You are on page 1of 36

Koreksi Kelainan Laboratorium

Bersama dr. Marwanta Sp.PD, M.Kes.


(Cetakan 1)

KONSULTAN :
dr. Sri Marwanta, Sp.PD, M.Kes.

TIM PENYUSUN :
Anton Giri Mahendra Oki Saraswati Utomo
Adhe Marlin Sanyoto Raka Aditya Pradana
Canda Arditya Resti Nurfadilah
Erika Vinariyanti Salma Nadia Fauziyah
Inayatul Maula Tria Multi Fatmawati
Mahira Bayu Adifta Yuscha Anindya
E D I TO R:

Inayatul Maula
Anton Giri Mahendra
ILU ST R A S I S A M P U L :
Adhe Marlin Sanyoto

Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret


Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Penyakit Dalam
RSUD DR. MOEWARDI
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan buku ini.

Buku koreksi kelainan laboratorium ini kami susun sebagai rangkuman


dari beberapa kasus kelainan laboratorium yang sering dijumpai dalam
rotasi klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam.

Buku ini kami dedikasikan untuk para mahasiswa kedokteran dan para
dokter muda, sebagai penghubung antara ilmu pada buku teks dengan
kondisi yang sering dihadapi di bangsal.

Merupakan kehormatan bagi kami bisa bekerja sama dengan dr


Marwanta, SpPD, M.Kes yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing
kami para dokter muda dalam menjalani rotasi klinik ilmu penyakit dalam.
Terima kasih atas dorongan dan motivasi yang diberikan kepada kami untuk
selalu belajar untuk menjadi dokter yang baik maupun untuk menjadi
manusia yang taat kepada Tuhan dan berguna bagi sesama.

Apresiasi yang tinggi kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam penyusunan buku ini, semoga para pembaca dapat
mengambil manfaat dari tulisan kami.

Tim penulis sadar bahwa buku ini bukan tanpa kekurangan,


sehingga masukan dan perbaikan di masa datang sangat kami harapkan dan
semoga buku ini dapat terus berkembang dan menjadi semakin baik
dalam membantu mahasiswa profesi kedokteran dalam belajar dan
merawat pasien.

Waalaikumsalam Wr Wb

Surakarta, 1 Mei 2017

Tim penulis
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

DAFTAR ISI

Daftar isi………………………………………………………………………….1
Anemia…………………………………………………………………………...2
Trombositopenia………………………………………………………………....6
Leukopenia……………………………………………………………………....8
Hipokalemia……………………………………………………………………...9
Hiperkalemia…………………………………………………………………….11
Hiponatremia……………………………………………………………...........14
Hipernatremia…………………………………………………………………...16
Hipokalsemia…………………………………………………………………....18
Hipoalbumin…………………………………………………………………….19
Koreksi ureum creatinin pada AKI……………………………………………...23
Koreksi SGOT dan SGPT……………………………………………………….27
Analisa Gas Darah………………………………………………………………29
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...32

1
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -
Al Quran Surat Al-Mujadalah ayat 11:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

Al Quran Surat Al-Mujadalah ayat 11:


ANEMIA
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
DE FI Nbeberapa
diberi ilmu pengetahuan I SI derajat”
‣ Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein
pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga
pengiriman O2 ke jaringan menurun.
Batasan kadar hemoglobin anemia berdasarkan usia

KELOMPOK UMUR HEMOGLOBIN


( gr/dl )
Anak 6 bulan – 6 tahun <11

6 tahun – 14 tahun <12

Wanita dewasa <12

Dewasa Laki-laki dewasa <13

Ibu hamil <11

Sumber: WHO, 2001

ETIOLOGI

‣ Gangguan pembentukan eritrosit, terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu


seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino, serta
gangguan pada sumsum tulang.

‣ Perdarahan akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah
dalam sirkulasi.

‣ Hemolisis

2
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

K L ASI FI K ASI

‣ Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis


anemia:
1. Anemia normositik normokromik
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut,
hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.
Terjadinya penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi
hemoglobin, maupun perubahan bentuk dan ukuran eritrosit. (Indeks eritrosit
normal pada anak: MCV 73 – 101 fl, MCH 23 – 31 pg , MCHC 26 – 35 %).
2. Anemia makrositik hiperkromik
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkromik
karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. Ditemukan pada anemia
megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia makrositik non-
megaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia). (Indeks eritrosit pada anak
MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35 %)
3. Anemia mikrositik hipokromik
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl,
MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %).

TATAL AK SAN A

‣ Darah lengkap (whole blood)


Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga
mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah
sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat
bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah
eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat
3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk

3
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

mengatasi perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan mempertahankan proses


pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui.
Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk
stabilisasi.
Rumus kebutuhan whole blood

6 x∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini

‣ Packed red cell (PRC)


Packed red cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan
dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed red cell banyak dipakai
dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia
karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki
oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas
8 g%.Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1
unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4 jam
dengan kecepatan 1-2 mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.

