You are on page 1of 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Mastitis dan abses payudara dapat terjadi pada semua populasi, apakah sedang menyusui atau
tidak menyusui. Bila terjadi pada saat menyusui atau pada waktu berhenti manyusui disebut
mastitis laktasi atau mastitis puerperal. Tersering pada 2-3 minggu post partum, tetapi dapat
terjadi [ada setiap waktu, pada masa laktasi. Penyebab tersering akibat masuknya bakteri melalui
luka pada waktu menyusui. Sementara itu mastitis non laktasi disebabkan oleh infeksi pada kulit
sekitar areola dan putting misalnya kista sebasea dan hidradenitis supuratif. Penanganan mastitis
yang tidak adekuat atau terlambat menyebabkan kerusakakan jaringanpayudara yang lebih luas.
Abses yang luas dapat mempengaruhi laktasi selanjutnya pada 10% perempuan, bahkan dapat
menghasilkan bentuk payudara yang tidak baik atau kehilangan payudara akibat reseksi
payuadara atau mastektomi.

Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui. Infeksi
terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Mastitis
ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam,
menggigil dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Terjadi beberapa minggu setelah
melahirkan. Infeksi ini biasanya terjadi kira-kira 2 minggu setelah melahirkan yang disebabkan
adanya bakteri yang hidup di pemukaan payudara. Kelelahan, stres, dan pakaian ketat dapat
menyebabkan penyumbatan saluran air susu dan payudara yang sedang nyeri, jika tidak segera
diobati bisa terjadi abses.

B. Penyebab

Penyebab mastitis antara lain :

1. Kuman/bakteri staphilococus aureus dan hemilitic streptococcus

2. Tehnik menyusui yang tidak benar

3. Penggunaan sabun pada puting susu/perawatan

C. Penggolongan Mastitis

1. Mastitis Laktasi

Penyebab utama adalah produksi ASi yang tidak dikeluarkan akibat berbagai sebab
antara lain obstruksi duktus, frekuensi dan lamanya pemberian yang kurang, isapan bayi yang
tidak kuat, produksi ASi berlebih, dan rasa sakita pada waktu menyusui. ASi yang todak
dikeluarkan merupakan media yang abaik untuk tumbuhnya bakteri. Thomsen(1984)menghitung
jumlah leukosit dan bakteri dari ASi yang dikeluarkan dari penderita mastitis dan
mengklasifikasikan mastitis menjadi 3 kelompok:

- ASI yang tidak keluar, didapatkan <106 leukosit dan <103 bakteri, akan menjadi baik hanya
dengan pengeluaran ASI

- inflamasi non infeksi (non-infectious mastitis), didapatkan >106 leukosit dan <103bakteri,
diterapi dengan sesering mungkin pengeluaran ASI

- infectious mastitis, didapatkan >106 leukosit dan >103 bakteri, diterapi dengan pengeluran ASI
dan antibiotic sistemik.

Infeksi yaitu masuknya kuman kedalam payudara melalui duktus ke lobus atau melalui
palus hematogen atau dari fissure putting ke sisitem limfatik periduktal. Kuman yang sering
ditemukan adalah Staphilococcus aureus, Staphilococcus albus, E. coli dan Streptococcus.
Ø Faktor Predisposisi

1. Umur: Sebuah studi retrospektif menunjukan bahwa wanita berumur 21- 35 tahun lebih
sering terkena mastitis

2. Paritas: Primipara mempunyai faktor resiko lebih besar.

3. Serangan sebelumnya: Pada beberapa studi,terdapat bukti bahwa 40-50% serangan mastitis
cenderung berulang.

4. Komplikasi melahirkan: pengeluaran ASI yang terlambat dapat meningkatkan resiko mastitis

5. Gizi.Antioksidan dari Vit.E,Vit A, dan selenium diketahui mengurangi resiko mastitis.

6. stress dab kelelahan

7. pekerjaan diluar rumah: karena resiko terjadinya statis ASI

8. trauma

Ø Gejala klinis

Engorgement(pembengkakan): payudara terasa penuh akibat ASI tidak dapat keluar, sehingga
menekan aliran vena, aliran klimfatik, aliran ASI. Hal ini menyebabklan payudara menjadi
bengakak dan edema. Gambaran klinisnya adalah:

