamdulillah adalah ucapan setiap orang yang
agama Islam adalah perkara yang sangat agung. bersyukur.” (lihat al-Jami' li Ahkam al-Qur'an oleh
Yang dimaksud istiqomah itu adalah teguh di atas al-Qurthubi, 1/206)

64
Ditinjau dari sebabnya, pujian lebih luas dari barangsiapa yang tidak bersyukur kepada-Nya
syukur. Syukur timbul atas perbuatan baik berarti dia bukan termasuk golongan orang yang
sedangkan pujian timbul atas sebab yang lebih beribadah kepada-Nya.” (lihat 'Uddatu
banyak, yaitu kesempurnaan pada dzat, nama, ash-Shabirin, hlm. 222)
sifat, dan perbuatan Allah (lihat Syarh Lum'ah
al-I'tiqad oleh Syaikh Shalih al-Fauzan, hlm. 25) Abu Qilabah rahimahullah berkata, “Tidaklah
membahayakan kalian dunia apabila kalian
Sebagian ulama menjelaskan, bahwa pujian mampu menunaikan syukur atasnya.” (lihat
kepada Allah itu muncul baik ketika dalam kondisi 'Uddatu ash-Shabirin, hlm. 230)
senang maupun susah sedangkan syukur terbatas
pada saat mendapatkan kenikmatan (lihat Fat-h Makhlad bin al-Husain rahimahullah berkata,
al-'Aliim oleh Syaikh Husain al-'Awaisyah, hlm. 54) “Orang-orang dahulu mengatakan bahwa syukur
itu adalah dengan meninggalkan maksiat.” (lihat
Syaikh Sa'ad bin Nashir asy-Syatsri hafizhahullah 'Uddatu ash-Shabirin, hlm. 242)
menerangkan bahwa hakikat syukur adalah
menunaikan hak atas nikmat yang Allah berikan. Karena itulah Abu Hazim rahimahullah
Syukur mencakup tiga aspek. Dengan hati ia mengatakan, “Setiap nikmat yang tidak
mengakui bahwa nikmat itu datang dari Allah. menambah dekat kepada Allah adalah
Dengan lisan ia menceritakan nikmat yang Allah malapetaka.” (lihat 'Uddatu ash-Shabirin, hlm. 243)
berikan dan menyandarkan nikmat itu
kepada-Nya. Dan dengan anggota badan ia Ungkapan senada juga dikatakan oleh Sufyan
gunakan nikmat itu dalam hal-hal yang ats-Tsauri rahimahullah. Beliau mengatakan,
mendatangkan keridhaan Allah. Dengan demikian “Orang-orang terdahulu mengatakan bahwa
syukur itu mencakup segala bentuk amal ketaatan bukanlah termasuk orang yang fakih/paham
(lihat Syarh Mutun al-'Aqidah, hlm. 220) agama apabila dia tidak bisa melihat musibah
sebagai nikmat dan kelapangan sebagai suatu
Apabila diperjelas lagi hakikat syukur dengan bentuk bencana.” (lihat 'Uddatu ash-Shabirin, hlm.
anggota badan adalah menggunakan nikmat yang 245)
Allah berikan dalam rangka ketaatan kepada-Nya
baik berupa ucapan maupun perbuatan. Suatu ketika Muhammad bin al-Munkadir
Sebagaimana firman Allah (yang artinya), rahimahullah melewati seorang pemuda yang
“Lakukanlah amal wahai keluarga Dawud, sebagai sedang melirik/menggoda seorang wanita dengan
bentuk syukur.” (Saba' : 13) (lihat al-Lubab fi kedipan matanya, maka beliau pun berkata
at-Tafsir oleh Syaikh Sulaiman al-Lahim, hlm. 217) kepadanya, “Wahai anak muda, bukan seperti ini
caranya membalas nikmat yang Allah berikan
Oleh sebab itu Ibnul Qayyim rahimahullah kepadamu.” (lihat 'Uddatu ash-Shabirin, hlm. 246)
menyimpulkan bahwa hakikat syukur itu adalah
beramal melakukan ketaatan kepada Allah (lihat Dari segala pemaparan ini, dapatlah kita
'Uddatu ash-Shabirin, hlm. 205) simpulkan bahwa hakikat syukur itu adalah
dengan melakukan ketaatan kepada Allah. Dan
Orang yang benar-benar beribadah kepada Allah diantara ketaatan itu semuanya yang menjadi
adalah yang bersyukur kepada-Nya. Allah pokok dan pondasinya adalah tauhid. Karena itu
berfirman (yang artinya), “Dan bersyukurlah Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku
kepada Allah jika kalian benar-benar beribadah ciptakan jin dan manusia melainkan supaya
hanya kepada-Nya.” (al-Baqarah : 172). mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Dengan demikian ketika seorang hamba telah
“...sesungguhnya yang beribadah kepada-Nya diberi taufik oleh Allah untuk mengenal tauhid
adalah yang bersyukur kepada-Nya. Maka dan mengamalkannya sesungguhnya dia telah

65
mendapatkan nikmat yang sangat besar. Sebuah 'ihdinaa' (tunjukilah kami) adalah 'arsyidnaa'
nikmat agung yang wajib untuk disyukuri. (bimbinglah kami). Beliau juga menukil tafsiran
dari Ali dan Ubay bin Ka'ab bahwa maksudnya
Sufyan bin 'Uyainah rahimahullah berkata, adalah 'tsabbitnaa' (teguhkanlah kami). Kemudian
“Tidaklah Allah mengaruniakan nikmat kepada Imam al-Baghawi menyimpulkan, bahwa maksud
hamba dengan suatu bentuk nikmat yang lebih dari doa ini adalah memohon keteguhan di atas
utama daripada ketika Allah perkenalkan mereka petunjuk dan meminta tambahan hidayah (lihat
terhadap laa ilaha illallah.” Beliau juga berkata, Ma'alim at-Tanzil, hlm. 10)
“Sesungguhnya laa ilaha illallah itu di akhirat bagi
mereka seperti air bagi manusia ketika mereka Ibnul Jauzi rahimahullah menyebutkan dalam
hidup di dunia.” (lihat 'Uddatu ash-Shabirin, hlm. tafsirnya tiga riwayat tafsiran Ibnu Abbas
248-249) mengenai makna 'ihdinaa'; yaitu bermakna
'arsyidnaa' (bimbinglah kami), 'waffiqnaa' (berikan
Karena itulah para ulama kita menegaskan, bahwa taufik kepada kami), dan 'alhimnaa' (berikan ilham
kebutuhan manusia kepada tauhid jauh melebihi kepada kami) (lihat Zaad al-Masiir, hlm. 34)
kebutuhan mereka kepada air dan udara. Karena
sesungguhnya tauhid inilah ruh dan cahaya yang Dari sini kita bisa menarik kesimpulan, bahwa
menyinari kehidupan mereka. Tanpa tauhid maka untuk bisa berjalan di atas kebenaran seorang
manusia akan tenggelam dalam kegelapan hamba membutuhkan bimbingan, taufik, ilham,
maksiat, kebutaan akan kebenaran, dan kematian dan keteguhan serta pertolongan dari Allah. Taufik,
hati yang membinasakan. ilham dan keteguhan adalah anugerah dari Allah,
tidak bisa diberikan oleh siapa pun juga bahkan
Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam sekalipun.
***
Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
kamu tidak bisa memberikan petunjuk kepada
….…………………………..…………..# Faidah Tafsir siapa yang kamu cintai, akan tetapi Allah lah yang
memberikan petunjuk/taufik kepada siapa yang
Tambahan Hidayah dan Keteguhan dikehendaki-Nya.” (al-Qashash : 56)

Di dalam ayat lainnya, Allah menjelaskan bahwa


Bismillah. taufik dan hidayah itu akan Allah berikan kepada
siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam
Setiap hari kaum muslimin berdoa kepada Allah meniti jalan Islam. Allah berfirman (yang artinya),
meminta hidayah. Tidak kurang tujuh belas kali “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di
dalam sehari semalam kita memohon kepada jalan Kami pasti akan Kami tunjukkan kepada
Allah, “Tunjukilah kami jalan yang lurus.” mereka jalan-jalan keridhaan Kami.” (al-'Ankabut :
69)
Hal ini menunjukkan bahwa hidayah adalah
kebutuhan setiap insan. Kebutuhan yang sangat Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan, bahwa
mendesak baginya. Karena dengan hidayah itulah ayat ini memberikan faidah bahwasanya hidayah
ia akan tetap teguh di atas iman dan islam serta itu dikaitkan dengan jihad/kesungguh-sungguhan.
melangkah meniti jalan kebenaran. Kalau bukan Dengan demikian orang yang paling besar
karena hidayah dari Allah maka manusia akan hidayahnya adalah yang paling besar
tenggelam dalam kebatilan, syirik, kekafiran, dan kesungguhannya. Sementara jihad yang paling
maksiat. wajib itu mencakup jihad menundukkan jiwa,
hawa nafsu, setan, dan kepentingan-kepentingan
Imam al-Baghawi rahimahullah menjelaskan di dunia yang bersifat sementara dan hina (lihat
dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna al-Fawa'id, hlm. 58 cet. Dar al-'Aqidah)

66
sedikit pun rezeki, dan Aku juga tidak
Dengan diwajibkannya kita membaca doa menginginkan agar mereka memberikan makan
ihdinash shirathal mustaqim ini sebanyak tujuh kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia lah Yang
belas kali dalam sehari semalam sesungguhnya Maha memberi rezeki dan pemilik kekuatan lagi
Allah sedang menuntun kita untuk maha kokoh.” (adz-Dzariyat : 56-58)
bersungguh-sungguh dalam menempuh
sebab-sebab untuk meraih hidayah dan taufik itu. Allah ta'ala mengabarkan bahwasanya Dia
tidaklah menciptakan jin dan manusia secara
Coba anda renungkan; tidak kurang dari tujuh sia-sia. Tidak meninggalkan mereka terlantar dan
belas kali dalam 24 jam kita berdoa meminta sia-sia, tanpa diperintah dan tanpa dilarang. Allah
hidayah. Apakah setelah itu kemudian kita hanya berfirman (yang artinya), “Apakah kalian mengira
bersantai-santai dan bermalas-malasan?! bahwasanya Kami menciptakan kalian dalam
keadaan sia-sia dan kemudian kalian tidak
Apakah setelah membaca doa ini sekian belas kali dikembalikan kepada Kami.” (al-Mu'minun : 115)
dalam sehari semalam kemudian kita tidak
terdorong belajar agama? Kalau untuk ilmu dunia Apakah kamu mengira bahwa Allah
saja kita rela habiskan waktu berjam-jam bahkan menciptakanmu dengan sia-sia, senda gurau, atau
bertahun-tahun -sementara dunia itu akan main-main belaka? Tidak demikian. Akan tetapi
berakhir dan sirna- lantas untuk ilmu agama kita Allah menciptakan kamu untuk beribadah
begitu pelit dan merasa tersiksa bahkan bosan kepada-Nya. Allah perintahkan kamu untuk
untuk mempelajari dan mendalaminya?! beribadah kepada-Nya. Allah perintahkan kamu
untuk mentauhidkan dan taat kepada-Nya. Allah
*** juga mengabarkan bahwa kamu akan
dikembalikan kepada-Nya. Dan bahwasanya Dia
akan membalasmu atas amal-amalmu. Apabila
….…………………………..…………..# Faidah Tafsir baik balasannya juga kebaikan, dan apabila buruk
balasannya juga keburukan.
Hikmah Penciptaan Jin dan Manusia
Allah subhanahu tidak menciptakan makhluk
dalam rangka menambah kemuliaan karena
kehinaan diri-Nya, juga bukan dalam rangka
oleh :
memperbanyak pengikut karena sedikitnya orang
Syaikh Abdullah bin Humaid* rahimahullah
yang taat kepada-Nya. Bahkan Dia Maha Kaya lagi
tidak membutuhkan segala sesuatu selain-Nya.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih
Sesungguhnya Allah menciptakan mereka supaya
lagi Maha Penyayang.
mereka beribadah kepada-Nya semata yang tiada
sekutu bagi-Nya. Karena inilah diutus para rasul
Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.
dan diturunkan kitab-kitab serta karena itu pula
Salawat dan salam semoga terlimpah kepada
dihunuskan pedang-pedang di medan jihad. Hal
nabi-Nya al-Amin (yang terpercaya). Semoga
itu semuanya dilakukan dalam rangka
tercurah pula kepada para sahabatnya, dan
menegakkan ibadah kepada Allah semata yang
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik
tiada sekutu bagi-Nya.
hingga hari pembalasan.

Berbeda dengan keadaan orang yang beribadah


Wa ba'du.
kepada selain Allah, seperti orang-orang yang
membuat bangunan-bangunan megah di atas
Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman (yang
kuburan. Dimana mereka memohon kepadanya
artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan
sebagai tandingan bagi Allah. Mereka
manusia melainkan supaya mereka beribadah
menyembelih untuknya. Mereka bernadzar dan
kepada-Ku. Aku tidak menghendaki dari mereka

67
meminta segala kebutuhan kepadanya. Dan mereka, kamu meminta kepada mereka berbagai
kepadanya mereka meminta keselamatan dari kebutuhan dan keselamatan dari malapetaka?!
musibah. Inilah syirik yang sebenarnya yang Inilah kesesatan yang sebenarnya.
bertentangan dan merusak tauhid yang
terkandung di dalam ayat ini (yang artinya), “Dan Kedua : Firman-Nya (yang artinya), “Jika kalian
tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia menyeru mereka niscaya mereka tidak bisa
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” mendengar doa kalian.” Mereka itu orang-orang
(adz-Dzariyat : 56) yang datang ke kuburan Husain atau Badawi atau
Abdul Qadir atau Sayyidah Zainab atau yang
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Itulah Rabb lainnya. Sesungguhnya mereka semua itu tidak
kalian, bagi-Nya seluruh kerajaan. Adapun segala bisa mendengar doa dari orang yang menyerunya.
sesuatu yang kalian seru/sembah selain-Nya sama Mereka -para pemuja kubur- itu datang di sisi
sekali tidak menguasai apa-apa walaupun hanya kuburnya seraya mengatakan, “Penuhi kebutuhan
setipis kulit ari. Apabila kalian menyeru mereka kami, penuhi kebutuhan kami.”
maka mereka tidak mendengar seruan/doa kalian.
Seandainya mereka bisa mendengar maka mereka Ayat tersebut menegaskan bahwasanya :
tidak bisa memenuhi permintaan kalian. Dan pada
hari kiamat nanti mereka akan mengingkari [Pertama] : Sesembahan mereka itu tidak
perbuatan syirik kalian. Dan tidak ada yang bisa menguasai apa-apa bahkan walaupun hanya suatu
memberitakan kepadamu seperti Dzat yang maha lapisan kulit yang sangat tipis yang berada di atas
teliti.” (Fathir : 13-14) biji buah-buahan.

Maka ayat ini meruntuhkan segala sosok yang [Kedua] : Dia/sesembahan itu juga tidak bisa
dijadikan sebagai sesembahan oleh para pemuja mendengarmu, dan tidak mengetahui keadaanmu.
kuburan baik itu para wali, nabi-nabi, para Dan dia pun tidak tahu-menahu akan doamu itu.
malaikat, dan orang-orang salih. Ayat ini Dia juga tidak mampu memberikan kemanfaatan
membantah penyimpangan mereka dari empat kepadamu dan tidak pula bisa menyingkirkan
sisi : bahaya darimu.

Pertama : Firman-Nya (yang artinya), “Dan segala Ketiga : Firman-Nya (yang artinya), “Dan kalau
sesuatu yang kalian seru selain-Nya tidak seandainya mereka bisa mendengar pasti mereka
menguasai apa-apa walaupun hanya setipis kulit tidak bisa memenuhi permintaan kalian.” (Fathir :
ari.” Artinya barangsiapa yang beribadah kepada 14) maksudnya apabila diandaikan atau
Ahmad al-Badawi (sosok yang dikeramatkan, diumpamakan mereka bisa mendengar doa dari
pent). Kamu menyembelih untuknya atau orang yang meminta kepadanya maka
bernadzar karenanya, dan kamu buat megah sesungguhnya mereka juga tidak bisa
kuburannya. Maka sesungguhnya dia itu tidak mendatangkan manfaat kepadamu atau menolak
menguasai apa-apa, bahkan walaupun hanya bahaya yang akan menimpamu selama-lamanya
setipis kulit ari (qithmir). [tidak akan mampu].