Kebutuhan darah (ml) :

3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Keterangan :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini

4
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

Indikasi:

‣ Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.

‣ Hemoglobin <8 gr/dl.

‣ Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya empisema, atau


penyakit jantung iskemik)

‣ Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.

‣ Dapat disebutkan bahwa :


Hb sekitar 5 adalah CRITICAL
Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE
Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL

‣ Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan


setelah mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL

5
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

Nabi SAW bersabda:


“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat“. (HR. Muslim)

TROMBOSITOPENIA

DE FI N I SI

‣ Trombositopenia adalah terjadinya penurunan angka trombosit/platelet pada


pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan angka di bawah 150 x 103 uL.

E TI O LO GI

‣ Berkurangnya produksi platelet : seperti pada penyakit kelainan sumsum tulang


(anemia aplastik), gangguan sumsum tulang (farmakologis, radiasi), infeksi
(cytomegalovirus, hepatitis C, HIV, rickettsia, rubella, varicella zoster, gondok),
defisiensi nutrisi (vitamin B12 atau asam folat)

‣ Peningkatan konsumsi platelet : seperti pada penyakit penghancuran alloimun (post


transfusi, neonatal, post transplantasi), sindrom autoimun (SLE, sarcoidosis), heparin-
induced immune thrombocytopenic purpura, infeksi (cytomegalovirus, hepatitis C,
HIV, rickettsia, rubella, varicella zoster, gondok), preeclampsia/HELLP syndrome
(hemolisis, elevated liver enzymes, low platelet count),

‣ Sequestrasi (penumpukan platelet di tempat tertentu) : seperti pada penyakit


gestasional trombositopenia, penyakit liver (sirosis, fibrosis, hipertensi portal),
pseudotrombositopenia.

6
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

TATAL AK SAN A

‣ Trombosit pekat (Concentrate platelet)


Berisi trombosit, beberapa leukosit dan sel darah merah serta plasma. Diperoeh
dengan cara sentrifugasi darah lengkap segar atau dengan cara tromboforesis.
10
Trombosit pekat dari 450 mL darah lengkap bweiai 5.5 x 10 trombosit dengan
volume sekitar 50 mL. Sedangkan dengan cara tromboforesis dapat diperoleh
11
3x 10 trombosit dengan volume sekitar 15 – 400 mL.

‣ Indikasi
Diindikasikan pada kasus perdarahan karena trombositopenia (trombosit
<50.000/µL) atau trombositopati kongenital

‣ Kontraindikasi
Dikontraindikasikan pada ITP dan KID

‣ Dosis dan cara pemberian


Menggunakan rumus Corrected Count Increment (CCI)

CCI = (Post tx – Pre tx) x BSA


Plt ransfused x 1011

Keterangan : Post tx : pasca transfusi


Pre tx : pra transfusi
BSA : body surface area (luas permukaan tubuh)

‣ Evaluasi
Keberhasilan transfusi trombosit dapat dipantau jumlah CCI 1 jam pasca
9 9
transfusi dengan target CCI > 7.5 – 10 x 10 /L atau CCI > 4.5 x 10 /L yang
diperiksa 18 – 24 jam pasca transfusi

7
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -
Nabi SAW bersabda:
“Barang siapa berangkat dari tempat kediamannya demi menuntut ilmu
pengetahuan Agama, berarti ia berada di jalan Allah hingga ia kembali atau
pulang”. (HR. At-Tirmidzi)
LEUKOPENIA

DE FI N I SI
‣ Leukopenia adalah adalah suatukeadaan berkurangnya jumlah leukosit dalam darah,
yaitu kurang dari atau samadengan 4000/ mm3.

E TI O LO GI

‣ Infeksi virus, hiperplenism, leukemia.

‣ Obat (antimetabolit, antibiotik, antikolvusan, kemoterapi)

‣ Anemia aplastik/ pernisiosa

‣ Multiple mieloma

K L ASI FI K ASI
1. Grade 1 : <LLN-3000/ul
2. Grade 2 : <3000-2000/ul
3. Grade 3 : <2000-1000/ul
4. Grade 4 : <1000/ul

TATAL AK SAN A
1. Inj Leucogen
5 mcg/kgBB secara bolus SC atau infus jangka pendek (30 menit) 1x/hari hingga 2
minggu
2. Cek leukosit berkala

8
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -
Nabi SAW bersabda:
“Jadilah engkau orang yang berilmu atau orang yang belajar atau orang yang mau
mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi
orang yang kelima maka kamu akan celaka“. (HR. Al-Baihaqi)

HIPOKALEMIA

DE FI N I SI

‣ Hipokalemia adalah kadar kalium yang rendah atau dibawah nilai normal atau
keadaan dimana kadar kalium serum < 3,5 mEq/L.

E TI O LO GI

‣ Asupan kalium yang rendah

‣ Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna (muntah), ginjal (pemakain
diuretik, hiperaldosteronisme primer), serta keringat yang berlebihan.

