You are on page 1of 14

GAMBARAN PERAWATAN KAKI DAN SENSASI SENSORIK KAKI

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2


DI POLIKLINIK DM RSUD
Dhora Sihombing,1 Nursiswati,1 Ayu Prawesti1
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik yang

ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (Hyperglikemia)

yang diakibatkan oleh kelainan dalam sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya.

(American Diabetes Association (ADA), 2004 dalam Smeltzer & Bare, 2008).

Data DM di Indonesia pada tahun 1995 terdapat 8,4 juta pasien yang menderita

DM. Tahun 2006 meningkat menjadi 14,7 juta. Diperkirakan akan terus

meningkat pada tahun 2030 menjadi 21,3 juta (Sudoyo, 2007).

DM dapat menyebabkan komplikasi pada berbagai sistem tubuh.

Komplikasi DM bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka

pendek meliputi; hypoglikemia dan ketoasidosis, sedangkan komplikasi jangka

panjang dapat berupa kerusakan makroangiopati dan mikroangiopati. Kerusakan

makroangiopati meliputi: penyakit arteri koroner, kerusakan pembuluh darah

serebral dan kerusakan pembuluh darah perifer. Adapun komplikasi

mikroangiopati meliputi: retinopati, nefropati dan neuropati (Smeltzer & Bare,

2008).

Neuropati dalam diabetes mengacu kepada sekelompok penyakit yang

menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor), otonom, dan

spinal. Dua tipe neuropati diabetik yang paling sering dijumpai adalah

Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
1
polineuropati sensorik (perifer) dengan gejala permulaannya adalah parestesia

(rasa tertusuk-tusuk, kesemutan), rasa terbakar, kaki terasa baal (patirasa) dan

neuropati otonom yang mengakibatkan berbagai disfungsi hampir seluruh organ

tubuh seperti kardiovaskuler, gastrointestinal, urinarius, kelenjar adrenal, dan

disfungsi seksual (Smeltzer & Bare, 2008).

Hilangnya sensasi (penurunan sensibilitas) merupakan salah satu faktor

utama resiko terjadinya ulkus, tetapi terdapat beberapa faktor resiko lain yang

juga turut berperan yaitu Keadaan hiperglikemia yang tidak terkontrol, usia pasien

yang lebih dari 40 tahun, riwayat ulkus kaki atau amputasi, penurunan denyut nadi

perifer, riwayat merokok, deformitas anatomis atau bagian yang menonjol (seperti

bunion dan kalus) (Smeltzer and Bare, 2002).

Terapi dan pencegahan terjadinya neuropati diabetik adalah dengan

melakukan pengontrolan kadar gula darah secara teratur dan mencegah terjadinya

luka pada kaki Karena adanya komplikasi yang disebut neuropati, pasien diabetes

mengalami penurunan sensitivitas dan intoleransi terhadap dingin di kaki mereka.

Neuropati terjadi ketika suplai darah ke ujung saraf kecil di kaki dan tangan

berhenti atau berkurang (Echeverry, 2007).

Perawatan kaki yang bersifat preventif mencakup tindakan mencuci kaki

dengan benar, mengeringkan dan meminyakinya; harus berhati-hati agar jangan

sampai celah di antara jari-jari kaki menjadi basah. Inspeksi atau pemeriksaan

kaki harus dilakukan setiap hari untuk memeriksa apakah terdapat gejala

kemerahan, lepuh, fisura, kalus, atau ulserasi (Smeltzer & Bare, 2008).

Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
2
Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (2009) bahwa

perawatan kaki secara teratur dapat mengurangi penyakit kaki diabetik sebesar 50-

60% yang mempengaruhi kualitas hidup. Kemauan melakukan perawatan kaki

diabetik maka diabetisi harus mempunyai niat yang tinggi karena perawatan kaki

diabetik ini harus dilakukan secara teratur jika ingin benar-benar mendapatkan

kualitas hidup yang baik. Pemeriksaan dan perawatan kaki diabetes merupakan

semua aktivitas khusus (senam kaki, memeriksa dan merawat kaki) yang

dilakukan individu yang beresiko sebagai upaya dalam mencegah timbulnya

ulkus diabetikum.