Qithmir (kulit ari). Apakah itu? Itu adalah selaput Keempat : Firman-Nya (yang artinya), “Dan pada
halus yang berada di lapisan biji kurma. Bukankah hari kiamat nanti mereka akan mengingkari syirik
kamu melihat ada lapisan selaput halus di atas biji yang kalian kerjakan.” (Fathir : 14). Artinya
kurma. Inilah yang disebut dengan qithmir. sesembahan itu akan berlepas diri darimu.
Sesungguhnya orang-orang yang sudah mati itu Seolah-olah dia mengatakan, “Wahai Rabb, kami
(wali, nabi, dst, pent) tidak menguasai apa-apa; tidak menyadari ibadah yang dia kerjakan kepada
apakah itu qithmir (selaput halus), tidak pula fatil kami.” Dia akan berlepas diri/cuci-tangan darimu,
(benang halus). Lalu bagaimana mungkin kamu dan kamu pun akan berlepas diri darinya.
menyembelih untuk mereka, bernadzar kepada

68
Akan tetapi aduhai betapa jauhnya, betapa
jauhnya [penyesalan di hari itu tiada lagi berguna, Dengan demikian maka kamu bisa mengetahui
maksudnya, pent]. Allah berfirman (yang artinya), bahwa membuat bangunan-bangunan megah di
“Ingatlah ketika berlepas diri orang-orang yang atas kuburan dan meminta berbagai bentuk
diikuti dari orang-orang yang mengikuti, dan kebutuhan kepada penghuni kubur, menyembelih
mereka pun melihat azab, dan terputuslah diantara untuk mereka, atau bernadzar untuknya; ini semua
mereka jalinan sebab/hubungan kecintaan.” adalah perbuatan syirik yang sebenarnya.
(al-Baqarah : 166)
Sebagaimana telah ditunjukkan oleh al-Qur'an
Ayat ini telah menunjukkan batilnya apa-apa yang al-'Aziz. Sesungguhnya yang bisa mendatangkan
dijadikan sebagai sesembahan tandingan oleh manfaat dan menolak bahaya hanya Allah.
orang-orang itu baik berupa orang salih, wali Sebagaimana di dalam kisah yang dialami
ataupun nabi-nabi. Allah melalui ayat ini telah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam
membantah kesesatan mereka dari empat jalur ini. perang Uhud. Ketika itu kepala beliau terluka. Dan
wajahnya mengalirkan darah. Dan gigi serinya pun
Ayat-ayat al-Qur'an sangat banyak yang serupa patah. Darah pun mengalir di atas wajahnya.
dengannya. Diantaranya di dalam firman Allah Sementara beliau mengusap darah itu dari
ta'ala (yang artinya), “Dan siapakah yang lebih wajahnya. Lantas beliau berujar, “Bagaimana akan
sesat daripada orang-orang yang berdoa kepada beruntung, suatu kaum yang tega melukai kepala
selain Allah sesuatu yang tidak bisa menjawab nabi mereka.” (HR. Muslim)
permintaannya sampai hari kiamat, dan mereka
itu pun lalai dari doa yang ditujukan kepadanya. Maka Allah pun menurunkan ayat (yang artinya),
Dan apabila umat manusia kelak dibangkitkan “Bukanlah milik/kekuasaanmu sedikit pun dari
maka mereka itu justru menjadi musuh bagi urusan itu.” (Ali 'Imran : 128). Artinya segala
penyembahnya. Dan mereka pun mengingkari sesuatu ada di tangan Allah. Rasul sendiri tidak
ibadah yang dilakukan oleh para pemujanya.” bisa menolak bahaya [yang ditakdirkan
(al-Ahqaf : 5-6) menimpanya], dan tidak bisa pula mendatangkan
manfaat [yang tidak ditakdirkan diperolehnya].
Serupa dengan ayat yang lain (yang artinya), Bahkan segala urusan itu ada di tangan Allah.
“Apakah mereka hendak membuat sekutu dari
sesuatu yang tidak menciptakan apa-apa Wallahu a'lam. Salawat dan salam semoga
sementara mereka itu pun makhluk yang tercurah kepada Muhammad, segenap
diciptakan. Dan mereka juga tidak bisa menolong pengikutnya dan seluruh para sahabatnya.
bagi dirinya [yang meminta] dan tidak pula
mampu untuk memberikan pertolongan untuk diri # Sumber : al-Fatawa wa ad-Durus fil Masjid
mereka sendiri.” (al-A'raaf : 191-192) al-Haram, hlm. 64-67

Artinya bagaimana mungkin kamu mengangkat * Syaikh Abdullah bin Humaid -rahimahullah- adalah
sekutu/sesembahan tandingan bagi Allah sesuatu seorang ulama besar di Saudi Arabia. Beliau pernah
yang tidak mampu untuk mencipta. Padahal dia menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi Pengadilan
itu juga makhluk dan ciptaan yang ditundukkan dan Ketua Konferensi Fiqih Islam di Rabithah
dan dipelihara oleh Allah. Dia/sesembahan itu al-'Aalam al-Islami dan anggota Lembaga Ulama
tidak mampu menolongmu. Tidak mampu Besar Saudi Arabia. Beliau juga mengajar di Masjidil
mendatangkan manfaat, dan tidak pula menolak Haram Mekkah. Beliau hidup pada tahun 1329 H –
musibah/bahaya yang akan menimpamu. Bahkan 1402 H. Salah seorang putra beliau yaitu Syaikh Dr.
Shalih bin Abdullah bin Humaid hafizhahullah
dia juga tidak bisa memberi manfaat untuk dirinya
sekarang ini juga menjadi seorang ulama besar di
sendiri. Atau sekalipun hanya untuk menolak
Saudi Arabia dan menjabat sebagai imam dan khatib
bahaya yang akan menimpa dirinya, juga tidak
di Masjidil Haram. Semoga Allah memberikan
mampu.
balasan pahala sebesar-besarnya kepada para ulama

69
kita dan menjadikan kita orang-orang yang bisa makan atau minum untuk mengucapkan
memetik faidah ilmu dan amal dari keterangan yang 'alhamdulillah'. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mereka sampaikan. bersabda, “Sesungguhnya Allah benar-benar ridha
kepada seorang hamba ketika dia makan lalu dia
*** memuji-Nya atas hal itu, dan meminum suatu
minuman lantas dia pun memuji-Nya atas hal itu.”
….…………………………..…………..# Faidah Tafsir (HR. Muslim) (lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hlm.
30-34 oleh Syaikh Muhammad bin Shalih
al-'Utsaimin rahimahullah)
Sejenak Bersama 'Alhamdulillah'
Hanya Allah yang layak menerima pujian yang
sempurna (alhamdu). Oleh sebab itu apabila
Bismillah, wa bihi nasta'iinu.
menjumpai sesuatu yang menggembirakan Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan
Ucapan alhamdulillah selalu kita dengar dan
'alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush
bahkan kita baca. Setiap kali di dalam sholat
shaalihaat' artinya 'segala puji bagi Allah yang
minimal 17 kali dalam sehari semalam kita
dengan nikmat-Nya segala kebaikan bisa
membacanya. Setiap kali seusai sholat kita pun
terlaksana' dan apabila mengalami sesuatu yang
dianjurkan membaca 'alhamdulillah' dalam dzikir
kurang menyenangkan beliau mengatakan
setelah sholat sebanyak 33 kali. Bahkan setiap
'alhamdulillahi 'ala kulli haal' artinya 'segala puji
bangun tidur pun kita dianjurkan berdoa
bagi Allah dalam keadaan apapun' (HR. Ibnu
'alhamdulillahilladzi ahyaanaa' dst.
Majah) (lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hlm. 35)

Memang ucapan 'alhamdulillah' bukan sekedar


Oleh sebab itu kalimat 'alhamdulillah'
kumpulan huruf tanpa makna. Ia merupakan
mengandung pujian kepada Allah atas
kalimat yang sangat agung. Sebagaimana
kesempurnaan sifat-sifat-Nya dan ungkapan
disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu 'alaihi
syukur kepada Allah atas segala nikmat dari-Nya
wa sallam, “Bersuci adalah separuh keimanan, dan
(lihat Tafsir Imam al-Baghawi rahimahullah yang
alhamdulillah memenuhi timbangan...” (HR.
dikenal dengan nama Ma'alim at-Tanzil, hlm. 9)
Muslim)
Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma mengatakan
Ucapan 'alhamdulillah' menunjukkan
bahwa 'alhamdulillah' adalah kalimat yang
kesempurnaan Allah; yaitu kesempurnaan pada
diucapkan oleh setiap orang yang bersyukur (lihat
sifat-sifat-Nya dan kesempurnaan nikmat yang
Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah yang dikenal
diberikan oleh-Nya kepada segenap hamba.
dengan nama Tafsir al-Qur'an al-'Azhim, 1/128)
Karena ucapan alhamdu (segala puji; pujian yang
mutlak) tidak layak diberikan kecuali kepada Dzat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahkan
yang sempurna sifat dan perbuatannya (lihat
menyebut 'alhamdulillah' sebagai doa yang paling
Ahkam minal Qur'anil Karim, 1/22 oleh Syaikh
utama. Beliau bersabda, “Seutama-utama dzikir
Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah)
adalah laa ilaha illallah, sedangkan
seutama-utama doa adalah alhamdulillah.” (HR.
Yang dimaksud dengan 'alhamdu' itu adalah
Tirmidzi, beliau berkata hasan gharib)
pemberian sifat kepada yang dipuji dengan
kesempurnaan yang disertai dengan kecintaan
Salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah
dan pengagungan. Allah terpuji karena
shallallahu 'alaihi wa sallam ketika seorang
kesempurnaan sifat-sifat-Nya seperti Maha hidup,
bangun tidur adalah bacaan 'alhamdulillahilladzii
Maha kuasa, dsb. Selain itu Allah juga terpuji
'aafaanii fi jasadii wa radda 'alayya ruuhii wa
karena kesempurnaan ihsan dan kebaikan yang
adzina lii bidzikrihi' artinya, “Segala puji bagi Allah
Allah curahkan kepada segenap makhluk. Oleh
yang telah memberikan keselamatan/afiat pada
sebab itu disyari'atkan apabila seorang insan

70
tubuhku dan mengembalikan ruhku serta Demikian sedikit catatan dan nasihat, semoga
mengizinkan aku untuk berdzikir kepada-Nya.” (HR. bermanfaat.
Ibnus Sunni dalam 'Amalul Yaum wal Lailah dan
Tirmidzi, sanadnya dinyatakan hasan) ***

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


“Sungguh apabila aku mengucapkan subhanallah,
….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
walhamdulillah, wa laa ilaha illallah, wallahu
akbar hal itu lebih aku cintai daripada dunia di
mana matahari ini terbit di atasnya.” (HR. Muslim) Hari Pembalasan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga
bersabda, “Kalimat yang paling utama ada empat, Yang dimaksud yaumud diin adalah hari
yaitu subhanallah, alhamdulillah, laa ilaha illallah, pembalasan dan hisab/penghitungan. Demikian
dan Allahu akbar. Tidak masalah bagimu dengan keterangan dari Syaikh Abdul Muhsin al-'Abbad
kalimat mana pun diantara itu kamu mulai hafizhahullah dalam kitabnya Min Kunuz al Qur'an
membacanya.” (HR. Muslim) al-Karim (lihat dalam Kutub wa Rasa'il Abdil
Muhsin, 1/151)
Dan diantara kisah yang sangat menakjubkan
adalah apa yang terjadi pada Syaikh Abdul Aziz Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah menjelaskan,
bin Baz rahimahullah pada saat-saat menjelang bahwa yang dimaksud yaumud diin adalah hari
wafatnya. Ketika orang-orang membawanya pembalasan yaitu hari kiamat. Ia disebut sebagai
menuju rumah sakit Raja Faishal di Tha'if, pada hari pembalasan karena pada saat itulah hamba
saat itu beliau terus-menerus mengulang bacaan dibalas atas segala amal perbuatan mereka (lihat
'subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaha illallah, Tafsir Surah al-Fatihah, hlm. 51)
wallahu akbar' (lihat biografi beliau yang
dicantumkan dalam al-Fawa'id al-'Ilmiyah min Syaikh Shalih bin Abdillah al-'Ushaimi
ad-Durus al-Baaziyah, 1/28) hafizhahullah menerangkan, bahwa yang
dimaksud yaumud diin adalah hari penghisaban
Ini semuanya menunjukkan kepada kita -wahai dan pembalasan atas amal-amal (lihat Ma'anil
saudaraku sesama muslim- bahwasanya Fatihah wa Qisharil Mufashshal, hlm. 9)
kebutuhan setiap insan kepada dzikir dan doa
serta ibadah adalah di atas segala kebutuhan. Kata ad-diin di dalam bahasa arab bisa bermakna
Karena dzikir adalah ruh dari amal-amal salih. al-jazaa' wal hisaab; pembalasan dan
Dzikir laksana air bagi seekor ikan. Dzikir akan penghitungan (lihat It-haf Dzawil 'Uqul
melabuhkan ketenangan dan ketentraman di ar-Rasyidah, hlm. 341)
dalam hati. Dzikir akan mendatangkan
pertolongan dan bantuan Allah. Sedangkan doa Di dalam 'maaliki yaumid diin' terkandung iman
adalah intisari dari ibadah, bahkan doa itulah kepada hari akhir dan iman terhadap pembalasan
ibadah yang paling utama. atas amal-amal, dan bahwasanya yang akan
memberikan balasan atas amal-amal itu adalah
Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabb kalian Allah 'azza wa jalla. Oleh sebab itu faidah yang
mengatakan; Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya bisa dipetik dari sini adalah dorongan untuk
Aku kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang beramal dalam rangka menghadapi hari tersebut
menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku (lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hlm. 57)
niscaya mereka akan masuk neraka Jahannam
dalam keadaan hina.” (Ghafir : 60) Iman kepada hari akhir merupakan salah satu
diantara keenam rukun iman. Sebagaimana
kehidupan kita di alam dunia adalah benar maka

71
demikian pula adanya hari akhir adalah benar dan hah. Aku tidak tahu.” Ketika ditanya, 'Siapakah
pasti akan terjadi. Allah berfirman (yang artinya), lelaki yang diutus kepada kalian?' dia mengatakan,
“Apakah kalian mengira bahwasanya Kami “Hah, hah. Aku tidak tahu.” Kemudian ada penyeru
menciptakan kalian dengan sia-sia, dan bahwa dari langit yang menyatakan, 'Orang ini telah
kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami.” berdusta, maka gelarkanlah untuknya hamparan
(al-Mu'minun : 115) (lihat Ahkam minal Qur'anil dari neraka dan sematkanlah untuknya 'pakaian'
Karim, 1/27-28 karya Syaikh Utsaimin) dari neraka, dan bukakanlah untuknya pintu
menuju neraka'. Maka seketika itulah datang hawa
Termasuk dalam iman kepada hari akhir adalah panas yang membakar dari neraka dan
mengimani tentang azab kubur. Allah berfirman disempitkanlah kuburnya sampai-sampai
(yang artinya), “Allah akan memberikan keteguhan tulang-belulangnya bergeser dari
kepada orang-orang yang beriman dengan ucapan tempat-tempatnya (lihat Ahwal al-Qubur, hlm.
yang kokoh dalam kehidupan dunia dan di 49-50)
akhirat...” (Ibrahim : 27). Di dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari al-Bara' Dalam riwayat lain dikisahkan, bahwa Allah
bin Azib radhiyallahu'anhu, bahwa Nabi menciptakan untuk orang kafir itu seorang yang
shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan ayat ini buta, bisu dan tuli seraya membawa sebuah palu.
lalu beliau bersabda, “Ayat ini turun berkaitan Seandainya palu itu dipakai untuk memukul
dengan azab kubur.” (lihat Ahwal al-Qubur, karya sebuah gunung niscaya ia akan hancur menjadi
Ibnu Rajab hlm. 47) debu. Maka 'orang' itu memukulnya sehingga dia
berubah menjadi debu. Kemudian Allah
Di dalam hadits dikisahkan, bahwa ketika seorang memulihkan keadaannya seperti semula.
mukmin berada di alam kubur maka dia pun Kemudian dia dipukul lagi maka dia pun menjerit
didudukkan lalu dia pun didatangi oleh malaikat dengan sekeras-kerasnya sehingga bisa didengar
-yang bertanya kepadanya- kemudian dia pun oleh segala makhluk selain manusia dan jin.
bersaksi bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang Kemudian dibukakanlah untuknya sebuah pintu
benar selain Allah dan bahwa Muhammad adalah menuju neraka dan dibentangkan untuknya
utusan Allah. Itulah maksud dari ayat (yang hamparan dari neraka (lihat Ahwal al-Qubur, hlm.
artinya), “Allah akan memberikan keteguhan 51)
kepada orang-orang yang beriman, dst.” (Ibrahim :
27) (lihat Ahwal al-Qubur, hlm. 48) Dalam hadits lain riwayat Bukhari dan Muslim
dikisahkan, bahwa orang kafir dan munafik ketika
Dalam hadits lain diceritakan, bahwa ketika itu ditanyakan kepadanya, 'Apa pendapatmu
datanglah dua malaikat dan bertanya kepadanya, mengenai lelaki ini -Muhammad-?' maka dia
'Siapa Rabbmu?' dia menjawab, “Rabbku adalah menjawab, “Aku tidak tahu. Aku sekedar
Allah.” Mereka juga bertanya, 'Apa agamamu?' dia mengucapkan apa yang telah diucapkan oleh
menjawab, “Agamaku Islam.” Lalu mereka juga orang-orang.” Maka dikatakanlah kepadanya,
bertanya, 'Siapakah lelaki yang diutus untuk “Kamu tidaklah mengikuti orang-orang itu,
kalian?' maka dia menjawab, “Dia adalah walaupun kamu ikut mengucapkan apa yang
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” Mereka mereka ucapkan.” (lihat Ahwal al-Qubur, hlm. 53)
bertanya lagi, 'Apa yang kamu ketahui?' dia
menjawab, “Aku membaca Kitabullah maka aku Setiap orang kelak akan dibangkitkan sesuai
pun beriman kepadanya dan membenarkannya.” dengan keadaannya ketika meninggal. Orang
(lihat Ahwal al-Qubur, hlm. 49) mukmin dibangkitkan di atas keimanan
sedangkan orang munafik dibangkitkan di atas
Adapun orang kafir maka dua malaikat pun kemunafikannya. Sebagaimana disebutkan dalam
datang bertanya kepadanya, 'Siapa Rabbmu?' lalu hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang
dia menjawab, “Hah, hah. Aku tidak tahu.” Ketika diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Jabir
dia ditanya, 'Apa agamamu?' dia menjawab, “Hah, radhiyallahu'anhu (lihat Ahwal al-Qubur, hlm. 58)

72
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
berkata, “Termasuk bagian keimanan kepada hari ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
akhir adalah mengimani segala berita yang
disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam mengenai berbagai kejadian setelah al-Qur'an dan as-Sunnah Terjaga
kematian. Maka mereka mengimani fitnah kubur,
azab kubur dan nikmat yang ada di dalamnya.”
(lihat Syarh al-Wasithiyah oleh Syaikh ar-Rajihi, Di dalam surat al-Hijr, Allah berfirman (yang
hlm. 101) artinya), “Sesungguhnya Kami lah yang telah
menurunkan adz-Dzikr (al-Qur'an) dan Kami pula
Yang dimaksud dengan fitnah/ujian di alam kubur yang menjaganya.” (al-Hijr : 9)
itu adalah pertanyaan 'Siapa Rabbmu? Apa
agamamu? Dan siapa nabimu?'. Ketiga pokok al-Baghawi rahimahullah menjelaskan, bahwa
inilah yang dibahas oleh Syaikh Muhammad bin maksud ayat ini adalah Allah senantiasa menjaga
Abdul Wahhab rahimahullah dalam risalahnya al-Qur'an ini dari gangguan setan baik dalam
yang terkenal yaitu al-Ushul ats-Tsalatsah. Di bentuk penambahan maupun pengurangan
dalamnya beliau menjelaskan tentang mengenal ataupun penggantian. Allah berfirman (yang
Allah, mengenal Islam dan mengenal nabi artinya), “Tidak datang kepadanya kebatilan dari
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (lihat arah depan dan dari arah belakang.” (Fushshilat :
Syarh al-Wasithiyah, hlm. 102) 42) (lihat Ma'alim at-Tanzil, hlm. 694)