1. Payudara terasa berat, panas dank eras, tidak mengkilat/edema, atau kemerahan. Kadang
ASI keluar dengan spontan, kondisi tersebut memudahkan bayi untuk mengeluarkan ASI
2. Peyudara membesar, bengkak dan sakit, mengkilat/edema dan kemerahan, putting datar,
ASI susah keluar dan kadang disertai demam. Keadaan tersebut sangat menyusahkan bayi
untuk menghisap ASI.
3. Obstruksi duktus menyebabkan galaktokel, berupa kista yang berisis ASI. Pertama cairan
tersebut encer dan kemudian manjadi kental, bil;a dotekan akan keluar cairan ASI dan
akan terisi kembali dalam beberapa hari. Diagnosis dapat ditegakkan dengan aspirasi atau
dengan pemeriksaaan USG.
4. Mastitis subklinis: ditandaia dengan peningkatan rasio antara Na/K didalam ASI dan
peningkatan IL-8 tanpa disertai gejala mastitis. Ini semua menandakan adanya respon
inflamasi. Keadaan tersebut sudah diobservasi terutama pada bayi yang tidak bertambah
berat bedannya sehungga memerlukan makanan tambahan lain. Morton(1994)
mengatakan keadaan tersebut dapat diatasi dengan pelatihan cara pemberian ASI yang
benar.
5. Mastitis infeksiosus: berdasarkan letak dapat diklasifikan sebagai berikut yaitu mastitis
superfisial yang berlokasi didaerah dermis dan intra mammaria dan mastitis parenkimus
atau interstisial yang terletak pada jaringan payudara. Berdasarkan bentuk
epidemiological dibagi menjadi epidemic atau sporadic. Keadaan mastitis tersebut dapat
dibuktikan dengan menghitung jumlah bakteri sekaligus kultur resistensi untuk
menentukan pemberian antibiotic yang sesuai.
6. Mastitis rekuren: terjadi karena keterlambatan atau tidak adekuatnya penanganan mastitis
sebelumnya atau cara pemberian ASI yang tidak baik.
7. Abses payudara: ditandai dengan payudara kemerahan, sakit, panas, dan edema jaringan
sekitarnya.

Keadaan tersebut dapat dicegah dengan pemberian ASI secara tepat, menghindarai sumbatan
pengeluaran dari ASI dan bila ditemukan gejala awal seperti engorgemen, ataupun sumbatan
duktus dan lika pada putting susu segera lakukan pengobatan yang tepat. Pemeriksaan klinis
merupakan hal yang sngat penting agar dapat dengan segera ditegakkan diagnosis dan
menyingkirkan kemungkinan patologis yang lain seperti engorgemen, sumbatan duktus, trauma
putting dan abses payudara. Pengobatan yang tidak tepat dapat menyebabkan terbentuknya
abses, mastitis rekuren, dan infeksi sekunder (jamur).

Ø prinsip utama terapi pada mastitis laktasi adalah:

1. Supportive conseling, harus diterangkan bahwa pentingnya pemberian ASI harus tetap
dilanjutkan. Pemberian tersebut tidak membahyakan bagi bayi.
2. Pengeluaran ASi secara efektif, pemberian antibiotic, atau pengobatan simptomatik
hanya memberikan perbaikan sementara. Namun, bila ASI tidak dikeluarkan kondisi
mastitis akan lebih buruk.
3. Antibiotic, indikasi pemberiannya bila disertai luka pada putting
4. Pengobatan simptomatik, seperti istirahat, analgetik, dan kompres hangat pada payudara
5. Terapi abses payudara: insisi dan drainase, dan pemberian antibiotic yang sesuai.
2. mastitis nonlaktasi

Dalam banyak kasus, Non-Puerperal Mastitis tidak disebabkan oleh inflamasi bakteri,
namun dapat disebabkan oleh Hyperprolactinemia, kasus hormon tiroid, merokok, adanya nanah
dalam payudara, diabetes dan pengaruh beberapa faktor pengobatan. Dalam keadaan ini,
terjadinya resiko perulangan penyakit, abses dan infeksi lanjutan lebih besar daripada puerperal
mastitis

D. Pengobatan
1) Payudara dikompres dengan air hangat
2) Untuk mengurangi rasa sakit dan demam dapat diberikan pengobatan analgetika-
antipiretik. (asetaminofen, ibuprofen (Thylenol))
3) Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.
4) Pompa pada payudara untuk mengosongkan payudara
5) Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan.
6) Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya serta menggunakan BH yang dapat menopang
payudara
7) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup.
8) Jika ibu demam tinggi (> 39oC), periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya
infeksi streptokokal.
9) Pada abses di tangani dengan pembedahan untuk mengeluarkan abses. Jika terjadi
abses, bawa penderita ke Rumah Sakit untuk mendapatkan antibiotik intravena, aspirasi
atau insisi. Setiap cairan aspirasi dilakukan pemeriksaan histologik untuk
menyingkirkan keganasan, dapat pula dilakukan drainase

Segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu pada bayi dihentikan dan diberikan
pengobatan sebagai berikut :

1. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.

2. Sangga payudara

3. Kompres dingin

4. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.


5. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

E. Pencegahan

Sikap bidan untuk dapat meningkatkan usaha preventif dan promotif dalam mencegah terjadinya
mastitis bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:

1. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan

2. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan


cara memompanya

3. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada puting
susu

4. Minum banyak cairan

5. Menjaga kebersihan puting susu

6. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.