‣ Influks kalium ke dalam sel, dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel, pemberian insulin,
peningkatan aktivitas beta-adrenergik, hipotermia.

K L ASI FI K ASI
1. Hipokalemia ringan : 3,0 – 3,4 mEq/l
2. Hipokalemia moderat : 2,5 – 2,9 mEq/l
3. Hipokalemia berat : < 2,5 mEq/l

TATAL AK SAN A
1. Hipokalemia ringan dapat diberikan Kalium oral 20-40 mEq tiap 4-6 jam
2. Hipokalemia moderate dan berat dapat diberikan kalium intravena dengan
menggunakan rumus koreksi kalium.

9
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

KOREKSI KALIUM:

(D-A) x BB x 0,4) + maintenance (1-2 mEq/KgBB/24 jam) =

K E TER AN GAN :
D : ka liu m ya n g d iin gin kan
A : ka liu m s aa t in i
B B : b e r at b ad an

 Jika kadar kalium serum >2 mEq/l maka diberikan KCl dengan kecepatan 10-20
mEq tiap jam.
 Pada aritmia dapat diberikan KCl 20-30 mEq tiap jam melalui CVC dalam 100
ml cairan sambil dilakukan monitoring.
 Anak-anak dapat diberikan 0,5-1 mEq/KgBB/dosis dewasa dalam 1 jam.

10
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -
Nabi SAW bersabda:
“Wahai Abu Zar, keluarmu dari rumah pada pagi hari untuk mempelajari satu ayat
dari kitab Allah, itu lebih baik dari pada engkau mengerjakan sholat seratus
rakaat.” HR.Ibnu Majah
HIPERKALEMIA

DE FI N I SI

‣ Hiperkalemia adalah kadar kalium yang tinggi atau di atas nilai normal atau keadaan
dimana kadar kalium serum >5 mEq/L pada dewasa, > 5.5 mEq/L pada anak-anak, > 6
mEq/L pada neonatus.

E TI O LO GI

‣ Masukan kalium tinggi

‣ Gangguan eksresi kalium

‣ Keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel

‣ Hiperkalemia karena obat (biasa pada pasien dengan penyakit gangguan ginjal atau
hipoaldosternisme). Obat yang dapat menyebabkan hiperkalemia antara lain ACE
Inhibitor, ARB, trimethoprim, heparin, beta-blocker, digoxin, NSAID.

‣ Pseudohiperkalemia dapat disebabkan oleh hemolisis, sampel tidak segera diperiksa


atau akibat kesalahan preanalitik.

K L ASI FI K ASI
1. Hiperkalemia ringan : 5,5 – 7,5 g/dl
2. Hiperkalemia sedang : 7.5 - 10 g/dl
3. Hiperkalemia berat : > 10 g/dl

11
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

TATAL AK SAN A

‣ Menyebabkan penyerapan kalium oleh sel :


1. Insulin 10 U iv diikuti segera dengan 50 ml glukosa 50%
2. Beta 2 agonis = albuterol 10-20 mg via nebulisasi
3. Natrium bikarbonat
4. Kombinasi “cocktails” = kombinasi antara 400 ml dextrose 25% , insulin 50 U,
natrium bikarbonat 50 mmol dan bolus intravena kalsium jika perlu.

‣ Eliminasi Kalium :
1. Dialisis
2. Eksresi urin
3. Natrium polystyrene sulfonate (Kayexalate) = oral (15 gr; 1-4 kali per hari),
rectal (30-50 gr tiap 6 jam)
4. Patiromer
5. Natrium zirconium cyclosilicate

12
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

13
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

Nabi SAW bersabda:


"Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah
pada orang yang kamu belajar darinya." HR.At-Tabrani

HIPONATREMIA

DE FI N I SI

‣ Hiponatremia adalah penurunan konsentrasi natrium serum <136 mEq/L disebabkan


oleh kelebihan air relative terhadap zat terlarut.

E TI O LO GI

‣ Hiperglikemia

‣ Defisit natrium yang berhubungan dengan hipovelimia: kehilangan melalui renal,


gastrointestinal, keringat berlebih, penyakit Addison.

‣ Defisit natrium yang berhubungan normovelemia/euvolemic: insufisiensi adrenal,


hipotiroidisme, syndrome of inappropriate ADH secretion (SIADH), polidipsi
psikogenik.

‣ Defisit natrium yang berhubungan hipervelemia: gagal jantung kongestif, sirosis


hepatis, sindrom nefrotik, gagal ginjal.

K L ASI FI K ASI
1. Hiponatremia ringan : 130– 135 mEq / L
2. Hiponatremia sedang : 125 – 130 mEq / L
3. Hiponatremia berat : <125 mEq / L

14
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

TATAL AK SAN A
1. Penanganan disesuaikan status volume pasien
2. Pasien hiponatremia memerlukan asupan oral maupun intravena.
3. Pasien dengan euvolemik mapupun hipervolemik biasanya ditangani dengan
restriksi cairan. Jika terjadi overload cairan yang signifikan dapat diberikan obat
golongan diuretik.