Kaum Mu'tazilah telah mengingkari azab kubur Ibnu Katsir rahimahulah menerangkan, bahwa
dan nikmat kubur. Padahal, dalil-dalil al-Qur'an maksud ayat ini adalah Allah menjaga al-Qur'an
dan as-Sunnah telah membantah pemahaman dari perubahan dan penggantian (lihat Tafsir
mereka itu. Diantara dalil tentang azab kubur di al-Qur'an al-'Azhim, 4/527)
dalam al-Qur'an adalah kisah diazabnya Fir'aun
beserta para pengikutnya. Allah berfirman (yang al-Qur'an adalah kalam/ucapan Allah. Allah
artinya), “Neraka itu ditampakkan kepada mereka berfirman (yang artinya), “Dan apabila ada
setiap pagi dan petang. Dan pada hari kiamat seorang diantara kaum musyrik itu yang meminta
nanti masukkanlah para pengikut Fir'aun itu ke perlindungan (keamanan) kepadamu maka
dalam azab yang paling keras.” (Ghafir : 46). Selain lindungilah dia sehingga dia bisa mendengar
itu masih ada banyak dalil yang lain (lihat Syarh kalam Allah.” (at-Taubah : 6)
al-Wasithiyah, hlm. 102-103)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, bahwa
Barangsiapa tidak mengimani dibangkitkannya yang dimaksud 'kalam Allah' di dalam ayat
jasad-jasad manusia kelak pada hari kiamat tersebut adalah al-Qur'an (lihat Tafsir al-Qur'an
setelah kematian mereka maka dia telah kafir al-'Azhim, 4/113)
berdasarkan ijma' para ulama. Allah berfirman
(yang artinya), “Orang-orang kafir itu mengira Allah turunkan al-Qur'an dan as-Sunnah kepada
bahwasanya mereka tidak akan dibangkitkan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah berfirman
Katakalah : Sekali-kali tidak, demi Rabbku. (yang artinya), “Dan Allah turunkan kepadamu
Benar-benar kalian akan dibangkitkan kemudian al-Kitab dan al-Hikmah, dan Allah ajarkan
akan dikabarkan kepada kalian dengan apa-apa kepadamu apa-apa yang sebelumnya tidak kamu
yang telah kalian kerjakan. Dan itu semuanya ketahui...” (an-Nisaa' : 113)
adalah sangat mudah bagi Allah.” (at-Taghabun : 7)
(lihat Syarh al-Wasithiyah, hlm. 105) Di dalam ar-Risalah, Imam Syafi'i rahimahullah
mengatakan, “Aku mendengar para ulama
*** al-Qur'an yang aku ridhai, mereka mengatakan
bahwasanya yang dimaksud al-Hikmah adalah

73
Sunnah (hadits) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa (yang artinya), “Barangsiapa taat kepada Rasul itu
sallam.” (lihat Ma'alim Ushul Fiqh, hlm. 118) sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.”
(an-Nisaa' : 80).
Oleh sebab itu wajib tunduk kepada perintah dan
larangan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasul Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa di
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila dalam ayat ini Allah memberitakan barangsiapa
aku melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah taat kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
hal itu, dan apabila aku memerintahkan sesuatu wa sallam maka dia telah taat kepada Allah dan
maka lakukanlah sekuat kemampuan kalian.” (HR. barangsiapa durhaka kepadanya sesungguhnya
Bukhari). Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam juga dia telah durhaka kepada Allah. Dan tidaklah hal
bersabda, “Ketahuilah, bahwa apa-apa yang itu melainkan karena apa-apa yang beliau
diharamkan oleh Rasulullah sama kedudukannya ucapkan tidak lain merupakan wahyu yang
dengan apa-apa yang diharamkan oleh Allah.” (HR. diwahyukan kepadanya (lihat Tafsir al-Qur'an
Ibnu Majah) (lihat Ma'alim Ushul Fiqh, hlm. 121) al-'Azhim, 2/363)

al-Qur'an dan as-Sunnah merupakan wahyu dari Dengan demikian, as-Sunnah atau hadits
Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah merupakan wahyu yang kedua -setelah al-Qur'an-
dia -Muhammad- berbicara dengan hawa sehingga barangsiapa mengingkari dan
nafsunya. Tidaklah yang diucapkannya itu menentangnya maka dia menjadi kafir (lihat
melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.” keterangan Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi
(an-Najm : 3-4). hafizhahullah dalam Minhatul Malik al-Jalil, 1/7)

al-Baghawi rahimahullah menjelaskan bahwa ayat Imam Syafi'i rahimahullah berkata, “Apabila kalian
ini merupakan bantahan bagi orang kafir di masa menemukan Sunnah (hadits) Rasulullah shallallahu
itu yang mengatakan bahwa Muhammad 'alaihi wa sallam maka ikutilah ia, dan jangan
mengarang al-Qur'an itu dari pikirannya sendiri kalian menoleh kepada [pendapat] siapa pun.”
(lihat Ma'alim at-Tanzil, hlm. 1242). Imam Ahmad rahimahullah mengatakan,
“Barangsiapa menolak hadits Rasulullah
Syaikh as-Sa'di rahimahullah mengatakan, “Ayat shallallahu 'alaihi wa sallam maka dia berada di
ini menunjukkan bahwasanya as-Sunnah (hadits) tepi jurang kehancuran.” (lihat nukilan-nukilan ini
merupakan wahyu dari Allah kepada rasul-Nya dalam Ma'alim Ushul Fiqh 'inda Ahlis Sunnah, hlm.
shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana firman 145)
Allah ta'ala (yang artinya), “Dan Allah turunkan
kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah.” Dan ayat ini Allah berfirman (yang artinya), “Hendaklah merasa
juga menunjukkan bahwa beliau ma'shum/terjaga takut orang-orang yang menyelisihi dari
dalam hal penyampaian berita yang bersumber perintah/ajaran rasul itu, bahwa dia akan tertimpa
dari Allah ta'ala dan syari'at-Nya. Hal itu fitnah (hukuman/penyimpangan) atau menimpa
disebabkan ucapan beliau tidak muncul dari hawa kepadanya azab yang sangat pedih.” (an-Nuur : 63).
nafsu tetapi bersumber dari wahyu yang Ayat ini merupakan salah satu dalil yang
diwahyukan kepadanya.” (lihat Taisir al-Karim menunjukkan wajibnya mengikuti sunnah atau
ar-Rahman, hlm. 818) hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ibnu
Taimiyah rahimahullah mengatakan,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sunnah/hadits ini apabila telah terbukti
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya aku telah kesahihannya maka seluruh umat muslim sepakat
diberikan al-Kitab (al-Qur'an) dan yang serupa atas kewajiban untuk mengikutinya.” (lihat nukilan
dengannya bersama itu.” (HR. Abu Dawud) ini dalam Ma'alim Ushul Fiqh 'inda Ahlis Sunnah
wal Jama'ah, hlm. 120)
Oleh sebab itu ketaatan kepada rasul merupakan
bentuk ketaatan kepada Allah. Allah berfirman

74
Imam Syafi'i rahimahullah mengatakan, “Kaum
muslimin telah sepakat bahwa barangsiapa yang Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata,
telah jelas baginya sebuah sunnah/hadits dari “Maka maslahat ibadah tidaklah kembali kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam maka tidak Allah. Karena sesungguhnya Allah tidak
halal baginya meninggalkan hadits itu gara-gara membutuhkan mereka dan tidak juga
pendapat siapa pun.” (lihat nukilan ini dalam Shifat ibadah-ibadah mereka. Seandainya mereka semua
Sholat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karya kafir maka hal itu tidak akan mengurangi kerajaan
al-Albani, hlm. 50) Allah sama sekali. Dan seandainya mereka semua
taat maka hal itu pun tidak akan menambah
Sahabat yang mulia Abdullah bin Amr apa-apa di dalam kerajaan-Nya.” (Da'watu
radhiyallahu'anhuma menceritakan : Dahulu aku at-Tauhid wa Sihamul Mughridhin, hlm. 8)
mencatat semua yang aku dengar dari Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam karena aku ingin Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman,
menghafalkannya. Orang-orang Quraisy pun “Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya orang yang
melarangku. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya paling pertama sampai yang paling terakhir
kamu menulis segala yang kamu dengar dari diantara kalian dari kalangan manusia atau jin,
Rasulullah. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi mereka semua memiliki hati yang paling bertakwa
wa sallam adalah manusia. Bisa jadi beliau diantara kalian maka hal itu tidak akan
berbicara dalam keadaan marah.” Maka aku pun menambah sedikit pun dalam kerajaan-Ku. Wahai
berhenti mencatatnya. Lalu aku ceritakan hal itu hamba-hamba-Ku, seandainya orang yang
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pertama hingga paling terakhir diantara kalian
maka beliau pun bersabda, “Tulislah, demi Tuhan dari kalangan manusia dan jin, semuanya memiliki
yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah keluar hati yang fajir/jahat sejahat-jahatnya hati diantara
dariku kecuali kebenaran.” (lihat Tafsir Ibnu Katsir, kalian, maka hal itu pun tidak akan mengurangi
7/443) sedikit pun dari kerajaan-Ku.” (HR. Muslim dari
Abu Dzarr radhiyallahu'anhu)
Demikian sedikit catatan yang bisa kami
kumpulkan -dengan taufik Allah semata- semoga Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata,
bermanfaat. Dan segala puji hanya bagi Allah “Sesungguhnya Allah tidak butuh kita dan tidak
Rabb seru sekalian alam. pula ibadah kita. Akan tetapi sesungguhnya kita
inilah yang membutuhkan ibadah kepada Allah;
*** supaya mendekatkan diri kita kepada-Nya, agar
kita bisa sampai kepada Rabb kita 'azza wa jalla,
….…………………………..…………..# Faidah Tafsir dan memperkenalkan diri kita kepada-Nya, maka
dengan itu kita akan meraih kebahagiaan di dunia
dan di akhirat.” (Da'watu at-Tauhid wa Sihamul
Maslahat Ibadah
Mughridhin, hlm. 9)

Ketika menjelaskan faidah hadits di atas, Syaikh


Suatu hal yang kita yakini bersama, bahwa Allah
Abdul Muhsin al-'Abbad hafizhahullah berkata,
menciptakan kita bukan karena kebutuhan Allah
“Dan bahwasanya ketakwaan setiap insan
kepada makhluk-Nya. Allah Maha Cukup,
sesungguhnya akan memberikan manfaat bagi
sehingga sedikit pun Allah tidak membutuhkan
orang yang bertakwa itu sendiri. Demikian pula
sesuatu apapun dari alam semesta.
kefajiran/maksiat yang dilakukan oleh setiap
orang yang fajir maka itu pun hanya akan
Allah menceritakan perkataan Nabi Musa 'alaihis
membahayakan dirinya sendiri.” (Kutub wa Rasa'il,
salam kepada Bani Isra'il (yang artinya), “Jika
3/157)
kalian kafir dan juga seluruh yang ada di bumi,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.” (Ibrahim : 8)

75
Oleh sebab itu, ibadah adalah sarana untuk Dengan demikian ibadah -yang hal itu merupakan
mencapai kebahagiaan dan keselamatan diri kita. tujuan hidup manusia- terwujud dalam
Tanpanya manusia akan merugi dan celaka. Allah ketundukan dirinya kepada perintah Allah dengan
berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan melaksanakannya dan ketundukan diri kepada
jin dan manusia melainkan supaya mereka larangan Allah yaitu dengan menjauhinya. Inilah
beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56) yang disebut sebagai ibadah, dan inilah hakikat
dari agama Islam.
Allah telah menegaskan (yang artinya), “Maka
barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia Jadi, bukanlah hakikat islam 'semata-mata
tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : kebebasan' sebagaimana yang dikehendaki oleh
123) kaum Liberal. Benar, bahwa Islam membebaskan
manusia dari penghambaan kepada makhluk.
Ibadah kepada Allah merupakan jalan untuk Akan tetapi kebebasan mereka itu ditundukkan
menggapai kebahagiaan hidup. Allah berfirman oleh penghambaan kepada Allah; yaitu tunduk
(yang artinya), “Barangsiapa melakukan amal salih kepada perintah dan larangan-Nya. Inilah hakikat
dari kalangan lelaki atau perempuan dalam kebebasan yang sejati.
keadaan beriman, maka pasti Kami akan
memberikan kepadanya kehidupan yang baik, dan Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah
benar-benar Kami akan memberikan balasan mereka diperintahkan kecuali supaya beribadah
kepada mereka dengan pahala yang jauh lebih kepada Allah dengan memurnikan agama/amal
baik daripada apa-apa yang telah mereka kepada-Nya dengan hanif/bertauhid, mendirikan
kerjakan.” (an-Nahl : 97) sholat, menunaikan zakat, dan itulah agama yang
lurus.” (al-Bayyinah : 5)
Ibadah kepada Allah adalah jalan untuk
merengkuh kemuliaan perjumpaan dengan-Nya di Adapun apabila manusia bebas melakukan apa
dalam kenikmatan surga. Allah berfirman (yang saja yang dikehendaki oleh perasaan dan hawa
artinya), “Maka barangsiapa mengharapkan nafsunya, maka sesungguhnya itu adalah
perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia pengabdian kepada Iblis dan bala tentaranya.
melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan Sehingga mereka tolak ajaran tauhid dan lebih
dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu memilih kemusyrikan, bahkan mereka tega
apapun.” (al-Kahfi : 110) menjuluki rasul pembawa rahmat sebagai penyihir
dan pendusta, demi menjauhkan umat manusia
Ibadah kepada Allah adalah dengan tunduk dan dari dakwah dan kebenaran yang beliau bawa.
taat kepada-Nya. Dalam kitabnya Taisir al-'Aziz
al-Hamid, Syaikh Sulaiman bin 'Abdullah Allah berfirman (yang artinya), “Dan
rahimahullah berkata, “Ibadah kepada-Nya adalah mereka/orang-orang kafir terheran-heran ketika
taat kepada-Nya dengan melakukan hal yang datang kepada mereka seorang pemberi
diperintahkan dan meninggalkan hal yang peringatan diantara mereka. Orang-orang kafir itu
dilarang. Itulah hakikat agama Islam. Karena mengatakan, 'Ini adalah penyihir dan tukang dusta.
makna 'islam' adalah kepasrahan kepada Allah Apakah dia hendak menjadikan
yang mengandung puncak kepatuhan dan diliputi sesembahan-sesembahan ini sehingga menjadi
puncak perendahan diri dan ketundukan.” Syaikh satu sesembahan saja. Sesungguhnya ini adalah
Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan, perkara yang sangat mengherankan.'.” (Shad : 4-5)
bahwa agama Allah ini disebut dengan 'islam'
disebabkan ia mengandung perendahan diri dan Tauhid adalah jalan kebahagiaan bagi umat
ketundukan kepada perintah dan larangan Allah manusia. Tauhid bukanlah untuk kepentingan
(lihat al-Fawa'id al-'ilmiyah min ad-Durus Allah, karena Allah sedikit pun tidak
al-Baziyah, 2/82) membutuhkan makhluk-Nya. Ketika manusia
tunduk kepada syari'at Allah dan

76
petunjuk-petunjuk-Nya maka hal itu adalah demi dari azab Allah dengan cara melakukan
kemaslahatan dan keselamatan diri mereka sendiri. perintah-perintah-Nya dan menjauhi
Allah tidak diuntungkan dengan ibadah dan larangan-larangan-Nya.” (Ahkam minal Qur'an,
ketaatan mereka kepada syari'at-Nya, hlm. 106)
sebagaimana Allah juga tidak dirugikan dengan
kedurhakaan dan pembangkangan mereka Ayat di atas -al-Baqarah : 21- juga memberikan
kepada-Nya. Maka, memahamkan tauhid kepada faidah kepada kita, bahwasanya ibadah
umat manusia merupakan tugas mulia para da'i ila merupakan kewajiban seluruh umat manusia.
Allah. Mereka yang menjelaskan kepada manusia Semua orang wajib untuk tunduk
tentang hakikat penghambaan kepada-Nya. Yang beribadah/bertauhid kepada Allah. Ibadah itu pun
dengan itulah manusia akan mencapai derajat harus ditegakkan di atas dua asas; ikhlas kepada
takwa dan meraih surga. Allah dan sesuai dengan ajaran Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam (lihat Ahkam minal
Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, Qur'an, hlm. 106)
sembahlah Rabb kalian Yang telah menciptakan
kalian dan orang-orang sebelum kalian, Semoga Allah menjadikan kita termasuk
mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : orang-orang yang mau menundukkan akal,
21) perasaan, dan hawa nafsu kita kepada petunjuk
Allah dan tunduk beribadah kepada-Nya dengan
Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma mengatakan, ikhlas dan sesuai dengan bimbingan Nabi kita
“Semua yang disebutkan dalam al-Qur'an yang Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam; karena
berisi -perintah- untuk beribadah maka maknanya sesungguhnya inilah jalan yang akan
adalah -perintah- untuk bertauhid.” (disebutkan mengantarkan hamba menuju kebahagiaan dan
oleh al-Baghawi rahimahullah dalam tafsirnya keselamatan.
Ma'alim at-Tanzil, hlm. 20)
***
Makna 'mudah-mudahan kalian bertakwa' ialah
'supaya kalian selamat dari adzab'. Demikian
sebagaimana telah dijelaskan oleh al-Baghawi ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
dalam tafsirnya (hlm. 20)
Meraih Keberkahan Hidup
Ibnu Jauzi rahimahullah menyebutkan beberapa
penafsiran ulama salaf terhadap kalimat
'mudah-mudahan kalian bertakwa'. Diantaranya,
Allah berfirman (yang artinya), “Dan seandainya
Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma menjelaskan
para penduduk negeri-negeri itu beriman dan
maksudnya adalah 'mudah-mudahan kalian
bertakwa niscaya akan Kami bukakan untuk
menjaga diri dari syirik'. Adapun adh-Dhahhak
mereka keberkahan-keberkahan dari langit dan
rahimahullah menerangkan bahwa maksudnya
bumi.” (al-A'raaf : 96)
adalah 'mudah-mudahan kalian menjaga diri dari
api neraka'. Mujahid rahimahullah menafsirkan,
Syaikh Abdul Muhsin al-'Abbad hafizhahullah
bahwa maksudnya adalah 'mudah-mudahan
berkata, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah
kalian taat kepada-Nya' (lihat Zaadul Masiir fi 'Ilmi
'azza wa jalla dan beriman kepada-Nya maka
at-Tafsir, hlm. 48)
sesungguhnya Allah ta'ala akan memberikan
ganjaran pahala kepadanya dan memberikan
Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah menjelaskan,
kepadanya rizki dalam kehidupan dunia, dan Allah
“Maksud 'mudah-mudahan kalian bertakwa' ialah
bukakan untuknya keberkahan dari langit dan
supaya kalian mencapai derajat yang tinggi ini
bumi yaitu dalam bentuk diturunkannya hujan dan
yaitu ketakwaan kepada Allah 'azza wa jalla.
ditumbuhkannya tanam-tanaman serta
Hakikat takwa itu adalah mengambil perlindungan
dikeluarkan untuk mereka berbagai