Berdasarkan hasil wawancara dengan sepuluh pasien diabetes melitus tipe 2

yang berobat jalan di poliklinik DM RSUD , diantaranya tiga orang pasien

mengaku merasakan kesemutan, kram kaki seperti kesetrum namun tidak pernah

melakukan perawatan pada saat keluhan itu muncul dan membiarkannya hingga

keluhan hilang, Dua orang pasien yang merasakan pegal di kaki, kulit kaki terasa

dingin selalu melakukan perawatan kaki seperti memijat kaki, menggunakan alas

kaki, dan mencuci kaki dengan air hangat secara rutin, tiga orang pasien

merasakan kaki lemah sulit untuk berjalan, panas di kaki namun tidak melakukan

perawatan kaki secara rutin, dan dua orang pasien tidak merasakan keluhan pada

kaki tetapi selalu menggunakan alas kaki, rajin mencuci kaki, mengeringkan kaki

setelah dicuci, dan menggunakan pelembab kaki.

Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
3
METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan maksud untuk

mengetahui gambaran perawatan kaki dan sensasi sensorik kaki pada pasien

diabetes melitus tipe 2 di Poli DM RSUD. Variabel yang digunakan adalah

tingkat perawatan kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2, sedangkan subvariabel

yang digunakan adalah perawatan kaki berdasarkan hasil pemeriksaan sensorik

kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2.

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat ke Poli DM

RSUD yang berjumlah rata-rata setiap bulan 1.123 orang. Sampel dalam

penelitian ini menggunakan jenis purposive sampling. Dihitung dengan rumus

Taro Yamane & Slovin) untuk mendapatkan prosentase distribusi frekuensi

responden penelitian.

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien penderita diabetes

usia 35-70 tahun, dan pasien meltus tipe 2, bersedia menjadi responden, rentang

yang kooperatif.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau

kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

tertutup, meliputi riwayat perawatan kaki, masalah pada kaki yang dialami

sekarang, perawatan kaki, peralatan kaki, keselamatan dan pencegahan, dan

pengetahuan tentang perawatan kaki. Serta melakukan pemeriksaan fisik

menggunakan nilon monofilamen 10G.

Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
4
Analisis data menggunakan analisis univariat. Analisis univariat bertujuan

untuk menjelaskan karakteristik responden seperti jenis kelamin, usia, dan lama

menderita diabetes melitus tipe 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Hasil analisis didapatkan karakteristik responden sebagai berikut: jenis

kelamin yang menjadi responden adalah perempuan dengan rentang usia

terbanyak rata-rata adalah dibawah 55 tahun dengan lama menderita diabetes rata

rata 1-5 tahun.

Tabel 1 Karakteristik Responden Diabetes Melitus Tipe 2 Bulan Mei 2012 di


Poliklinik DM RSUD (n= 92)
Karakteristik Kategori Frekuensi Prosentase (%)
Perempuan 78 84,78
Jenis Kelamin Laki-Laki 14 15,22

35- 55 tahun 44 47, 83


Usia 55 tahun keatas 48 52, 17

1-5 tahun 52 56,52


Lama Menderita
6-10 tahun 26 28,26
Diabetes
11-15 tahun 14 15,21

Tabel 1 menunjukkan frekuensi jenis kelamin yaitu sebagian besar dari

responden berjenis kelamin perempuan dan sebagian kecil responden berjenis

kelamin laki-laki. Frekuensi usia responden memiliki prosentase terbesar pada

rentang usia 55 tahun keatas. Selain itu dilihat dari faktor lamanya menderita

diabetes melitus frekuensinya yaitu sebagian besar responden menderita DM

selama 1-5 tahun.

Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
5
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Perawatan Kaki pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Bulan Mei 2012 di Poliklinik DM RSUD (n=
92)
Perawatan Kaki
Baik Buruk
Karakteristik Kategori
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
(n) (%) (n) (%)
Perempuan 59 64, 13 19 20, 65
Jenis Kelamin
Laki-Laki 7 07, 61 7 07, 61
35-55
34 36, 95 10 10, 86
Usia (Tahun) 55 Thn
32 34, 78 16 17, 39
keatas

Lama 1-5 40 43, 48 12 13, 04


Menderita DM 6-10 17 18, 48 9 09, 79
(Tahun) 11-15 9 09, 79 5 05, 43

Tabel 2 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat

perawatan kaki. frekuensi jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar

responden yang berjenis kelamin perempuan melakukan perawatan kaki diabetes

dengan baik, dan kurang dari setengah melakukan perawatan kaki yang buruk.

Sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki yang melakukan perawatan

kaki dengan baik dan perawatan kaki yang buruk memiliki frekuensi yang sama

besar.