K O RE KS I H IP ON ATR EM IA:

(140–natrium pasien) x (Total Body Water) =


Keterangan:
Total Body Water : Pria : 0,6
Wanita : 0,5

15
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -
Nabi SAW bersabda:
"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia
memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat,
wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-
duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR. Bukhari dan Muslim)

HIPERNATREMIA

DE FI N I SI

‣ Hipernatremi adalah keadaan dimana natrium serum lebih besar dari 145mmol/l.

E TI O LO GI

‣ Kehilangan air murni : asupan tidak memadai, diabetes insipidus, trauma kepala,
neoplasma.

‣ Defisit cairan : luka bakar, penggunaan obat diuretic, diare osmotik, muntah.

‣ Penambahan natrium : iatrogenic, hiperaldosteronisme, chusing syndrome.

K L ASI FI K ASI
1. Hipernatremia ringan : 151-155 mEq/L
2. Hipernatremia sedang : 156-160 mEq/L
3. Hipernatremia berat : >160 mEq/L.

TATAL AK SAN A
1. Jika hipernatremi terjadi karena kekurangan cairan, atasi kekurangan cairan dengan
rehidrasi.
2. Hipernatremia akut (yang terjadi dalam beberapa jam), laju penurunan yang
dianjurkan adalah 1 mmol/L/jam.

16
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

3. Hipernatremia kronik, laju koreksi adalah 0.5 mmol/L/jam untuk menghindari


edema serebral (lebih tepatnya 10 mmol/L/24 jam).
4. Pada prinsipnya 1 L larutan yang mengandung natrium akan menaikkan atau
menurunkan kadar Na+ plasma. Besarnya perubahan kadar Na+ plasma bisa
dihitung dengan rumus:
Na+ larutan infus – Na+ serum
________________________
Air tubuh + 1

Keterangan:
Air tubuh : dewasa 60% berat badan, anak 70% berat badan.

17
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -
Nabi SAW bersabda:
“Apabila kamu melewati taman-taman surga, minumlah hingga puas. Para sahabat
bertanya,”Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?” Nabi SAW
menjawab,”majelis-majelis ta’lim/ilmu.” (HR. Al-Thabrani)

HIPOKALSEMIA

DE FI N I SI

‣ Hipokalsemia adalah kadar kalsium terkoreksi yang rendah atau di bawah nilai normal
(<1,9mmol/L).

E TI O LO GI

‣ Hipoalbumin

‣ Kekurangan Vitamin D aktual

 Asupan makanan

 Kurang terpapar sinar matahari

 Malabsorpsi, khususnya pada penyakit pankreas dan coeliac

‣ Kekurangan Vitamin D fungsional

 Penyakit ginjal (Kekurangan enzim 1-Hidroksilasi)

 Penyakit hepar (Kekurangan enzim 25-Hidroksilasi)

 Kekurangan magnesium

‣ Hipoparatiroid

 Autoimmune

 Setelah operasi tiroidektomi

TAN DA DAN G E J ALA

‣ Hipokalsemia akut dapat menimbulkan tanda dan gejala sebagai berikut:


1. Parestesi peri-oral dan digital
2. Tanda Trousseau dan Chvostek positif

18
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

3. Tetani dan carpopedal spasme


4. Laringospasme
5. Perubahan gambaran EKG (interval QT memanjang) dan aritmia
6. Kejang

K L ASI FI K ASI
1. Hipokalsemia ringan : Asimptomatik, kadar kalsium >1,9 mmol/L.
2. Hipokalsemia berat : Kadar kalsium<1.9 mmol/L dan / atau simptomatik
pada kadar berapapun di bawah harga normal.

TATAL AK SAN A
1. Hipokalsemia ringan

‣ Mulailah berikan suplemen kalsium oral CaCO3 1250 mg tablet 3-4 kali sehari

‣ Pada kasus post tiroidektomi dan pasien asimptomatik, ulangi pemberian kalsium
24 jam kemudian:

 Ketika kadar kalsium terkoreksi >2.1 mmol/L, pasien dapat dipulangkan dan
dicek ulang kadar kalsium pada 1 minggu ke depan.

 Jika kadar kalsium terkoreksi tetap di antara 1.9 dan 2.1 mmol/L tingkatkan
Sandocal 1000 to three BD.

 Jika pasien tetap hipokalsemia ringan dalam kurun waktu lebih dari 72 jam
post operatif meskipun diberikan suplementasi kalsium, mulai berikan 1-alfa
calcidol 0.25 mcg/hari (calcitriol juga dapat digunakan) dengan monitoring
ketat.

 Jika defisiensi vitamin D merupakan penyebabnya, dapat diberikan


suplementasi vitamin D: Dimulai dengan ~300,000 unit cole atau
ergocalciferol selama 6-10 minggu.