77
perbendaharaan dari dalam bumi.” (lihat Kutub wa meninggalkan kemaksiatan kepada Allah dengan
Rasa'il Abdil Muhsin, 6/193) bimbingan cahaya dari Allah seraya merasa takut
terhadap siksaan dari Allah.” (lihat Tafsir al-Qur'an
Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa al-'Azhim [6/222])
melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau
perempuan dalam keadaan beriman, maka al-Hasan rahimahullah mengatakan,
benar-benar Kami akan memberikan kepadanya “Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang
kehidupan yang baik, dan benar-benar Kami akan yang menjauhi perkara-perkara yang diharamkan
berikan balasan untuk mereka dengan pahala yang Allah kepada mereka dan menunaikan kewajiban
lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” yang diperintahkan kepada mereka.” (lihat Jami'
(an-Nahl : 97) al-'Ulum wa al-Hikam, hlm. 211)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini adalah janji Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata,
dari Allah ta'ala bagi orang-orang yang “Ketakwaan kepada Allah bukan sekadar dengan
melakukan amal salih -yaitu amalan yang berpuasa di siang hari, sholat malam, dan
mengikuti Kitabullah ta'ala dan Sunnah menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi
Rasul-Nya- apakah dia lelaki atau perempuan dari hakikat ketakwaan kepada Allah adalah
umat manusia, sedangkan hatinya beriman meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan amal yang melaksanakan segala yang diwajibkan Allah.
diperintahkan di sini adalah sesuatu yang Barangsiapa yang setelah menunaikan hal itu
memang disyariatkan dari sisi Allah, bahwa Allah dikaruniai amal kebaikan itu adalah kebaikan di
akan memberikan kepadanya kehidupan yang atas kebaikan.” (lihat Jami' al-'Ulum wa al-Hikam,
baik di dunia dan akan membalasnya di akhirat hlm. 211)
dengan balasan yang lebih baik dari apa yang
telah dilakukannya.” (lihat Tafsir al-Qur'an Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Yang
al-'Azhim [4/601]) demikian itu, barangsiapa yang mengagungkan
perintah-perintah Allah, sesungguhnya hal itu lahir
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Maka dari ketakwaan di dalam hati.” (al-Hajj: 32).
barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya
dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Tidak akan
(Thaha : 123) sampai kepada Allah daging maupun darahnya
(kurban), akan tetapi yang akan sampai
Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma berkata, “Allah kepada-Nya adalah ketakwaan dari kalian.”
menjamin bagi orang yang membaca al-Qur'an (al-Hajj: 37).
dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya;
bahwa dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Ketakwaan
celaka di akhirat.” (lihat Syarh Manzhumah yang hakiki adalah ketakwaan dari dalam hati
Mimiyah, hlm. 49) bukan semata-mata ketakwaan dengan anggota
badan.” (lihat al-Fawa'id, hlm. 136).
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, merasa Abdullah bin 'Aun rahimahullah berkata,
takut kepada Allah serta bertakwa kepada-Nya, “Sesungguhnya orang-orang terdahulu sebelum
maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” kita menjadikan untuk dunia sisa-sisa dari urusan
(an-Nur: 52) akhirat mereka, sementara kalian menjadikan
untuk akhirat kalian sisa-sisa dari urusan dunia
Thalq bin Habib rahimahullah mengatakan, kalian.” (lihat Aina Nahnu, 2/168)
“Takwa adalah kamu mengerjakan ketaatan
kepada Allah dengan bimbingan cahaya dari Allah Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sungguh
seraya mengharap pahala dari Allah, dan kamu aneh, orang yang bisa tertawa-tawa sedangkan di

78
belakangnya adalah kobaran api neraka, dan
orang yang bisa bergembira-ria sementara di 'Utsman bin 'Affan radhiyallahu'anhu mengatakan,
belakangnya kematian selalu mengintai dirinya.” “Seandainya bersih hati kalian niscaya ia tidak
(lihat Aina Nahnu, 2/200) akan merasa kenyang dari menikmati
kalam/ucapan Rabb kalian [yaitu al-Qur'an, pent].”
Muhammad bin Wasi' rahimahullah berkata, (lihat Tazkiyatun Nufus wa Tarbiyatuha, hlm. 48)
“Apabila kamu lihat di surga ada orang menangis
bukankah kamu akan keheranan terhadap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
tangisannya itu.” Maka dijawab, “Iya tentu saja.” berkata, “Dzikir bagi hati laksana air bagi seekor
Lalu beliau berkata, “Kalau begitu orang yang ikan. Lantas apakah yang akan menimpa seekor
tertawa-tawa di dunia sementara dia tidak ikan jika dia memisahkan diri dari air?” (lihat
mengetahui kemanakah tempat kembalinya maka al-Wabil ash-Shayyib min al-Kalim ath-Thayyib
keadaan orang itu jauh lebih mengherankan.” oleh Ibnul Qayyim, hlm. 71)
(lihat Aina Nahnu, 2/206-207)
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Hal itu
Sebagian orang bijak mengatakan, “Aku sungguh [dzikir] adalah ruh dalam amal-amal salih. Apabila
heran dengan orang yang merasa sedih dengan suatu amal tidak disertai dengan dzikir maka ia
hartanya yang berkurang sementara dia tidak hanya akan menjadi 'tubuh' yang tidak memiliki
merasa sedih dengan umurnya yang berkurang. ruh. Wallahu a'lam.” (lihat Madarij as-Salikin
Dan aku heran terhadap orang yang dunia pergi [2/441])
meninggalkannya dan akhirat datang
menyambutnya; bagaimana mungkin dia justru Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di
menyibukkan diri dengan sesuatu yang akan sirna rahimahullah berkata, “Sesungguhnya dzikir
dan berpaling dari sesuatu yang datang kepada Allah akan menanamkan pohon keimanan
menghadang dirinya.” (lihat Aina Nahnu, 2/237) di dalam hati, memberikan pasokan gizi dan
mempercepat pertumbuhannya. Setiap kali
Ada seorang lelaki yang mengadu kepada Hasan seorang hamba semakin menambah dzikirnya
al-Bashri rahimahullah. Lelaki itu berkata, “Wahai kepada Allah niscaya akan semakin kuat pula
Abu Sa'id, aku mengadukan kepadamu kerasnya imannya.” (lihat at-Taudhih wa al-Bayan li Syajarat
hatiku.” Maka beliau berkata, “Lunakkanlah ia al-Iman, hlm. 57)
dengan dzikir.” (lihat Tazkiyatun Nufus wa
Tarbiyatuha oleh Dr. Ahmad Farid, hlm. 46) Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah berkata,
“Tidaklah samar bagi setiap muslim tentang
Tsabit al-Bunani rahimahullah berkata, “Apakah urgensi dzikir dan begitu besar faidah darinya.
susahnya bagi salah seorang dari kalian jika dia Sebab dzikir merupakan salah satu tujuan termulia
hendak memanfaatkan waktu satu jam setiap dan tergolong amal yang paling bermanfaat untuk
harinya untuk berdzikir kepada Allah sehingga mendekatkan diri kepada Allah ta'ala. Allah telah
dengan sebab itu sepanjang hari yang dilaluinya memerintahkan berdzikir di dalam al-Qur'an
dia akan meraih keberuntungan.” (lihat at-Tahdzib al-Karim pada banyak kesempatan. Allah
al-Maudhu'i li Hilyat al-Auliya', hlm. 346) memberikan dorongan untuk itu. Allah memuji
orang yang tekun melakukannya dan menyanjung
Dzun Nun al-Mishri rahimahullah berkata, mereka dengan sanjungan terbaik dan terindah.”
“Tidaklah terasa menyenangkan dunia kecuali (lihat Fiqh al-Ad'iyah wa al-Adzkar [1/11])
dengan dzikir kepada-Nya. Tidak terasa
menyenangkan akhirat kecuali dengan Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah berkata,
maaf/ampunan dari-Nya. Dan tidaklah “Oleh sebab itu dzikir kepada Allah jalla wa 'ala
memuaskan kenikmatan di surga kecuali dengan merupakan hakikat kehidupan hati. Tanpanya, hati
memandang-Nya.” (lihat at-Tahdzib al-Maudhu'i li pasti menjadi mati.” (lihat Fawa'id adz-Dzikri wa
Hilyat al-Auliya', hlm. 350) Tsamaratuhu, hlm. 16)

79
'Aun bin Abdullah bin 'Utbah rahimahullah Sebagian salaf berkata, “Barangsiapa yang
berkata, “Majelis-majelis dzikir adalah obat bagi beribadah kepada Allah tanpa ilmu maka dia akan
hati.” (lihat at-Tahdzib al-Maudhu'i li Hilyat lebih banyak merusak daripada memperbaiki.”
al-Auliya', hlm. 348) (lihat al-'Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hlm. 93)

'Atho' bin Maisarah al-Khurasani rahimahullah ***


mengatakan, “Majelis-majelis dzikir adalah
majelis-majelis yang membahas hukum halal dan
haram [majelis ilmu, pent].” (lihat at-Tahdzib ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
al-Maudhu'i li Hilyat al-Auliya', hlm. 348)

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, Ambrol dan Jugrug


“Sebagaimana hujan akan menghidupkan tanah
yang mati, demikian pula ilmu-ilmu agama akan
menghidupkan hati yang mati.” (lihat Fath al-Bari Bismillah.
[1/215])
Kita mungkin pernah mendengar kata dalam
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Manusia bahasa Jawa yaitu 'jugrug' artinya runtuh atau
jauh lebih banyak membutuhkan ilmu daripada roboh. Begitu pula 'ambrol' yang artinya hancur
kebutuhan mereka kepada makanan dan atau pecah berantakan. Dua kata ini melukiskan
minuman. Karena makanan dan minuman keadaan sebuah bangunan atau bagian bumi yang
dibutuhkan -untuk dikonsumsi- dalam sehari rusak dan runtuh atau ambruk.
sekali atau dua kali saja. Adapun ilmu maka ia
dibutuhkan -untuk dipahami, pent- sebanyak Begitulah kiranya kurang lebih gambaran orang
hembusan nafas.” (lihat Miftah Daris Sa'adah, yang melakukan amalan tanpa landasan
1/248-249) keikhlasan. Sebab ikhlas adalah pondasi dan asas
tegaknya amalan. Oleh sebab itu para ulama fikih
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “... Kebutuhan dan hadits kerapkali membawakan hadits tentang
kepada ilmu di atas kebutuhan kepada makanan, niat di awal kitabnya.
bahkan di atas kebutuhan kepada nafas. Keadaan
paling buruk yang dialami orang yang tidak bisa Seperti yang dilakukan oleh Imam Bukhari dalam
bernafas adalah kehilangan kehidupan jasadnya. Sahih-nya, Imam Nawawi dalam Riyadhus
Adapun lenyapnya ilmu menyebabkan hilangnya Shalihin-nya, dsb. Hal ini mengingatkan kepada
kehidupan hati dan ruh. Oleh sebab itu setiap kita bahwa sebesar apa pun amalan jika tidak
hamba tidak bisa terlepas darinya sekejap mata didasari niat yang benar akan sia-sia.
sekalipun...” (lihat al-'Ilmu, Syarafuhu wa Fadhluhu,
hlm. 96) Allah berfirman (yang artinya), “Dan Kami hadapi
apa-apa yang telah mereka lakukan lalu Kami
Diriwayatkan bahwa Ibnu 'Abbas jadikan ia bagaikan debu-debu yang beterbangan.”
radhiyallahu'anhuma berkata, “Senantiasa ada (al-Furqan : 23)
orang berilmu yang meninggal dan karena itulah
bekas-bekas kebenaran semakin luntur dan hilang. Allah pun menegaskan (yang artinya), “Sungguh
Hingga banyaklah orang yang bodoh dan telah diwahyukan kepadamu dan kepada
lenyaplah ahli ilmu. Maka mereka pun beramal orang-orang sebelummu; Jika kamu berbuat syirik
dengan dasar kebodohan. Mereka beragama tidak pasti akan lenyap seluruh amalmu dan
dengan ajaran yang benar. Dan mereka pun benar-benar kamu akan termasuk golongan
tersesat dari jalan yang lurus.” (lihat Shahih Jami' orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)
Bayanil 'Ilmi wa Fadhlihi, hlm. 199)

80
Allah mengisahkan (yang artinya), “Apakah orang setahun atau dua tahun manusia mengerti
yang membangun pondasi bangunannya di atas pokok-pokok aqidah Islam dengan kokoh dan
takwa kepada Allah dan mencari keridhaan-Nya kuat. Butuh waktu yang panjang dan penjelasan
itukah yang lebih baik ataukah orang yang yang gamblang.
membangun pondasi bangunannya di tepi jurang
yang miring lalu runtuh bersamanya ke dalam Lihatlah teladan kita nabi Muhammad shallallahu
neraka Jahannam.” (at-Taubah : 109) 'alaihi wa sallam tidak jemu-jemu mendakwahkan
tauhid dan memperingatkan manusia dari bahaya
Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullah syirik dan perusak-perusak iman yang bertebaran
menjelaskan, bahwa ayat ini berbicara tentang di tengah masyarakatnya.
orang-orang munafik yang membangun masjid
untuk sholat di dalamnya. Akan tetapi disebabkan ***
amal yang agung ini mereka lakukan tanpa
disertai dengan keikhlasan maka amalan itu tidak
bermanfaat untuk mereka sedikit pun, bahkan ia ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
justru menyeret dan menjerumuskan mereka ke
dalam neraka Jahannam (lihat Sittu Duror min
Hakikat Jalan yang Lurus
Ushuli Ahlil Atsar, hlm. 13)

Oleh sebab itu seorang yang arif dan bijaksana


Syaikh al-'Utsaimin rahimahullah menjelaskan,
tentu akan perhatian dan fokus untuk
bahwa segala sesuatu yang melenceng dari ajaran
memperbaiki dan memperkuat pondasi sebelum
agama Allah adalah jalan yang menyimpang. Allah
meninggikan bangunan dan menghiasinya
berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya yang
dengan berbagai perabot dan perlengkapan.
Kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus
Adapun orang yang bodoh akan 'memaksakan
ini. Maka ikutilah ia. Janganlah kalian mengikuti
diri' untuk terus meninggikan bangunan dan
jalan-jalan yang lain; karena hal itu akan
mencari berbagai perhiasan dan perabot yang
mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya.”
serba wah dan megah. Maka tidaklah heran jika
(al-An'am : 153) (lihat Tafsir Surat al-Fatihah, hlm.
'bangunan' yang didirikan olehnya lekas ambruk
81)
dan cepat hancur tatkala bertiup badai fitnah dan
diterpa hembusan kerancuan pemahaman...
Yang dimaksud jalan yang lurus (shirathal
mustaqim) itu adalah Islam. Islam inilah yang akan
Karena itulah para ulama selalu memesankan
mengantarkan manusia menuju Allah. Agama
kepada kita untuk belajar Islam mulai dari dasar
Islam inilah jalan yang mudah dan tidak
sedikit demi sedikit. Seperti ucapan ulama yang
mengandung kesempitan. Allah berfirman (yang
dinukil oleh Imam Bukhari di dalam Shahihnya
artinya), “Dan tidaklah Allah menjadikan di dalam
dalam Kitabul Ilmi, bahwa orang yang rabbani
agama ini suatu kesempitan.” (al-Hajj : 78) (lihat
ialah yang membina manusia dengan ilmu-ilmu
Tafsir Surat al-Fatihah, hlm. 82)
yang kecil (dasar) sebelum ilmu-ilmu yang besar
(rumit). Inilah salah satu rahasia tarbiyah dan
Ibnu Katsir rahimahullah menukil tafsiran shirathal
kejayaan Islam yang telah dicapai oleh para
mustaqim/jalan yang lurus dari Abul 'Aliyah
sahabat radhiyallahu'anhum. Mereka tidaklah
rahimahullah. Abul 'Aliyah berkata, “Itu adalah
melampaui sepuluh ayat melainkan berusaha
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan kedua orang
memahami kandungan ilmu dan amal serta
sahabatnya yang sesudah beliau (Abu Bakar dan
keimanan yang ada di dalamnya, mereka
Umar).” 'Ashim berkata, “Kami pun menyebutkan
mempelajari ilmu dan amal secara beriringan.
penafsiran ini kepada al-Hasan. Maka al-Hasan
berkata, “Benar apa yang dikatakan oleh Abul
Begitu pula tauhid dan aqidah, jangan kira dalam
'Aliyah dan dia telah memberikan nasihat.”.” (lihat
waktu sehari, seminggu, sebulan dua bulan,
Tafsir al-Qur'an al-'Azhim, 1/139)

81
dari jalan yang benar dan amalnya menjadi sia-sia
Jalan yang lurus inilah yang telah ditempuh oleh (lihat Manhajus Salafish Shalih wa Haajatul
'orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah' yaitu Ummah ilaih, hlm. 8-9)
para nabi, shiddiqin, syuhada' dan orang-orang
salih. Orang-orang yang telah memadukan di Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah;
dalam drinya antara ilmu yang bermanfaat dan Maukah kami kabarkan kepada kalian mengenai
amal salih. Mereka berilmu dan mengamalkan orang-orang yang paling merugi amalnya. Yaitu
ilmunya (lihat Syarh ad-Durus al-Muhimmah oleh orang-orang yang sia-sia usahanya dalam
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr, hlm. 14) kehidupan dunia sementara mereka menyangka
bahwa dirinya telah berbuat yang sebaik-baiknya.”
Oleh sebab itu kemudian dijelaskan dalam (al-Kahfi : 103-104).
lanjutan ayat dalam surat al-Fatihah (yang artinya),
“Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai.” Ayat tersebut dijelaskan oleh para ulama bersifat
Mereka itu adalah orang-orang yang dimurkai umum mencakup kaum Yahudi dan Nasrani
oleh Allah yaitu orang-orang Yahudi. Dimana bahkan juga kaum Khawarij dan siapa saja yang
mereka telah mengetahui kebenaran, akan tetapi beribadah kepada Allah tidak di atas jalan yang
mereka tidak mengamalkannya. Setiap orang yang benar dimana dia mengira bahwa dia berada di
meniti jalan kaum Yahudi dari kalangan umat ini atas kebenaran dan menyangka bahwa amalnya
-setiap orang yang mengenali kebenaran tetapi pasti diterima padahal sesungguhnya dia telah
tidak mengamalkannya- maka dia berada di atas keliru dan amalnya menjadi sia-sia (lihat Tafsir
jalan kaum Yahudi -di atas jalan orang-orang yang al-Qur'an al-'Azhim oleh Ibnu Katsir rahimahullah,
dimurkai- karena dia telah mengenali kebenaran 5/201-202)
tetapi tidak mau beramal dengannya. Dia
mengambil ilmu tetapi meninggalkan amal. Dan Hal ini memberikan faidah kepada kita bahwa
setiap orang yang berilmu tetapi tidak menyimpang dari jalan yang lurus ini -baik dalam
mengamalkan ilmunya maka dia termasuk hal ilmu ataupun amalan- maka hal itu memiliki
golongan orang-orang yang dimurkai (lihat dampak yang sangat membahayakan. Akibat
Manhajus Salafish Shalih wa Haajatul Ummah ilaih, terburuknya adalah keluar dari jalan Islam dan
hlm. 8 oleh Syaikh Shalih al-Fauzan) terjerumus dalam syirik dan kekafiran.