Tingkat perawatan kaki berdasarkan usia menunjukkan bahwa sebagian

besar responden yang melakukan perawatan kaki yang baik berusia rata-rata

dibawah usia 55 tahun. Sedangkan sebagian lainnya berada pada usia diatas 55

tahun keatas melakukan perawatan kaki yang buruk.

Pada tabel 2 ini juga menunjukkan karakteristik tingkat perawatan kaki

berdasarkan lama menderita diabetes. Bahwa perawatan kaki yang baik sebagian

besar dilakukan oleh responden yang telah menderita diabetes melitus rata-rata 1-

5 tahun. Dan ternyata tingkat perawatan kaki yang buruk ditemukan juga pada
Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
6
sebagian besar responden yang telah menderita diabetes melitus rata-rata 1-5

tahun.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Perawatan Kaki Bulan


Mei 2012 di Poliklinik DM RSUD (n = 92)
Karakteristik Kategori Frekuensi Prosentase (%)
Baik 66 71,73
Perawatan Kaki
Buruk 26 28,26

Tabel 3 menunjukkan frekuensi tingkat perawatan kaki yang dilakukan

oleh pasien diabetes melitus tipe 2 yaitu sebagian besar dari responden sudah

melakukan perawatan kaki dengan baik, dan sebagian kecil dari responden masih

melakukan perawatan kaki yang buruk.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pasien diabetes melitus tipe 2

diketahui bahwa sebagian besar (71, 73%) responden sudah melakukan perawatan

kaki yang baik. Hal ini menggambarkan bahwa pasien telah melakukan perawatan

kaki dengan baik sehingga resiko terkena komplikasi pada kaki semakin kecil.

Perawatan kaki yang baik dapat mencegah terjadinya komplikasi kaki

diabetes secara dini. Pencegahan komplikasi diabetes melitus dapat membantu

meningkatkan angka harapan hidup bagi penderita diabetes. Kebiasaan perawatan

kaki yang baik pada responden sudah menunjukkan prosentase yang cukup besar.

Menurut Kerri Wright (2010) perawatan kaki yaitu memeriksa kaki setiap hari,

apakah ada perubahan warna, terjadi pembengkakan, nyeri atau mati rasa,

memeriksa alas kaki seperti sepatu atau kaus kaki yang digunakan untuk

memastikan bahwa alas kaki sesuai dan tidak menyebabkan lecet pada kaki,

Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
7
mencuci kaki setiap hari menggunakan sabun dan air hangat, mengeringkan kaki

dengan hati-hati, khususnya diantara sela-sela jari kaki, serta menggunting kuku.

Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Sensorik


Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Bulan Mei 2012 di
Poliklinik DM RSUD (n= 92)
Hasil Pemeriksaan Sensorik Kaki
Sensasi Normal Sensasi Tidak Normal
Karakteristik Kategori
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
(n) (%) (n) (%)

Perempuan 47 51, 09 31 33, 69


Jenis Kelamin
Laki-Laki 9 09, 79 5 05, 43

35-55 26 28, 26 18 19, 56


Usia (Tahun)
55 keatas 30 32, 60 18 19, 56

29 31, 52 23 25, 00
1-5
Lama Menderita 19 20, 65 7 07, 61
6-10
DM (Tahun)
11-15
8 08, 69 6 06, 52

Pada tabel 4 menunjukkan karakteristik hasil pemeriksaan sensorik kaki

pada pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama

menderita diabetes. Pada frekuensi jenis kelamin, ditemukan bahwa responden

yang memiliki sensasi kaki yang normal sebagian besar merupakan perempuan,

dan responden yang hasil pemeriksaan sensorik kakinya ditemukan sensasi yang

tidak normal juga sebagian besar berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan usia, hasil pemeriksaan sensorik kaki dengan kategori sensasi

normal sebagian besar responden berada pada usia diatas 55 tahun. Sedangkan

hasil pemeriksaan sensorik kaki dengan kategori sensasi tidak normal berada pada

rentang usia yang sama.

Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
8
Hasil pemeriksaan sensorik kaki berdasarkan lama menderita diabetes

melitus dengan kategori sensasi kaki normal didapatkan bahwa sebagian besar

responden telah menderita diabetes melitus rata-rata 1-5 tahun. Dan sebagian

besar responden yang hasil pemeriksaan sensorik kaki dengan kategori sensasi

kaki tidak normal juga telah menderita diabetes melitus rata-rata 1-5 tahun.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Sensorik Kaki


Bulan Mei 2012 di Poliklinik DM RSUD (n = 92)
Karakteristik Kategori Frekuensi Prosentase (%)
Pemeriksaan Sensasi Normal 56 60,87
Sensorik Kaki Sensasi Tidak Normal 36 39,13

Tabel 5 menunjukkan frekuensi dari hasil pemeriksaan sensorik kaki yaitu

sebagian besar responden memiliki sensasi kaki yang normal, dan sebagian kecil

responden memiliki sensasi kaki yang tidak normal.