 Jika terkait hipomagnesemia, stop obat presipitat apapun dan berikan Mg2+
IV, 24 mmol/24 jam, terdiri dari 6 gram MgSO4 (30 ml dari 20%, 800

19
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

mmol/L, MgSO4) pada 500 ml Normal saline atau dextrose 5%. Monitor
serum Mg2+ hingga tercapai kadar serum magnesium normal.

 Jika terdapat penyebab hypocalcaemia yang lain, obati penyebab yang


mendasari
2. Hipokalsemia berat

‣ Hal ini merupakan kegawatdaruratan, segera lakukan infuse Kalsium glukonat

‣ Awalnya, beri 10-20 ml 10% kalsium glukonat pada 50-100 ml dari Dextrose 5%
IV selama 10 menit dengan terpasang EKG untuk monitoring. Hal tersebut dapat
diulangi sampai pasien tidak menunjukkan gejala asymptomatic. Selanjutnya
dilakukan tindak lanjut dengan pemberian infuse kalsium glukonat dengan
ketentuan:

 Encerkan 100ml dari 10% kalsium glukonat (10 vial) pada 1 liter Normal
salin atau 5% dextrose daninfusdengankecepatan 50 – 100 ml/jam. (Kalsium
klorida dapat digunakan sebagai alternative kalsium glukonat, akan tetapi
lebih iri tanpada vena dans eharusnyahanya diberikan via jalur sentral.

 Titrasi laju infuse sampai mencapai normokalsemia dan lanjutkan


pengobatan penyebab yang mendasari telah menimbulkan efek

‣ Obati penyebab yang mendasari; padah ipokalsemia post operatif dan pada
hipoparatiroidism, yaitu dengan terapi1-alfacalcidol atau calcitriol. Dosis per bulan
sekitar 0.25 – 0.5 mcg perhari.

 Metabolit vitamin D 1-alpha hidroksilasi merupakan penyebab poten


hiperkalsemia. Cek darah rutin diperlukan pada fase stabilisasi dari
pengobatan ini.

 1-alfa calcidol dapat diberikan (pada dosis yang setara) secara intravena ,
jika terdapat kekhawatiran pada absorpsi atau kesulitan pada pemberian
obat oral.

20
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

Nabi SAW bersabda:


“Apabila manusia telah meninggal dunia maka terputuslah semua amalannya kecuali
tiga amalan : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang
mendoakan dia.” (HR. Muslim)

HIPOALBUMINEMIA

DE FI N I SI

‣ Hipoalbuminemia adalah kadar albumin yang rendah atau di bawah nilai normal atau
keadaan dimana kadar albumin serum < 3,5 g/dl.

E TI O LO GI

‣ Masukan protein rendah

‣ Absorbsi protein yang tidak adekuat

‣ Peningkatan kehilangan protein seperti pada luka bakar, sepsis, kanker, penyakit hati
akut dan kronik, penyakit ginjal, dan infeksi.

K L ASI FI K ASI
1. Hipoabuminemia ringan : 3,5 – 3,9 g/dl
2. Hipoalbuminemia sedang : 2,5 – 3,5 g/dl
3. Hipoalbuminemia berat : < 2,5 g/dl

TATAL AK SAN A
3. Diet tinggi albumin seperti diet ekstra putih telur, ekstrak ikan lele, ekstrak
ikan gabus, tempe kedelai.
4. Albumin intravena dengan menggunakan rumus koreksi albumin (jika albumin
< 2,5 g/dl)

21
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

K O RE KS I ALB UM IN :

(D-A) (BBx40) x 2 = ..... gram


100

Keterangan:
D : Albumin yang diinginkan
A : Albumin saat ini
BB : Berat badan
40 : normal plasma 40 cc/kgBB
100 : konversi 100 cc

22
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

Nabi SAW bersabda:


“Orang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan
mengajarkannya.”

Source: https://muslimfiqih.blogspot.co.id/2015/05/kumpulan-
A Chadist-nabi-tentang-menuntut-ilmu.html
UTE KIDNEY INJURY

DE FI N I SI

‣ Acute kidney injury (sebelumnya disebut gagal ginjal akut) merupakan


ketidakmampuan ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang
ditandai dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang menurun, berlangsung secara tiba-
tiba, dan dapat kembali normal. Keadaan tersebut ditandai peningkatan kadar ureum
dan kreatinin darah (>50% kadar normal), sebagian kasus menunjukkan penurunan
produksi urine (kurang dari 0,5-1 ml/kg berat badan/jam).

‣ Ureum adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi oleh
hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah
untuk kemudian difiltrasi oleh glomerulus. Pemeriksaan ureum sangat membantu
menegakkan diagnosis gagal ginjal akut. Klirens ureum merupakan indikator yang
kurang baik karena sebagian besar dipengaruhi diet. Kadar ureum dalam serum
normal adalah 10 – 50 mg/dL.