Jalan yang lurus ini ditegakkan di atas ilmu. Tidak Oleh sebab itulah sangat wajar apabila kita
cukup bermodalkan semangat untuk beramal diperintahkan untuk berdoa kepada Allah
apabila tidak disertai dengan landasan ilmu. Oleh meminta petunjuk menuju jalan yang lurus ini di
sebab itu dalam lanjutan ayat Allah berfirman dalam setiap raka'at sholat kita. Karena begitu
(yang artinya), “Dan bukan pula jalan orang-orang besarnya kebutuhan kita terhadap hidayah itu.
yang sesat.” Mereka itu adalah orang-orang yang Tanpa hidayah maka seorang hamba pasti celaka
beribadah kepada Allah di atas kebodohan dan dan binasa.
kesesatan. Mereka beribadah dan mendekatkan
diri kepada Allah namun tidak di atas jalan yang Syaikh Abdul Muhsin al-'Abbad hafizhahullah
benar. Tidak berada di atas manhaj yang lurus. berkata, “...Kebutuhan hamba kepada hidayah ini
Tidak berlandaskan dalil dari al-Kitab dan lebih besar daripada kebutuhannya kepada
as-Sunnah. Yaitu berada di atas kebid'ahan. makanan dan minuman. Karena makanan dan
Padahal setiap bid'ah itu adalah sesat. Hal ini minuman itu adalah bekal kehidupannya yang
sebagaimana keadaan yang ada pada kaum fana. Adapun hidayah menuju jalan yang lurus
Nasrani dan orang-orang yang mengikuti jalan merupakan bekal kehidupannya yang kekal dan
mereka; yaitu orang-orang yang beribadah abadi.” (lihat Kutub wa Rasa'il Abdil Muhsin, 1/152)
kepada Allah tetapi tidak di atas jalan yang benar
dan tidak di atas manhaj yang lurus. Maka orang ***
semacam itu adalah tersesat. Dia menyimpang

82
….…………………………..…………..# Faidah Tafsir Bahkan, Yahya bin Abi Katsir rahimahullah sampai
mengatakan, “Apabila kamu bertemu dengan
pembela bid'ah di suatu jalan/gang ambillah jalan
Terpesona dengan Kalimat Indah
yang lain.” (lihat asy-Syari'ah, 1/458)

Allah berfirman (yang artinya), “Apabila kamu


Bismillah.
melihat orang-orang yang mengobok-obok
ayat-ayat Kami maka berpalinglah dari mereka...”
Sebagian orang kita dapati begitu mudah
(al-An'am : 68). Syaikh as-Sa'di rahimahullah
terpesona dan terkagum-kagum oleh kata-kata
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
yang ditulis atau diucapkan oleh tokoh yang
'mengobok-obok ayat-ayat Kami' ialah
dianggap cendekiawan atau kaum intelektual dan
membicarakannya dengan menyelisihi kebenaran
pemikir islam dalam istilah mereka. Padahal
seperti misalnya dengan menganggap bagus
sebenarnya bisa jadi apa yang disampaikan oleh
pendapat-pendapat yang batil, mengajak orang
tokoh-tokoh itu amat jauh dari kebenaran.
untuk mengikuinya, dan memuji-muji pelaku
kebatilan. Termasuk dalam perbuatan itu pula
Allah berfirman (yang artinya), “Demikianlah, Kami
adalah berpaling dari kebenaran, menjatuhkannya,
jadikan bagi setiap nabi ada musuh dari kalangan
dan mencela penganut kebenaran (lihat Taisir
setan dari bangsa manusia dan jin, sebagian
al-Karim ar-Rahman, hlm. 260)
mereka mewahyukan/membisikkan kepada
sebagian yang lain dengan ucapan-ucapan yang
Ibnu Katsir rahimahullah memberikan contoh
indah namun menipu....” (al-An'am : 112)
tindakan 'mengobok-obok ayat-ayat Allah' itu
dengan perbuatan mendustakan dan memperolok
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah mengatakan,
ayat-ayat-Nya. Bentuk pendustaan itu antara lain
“Kalimat-kalimat yang indah bisa menyebabkan
dengan menyelewengkan ayat-ayat Allah dengan
kebatilan menjadi tampak indah/baik di mata
tidak menempatkan/memahaminya sebagaimana
manusia. Akan tetapi orang yang cermat dan teliti
seharusnya (lihat Tafsir Ibnu Katsir, 3/278)
akan melihat kepada hakikatnya yang sebenarnya
dan tidak melihat kepada tampilan luarnya.” (lihat
Ibnul Jauzi rahimahullah menyebutkan beberapa
Syarh Lum'ah al-I'tiqad, hlm. 68)
tafsiran mengenai siapakah yang tercakup dalam
kategori 'orang-orang yang mengobok-obok
Imam al-Ajurri rahimahullah meriwayatkan dalam
ayat-ayat Kami'. Termasuk di dalamnya adalah
asy-Syari'ah (127) dari al-Walid bin Mazyad, dia
kaum musyrikin, orang-orang Yahudi, dan ahlul
berkata : Aku mendengar al-Auza'i berkata,
ahwaa'/pengekor hawa nafsu alias pembela bid'ah.
“Hendaklah kamu mengikuti jejak-jejam kaum
Beliau juga menyebutkan bahwa 'mengobok-obok
salaf meskipun orang-orang menolakmu. Dan
ayat-ayat Allah' itu contohnya adalah perdebatan
jauhilah olehmu pendapat akal (ra'yu) manusia
dan polemik dari kaum ahli bid'ah terhadap
meskipun mereka menghias-hiasinya dengan
maksud ayat-ayat al-Qur'an. Adapun tindakan
ucapan indah.” (lihat asy-Syari'ah, 1/445)
'mengobok-obok' yang dilakukan kaum musyrik
adalah mendustakan dan memperolok ayat-ayat
Oleh sebab itu para ulama menasihati kita untuk
al-Qur'an, sedangkan Yahudi kurang lebih sama
tidak duduk atau belajar kepada Ahlul Ahwaa'
(lihat Zaadul Masiir, hlm. 445)
(kaum ahli bid'ah). Sebagaimana yang dikatakan
oleh Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma. Beliau
asy-Syaukani rahimahullah menjelaskan sembari
berkata, “Janganlah kalian duduk bersama ahlul
memberikan nasihat untuk kita, “Barangsiapa
ahwaa' karena sesungguhnya duduk/belajar
mengenali syari'at yang suci ini dengan
bersama mereka akan membuat hati menjadi sakit.”
sebenar-benarnya dia pasti mengetahui
(lihat asy-Syari'ah, 1/452).
bahwasanya duduk-duduk bersama ahli bid'ah
yang menyesatkan akan menimbulkan kerusakan

83
berlipat-ganda apabila dibandingkan yang lebih keras daripada hal ini.” (lihat al-Firqah
duduk-duduk bersama pelaku maksiat kepada an-Najiyah Ushuluha wa 'Aqa-iduha, hlm. 31)
Allah dalam bentuk suatu jenis perbuatan yang
diharamkan. Terlebih-lebih lagi bagi orang yang Sebagaimana diterangkan para ulama masa kini,
tidak dalam/kuat pijakannya di dalam ilmu bahwasanya sumber pemikiran takfir/pengkafiran,
al-Kitab dan as-Sunnah. Karena bisa jadi dia justru pengeboman, dan berbagai macam bentuk fitnah
akan menyepakati mereka dalam sebagian dan malapetaka -terorisme- pada masa kini
kedustaan dan penyimpangan padahal sejatinya adalah manhaj/cara beragama, pemikiran dan
hal itu adalah termasuk kebatilan yang sangat tulisan-tulisan seorang penulis dan pemikir dari
jelas. Kemudian pemikiran itu meresap ke dalam Mesir sekaligus pembesar jama'ah al-Ikhwan
hatinya sehingga sulit untuk diobati dan susah al-Muslimun yang bernama Sayyid Quthub
untuk disingkirkan. Dengan dasar pemikiran -semoga Allah mengampuninya- (lihat Kasyful
menyimpang itulah dia beramal sepanjang Astar 'an Maa fi Tanzhimil Qa'idah min Afkar wa
umurnya kemudian bertemu Allah (mati) dengan Akhthar karya Syaikh 'Umar bin Abdul Hamid
membawa kesesatan itu dalam kondisi dia hafizhahullah, hlm. 42)
meyakini hal itu sebagai kebenaran, padahal
sejatinya hal itu adalah kebatilan yang paling batil Diantara buktinya adalah apa-apa yang diucapkan
dan kemungkaran yang paling mungkar.” (lihat oleh Sayyid Quthub dalam kitabnya Ma'alim fi
Fat-hul Qadir, hlm. 426-427) Thariq -yang disebut oleh Aiman azh-Zhawahiri
pimpinan al-Qaeda yang sekarang sebagai
Karena itulah para ulama salaf sangat berhati-hati undang-undang kaum Jihadi-. Sayyid Quthub
terhadap kaum ahli bid'ah. Seperti yang berkata, “Keberadaan umat yang muslim telah
dikisahkan oleh Ibnu Baththah di dalam al-Ibanah dianggap berhenti sejak masa yang lama.” (lihat
dengan sanadnya dari Ma'mar. Beliau berkata : Kasyful Astar, hlm. 44-45)
Suatu ketika Thawus sedang duduk. Lalu ada
seorang lelaki penganut Mu'tazilah yang datang Sayyid Quthub juga berkata, “Umat manusia telah
dan mulai berbicara maka anak Thawus pun murtad kembali kepada penghambaan kepada
memasukkan kedua jarinya ke dalam telinga. sesama hamba. Mereka terjerumus dalam
Thawus berkata kepada anaknya, “Wahai putraku, agama-agama yang zalim. Dan mereka telah
masukkanlah kedua jarimu ke dalam telinga dan berpaling dari laa ilaha illallah. Meskipun sebagian
tutuplah rapat-rapat. Jangan kamu dengar sedikit diantara mereka masih selalu mengulang-ulang
pun ucapannya.” Ma'mar menjelaskan bahwa kalimat laa ilaha illallah di atas menara adzan.”
maksudnya adalah karena hati itu lemah (lihat (lihat Kasyful Astar, hlm. 45)
Ushul ad-Da'wah as-Salafiyah, hlm. 9)
Sayyid Quthub juga berkata, “Sesungguhnya
Diantara pemikiran sesat di masa kini yang sangat masyarakat jahiliyah ini yang kita sedang hidup di
berbahaya adalah pengkafiran kaum muslimin dalamnya maka ini bukanlah masyarakat muslim.”
sebagaimana yang dipelopori oleh Sayyid Quthub (lihat Kasyful Astar, hlm. 46)
di dalam buku-bukunya. Bukan hanya takfir,
banyak penyimpangan yang disebarkan olehnya. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, di dalam
tafsirnya Fi Zhilalil Qur'an Sayyid Quthub
Sehingga Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali menyebut masjid-masjid kaum muslimin sebagai
hafizhahullah pun berkata, “Saya tidak 'tempat ibadah jahiliyah'. Dan menganjurkan
mengetahui ada sebuah fitnah/kerusakan di masa untuk menjauhi tempat-tempat ibadah kaum
kini di atas muka bumi yang lebih keras/merusak jahiliyah -yaitu masjid kaum muslimin- karena
daripada fitnah yang bersumber dari Sayyid menurutnya masyarakat muslim yang ada adalah
Quthub dan buku-bukunya. Tidak saya dapati masyarakat jahiliyah (lihat Kasyful Astar, hlm. 47)
-sekarang ini, pen- suatu fitnah di atas muka bumi

84
Di dalam kitab tafsirnya Fi Zhilalil Qur'an, Sayyid membunuh si A atau si B dari kalangan Ahlus
Quthub juga berkata dengan lantang dan terus Sunnah! Dan mereka perintahkan
terang, “Sesungguhnya tidak ada lagi di muka pemuda-pemuda itu untuk membunuh para
bumi ini -pada masa sekarang ini- suatu negeri petugas keamanan (polisi/tentara) di
muslim. Dan tidak ada pula masyarakat muslim, negeri-negeri Ahlus Sunnah! Mereka diajari untuk
dimana kaidah berinteraksi di dalamnya adalah membunuh siapa saja yang menyelisihi mereka!
syari'at Allah dan fikih Islam.” (lihat Kasyful Astar, Yang memberikan fatwa kepada mereka semacam
hlm. 48) itu adalah sang penulis kitab azh-Zhilal
-maksudnya adalah Sayyid Quthub, pent- dan
Dalam kitabnya al-'Adalah al-Ijtima'iyah, Sayyid juga oleh selain penulis kitab azh-Zhilal...” (lihat
Quthub berkata, “Kami mengetahui bahwasanya transkrip Tarikh al-Khawarij, hlm. 7)
kehidupan Islam -sebagaimana yang digambarkan
ini- telah berhenti/tidak ada semenjak masa yang Sebagaimana kita juga tidak boleh lupa,
panjang di seluruh penjuru bumi. Dan -dari bahwasanya pemikiran-pemikiran liberal dan
situlah- disimpulkan bahwasanya keberadaan pluralis -yang sangat memuja akal- yang diusung
Islam itu sendiri pun telah terhenti.” (lihat Kasyful oleh tokoh-tokoh yang dianggap sebagai
Astar, hlm. 54) cendekiawan muslim atau intelektual termasuk
bahaya yang sangat-sangat besar bagi kaum
Kaum Khawarij masa kini -semacam ISIS dan muslimin. Apabila dirunut ternyata segala bentuk
al-Qaeda- berpandangan bahwa seluruh kemunduran, penyimpangan, kerusakan dan
pemerintah negeri kaum muslimin adalah kafir. perpecahan yang menimpa umat ini sebab
Aiman az-Zhawahiri -tokoh pemimpin al-Qaeda- utamanya adalah penyimpangan aqidah dan cacat
berkata, “Salah satu bentuk jihad paling agung dan dalam perkara tauhid sehingga menjamurlah
paling wajib bagi setiap orang di masa kini adalah berbagai bentuk bid'ah dan ajaran baru dalam
berjihad melawan para penguasa murtad yang agama yang pada akhirnya menyeret mereka
berhukum dengan selain syari'at Islam serta berpaling menjauh dari agama ini padahal
memberikan loyalitasnya kepada Yahudi dan -kelurusan- agama ini merupakan syarat
Nasrani.” (lihat Kasyful Astar, hlm. 109) keberhasilan dan keberuntungan mereka di dunia
dan di akhirat (lihat keterangan Syaikh Prof. Dr.
Seorang ulama pembimbing para da'i dan Nashir bin Abdul Karim al-'Aql hafizhahullah
pengajar senior di Masjid Nabawi Syaikh Shalih dalam al-Ittijahaat al-'Aqlaniyah al-Hadiitsah, hlm.
bin Sa'ad as-Suhaimi hafizhahullah berkata, 444; buku ini pada asalnya adalah tesis magister
“...Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah beliau dan mendapat predikat mumtaz dengan
mengabarkan bahwasanya mereka -Khawarij- itu salah satu dosen pengujinya adalah Syaikh Shalih
akan muncul dan pada akhirnya kelak akan al-Fauzan hafizhahullah)
bergabung bersama Dajjal. Dan benarlah,
kenyataannya mereka muncul pada situasi seluruh Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi
negara Islam yang sedang bergejolak/dilanda kita semua, menyadarkan hati yang lalai dan
konflik. Mereka telah muncul pula pada zaman ini. mengingatkan orang-orang yang terkesima oleh
Semenjak paham/pemikiran takfir/pengkafiran kalimat-kalimat indah yang diselimutkan kepada
kaum muslimin ini telah dicanangkan oleh kebatilan sehingga membuatnya tampak
sebagian pembesar hizb/kelompok-kelompok itu. menawan. Sebagaimana kami juga berdoa kepada
Mereka memfatwakan bahwa semua orang telah Allah dengan nama-nama-Nya yang terindah dan
murtad dari Islam. Menurut mereka tidak ada lagi sifat-sifat-Nya yang mulia semoga Allah curahkan
yang tetap berada di atas Islam kecuali mereka kepada kami dan anda taufik kepada ilmu yang
kaum Khawarij. Mulailah mereka menebarkan bermanfaat dan amal salih.
fatwa-fatwa ini kepada para pemuda. Mereka
memberikan doktrin bahwasanya tidak ada yang ***
menghalangi mereka masuk surga kecuali harus

85
….…………………………..…………..# Faidah Tafsir kebohongan, ghibah, namimah, dsb (lihat
keterangan Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah
dalam Syarh Riyadhus Shalihin, 1/688)
Belajar Dakwah Nabi
Syaikh Utsaimin juga menjelaskan, bahwa sesuatu
yang mungkar itu adalah segala hal yang dilarang
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, seorang
oleh Allah dan rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa
muslim telah mendapatkan anugerah yang sangat
sallam. Ia disebut mungkar 'sesuatu yang
besar dari Allah berupa hidayah. Hidayah untuk
diingkari' karena pelakunya diingkari ketika
memeluk Islam. Hidayah untuk tunduk mengikuti
hendak melakukan perbuatan itu (lihat Syarh
ajaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
al-Arba'in an-Nawawiyah, hlm. 333)
sallam. Tentu saja, ini adalah nikmat yang sangat
besar. Allah berfirman (yang artinya), “Sungguh
Di dalam keterangan lainnya, Syaikh Utsaimin juga
Allah telah memberikan anugerah kepada
menegaskan bahwasanya perkara yang mungkar
orang-orang beriman ketika Allah mengutus di
itu adalah segala sesuatu yang diharamkan oleh
tengah-tengah mereka seorang rasul dari kalangan
Allah atau rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam
mereka yang membacakan kepada mereka
(lihat ad-Durrah as-Salafiyah, hlm. 236)
ayat-ayat-Nya, menyucikan mereka, dan
mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan
Para ulama juga menjelaskan, bahwasanya perkara
al-Hikmah (as-Sunnah), padahal sebelumnya
yang ma'ruf itu mencakup segala bentuk ketaatan,
mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang
dan ketaatan yang paling agung adalah dengan
sangat nyata.” (Ali 'Imran : 164)
beribadah kepada Allah semata dan memurnikan
ibadah untuk-Nya serta meninggalkan
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, bahwa
penghambaan kepada selain-Nya. Kemudian
maksud dari 'menyucikan mereka' adalah dengan
setelah itu dikuti segala amal yang wajib dan
memerintahkan yang ma'ruf dan melarang dari
mustahab. Adapun perkara mungkar meliputi
yang mungkar sehingga dengan sebab itu
segala sesuatu yang dilarang Allah dan rasul-Nya
menjadi bersih jiwa-jiwa mereka dan tersucikan
seperti maksiat, bid'ah, dsb. Dan kemungkaran
dari kotoran dosa dan keburukan yang dahulu
yang paling besar ialah syirik kepada Allah 'azza
melekat pada diri mereka ketika masih musyrik
wa jalla (lihat penjelasan Syaikh Abdussalam
dan hidup di masa jahiliyah. Di dalam ayat ini Allah
as-Suhaimi hafizhahullah dalam Kun Salafiyan
juga menjelaskan salah satu tugas rasul itu adalah
'alal Jaddah, hlm. 62)
membacakan kepada umatnya al-Kitab dan
al-Hikmah; yang dimaksud ialah al-Qur'an dan
Dari beberapa nukilan dan petikan faidah
as-Sunnah (lihat Tafsir Ibnu Katsir, 2/158)
keterangan di atas, dapatlah kita tarik
kesimpulan-kesimpulan yang sangat berharga
Syaikh as-Sa'di rahimahullah menjelaskan, bahwa
bagi kita. Diantaranya adalah; bahwa Rasulullah
maksud dari 'menyucikan mereka' adalah
shallallahu 'alaihi wa sallam diutus kepada umat
membersihkan diri mereka dari syirik, maksiat,
manusia untuk menegakkan amar ma'ruf dan nahi
perbuatan dan perilaku yang rendah dan tercela
mungkar. Dengan inilah akan tersucikan jiwa dan
serta segala macam akhlak yang buruk (lihat Taisir
perilaku manusia dari segala perbuatan dan
al-Karim ar-Rahman, hlm. 155)
sifat-sifat tercela.
Perkara yang ma'ruf itu adalah segala sesuatu
Semua bentuk sifat dan perbuatan tercela dilarang
yang telah dikenali dan ditetapkan oleh syari'at
oleh agama dan disebut sebagai hal yang
berupa ibadah-ibadah dalam bentuk ucapan
mungkar. Dan diantara kemungkaran itu yang
maupun perbuatan yang tampak maupun yang
paling berat dan paling berbahaya adalah syirik
tersembunyi. Adapun perkara yang mungkar itu
kepada Allah jalla wa 'ala. Dengan demikian,
adalah segala hal yang ditolak oleh syari'at berupa
berbagai bentuk maksiat, kekafiran, kefasikan,