Tujuan dilakukannya pemeriksaan sensorik pada kaki adalah untuk

menetapkan ada atau tidaknya gangguan sensorik pada kaki yang mendasari

gangguan sensorik tersebut, dengan cara mengetahui sensasi yang dirasakan oleh

penderita yaitu sensasi normal atau sensasi tidak normal.

Berdasarkan hasil pemeriksaan sensorik kaki pada pasien diabetes melitus

tipe 2, maka didapatkan hasil sebagian besar (60, 87%) responden memiliki

sensasi kaki normal. Hal ini menggambarkan bahwa pasien penderita diabetes

melitus yang memiliki sensasi kaki yang normal maka saraf sensorik pada kaki

dalam keadaan baik.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa hasil pemeriksaan sensorik kaki

sangatlah penting. Karena dari hasil tersebut dapat diketahui resiko terjadinya

komplikasi pada kaki, untuk dapat dilakukan pencegahan sedini mungkin. Sensasi
Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
9
kaki normal dan sensasi kaki tidak normal kadang kala tidak diketahui oleh

penderita diabetes melitus sebagai salah satu faktor terjadinya ulkus kaki diabetik.

Oleh karena itu, tujuan dilakukannya pemeriksaan sensorik kaki adalah untuk

mengetahui berkurang atau tidaknya sensasi kaki sebagai tanda yang berpengaruh

timbulnya gejala neuropati.

Perubahan sensorik pada kaki terjadi karena disebabkan oleh kerusakan

saraf. Pasien awalnya akan mengeluhkan parastesia, kaki seperti terbakar.

Keluhan seperti ini merupakan tanda dan gejala terjadinya komplikasi neuropati.

(Heitzman, 2010).

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Perawatan Kaki Berdasarkan Hasil


Pemeriksaan Sensorik Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Bulan Mei 2012 di Poliklinik DM RSUD (n= 92)
Sensasi Normal Sensasi Tidak Normal
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
(n) (%) (n) (%)
Perawatan
Kaki Baik 40 43,47 10 9,2

Perawatan
16 17,39 26 28,26
Kaki Buruk

Pada tabel 6 dapat diketahui bahwa hasil penelitian tentang tingkat

perawatan kaki berdasarkan pemeriksaan sensorik kaki pada pasien diabetes tipe 2

adalah sebagian besar responden sudah melakukan perawatan kaki dengan baik

dan dengan hasil pemeriksaan sensorik kaki yang normal, sedangkan ada

sebanyak 42 responden yang melakakun perawatan kaki yang kurang baik dengan

hasil pemeriksaan sensorik kaki yang tidak normal.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa tingkat perawatan kaki

berdasarkan pemeriksaan sensorik kaki yang berobat ke poliklinik DM RSUD

Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
10
hampir setengah responden (43,47%) melakukan perawatan kaki yang baik dan

memiliki sensasi kaki yang normal. Hal ini menggambarkan perawatan kaki yang

baik ternyata dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan pada sensorik kaki.

Upaya melakukan perawatan kaki dengan baik adalah suatu tindakan untuk

mengurangi resiko terjadinya komplikasi pada kaki. Melakukan pemeriksaan

sensorik pada kaki juga membantu mengetahui secara dini sensorik kaki penderita

diabetes normal atau tidak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di

Spanyol oleh Calle dkk. pada 318 diabetisi dengan neuropati dilakukan edukasi

perawatan kaki kemudian diikuti selama 3-6 tahun dihasilkan pada kelompok I

(223 responden) melaksanakan perawatan kaki teratur dan kelompok II (95

responden) tidak melaksanakan perawatan kaki, pada kelompok I terjadi ulkus

sejumlah 7 responden dan kelompok II terjadi ulkus sejumlah 30 responden.

Kelompok I dilakukan tindakan amputasi sejumlah 1 responden dan kelompok II

sejumlah 19 responden. Hasil penelitian pada diabetisi dengan neuropati yaitu

kelompok yang tidak melakukan perawatan kaki 13 kali lebih besar risiko terjadi

ulkus diabetika dibandingkan kelompok yang melakukan perawatan kaki secara

teratur.