‣ Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatin fosfat otot, diproduksi oleh tubuh secara
konstan tergantung massa otot. Kadar kreatinin berhubungan dengan massa otot,
menggambarkan perubahan kreatinin dan fungsi ginjal. Kadar kreatinin relatif stabil
karena tidak dipengaruhi oleh protein dari diet. Ekskresi kreatinin dalam urin dapat
diukur dengan menggunakan bahan urin yang dikumpulkan selama 24 jam.Nilai
normal untuk pria adalah 0,5 – 1,2 mg/dl dan untuk wanita 0,5 – 1 mg/dl serum. Nilai
kreatinin pada pria lebih tinggi karena jumlah massa otot pria lebih besar
dibandingkan jumlah massa otot wanita.

23
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

E TI O LO GI

‣ Ureum

Peningkatan Konsentrasi

Pre-renal Gagal jantung kongestif, syok, perdarahan,


dehidrasi, peningkatan katabolisme protein
Diet tinggi protein
Renal Gagal ginjal akut dan kronik
Penyakit renal, termasuk nefritis glomeruler,
nekrosis tubuler
Pasca-renal Obstruksi saluran kemih

Penurunan Konsentrasi

Asupan rendah protein


Muntah dan diare berat
Penyakit hati Kehamilan

‣ Kreatinin: Glomerulonefritis, nekrosis tubuler akut, polycystic kidney disease, gagal


jantung kongestif, syok, dan dehidrasi.

K L ASI FI K ASI

‣ Klasifikasi AKI berdasarkan kriteria RIFLE, ADQI Revisi 2007


Kategori Peningkatan Cr serum Penurunan LFG Kriteria UO

Risk >1,5 kali nilai dasar >25% nilai dasar <0,5 mL/kg/jam, >6
jam
Injury >2,0 kali nilai dasar >50% nilai dasar <0,5 mL/kg/jam, >12
jam
Failure >3,0 kali nilai >75% nilai dasar <0,3 mL/kg/jam,>24
dasaratau >4 mg/dL, jam atauanuria >12

24
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

dengan kenaikan akut jam


> 0,5 mg/Dl
Loss Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 4 minggu
End stage Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 3 bulan

‣ Perhitungan LFG menggunakan perhitungan:


LFG (ml/menit/1,73m²) = (140-umur)x berat badan / 72x kreatinin plasma (mg/dl)
(x 0,85 pada perempuan).

TATAL AK SAN A

‣ Diet sesuai klasifikasi dan kebutuhan nutrisi pasien AKI

Katabolisme
Variabel
Ringan Sedang Berat

Contoh Toksik karena Pembedahan +/- Sepsis, ARDS,,


keadaan klinis obat infeksi MODS
Dialisis Jarang Sesuai kebutuhan Sering
Rute
pemberian Oral Enteral +/- parenteral
nutrisi
Rekomendasi 20-25 25-30
energi kkal/kgBB/hari kkal/kgBB.hari
Glukosa 3-5 Glukosa 3-5
Glukosa 3-5 g/kgBB/hari g/kgBB/hari
Sumber energi
g/kgBB/hari Lemak 0,5-1 Lemak 0,8-1,2
g/kgBB/hari g/kgBB/hari
Kebutuhan 0,8-1,2 1,0-1,5
0,6-1 g/kgBB/hari
protein g/kgBB//hari g/kgBB/hari
Pemberian Formula enteral, Glukosa 50-70%,
Makanan
nutrisi Lemak 10-20%, AA 6,5-10%,

25
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

Mikronutrien

‣ Pengaturan asupan protein

LFG ml/menit Asupan protein g/kg/hari

>60 tidak dianjurkan


25-60 0,6-0,8/kg/hari
5-25 0,6-0,8/kg/hari atau tambahan 0,3 g asam amino esensial
atau asam keton
<60 0,8/kg/hari(=1 gr protein /g proteinuria atau 0,3g/kg
tambahan asam amino esensial atau asam keton.

‣ Tatalaksana sesuai kadar LFG

Derajat LFG(ml/mnt/1,73m²) Rencana tatalaksana

1 > 90 terapi penyakit dasar, kondisi komorbid,


evaluasi pemburukan (progession)
fungsi ginjal, memperkecil resiko
kardiovaskuler
2 60-89 menghambat pemburukan (progession)
fungsi ginjal
3 30-59 evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5 <15 terapi pengganti ginjal

26
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

Nabi SAW bersabda:


“Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiannya.
Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya dari
pada berkhianat dalam harta.” (HR. Abu Nu’ai)

SGOT DAN SGPT


Source: https://muslimfiqih.blogspot.co.id/2015/05/kumpulan-hadist-
nabi-tentang-menuntut-ilmu.html

DE FI N I SI

‣ SGOT/ AST : Serum Glutamic Pyruvic Transaminase / Aspartate Aminotransferase

‣ SGPT/ ALT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase / Alanine


Aminostransferase

‣ Merupakan enzim utama yang digunakan untuk menilai fungsi hepar.