86
mendakwahkan tauhid merupakan bagian dari berbuat kesalahan adalah yang terus-menerus
amar ma'ruf yang paling wajib dan paling utama. bertaubat. Jangan putus asa... Mengakui sebuah
kesalahan jauh lebih berharga daripada bertahan
Termasuk dalam nahi mungkar juga adalah di atas seribu penyimpangan.
dengan melarang berbagai bentuk perbuatan dan
keyakinan yang tidak ada tuntunannya alias bid'ah. ***
Oleh sebab itulah dakwah Islam -dakwah menuju
kejayaan Islam- tidak mungkin terwujud kecuali
dengan mendidik manusia dengan tauhid serta ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
membersihkan mereka dari segala kotoran syirik
dan bid'ah.
Kembalikan Perselisihan Kepada
Dakwah inilah yang dahulu telah mempersatukan
al-Kitab dan as-Sunnah
para sahabat -generasi terbaik umat ini- di bawah
asuhan tangan Nabi akhir zaman sang teladan
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Hai
terbaik shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana
orang-orang yang beriman taatilah Allah dan
dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah, “Tidak
taatilah rasul serta ulil amri diantara kalian.
akan memperbaiki keadaan generasi akhir umat
Kemudian apabila kalian berselisih dalam suatu
ini kecuali dengan apa-apa yang telah
perkara hendaklah kalian kembalikan kepada Allah
memperbaiki keadaan generasi awalnya.”
dan Rasul, jika kalian benar-benar beriman kepada
Allah dan hari akhir, hal itu lebih baik bagi kalian
Dan suatu hal yang telah dimaklumi bersama,
dan lebih bagus hasilnya.” (an-Nisaa': 59)
bahwasanya untuk menegakkan dakwah
dibutuhkan bekal ilmu. Ilmu tentang syari'at, ilmu
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa
tentang metode berdakwah yang benar, dan ilmu
penafsiran yang tepat tentang makna ulil amri
tentang keadaan orang-orang yang didakwahi.
adalah mencakup ulama dan juga umara', inilah
Para ulama kita telah menegaskan, bahwa
penafsiran yang memadukan riwayat-riwayat dari
barangsiapa melakukan suatu amalan tanpa ilmu
para sahabat (lihat adh-Dhau' al-Munir 'ala
maka tentu kerusakan yang ditimbulkannya jauh
at-Tafsir [2/235])
lebih besar daripada kebaikan yang dia hasilkan.

Ketaatan kepada ulil amri berlaku selama tidak


Demikian pula dakwah. Barangsiapa berdakwah
memerintahkan kemaksiatan. Apabila mereka
atau menegakkan amar ma'ruf dan nahi mungkar
memerintahkan kemaksiatan maka tidak ada
tanpa ilmu niscaya keburukan yang ditimbulkan
ketaatan kepada makhluk dalam rangka
olehnya akan lebih besar atau lebih banyak
bermaksiat kepada al-Khaliq (lihat Taisir al-Karim
daripada kebaikan yang didapatkan.
ar-Rahman, hlm. 183-184)
Salah satu musibah yang kita jumpai di akhir
Sahl bin Abdullah rahimahullah berkata, “Umat
zaman ini adalah munculnya orang-orang yang
manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan
lebih mengedepankan semangat daripada ilmu.
selama mereka mengagungkan penguasa dan
Lebih mendahulukan berbicara, berkomentar dan
para ulama. Apabila mereka mengagungkan
menulis tanpa memikirkan dan menimbang apa
keduanya niscaya Allah akan memperbaiki urusan
yang ingin dia lontarkan. Padahal kita semua tahu,
dunia dan akhirat mereka. Namun apabila mereka
bahwa 'tidaklah terucap suatu perkataan
meremehkan keduanya maka Allah akan
melainkan ada di sisinya malaikat yang dekat dan
menghancurkan urusan dunia dan akhirat mereka.”
senantiasa mencatat'.
(lihat al-Jami' li Ahkam al-Qur'an [6/432])
Saudaraku, memang setiap anak Adam banyak
Ibnu Katsir rahimahullah di dalam tafsirnya (2/345)
berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang
berkata, “Ini adalah perintah dari Allah 'azza wa

87
jalla, bahwasanya segala perkara yang serta tidak merujuk kepada keduanya dalam
diperselisihkan oleh umat manusia; dalam hal menyelesaikan masalah itu, pada hakikatnya dia
pokok-pokok ataupun cabang-cabang agama, bukanlah orang yang benar-benar beriman
hendaklah persengketaan itu dikembalikan kepada Allah dan hari akhir.” (lihat Tafsir al-Qur'an
kepada al-Kitab dan as-Sunnah... Sehingga al-'Azhim [2/346])
apapun yang telah ditetapkan oleh Kitabullah dan
Sunnah Rasul-Nya serta dipersaksikan/dibuktikan Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di
oleh keduanya akan kebenarannya maka itulah rahimahullah berkata, “Hal itu menunjukkan
kebenaran/al-Haq. Dan tidak ada setelah bahwa barangsiapa yang tidak mengembalikan
kebenaran melainkan itu adalah kesesatan...” hal-hal yang diperselisihkan kepada keduanya
-al-Qur'an dan as-Sunnah- maka dia bukanlah
al-Baghawi rahimahullah memberikan tambahan seorang mukmin yang sebenarnya; bahkan dia
keterangan seputar makna perintah untuk kembali adalah orang yang beriman kepada thoghut...”
kepada al-Kitab dan as-Sunnah. Beliau berkata di (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hlm. 184)
dalam tafsirnya (hlm. 313), “Kembali kepada
al-Kitab dan as-Sunnah wajib jika ditemukan ***
[dalilnya] di dalam keduanya. Apabila tidak
ditemukan, jalannya adalah ijtihad.”
….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
Ibnul Jauzi rahimahullah memberikan tambahan
penjelasan mengenai makna kembali kepada
Umat Yang Satu
Rasul. Beliau berkata di dalam tafsirnya (hlm. 294),
“[bahwa menaati rasul] setelah wafatnya adalah
dengan mengikuti Sunnah beliau.”
Dalam sebuah kitabnya, Syaikh Shalih al-Fauzan
hafizhahullah menyebutkan sebuah ayat Allah
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa
(yang artinya), “Sesungguhnya umat kalian ini
yang merenungkan keadaan alam semesta dan
adalah umat yang satu, dan Aku adalah Rabb
berbagai keburukan yang terjadi padanya, niscaya
kalian maka sembahlah Aku semata.” (al-Anbiya' :
dia akan menyimpulkan bahwa segala keburukan
92). Ayat ini menunjukkan bahwa dahulu di masa
di alam semesta ini sebabnya adalah menyelisihi
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam umat
rasul dan keluar dari ketaatan kepadanya.
muslim adalah umat yang satu (lihat Min Ushuli
Demikian pula segala kebaikan yang ada di dunia
'Aqidati Ahlis Sunnah wal Jama'ah, hlm. 7)
ini sebabnya adalah ketaatan kepada rasul.” (lihat
adh-Dhau' al-Munir 'ala at-Tafsir [2/236-237])
Syaikh as-Sa'di rahimahullah menjelaskan di
dalam tafsirnya, bahwa yang dimaksud 'umat
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Telah
kalian yang satu' ini adalah mencakup para rasul
sepakat para ulama terdahulu [salaf] dan
terdahulu. Mereka semuanya berada di atas
belakangan [kholaf] bahwasanya maksud dari
agama yang satu, jalan yang satu, dan Rabb yang
kembali kepada Allah adalah dengan
satu pula. Hakikat agama yang satu itu adalah
mengembalikan kepada Kitab-Nya, sedangkan
beribadah kepada Allah semata dan tidak
kembali kepada Rasul adalah dengan
mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.
mengembalikan kepada beliau semasa hidupnya
Oleh sebab itu sudah semestinya umat ini bersatu
dan kepada Sunnahnya setelah beliau wafat.”
di atas tauhid dan tidak berpecah-belah (lihat
(lihat adh-Dhau' al-Munir 'ala at-Tafsir [2/236])
keterangan beliau dalam Taisir al-Karim
ar-Rahman, hlm. 530)
Ibnu Katsir rahimahullah mengomentari ayat di
atas, “Hal ini menunjukkan bahwa barangsiapa
Ayat serupa juga tercantum dalam al-Qur'an. Allah
yang tidak mau berhukum dalam hal-hal yang
berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya umat
diperselisihkan kepada al-Kitab dan as-Sunnah
kalian ini adalah umat yang satu, dan Aku adalah

88
Rabb kalian maka bertakwalah kalian kepada-Ku.”
(al-Mu'minun : 52). Walaupun para rasul memiliki Islam inilah satu-satunya jalan yang akan
syari'at/aturan hukum yang berbeda-beda akan mengantarkan manusia menuju Allah. Islam ini
tetapi hakikat ajarannya adalah sama yaitu telah diterangkan dengan gamblang di dalam
beribadah kepada Allah semata dan tidak al-Qur'an dan as-Sunnah. Allah berfirman (yang
mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun artinya), “Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang
(lihat keterangan Ibnu Katsir rahimahullah dalam lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah kalian
Tafsir al-Qur'an al-'Azhim, 5/371) mengikuti jalan-jalan yang lain karena hal itu akan
mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Itulah
Di dalam al-Qur'an, istilah 'umat' memiliki yang Allah wasiatkan kepada kalian,
beberapa makna. Pada ayat di atas kata 'umat' mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-An'am :
bermakna 'agama dan ajaran'. Pada ayat lain umat 153) (lihat Min Kunuz al-Qur'an al-Karim karya
bisa bermakna 'pemimpin yang memiliki berbagai Syaikh Abdul Muhsin al-'Abbad hafizhahullah
sifat kebaikan' seperti dalam firman Allah (yang dalam Kutub wa Rasa'il, 1/224)
artinya), “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang
umat.” (an-Nahl : 120). Umat juga bisa bermakna ***
'sekelompok manusia', dalam konteks lain ia juga
bisa bermakna 'waktu yang cukup lama' (lihat
penjelasan Syaikh Abdurrahman bin Nashir ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
as-Sa'di rahimahullah dalam Taisir al-Lathif
al-Mannan, hlm. 307-308)
Jangan Salah Persepsi
asy-Syaukani rahimahullah menjelaskan, bahwa
ayat di atas -dalam surat al-Anbiya'- menerangkan
Bismillah.
bahwa para nabi yang telah dikisahkan oleh Allah
pada ayat-ayat sebelumnya bersatu di atas tauhid.
Allah tersucikan dari perbuatan yang sia-sia. Tidak
Istilah 'umat' pada ayat ini bermakna 'agama',
mungkin Allah melakukan sesuatu tanpa ada
sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Qutaibah.
hikmah dan tujuan. Begitu pula diciptakannya
Ayat ini bermaksud menerangkan bahwa agama
manusia, bukan perkara yang sia-sia atau
yang dibawa oleh Rasul shallallahu 'alaihi wa
main-main belaka. Allah berfirman (yang artinya),
sallam dan para nabi terdahulu 'alaihimus salam
“Apakah manusia mengira bahwa dia akan
adalah sama. Tidaklah melenceng dari ajaran ini
ditinggalkan begitu saja.” (al-Qiyamah : 36)
selain kaum kafir dan musyrik (lihat Fat-hul Qadir,
hlm. 946)
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, bahwa
maksudnya manusia tidak dibiarkan dalam
Di dalam tafsirnya Ibnul Jauzi rahimahullah
keadaan terlantar dan tidak diperhatikan tanpa
menyebutkan dua pendapat ulama mengenai
ada perintah dan larangan untuk mereka, tidak
siapa yang dimaksud 'umat yang satu' dalam ayat
ada pahala dan tidak ada hukuman. Pertanyaan ini
tersebut. Muqatil menjelaskan bahwa yang
menunjukkan bahwa kesempurnaan hikmah dan
dimaksud adalah umat Muhammad shallallahu
perbuatan Allah merupakan perkara yang telah
'alaihi wa sallam. Abu Sulaiman ad-Dimasyqi
tertanam di dalam fitrah dan akal manusia (lihat
menerangkan bahwa maksudnya adalah para nabi
dalam Miftah Dar as-Sa'adah, 1/117 tahqiq Syaikh
'alaihimus salam (lihat Zaad al-Masiir, hlm. 941)
Ali al-Halabi)

Mengenai makna 'umat yang satu' dalam ayat


Allah juga berfirman (yang artinya), “Apakah
ke-52 dari surat al-Mu'minun, al-Baghawi
kalian mengira bahwasanya Kami menciptakan
rahimahullah menafsirkan, “Maksudnya adalah di
kalian demi kesia-siaan dan bahwa kalian tidak
atas agama/millah yang satu yaitu Islam.” (lihat
dikembalikan kepada Kami, maka Maha tinggi
Ma'alim at-Tanzil, hlm. 883).
Allah Raja Yang Maha benar, tiada sesembahan

89
-yang benar- selain Dia, Rabb pemilik Arsy yang dia juga bukan orang yang bertauhid (lihat Syarh
mulia.” (al-Mu'minun : 115-116) Tsalatsah al-Ushul, hlm. 76-77)

al-Baghawi rahimahullah menjelaskan dalam Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami
tafsirnya, “Sesungguhnya kalian diciptakan adalah utus sebelum kamu -Muhammad- seorang rasul
dalam rangka beribadah dan menegakkan pun melainkan Kami wahyukan kepadanya; bahwa
perintah-perintah Allah ta'ala.” (lihat dalam tafsir tidak ada ilah/sesembahan yang benar selain Aku,
beliau Ma'alim at-Tanzil, hlm. 889) maka sembahlah Aku saja.” (al-Anbiyaa' : 25)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku Allah berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya
ciptakan jin dan manusia melainkan supaya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka
mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56) janganlah kalian menyeru/beribadah bersama
dengan Allah siapa pun juga.” (al-Jin : 19)
Allah menciptakan kita untuk beribadah
kepada-Nya; yaitu tunduk kepada perintah dan Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa
larangan-Nya. Allah menciptakan kita untuk menyeru bersama Allah sesembahan yang lain
memurnikan segala bentuk ibadah kepada-Nya sesuatu yang jelas tidak ada bukti kuat untuk itu,
dan meninggalkan segala bentuk sesembahan sesungguhnya perhitungannya ada di sisi Rabbnya.
selain Allah. Sesungguhnya tidak akan beruntung orang-orang
yang kafir itu.” (al-Mu'minun : 117)
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah
mereka diperintahkan melainkan supaya Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu telah
beribadah kepada Allah dengan memurnikan memerintahkan; bahwa janganlah kalian
agama/amal untuk-Nya dengan hanif, dan menyembah kecuali hanya kepada-Nya.” (al-Israa' :
mendirikan sholat serta menunaikan zakat. Dan 23)
itulah agama yang lurus.” (al-Bayyinah : 5)
Allah berfirman (yang artinya), “Sembahlah Allah
Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma berkata, dan janganlah kalian mempersekutukan
“Tidaklah mereka diperintahkan di dalam Taurat dengan-Nya sesuatu apapun.” (an-Nisaa' : 36)
dan Injil kecuali supaya memurnikan ibadah
kepada Allah dengan penuh ketauhidan.” Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia,
(disebutkan oleh al-Baghawi rahimahullah dalam sembahlah Rabb kalian; Yang menciptakan kalian
Ma'alim at-Tanzil, hlm. 1426) dan orang-orang sebelum kalian,
mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah :
Ibnul Jauzi rahimahullah menafsirkan 21)
'memurnikan agama untuk-Nya' dengan makna,
“Yaitu dalam keadaan bertauhid, sehingga mereka Ibadah itu sendiri merupakan perpaduan antara
tidak beribadah kepada selain-Nya.” (lihat Zaadul kecintaan dan ketundukan. Apabila ia ditujukan
Masiir fi 'Ilmi at-Tafsiir oleh Ibnul Jauzi, hlm. 1576) kepada Allah semata maka jadilah ia ibadah yang
tegak di atas tauhid, sedangkan apabila ia
Syaikh Utsaimin rahimahullah menjelaskan, bahwa ditujukan kepada selain-Nya maka ia menjadi
dari ayat ini kita bisa memetik pelajaran ibadah yang tegak di atas syirik. Ibadah kepada
bahwasanya hakikat tauhid itu adalah keikhlasan Allah yang sesuai dengan syari'at disebut ibadah
kepada Allah tanpa ada sedikit pun kecondongan yang syar'iyah, sedangkan ibadah yang
kepada syirik. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyelisihi tuntunan syari'at disebut sebagai
tidak ikhlas kepada Allah bukanlah orang yang ibadah yang bid'ah (lihat Syarh Risalah Miftah
bertauhid. Begitu pula barangsiapa menjadikan Daris Salam oleh Syaikh Shalih bin Abdillah
ibadahnya dia tujukan kepada selain Allah maka al-'Ushaimi hafizhahullah, hlm. 9)