Menurut Saskatchewan Ministry of health (Departemen Kesehatan Kanada,

2008) kaki diabetik jika sudah terjadi memerlukan waktu yang lama untuk

penyembuhan, maka diperlukan pencegahan agar tidak terjadi. Tindakan

pencegahan kaki diabetik terdiri dari mencari informasi tentang kaki diabetik,

identifikasi faktor resiko, manajemen diabetes melitus, perawatan kaki, edukasi

Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
11
perawatan diabetes melitus, dan penggunaan alas kaki yang semestinya, serta

penaggulangan yang cepat apabila ada masalah pada kaki.

Perawatan kaki seharusnya dilakukan oleh setiap orang, terutama juga harus

dilakukan oleh penderita diabetes melitus. Hal ini dikarenakan penderita diabetes

sangatlah rentan terkena luka pada kaki, dimana proses penyembuhan luka

tersebut juga membutuhkan waktu yang lama. Sehingga apabila setiap orang mau

untuk melakukan perawatan kaki dengan baik, akan mengurangi resiko terjadinya

komplikasi pada kaki.

Oleh karena itu perawatan kaki yang baik dapat mencegah terjadinya kaki

diabetik, karena perawatan kaki merupakan salah satu faktor penanggulangan

cepat untuk mencegah terjadinya masalah pada kaki yang dapat menyebabkan

ulkus kaki. Praktek yang lebih baik dalam melakukan perawatan kaki akan

mengurangi risiko terkena kaki diabetik. Karena mencegah terjadinya kaki

diabetik lebih baik daripada proses penyembuhannya. Karena proses

penyembuhan kaki diabetik membutuhkan waktu yang lama.

SIMPULAN

Penelitian ini memperoleh kesimpulan sebagai berikut: pertama, Sebagian

besar responden yang menderita diabetes melitus tipe 2 sudah melakukan

perawatan kaki yang baik. Kedua, sebagian besar responden memiliki sensorik

kaki yang masih normal. Ketiga, Sebagian besar responden yang melakukan

perawatan kaki dengan baik memiliki sensasi kaki yang normal.

SARAN

Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
12
Saran bagi peneliti selanjutnya, diharapkan peneliti berikutnya dapat

melanjutkan penelitian tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi tingkat

perawatan kaki berdasarkan hasil pemeriksaan sensorik kaki serta cara perawatan

kaki untuk mencegah luka kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2. Bagi Pihak

kesehatan di RSUD terutama perawat di poliklinik DM hendaknya melakukan

tindakan secara dini terhadap pasien diabetes melitus. Tindakan tersebut bertujuan

untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes melitus terutama pada kaki.

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Ibu Nursiswati, S.Kep., Ners., M.Kep., Sp., KMB. selaku dosen pembimbing

utama.

2. Ibu Ayu Prawesti P, S.Kep., Ners., M.Kep. Selaku dosen pembimbing

pendamping.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Arlina. 2006. Hubungan Aspek-Aspek Perawatan Kaki Diabetes Dengan


Kejadian Ulkus Kaki Diabetes Pada Pasien Diabetes Melitus.
http://www.scribd.com/doc/44581109/SENAM-KAKI-Turunkan-Nyeri-
Ulkus. Diakses pada tanggal 10 Mei 2012)

Echeverry, Diana, Petra Duran, Curley Bonds, Martin Lee, Mayer B. Davidson.
2009. Effect Of Pharmacological Treatment Of Depression On A1C And
Quality Of Life In Low-Income Hispanics And African Americans With
Diabetes. Diabetes Care, Volume 32, Number 12, December 2009.

Heitzman, Jill. 2010. Foot Care for Patients With Diabetes.

Mayfield JA, Reiber GE, Sanders LJ, Janisse D, Pogach LM, American
Diabetes Association. Preventive foot care in diabetes. Diabetes Care.
2004

Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
13
Smeltzer, S. C. dan B. G. Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid I.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

WHO. 2003. Pencegahan diabetes mellitus, laporan kelompok studi WHO.


Jakarta: Hipokrateas.

Wright K and Ojo O. 2010. Foot care for residents with type 2 diabetes Nursing
& Residential Care.

Dhora P J Sihombing
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung- Km. 21 Jatinangor -)
Email: rha.putri@yahoo.com, 081288569153
14

You might also like