N I LAI NO RM AL (N )

‣ SGOT : 5 – 40 IU/l

‣ SGPT : 5 – 35 IU/l

P O L A E N Z I MO L O GI BE R B A G A I P EN Y A K I T H A T I

SGOT SGPT SGOT/SGPT

Hepatitis akut 20 – 50 kali N 20 – 50 kali N 0.7

Sirosis hepatis 5 – 10 kali N 5 – 10 kali N -1

Perlemakan hati 2 – 5 kali N 2 – 5 kali N <1

Kolesistitis 2 – 5 kali N 2 – 5 kali N <1

TATALAKSANA
SGOT dan SGPT akan kembali ke nilai normal sesuai dengan tatalaksana etiologi
penyakit yang mendasari.

27
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

Pemberian Hepatoprotektor

‣ Curcumin :
Curcumin merupakan komponen fitokima yang ditemukan dalam
kunyit. Kunyit sejak lama dikenal sebagai tanaman obat, diantaranya memiliki
efek farmakologis sebagai pelindung terhadap hati (hepatoprotektor),
meningkatkan nafsu makan, antiradang, memperlancar pengeluaran empedu
(kolagogum), dan mengatasi gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi,
dan disentri.
Curcumin sebagai antioksidan yang mampu menangkap ion
superoksida dan memutus rantai antar ion superoksida (O2-) sehingga
mencegah kerusakan sel hepar. Curcumin juga mampu meningkatkan
gluthation S-transferase (GST) dan mampu menghambat beberapa faktor
proinflamasi, ekspresi gen dan replikasi virus hepatitis B melalui
downregulation dari PGC-1α.
Pemberian curcumin dosis tinggi (1000 – 2000 mg / hari) terbutki
tidak berefek berbahaya terhadap tubuh dan dapat berpotensi terhadap
perkembangan pengobatan modern pada peyakit hati.

‣ Snmc (Stronger neo minophagen c) :


Mengandung Monoammonium glycyrrhizinate 40 mg, asam amino
asetat (JP) 400 mg, dan L-cysteine HCL 20 mg. Diindikasikan pada penyakit
hati kronis seperti Hepatitis B – kronis dan Sirosis hepatis. Bertujuan untuk
memperbaiki fungsi hati. Kontraindikasi pada Pasien dengan aldosteronisme,
kardiomiopati, & hipokalemia.
Dosis dan cara penggunaan 40-60 mL dengam infus IV atau IV drip
1 x/hari. Dosis dapat disesuaikan, tergantung usia & beratnya gejala. Dosis
harian maksimal 100 mL.

28
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -
Nabi SAW bersabda:
“Diantara tanda – tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu, tersebarnya
kebodohan, banyaknya orang minum khamar dan perzinaan dilakukan dengan
terang – terangan.” (HR Imam Muslim)

ANALISA GAS DARAH

DE FI N I SI

‣ Analisa gas darah merupakan salah satu cara mendiagnosis dan penatalaksanaan status
oksigenasi dan keseimbangan asam basa

H AL Y AN G D I NI LAI :

‣ pH darah

‣ Tekanan parsial karbondioksida (PCO2)

‣ Bikarbonat (HCO3-)

‣ Base excess (BE)

‣ Tekanan oksigen (PO2)

‣ Kandungan oksigen (O2)

‣ Saturasi oksigen (SO2)

I N TE RP RE TASI AN AL I SI S G AS DARAH

‣ Salah satu cara menginterpretasikan gas darah dengan algoritme interpretasi berikut
ini:
1. Tentukan pH darah

 pH < 7,35  asidosis

 pH > 7,45  alkalosis


2. Tentukan pCO2

29
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

 pCO2 merupakan komponen respiratorik

 pH menurun, pCO2 meningkat artinya asidosis respiratorik

 pH meningkat, pCO2 menurun artinya alkalosis respiratorik


3. Tentukan HCO3-

 HCO3- merupakan komponen metabolik,

 pH menurun, HCO3- menurun artinya asidosis metabolik

 pH meningkat, HCO3- meningkat artinya alkalosis metabolik


4. Tentukan primer dan sekunder (kompensasi)

 Nilai pCO2 dan HCO3-, yang sama interpretasi dengan pH adalah yang primer.

 Contoh : pH 7,56 (alkalosis), pCO2 18 (alkalosis), HCO3- 20 (asidosis), maka


interpretasi adalah alkalosis respiratorik.