90
Tauhid kepada Allah ditegakkan di atas ikhlas dan ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
shidq. Ikhlas adalah mengesakan Dzat yang
dikehendaki dan disembah; yaitu dengan tidak
mengangkat sekutu atau sesembahan lain Menyakiti Allah dan Rasul-Nya
bersama-Nya, sehingga dia hanya beribadah
kepada Allah semata. Adapun shidq artinya
mengesakan keinginan dan kehendak yaitu Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
dengan menyatukan tekad dan keinginan untuk orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya
menunaikan ibadah secara sempurna dan tidak maka Allah melaknat mereka di dunia dan di
menyibukkan hatinya dengan hal-hal selainnya. akhirat dan Allah siapkan untuk mereka azab yang
Sehingga bisa disimpulkan bahwa ikhlas menghinakan.” (al-Ahzab : 57)
bermakna mengesakan Dzat yang dikehendaki,
sedangkan shidq menunggalkan keinginan (lihat Syaikh Shalih al-Fauzan menjelaskan, bahwa yang
keterangan Syaikh Abdurrazzaq hafizhahullah dimaksud dengan 'menyakiti Allah' mencakup
dalam ash-Shidqu ma'a Allah, hlm. 13) berbagai macam bentuk pelanggaran, yaitu :
merendahkan-Nya, mempersekutukan-Nya,
Barangsiapa yang tidak ikhlas dalam mewujudkan menisbatkan anak kepada-Nya -sebagaimana
makna kalimat laa ilaha illallah maka dia adalah yang dilakukan Nasrani dan kaum musyrikin arab-
orang musyrik -karena ia beribadah kepada termasuk dalam tindakan menyakiti Allah adalah
selain-Nya-. Dan barangsiapa yang tidak mencaci-maki waktu/masa, melakukan hal-hal
shidq/jujur dalam mengucapkan kalimat laa ilaha yang diharamkan, dan segala bentuk perbuatan
illallah maka dia munafik. Allah berfirman (yang maksiat. Termasuk di dalamnya adalah melukis
artinya), “Apabila datang kepadamu orang-orang makhluk bernyawa, hal ini juga termasuk
munafik, mereka berkata 'Kami bersaksi perbuatan menyakiti Allah.
bahwasanya kamu adalah benar-benar utusan
Allah'. Allah benar-benar mengetahui bahwa kamu Adapun yang dimaksud dengan 'menyakiti rasul'
sungguh rasul-Nya, dan Allah bersaksi bahwa antara lain mencakup; merendahkan beliau,
sesungguhnya orang-orang munafik itu menuduh beliau tidak menunaikan risalah, atau
benar-benar pendusta.” (al-Munafiqun : 1) (lihat beliau tidak sempurna dalam menyampaikan.
ash-Shidqu ma'a Allah, hlm. 16) Termasuk dalam perbuatan menyakiti rasul adalah
menjelek-jelekkan istri-istri beliau, merendahkan
Ikhlas dalam beramal merupakan pilar dan sebagian istri atau putri beliau, ini semua adalah
pondasi setiap amal salih. Inilah landasan tindakan yang menyakiti rasul.
tegaknya kesahihan amal dan sebab diterimanya
amal di sisi Allah, sebagaimana halnya mutaba'ah Begitu pula termasuk perbuatan yang menyakiti
(mengikuti tuntunan) merupakan pilar kedua nabi adalah dengan merendahkan para
untuk terwujudnya amal salih yang diterima di sisi sahabatnya, mencela mereka, sebagaimana yang
Allah. Kedua pilar ini ditunjukkan oleh firman Allah dilakukan oleh kaum Syi'ah/Rafidhah.
(yang artinya), “Barangsiapa mengharapkan
perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia Hukuman bagi mereka adalah Allah melaknat
melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan mereka yaitu menjauhkan mereka dari rahmat
dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu Allah di dunia maupun di akhirat. Selain itu, Allah
apapun.” (al-Kahfi : 110) (lihat keterangan Syaikh juga menyiapkan untuk mereka azab yang keras di
Ibrahim ar-Ruhaili hafizhahullah dalam Tajrid akhirat. Semoga Allah menjaga dan melindungi
al-Ittiba', hlm. 49) kita dari segala perbuatan yang menjerumuskan
kita dalam laknat Allah dan azab dari-Nya.
Demikian sedikit catatan, semoga bermanfaat bagi
kita semuanya. Sumber : Ta'ammulat Fii Awakhiri Suratil Ahzab
karya Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan
hafizhahullah, hlm. 16 – 20.

91
….…………………………..…………..# Faidah Tafsir paling dicari dan dikehendaki. Ia juga
menunjukkan bahwa Allah semata yang paling
berhak dimintai pertolongan guna meraih apa
Tumpuan Rasa Cinta dan Harapan
yang dikehendaki hamba-Nya. Bagian yang
pertama -Iyyaka na'budu- mengandung pokok
tauhid uluhiyah, sedangkan bagian kedua -Iyyaka
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan bahwa
nasta'in- mengandung pokok tauhid rububiyah
ada empat hal yang dibutuhkan oleh setiap insan:
(lihat Ighatsat al-Lahfan, hlm. 41).
[1] Sesuatu yang dicintai dan dituntut
keberadaannya, [2] Sesuatu yang dibenci dan
***
dituntut ketiadaannya, [3] Sarana untuk
mendapatkan apa yang disenangi dan diinginkan
tersebut, [4] Sarana untuk menolak perkara yang ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
dibenci. Keempat hal ini sangat mendesak
diperlukan oleh setiap hamba, bahkan binatang Makna al-'Ashr
sekalipun, sebab keberadaan mereka tidak akan
sempurna dan baik tanpa itu semua (lihat Ighatsat
al-Lahfan, hlm. 40). Di dalam tafsirnya, Ibnu Jauzi rahimahullah (wafat
597 H) menjelaskan, ada tiga tafsiran makna
Apabila hal itu telah jelas, patut disadari oleh kita al-'ashr. Pertama; bermakna waktu. Ini tafsiran dari
bahwasanya Allah ta'ala adalah dzat yang paling Ibnu 'Abbas, Zaid bin Aslam, al-Farra', dan Ibnu
layak dicintai dan diharapkan. Sehingga seorang Qutaibah. Kedua; bermakna waktu sore yaitu sejak
hamba akan senantiasa mencari keridhaan-Nya tergelincirnya matahari ke arah barat -setelah
dan berusaha sekuat tenaga untuk mendekatkan zuhur- hingga menjelang tenggelamnya matahari.
diri kepada-Nya. Sementara, Allah juga yang Tafsiran kedua ini disampaikan oleh al-Hasan dan
mampu menolongnya untuk terwujudnya itu Qatadah. Ketiga; bermakna sholat 'ashar, ini
semua. Adapun, penghambaan dan adalah tafsiran Muqatil (lihat Zaadul Masiir fi 'Ilmit
ketergantungan hati kepada selain-Nya adalah Tafsir, hlm. 1586)
sesuatu yang dibenci dan membahayakan hamba.
Sementara, hanya Allah yang mampu Syaikh Ibrahim ar-Ruhaili hafizhahullah berkata :
menolongnya untuk menolak bahaya itu darinya. Kata al-'ashr ada yang berpendapat bahwa
Ini artinya, pada diri Allah ta'ala terkumpul maknanya adalah 'hari-hari' yang terjadi padanya
keempat perkara yang diperlukan manusia (lihat kebaikan dan keburukan dari amal perbuatan
Ighatsat al-Lahfan, hlm. 40). hamba, oleh sebab itu sangat tepat di sini Allah
bersumpah dengan waktu (al-'ashr) yang itu
Dari sinilah, kita bisa mengerti bahwa merupakan waktu untuk beramal terhadap
sesungguhnya tiada kebahagiaan bagi hati, perkara-perkara yang akan disebutkan berikutnya.
kelezatan yang hakiki, kenikmatan dan kebaikan Ada juga yang menafsirkan bahwa kata al-'ashr
yang sejati untuknya tanpa menjadikan Allah artinya adalah waktu sore yaitu pada akhir siang.
sebagai satu-satunya sesembahan, satu-satunya
pencipta, dan menjadikan-Nya sebagai puncak Pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir
harapan dan kecintaan, yang lebih dicintai oleh rahimahullah adalah tafsiran yang pertama.
seorang hamba daripada segala sesuatu (lihat Adapun ath-Thabari menyebutkan bahwa kata
Ighatsat al-Lahfan, hlm. 40) al-'ashr mencakup ad-dahr (masa) dan juga
mencakup waktu sore, mencakup malam dan
Oleh sebab itu, kebaikan dan kebahagiaan siang. Beliau mengatakan 'apabila nama ini
seorang hamba sangat bergantung pada mencakup perkara-perkara ini semuanya maka
perjuangannya dalam mewujudkan kandungan tidak ada dalil yang membatasi maknanya pada
'Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in'. Ayat ini salah satunya tanpa melibatkan makna yang lain.
menggambarkan bahwa Allah adalah dzat yang Berdasarkan hal ini maka objek sumpah dalam

92
ayat ini mencakup semua hal yang termasuk Di dalam al-Qur'an terkadang kata 'rabb'
dalam makna al-'ashr (lihat Transkrip Syarah Ushul digunakan dengan makna 'sesembahan'. Seperti
Tsalatsah, hlm. 18) misalnya dalam ayat (yang artinya), “Dan dia
-rasul- tidaklah memerintahkan kalian untuk
Syaikh Sulaiman ar-Ruhaili hafizhahullah berkata : menjadikan malaikat dan nabi-nabi sebagai 'rabb'
Kata al-'ashr maknanya adalah zaman/masa dan (sesembahan)...” (Ali 'Imran : 80). Demikian pula
waktu yang menjadi tempat terjadinya dalam ayat (yang artinya), “Mereka -ahli kitab-
amalan-amalan. Waktu dan masa itulah yang telah menjadikan pendeta dan rahib-rahib mereka
menjadi medan untuk melakukan amal-amal. sebagai 'rabb' (sesembahan) selain Allah...”
Sehingga dengannya orang akan meraih (at-Taubah : 31) (lihat keterangan Syaikh Abdullah
keberuntungan atau justru mendapatkan kerugian. bin Sa'ad Aba Husain dalam Syarh Tsalatsah
Jika seorang insan menghitamkan masa dan waktu al-Ushul, hlm. 66)
yang dijalaninya dengan berbagai bentuk maksiat
maka dia akan berada dalam kerugian. Dan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
apabila dia menyinari zamannya itu dengan rahimahullah berkata, “Di dalam firman-Nya (yang
ketaatan-ketaatan niscaya dia termasuk orang artinya), 'Rabb seru sekalian alam' (al-Fatihah)
yang meraih keberuntungan. (lihat Transkrip Syarh terkandung penetapan rububiyah Allah 'azza wa
Ushul Tsalatsah oleh beliau, hlm. 68) jalla. Rabb itu adalah Dzat yang menciptakan,
menguasai dan mengatur. Maka tidak ada
*** pencipta selain Allah, tidak ada penguasa kecuali
Allah, dan tidak ada pengatur selain Allah 'azza wa
jalla.” (lihat Ahkam minal Qur'anil Karim, hlm. 12)
….…………………………..…………..# Faidah Tafsir

Kata 'rabb' selain mengandung makna


Makna Kata 'Rabb' penguasa/pemilik juga mengandung makna
tarbiyah dan ishlah (memelihara dan
memperbaiki). Adapun kata 'alam' mencakup jin
Syaikh Ubaid al-Jabiri hafizhahullah memberikan dan manusia, sebagaimana tafsiran Ibnu 'Abbas.
keterangan, bahwa kata Rabb -secara bahasa- Alam juga mengandung makna seluruh ciptaan
bermakna penguasa (maalik), tuan (sayyid), dan Allah, sebagaimana tafsiran Qatadah, Mujahid,
sesembahan (ma'bud). Ketiga makna ini tidak dan al-Hasan (lihat Ma'alim at-Tanzil, hlm. 9)
terkumpul kecuali pada diri Allah.
Makhluk/manusia bisa saja disebut 'rabb' dengan ***
makna penguasa/pemilik dan tuan tetapi tidak
boleh makhluk menjadi sesembahan. Oleh sebab
itu ketiga makna ini tidaklah menyatu kecuali pada ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
diri Allah. Allah lah penguasa, pemimpin sekaligus
sesembahan (lihat It-haful 'Uqul bi Syarhi
ats-Tsalatsah al-Ushul, hlm. 49) Tauhid dan Berbakti kepada
Orang Tua
Oleh sebab itu tidak boleh digunakan kata
ar-Rabb (dengan alif lam) kecuali untuk menyebut
Allah. Adapun tanpa alif lam 'rabb' bisa digunakan Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu telah
untuk menyebut selain Allah (lihat Syarh Tsalatsah menetapkan bahwa janganlah kalian beribadah
al-Ushul oleh Syaikh Abdullah bin Ibrahim kecuali hanya kepada-Nya, dan kepada kedua
al-Qar'awi, hlm. 34, Ma'alim at-Tanzil oleh orang tua hendaklah kalian berbuat
al-Baghawi, hlm. 9, dan Syarh al-Ushul ihsan/kebaikan.” (al-Israa' : 23)
ats-Tsalatsah oleh Syaikh Yahya, hlm. 33-34)
Ayat yang mulia ini menunjukkan wajibnya
mengesakan Allah dalam beribadah. Selain itu,

93
ayat ini juga menunjukkan wajibnya setiap anak lebih berat di atas timbangan melebihi akhlak yang
untuk berbakti kepada kedua orang tuanya (lihat mulia.” dsb. Mereka menyangka bahwa dalil-dalil
al-Jadid fi Syarhi Kitabit Tauhid, hlm. 23-24) ini 'mengalahkan' dalil-dalil lain yang lebih
mengutamakan tauhid secara mutlak atas segala
Ayat itu juga menunjukkan bahwasanya tauhid amalan. Dengan dalih semacam itulah mereka
adalah kewajiban paling pertama yang meremehkan tauhid. Padahal, sesungguhnya
diperintahkan oleh Allah dan hak paling utama tauhid itulah bagian terpenting di dalam akhlak
yang harus ditunaikan oleh setiap hamba. Di sisi yang mulia -dalam pengertian luas- (lihat
lain, ayat itu juga menunjukkan betapa agungnya al-Mau'izhah al-Hasanah, hlm. 72-73)
kedudukan hak kedua orang tua serta haramnya
berbuat durhaka kepada mereka berdua (lihat ***
al-Mulakhkhash fi Syarhi Kitabit Tauhid, hlm. 14)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir


rahimahullah berkata, “Maka tauhid itu adalah hak
Allah yang wajib ditunaikan oleh setiap hamba. Ia
merupakan perintah agama yang paling agung, Ibadah dan Kehidupan
pokok dari seluruh pokok agama, dan pondasi
amal-amal.” (lihat al-Qaul as-Sadid, hlm. 43)
Allah berfirman (yang artinya), “Yang telah
Sebagaimana kita pahami bersama, bahwa menciptakan kematian dan kehidupan untuk
berbakti kepada kedua orang tua termasuk akhlak menguji kalian; siapakah diantara kalian yang
yang sangat mulia. Dan ternyata di sana ada terbaik amalnya.” (al-Mulk : 2)
perintah lain yang lebih didahulukan yaitu
perintah untuk mentauhidkan Allah. Hal ini al-Fudhail bin 'Iyadh menafsirkan, bahwa yang
mengisyaratkan bahwasanya mentauhidkan Allah dimaksud dengan 'yang terbaik amalnya' adalah
adalah termasuk akhlak yang paling mulia. Karena yang paling ikhlas dan paling benar. Ikhlas jika
sesungguhnya akhlak mulia itu memiliki cakupan dilakukan karena Allah, sedangkan benar apabila
yang luas, baik yang berkaitan dengan sesama berada di atas Sunnah/tuntunan nabi (lihat Tafsir
maupun yang berkaitan dengan hak-hak Allah. al-Baghawi, hlm. 1331)

Oleh sebab itu Syaikh Abdul Malik Ramadhani Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami
hafizhahullah membuat bab di dalam kitabnya menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
dengan judul 'Akhlak yang mulia tidak hanya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)
ditujukan kepada makhluk semata'. Dari sana kita
bisa mengetahui bahwa siapa saja yang berbuat Inilah tujuan penciptaan jin dan manusia, yaitu
baik kepada sesama makhluk dan berakhlak mulia agar tunduk beribadah kepada Allah yang di
kepadanya tetapi dia tidak mentauhidkan Allah dalamnya terkandung unsur ma'rifah/pengenalan
atau tidak sholat maka sesungguhnya dia adalah dan mahabbah/kecintaan kepada-Nya,
orang yang berakhlak buruk (lihat al-Mau'izhah inabah/kembali taubat dan taat kepada-Nya,
al-Hasanah, hlm. 64-69) menghadapkan hati kepada-Nya, dan berpaling
dari segala sesembahan selain-Nya (lihat Tafsir
Dari sinilah kita mengetahui kekeliruan sebagian as-Sa'di, hlm. 813)
orang yang mengira bahwa 'akhlak' -dalam
pengertian hubungan dengan sesama, pent- lebih Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia,
penting daripada tauhid. Mereka salah dalam sembahlah Rabb kalian; Yang telah menciptakan
memahami hadits-hadits yang berisi keutamaan kalian dan orang-orang sebelum kalian,
akhlak, seperti “Kebajikan itu adalah dengan mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah :
berakhlak mulia.” “Tidak ada suatu perkara yang 21)

94
Perintah beribadah kepada Allah yang disebutkan ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
di dalam ayat ini mencakup dua hal; yaitu perintah
untuk bertauhid dan perintah untuk taat kepada
Allah Rabb seluruh Alam
Allah. Demikian dua tafsiran yang diriwayatkan
dari Ibnu 'Abbas (lihat Tafsir Ibnul Jauzi, hlm. 48)
Di dalam surat al-Fatihah kita selalu membaca
Ibadah itu sendiri merupakan suatu bentuk
ayat yang berbunyi alhamdulillahi Rabbil 'alamin
perendahan diri kepada Allah dengan melakukan
yang artinya 'Segala puji bagi Allah Rabb seru
hal-hal yang diperintahkan Allah dan menjauhi
sekalian alam'. Mungkin kita sudah hafal di luar
larangan-larangan-Nya. Istilah ibadah juga sering
kepala dan paham artinya. Tetapi betapa aneh
dipakai untuk menyebut berbagai bentuk ibadat
ketika kita ternyata banyak melakukan hal-hal
seperti sholat, zakat, puasa, dan haji (lihat Ahkam
yang bertentangan dengan apa yang telah kita
minal Qur'an al-Karim oleh Syaikh Ibnu 'Utsaimin,
baca setiap harinya. Sebab apabila kita teliti lebih
hlm. 105)
dalam ternyata ucapan alhamdulillahi Rabbil
'alamin menyimpan begitu banyak pelajaran
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami
berharga.
mengutus sebelum kamu -Muhammad- seorang
rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya;
Pertama, di dalam alhamdulillah terkandung
bahwa tidak ada ilah/sesembahan -yang benar-
sebuah pilar ibadah yang sangat agung yaitu
selain Aku, maka sembahlah Aku [saja].”
kecintaan. Sebagaimana kita ketahui bersama,
(al-Anbiyaa' : 25)
bahwa ibadah kepada Allah bukanlah
semata-mata gerakan lisan atau anggota badan
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap nabi yang
tanpa makna. Bahkan ibadah itu haruslah
diutus oleh Allah memerintahkan beribadah
berangkat dari dalam hati, dan kecintaan
kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan
merupakan salah satu pilar ibadah hati yang
dengan-Nya sesuatu pun. Sebagaimana
paling utama. Di dalam al-Qur'an, Allah telah
firman-Nya (yang artinya), “Sungguh Kami telah
menyebutkan sifat-sifat orang beriman, dan
mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang
diantaranya adalah mereka lebih dalam cintanya
menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah
kepada Allah daripada kecintaan kaum musyrikin
thaghut.” (an-Nahl : 36) (lihat Tafsir Ibnu Katsir,
kepada sesembahan-sesembahan mereka.
5/338)
Dari mana ucapan 'alhamdulillah' bisa
Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa
menunjukkan kecintaan. Para ulama kita
yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya,
menjelaskan bahwa ucapan alhamdu bermakna
hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak
pujian yang disertai dengan rasa cinta dan
mempersekutukan dalam beribadah kepada
pengagungan. Tidaklah suatu pujian disebut
Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)
sebagai alhamdu kecuali jika dilandasi rasa cinta.
Inilah keunikan dan keindahan bahasa al-Qur'an
Amal salih adalah amal yang sesuai dengan
yaitu bahasa arab. Hal ini mengisyaratkan kepada
syari'at Allah, selain itu amal itu juga harus ikhlas
kita untuk benar-benar memahami setiap ayat
dalam artian dikerjakan demi mencari wajah Allah
yang wajib kita baca setiap harinya. Jangan sampai
semata. Inilah dua rukun diterimanya amal; yaitu
kita seperti kaum munafik yang mengucapkan
ikhlas karena Allah dan benar yaitu berada di atas
dengan lisannya apa-apa yang tidak ada di dalam
syari'at Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
hatinya.
(lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/205)
Kedua, di dalam alhamdulillah telah terkandung
***
penetapan kesempurnaan Allah dari segala sisi.
Karena ucapan alhamdulillah bermakna segala
puji atau pujian yang mutlak hanya layak diberikan

95
untuk Allah. Allah terpuji dari segala sisi. Allah kepada takdir dan iradah/kehendak-Nya yang
terpuji karena berbagai kesempurnaan yang ada meliputi seluruh makhluk.
pada-Nya, baik kesempurnaan Dzat, nama-nama,
sifat-sifat, perbuatan, dan juga kesempurnaan Segala yang Allah kehendaki -secara kauni- pasti
nikmat yang Allah curahkan kepada terjadi dan segala yang tidak Allah kehendaki juga
hamba-hamba-Nya. Sebab tidak ada satu pun tidak akan terjadi. Inilah yang disebut dengan
nikmat melainkan itu adalah bersumber dari-Nya. istilah irodah kauniyah. Dan semua yang Allah
Di tangan-Nya lah segala kebaikan. kehendaki terjadi ini pasti mengandung hikmah.
Tidak mungkin Allah menghendaki sesuatu terjadi
Ketiga, di dalam alhamdulillah juga tersimpan tanpa hikmah, Maha suci Allah dari kesia-siaan.
penetapan tauhid uluhiyah; yaitu kewajiban
mengesakan Allah dalam beribadah. Sebab kata Keenam, di dalam 'Rabbil 'alamin' juga terdapat
'Allah' dalam ungkapan alhamdulillah pelajaran bahwa setiap muslim -bahkan setiap
menunjukkan makna bahwa Allah lah al-Ilah insan- harus tunduk kepada hukum dan syari'at
al-Haq yaitu sesembahan yang benar dan Allah. Sebab Allah lah yang telah menciptakan
selain-Nya adalah sesembahan yang batil. alam ini, yang memeliharanya dan menguasainya.

Sebab dalam bahasa arab kata 'Allah' berasal dari Tidak ada yang lebih mengetahui kemaslahatan
kata 'Ilah' yang maknanya adalah 'sesembahan'. hamba kecuali Allah semata. Oleh sebab itu Allah
Sehingga makna dari nama Allah itu sendiri adalah lah sebaik-baik hakim, tidak ada hukum yang lebih
al-Ma'bud/sesembahan. Maka tiada sesembahan baik selain hukum-Nya, dan tidak ada aturan yang
yang benar kecuali Allah; inilah yang kita kenal lebih adil daripada aturan-aturan-Nya.
dengan istilah tauhid uluhiyah. Konsekuensinya
segala bentuk ibadah tidak boleh ditujukan Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah
kecuali kepada Allah semata. Inilah hakikat dari pantas bagi seorang lelaki beriman atau
kalimat tauhid laa ilaha illallah. perempuan beriman apabila Allah dan rasul-Nya
telah menetapkan suatu perkara kemudian masih
Keempat, di dalam 'Rabbil 'alamin' terkandung ada bagi mereka pilihan lain dalam urusan
penetapan tauhid rububiyah, bahwa Allah lah mereka...” (al-Ahzab : 36)
Rabb yaitu yang mencipta, mengatur dan
menguasai alam semesta ini. Pengakuan terhadap ***
hal ini telah menjadi fitrah dan naluri yang
tertanam dalam hati manusia. Bahkan kaum
musyrikin sekali pun telah meyakininya. ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir

Konsekuensi dari pengakuan ini adalah


Kedua Tangan-Nya Terbentang
ketundukan secara penuh kepada Allah akan
hukum dan perintah-Nya, dan perintah yang
paling agung adalah mengesakan Allah dalam
Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang
beribadah. Oleh sebab itu Allah berfirman (yang
Yahudi berkata 'tangan Allah terbelenggu' maka
artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian
semoga tangan-tangan mereka itulah yang
Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang
terbelenggu, dan mereka dilaknat atas apa yang
sebelum kalian...” (al-Baqarah : 21)
mereka ucapkan itu. Bahkan, dua tangan-Nya
senantiasa terbentang. Dia menginfakkan
Kelima, di dalam 'Rabbil 'alamin' terdapat
sebagaimana apa yang dikehendaki-Nya.”
penegasan bahwa seluruh alam adalah makhluk
(al-Ma'idah : 64)
ciptaan Allah yang butuh kepada Allah. Tidak ada
yang bisa melepaskan diri dari kekuasaan dan
Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah menerangkan,
pertolongan-Nya. Oleh sebab itu wajib beriman
bahwa di dalam ayat tersebut Allah menjelaskan

96
bahwa diri-Nya memiliki dua tangan yang dan dia juga telah mengikuti apa-apa yang dia
terbentang. Hal itu menunjukkan bahwa tidak memiliki ilmu tentangnya (lihat Fatawa
pemberian Allah itu maha luas. Berdasarkan ayat Arkanil Islam, hlm. 14-15)
ini maka kita pun wajib mengimani bahwa Allah
memiliki dua tangan yang terbentang untuk Keterangan : Demikianlah manhaj/metode Ahlus
mencurahkan pemberian dan Sunnah wal Jama'ah dalam mengimani
kenikmatan-kenikmatan. nama-nama dan sifat-sifat Allah. Yaitu
memadukan antara penafian dan penetapan.
Akan tetapi kita tidak boleh mereka-reka Menafikan keserupaan sifat Allah dengan sifat
gambaran di dalam hati kita atau melalui lisan kita makhluk, dan menetapkan sifat-sifat Allah apa
mengenai bentuk dan kaifiyah kedua tangan itu. adanya sesuai dengan kemuliaan dan
Kita juga tidak boleh menyerupakan tangan Allah keagungan-Nya. Dalam hal ini Ahlus Sunnah
dengan tangan makhluk. Karena Allah berfirman berada di pertengahan antara kaum Musyabbihah
(yang artinya), “Tidak ada sesuatu pun yang serupa -yang menyerupakan sifat Allah dengan sifat
dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha makhluk- dan kaum Mu'aththilah -yang menolak
Melihat.” (asy-Syura : 11) menetapkan sifat-sifat Allah-. Ahlus Sunnah
menetapkan sifat Allah namun menolak
Allah juga berfirman (yang artinya), “Katakanlah; keserupaan sifat Allah dengan sifat makhluk. Dan
Sesungguhnya Rabbku hanyalah mengharamkan demikianlah yang diajarkan di dalam al-Qur'an.
berbagai perbuatan keji yang tampak maupun
yang tersembunyi, perbuatan dosa, melampaui Allah menyatakan (yang artinya), “Tidak ada
batas tanpa ada alasan yang dibenarkan, dan sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia
kalian mempersekutukan Allah yang sama sekali Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (asy-Syura :
Allah tidak turunkan hujjah yang 11). Pada 'tidak ada sesuatu pun yang serupa
membenarkannya, dan kalian berbicara atas Allah dengan-Nya' terkandung penolakan keserupaan
dengan apa-apa yang kalian tidak ketahui.” sifat Allah dengan sifat makhluk. Dan pada 'Dia
(al-A'raaf : 33) Maha Mendengar lagi Maha Melihat' terkandung
penetapan sifat-sifat Allah; bahwa Allah
Allah juga berfirman (yang artinya), “Janganlah mendengar dan juga melihat. Akan tetapi
kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak mendengar dan melihatnya Allah tidak sama
memiliki ilmu tentangnya. Sesungguhnya dengan mendengar dan melihatnya makhluk.
pendengaran, penglihatan, dan hati, itu semuanya
pasti akan dimintai pertanggung-jawabannya.” Hal ini juga memberikan faidah bagi kita bahwa
(al-Israa' : 36) menetapkan sifat tidaklah melazimkan
tasybih/menyerupakan sifat Allah dengan sifat
Barangsiapa yang menyerupakan kedua tangan makhluk. Karena Allah sendiri telah menafikan
Allah dengan tangan makhluk maka adanya keserupaan antara diri-Nya dengan
sesungguhnya dia telah mendustakan firman Allah makhluk. Di saat yang sama Allah menetapkan
(yang artinya), “Tidak ada sesuatu pun yang serupa sifat mendengar dan melihat bagi diri-Nya.
dengan-Nya.” (asy-Syura : 11). Dan pada saat yang
sama dia juga telah berbuat durhaka kepada Allah Hal ini menunjukkan bahwa tidaklah penetapan
yang mengatakan (yang artinya), “Maka janganlah sifat melazimkan terjadinya penyerupaan.
kalian membuat-buat penyerupaan bagi Allah.” Meskipun mendengar dan melihat ada pada
(an-Nahl : 74). Dan barangsiapa yang mereka-reka makhluk, akan tetapi mendengar dan melihat
gambaran bentuk dan kaifiyah dari kedua tangan yang ada pada Allah tidak sama dengan apa yang
Allah itu dan menyatakan bahwa tangan Allah itu ada pada makhluk. Karena sifat-sifat Allah itu
begini dan begitu -dengan sifat dan karakter sesuai dengan kemuliaan dan keagungan diri-Nya.
tertentu- maka sesungguhnya dia telah berbicara Meskipun nama atau sebutannya sama tetapi
mengenai Allah sesuatu yang tidak dia ketahui hakikat dan kaifiyahnya jelas berbeda. (lihat

97
keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan dalam Syarh dengan senantiasa berpegang kepada al-Qur'an
Lum'atil I'tiqad, hlm. 30) dan as-Sunnah sebagaimana yang diterapkan dan
diajarkan oleh para salafus shalih.
Dengan demikian, kita tidak boleh
menyimpangkan makna 'tangan' kepada Sebagaimana perkataan yang sangat masyhur dari
makna-makna lain seperti 'kekuasaan' atau Imam Syafi'i rahimahullah. Beliau berkata, “Aku
'nikmat'. Allah memiliki tangan -sebagaimana beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang
yang Allah sebutkan dalam al-Qur'an- dan hal itu dari Allah sebagaimana yang Allah kehendaki. Dan
wajib kita imani. Akan tetapi tangan Allah tidak aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang
sama dengan tangan makhluk. datang dari Rasulullah sebagaimana yang
dikehendaki oleh Rasulullah.”
Menyimpangkan makna 'tangan' menjadi
'kekuasaan' atau 'nikmat' adalah suatu bentuk Adapun orang-orang yang menyimpang dari jalan
kelancangan terhadap Allah. Padahal Allah telah salafus shalih dan para ulama yang dalam ilmunya
melarang kita berbicara atas nama Allah atau maka mereka akan terjebak dalam kebingungan
mengenai Allah dengan hal-hal yang kita tidak dan kerancuan.
memiliki ilmu tentangnya.
Bukankah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
Allah pun berfirman kepada Iblis ketika dia tidak telah berpesan kepada kita apabila terjadi banyak
mau sujud kepada Adam (yang artinya), “Apakah perselisihan hendaknya kita berpegang dengan
yang menghalangimu untuk sujud kepada apa Sunnah/ajaran beliau dan juga Sunnah/ajaran
yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku.” para khulafa'ur rasyidin; yaitu ajaran para
(Shaad : 75). Ayat ini menunjukkan bahwa Allah sahabatnya radhiyallahu'anhum ajma'in.
mengistimewakan Adam 'alaihis salam dimana
Allah langsung menciptakannya dengan kedua Inilah bahtera keselamatan yang akan membawa
tangan-Nya. Adapun makhluk yang lain Allah umat kepada kebahagiaan. Sebagaimana yang
ciptakan dengan perintah dari-Nya. Allah katakan dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah,
padanya 'terjadi' maka terjadilah hal itu. Ini “as-Sunnah adalah bahtera Nabi Nuh. Barangsiapa
merupakan kemuliaan yang Allah berikan kepada menaikinya maka dia akan selamat. Dan
Adam 'alaihis salam. barangsiapa yang tertinggal darinya maka dia
akan tenggelam.”
Dan di dalam ayat itu juga terkandung penetapan
bahwa Allah memiliki dua tangan. Kita wajib ***
mengimaninya, dan tidak boleh merubah makna
tangan menjadi qudrah/kekuasaan/kemampuan
atau nikmat dan lain sebagainya. Namun kita juga ….…………………………..…………..# Faidah Tafsir
harus ingat bahwa tangan Allah tidak sama
dengan tangan yang ada pada makhluk.
Menyatukan, Bukan Memecah Belah...
Inilah jalan Ahlus Sunnah dalam mengimani
sifat-sifat Allah. Tidak menyerupakan sifat Allah
dengan sifat makhluk dan mereka menetapkan Allah berfirman (yang artinya),
sifat-sifat Allah itu apa adanya sesuai dengan “Berpegang-teguhlah kalian dengan tali Allah, dan
kemuliaan dan keagungan-Nya (lihat keterangan janganlah berpecah-belah...” (Ali 'Imran : 103). Para
Syaikh Shalih al-Fauzan dalam Syarh Lum'atil ulama memiliki pendapat yang saling melengkapi
I'tiqad, hal. 74) dalam memahami maksud ayat tersebut.
Diantaranya, Ibnu 'Abbas menafsirkan
Dari sinilah kita mengetahui letak pentingnya 'Berpegang-teguhlah dengan agama Allah'. Ibnu
seorang muslim untuk memahami aqidah Islam ini Mas'ud mengatakan 'Yang dimaksud tali Allah
adalah al-jama'ah/persatuan kaum muslimin'.

98
Mujahid dan 'Atha' mengatakan 'Yang dimaksud individu dan praktek-praktek amalan yang
adalah perjanjian dengan Allah'. Qatadah dan menyimpang dan merusak... bahkan pembantaian
as-Suddi menafsirkan, 'Maksudnya adalah terhadap kaum muslimin!
al-Qur'an'. Muqatil bin Hayan mengatakan, 'Yang
dimaksud adalah perintah Allah dan ketaatan Lihatlah apa yang ditimbulkan oleh kaum Liberal
kepada-Nya' (lihat Tafsir al-Baghawi, hlm. 229) dalam bentuk penghinaan dan pelecehan
terhadap Islam dengan kedok kebebasan dan Hak
Dan tidak akan terwujud persatuan umat itu Asasi Manusia (HAM)...
kecuali dengan berpegang-teguh dengan akidah
yang benar yang telah diajarkan oleh Rasulullah Sebesar apa pun upaya dan usaha yang
shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan meninggalkan dikerahkan untuk merapatkan barisan dan
akidah-akidah yang rusak, meninggalkan bid'ah menjalin persatuan tetapi jika tidak dibangun di
dan khurafat. Berpegang-teguh dengan al-Kitab atas akidah yang benar mustahil persatuan dan
dan as-Sunnah (lihat Nashihatun wa Ta'shiilun fi kemuliaan itu akan terwujud. Apabila dalam
Zamanil Fitan, hlm. 11) perkara bersuci, sholat, zakat, puasa, dan haji kita
kembali kepada al-Qur'an dan as-Sunnah lantas
Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya faktor mengapa dalam hal-hal akidah kita justru kembali
utama yang akan menyatukan umat ini adalah kepada akal-akal kita, pemikiran dan perasaan kita
berpegang-teguh dengan Kitabullah dan Sunnah atau tradisi dan budaya?!
Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam serta
akidah yang benar. Seperti yang telah diisyaratkan Allah berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya
oleh Imam Malik rahimahullah, “Tidak akan inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia, dan
memperbaiki keadaan generasi akhir umat ini janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain
kecuali dengan apa-apa yang telah memperbaiki karena hal itu akan mencerai-beraikan kalian dari
keadaan generasi awalnya.” (lihat Nashihatun wa jalan-Nya. Itulah yang Allah wasiatkan kepada
Ta'shiilun, hlm. 12) kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.”
(al-An'am : 153)
Dengan demikian, adalah sebuah kemustahilan
persatuan umat itu bisa terwujud apabila kaum Berkah apa yang kita harapkan apabila kita
muslimin memiliki akidah yang menyimpang dari mencari jalan selain jalan nabi dan para
jalan para sahabat Rasul shallallahu 'alaihi wa sahabatnya?
sallam. Sebab akidah inilah yang menjadi asas
persatuan. Seperti yang dinasihatkan oleh Imam ***
al-Auza'i rahimahullah, “Hendaklah kamu
mengikuti jejak orang-orang terdahulu (salafus
shalih) meskipun orang-orang menolakmu. Dan
jauhilah pendapat-pendapat akal manusia,
meskipun mereka menghias-hiasinya dengan
ucapan yang indah.”

Betapa banyak kerusakan dan perpecahan yang


timbul ketika umat Islam melenceng dari jalan
generasi terbaik umat ini. Lihatlah apa yang
ditimbulkan oleh firqah Khawarij dalam bentuk
pengkafiran dan pembunuhan serta
pemberontakan..

Lihatlah apa yang ditimbulkan oleh firqah Syi'ah


Rafidhah dalam bentuk pengkultusan terhadap

99

You might also like