 Nilai pCO2 atau HCO3- yang berlawanan dengan pH adalah komponen


kompensasi.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.:

Untuk mekanisme kompensasi dapat di lihat pada tabel berikut ini:

No Kelainan Perubahan Primer Kompensasi


-
1 Asidosis metabolic HCO3 ↓ pCO2 ↓
-
2 Alkalosis metabolik HCO3 ↑ pCO2 ↑
-
3 Asidosis respiratorik pCO2 ↑ HCO3 ↑
-
4 Alkalosis Respiratorik pCO2 ↓ HCO3 ↓

30
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

Cara lain menginterpretasi gas darah dengan algoritme ‘ERS’

pCO2 45 35
(Respiratorik)

PH 7.35 7.45
“Asidosis” “Alkalosis”

BE -2 2
(Metabolik)

‣ Tetapkan pH, jika pH <7.35, maka berada di posisi kiri, berarti “Asidosis”, dan jika
pH >7.45 maka berada di sebelah kanan tabel dan disebut “Alkalosis”.

‣ Tetapkan pCO2, bila posisinya sejajar dgn pH, penyebabnya adalah “respiratorik”.

‣ Tetapkan BE, bila sejajar dgn pH, penyebabnya adalah “metabolik”.

‣ Bila pCO2 & BE sesisi kemungkinan terjadi “Mix”.

‣ Bila saling berseberangan maka yang berseberangan dengan pH adalah komponen


“kompensasi”

‣ Catatan:

1. Bila pH <7.25 atau > 7.55 biasanya telah terjadi “Uncompensated” yaitu
kompensasi tubuh sudah tidak adekuat terhadap kelainan pH yang terjadi.
2. pH 7.25 – 7.34 adalah Asidosis dengan kompensasi
3. 7.46 – 7.55 adalah Alkalosis dengan kompensasi
4. 7.35 – 7.45 biasanya Mix atau normal

31
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

DAFTAR PUSTAKA

Adrogue HJ dan Madias NE (2000). Primary Care: Hypernatremia. New England


Journal of Medicine. 342 (20):1493-1499.
Aiyagari V, Deibert E, dan Diringer MN (2006). Hypernatremia in the neurologic
intensive care unit: how high is too high?. Journal of Critical Care. 21: 163– 172
Akcan-Arikan A, Zappitelli M, Loftis LL, Washburn KK, Jefferson LS, Goldstein SL
(2007). Modified RIFLE criteria in critically ill children with acute kidney injury.
Kidney Int. 10:1028–35.
Bagshaw SM, George C, Bellomo R (2008). A comparison of the RIFLE and AKIN
criteria for acute kidney injury in critically ill patients. Nephrol Dial Transplant.
23:1569-74.
Dine A (2012). Renal physiology anatomy and physiology. USA: Addison Weisley. p:
78-90.
Djoerban Z (2009). Dasar – dasar transfusi darah. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid III, Edisi V, Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Jakarta: 2009 November; 1185 - 1197.
Edmund L (2010). Kidney function tests. Clinical chemistry and molecular diagnosis.
4th ed. America: Elsevier. p:797-831.
Gaedeke (2000). Renal function test. Laboratory and diagnostic test handbook. New
York: Ad. P 706-15.
Gowda S, Desai PB, Kulkarni SS, Hull VV, Math AAK, Vernekar SN (2010). Markers
of renal function tests. N Am J Med Sci. 2(4): 170-3.
Kara A (2012). Renal function. Clinical chemistry. 6th ed. Philadephia: Wolters
Kluwe.Nurul A (2006). Kelainan enzim pada penyakit hati. Dalam: Aru.W.
Sudoyo, Bambang Setyohadi, Idrus Alwi, Marcellius.S., Siti, eds. Buku ajar ilmu
Penyakit dalam, p: 641.

32
-KOR EKSI KELAIN AN LABO R AT OR IU M -

Marinda FD (2014). Hepatoprotective effect of curcumin in chronic hepatitis. Jurnal


Kedokteran Unila : Review artikel
Patrick DB (2010). Acute kidney injury in the pediatric patient. US Nephrology. 5: 71–4.
Rea R, Stanworth R, Masters P, Lawson N (2011). Southern Derbyshire Shared Care
Pathology Guidelines: Hypocalcaemia in Adults. Diakses dari
https://www.derbyhospitals.nhs.uk/easysiteweb/getresource.axd?assetid=11304&t
ype=0&servicetype=1 pada 29 Maret 2017
Rosner M (2006). Renal function testing. Am J Kidney Dis. 47: 174-83.Sterns RH,
Grieff M dan Bernstein PL (2016). Treatment of Hyperkalemia : Something Old,
Something New. Kidney International. 1-9.
Stronger Neo Minopphagen C (2017). Ringkasan informasi produk obat.
Diakses dari http://www.mims.com/indonesia/drug/info/stronger%20neo-
minophagen%20c?lang=id. Pada 28 Maret 2017.
Turner J, Gittoes N, Selby P (2016). Society For Endocrinology Endocrine Emergency
Guidance: Emergency management of acute hypocalcaemia in adult patients.
Endocr Connect 5(5): G7-G8.
Diakses dari http://www.endocrineconnections.com/content/5/5/G7.full pada 29
Maret 2017.
Viera AJ dan Wouk N (2015). Potassium Disorders : Hypokalemia dan Hyperkalemia.
American Family Phisician. 92(6) : 487-495.

33

You might also like