BAB III

PENDOKUMENTASIAN

HASIL ASUHAN KEBIDANAN POST NATAL CARE PATOLOGI PADA

NY.”B” P1 A0 POST PARTUM MINGGU 1 DENGAN MASTITIS

DI BLUD RS BENYAMIN GULUH RUANG NIFAS

TANGGAL 28 DESEMBER 2013

No. Reg :

Tgl. Masuk RS : 22 februari 2014 jam 10.00 Wita

Tgl. Bersalin : 22 februari 2014 jam 16.00 Wita

Tgl. Pengkajian : 28 februari 2014 jam 10. 00 Wita

Identitas Ibu/Suami

Nama : Ny.”B” / Tn.”S”

Umur : 26 Tahun / 29 Tahun

Nikah : 1 Kali + 1 Tahun

Suku : bugis / tolaki

Agama : islam / islsm

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / wiraswasta


Alamat : Dawi – dawi kec pomalaa

SUBJEKTIF (S)

1. Ibu melahirkan tanggal 22 desember 2013 , jam 10.00 wita.

2. Ibu mengeluh nyeri pada payudara hari ketujuh

3. Ibu merasa demam dan menggigil

4. Ibu mengatakan payudaranya membengkak

5. Ibu mengatakan asinya tidak keluar

OBJEKTIF (O)

1. TTV : TD : 90/70 mmHg P : 20 x/menit

N : 80 x/menit S : 37 0C

2. Tampak adanya pembengkakan dan kemerah-merahan pada payudara ibu

3. Ekspresi wajah ibu meringis karena nyeri yang dirasakan pada payudaranya

4. Tidak ada pengeluaran asi

5. Palpasi : ibu merasakan nyeri bila payudaranya disentuh/tekan

6. Bayi tidak menyusui karena payudara terasa nyeri

ASSESMENT

Ny. “B” umur 26 tahun PIA0 Dalam masa nifas hari ke tujuh dengan infeksi payudara mastitis
PLANNING

1. menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu bahwa ada pembengkakan pada
payudara dan terasa nyeri yang merupakan tanda infeksi pada payudara

hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan dan merasa gelisah

2. menjelaskan pada ibu supaya ibu segera mendapatkan penanganan yang tepat untuk infeksi
payudara yang diderita yaitu :

a. payudara dikompres dengan air hangat

b. untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika

c. untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika

hasil :penanganan telah dilakukan dan ibu mengerti apa yang disampaikan bidan

3. memberikan KIE kepada ibu tentang perawatan payudara,yaitu dengan memberikan


payudara dulu sebelum meyusui,membantu ibu tentang teknik menyusui yang benar dengan
membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudara,mendorong untuk sering
menyusui,sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan,bila perlu peras ASI dengan
tangan atau dengan pompa,samapai menyusui dapat dimulai lagi

hasil : ibu mengerti dan akan melakukannya

4. memberikan KIE kepada ibu supaya bayi mulai menyusui dari payudara yang mengalami
peradangan dan selalu menyusui bayinya

hasil :ibu mengerti dan akan menyusui bayinya

5. memberikan konseling suportif pada ibu tentang mastitis

mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustasi, dan membuat banyak
wanita merasa sangat sakit. Selain dengan penganan yang efektif dan mengendalikan
nyeri.wanita membutuhkan dukungan emosional, ibu harus diyakinkan kembali tentang nilai
menyusui, yang aman untu diteruskan: bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan
membahayakan bayinya; dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya.
hasil : ibu mengerti penjelasan bidan dan tidak merasa takut lagi menyusui bayinya.

6. Menjelaskan pada ibu untuk tetap mempertahankan pemenuhan pola nutrisi yang sudah baik
dilakukan dengan mengkomsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang yaitu karbohidrat
(nasi,kentang roti) protein (tahu,tempe, daging, ikan ,telur) vitamin( sayur dan buah)dan
memperbanyak komsumsi makanan yang mengandung protein untuk mempercepat penyubahan
luka.

hasil : ibu bersedia untuk melakukan pola pemenuhan nutrisi yang sehat dan seimbang terutama
komsumsi protein.

7. Menjelaskan kepada ibu untuk tetap mendapatkan istirahat yang cukup dan tidak terlalu
lelah agar produksi ASI tidak mengganggu dan tidak cepat lelah

hasil : ibu mengerti dan akan melakukannya

8. Bidan menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan genetalia dan menganjurkan pada ibu
untuk membersihkan alat genetali dengan sabun sesudah BAK ataupun BAB dari arah atas
menuju anus.

Hasil : ibu mengerti penjelasan bidan dan mau megikuti anjuran yang diberikan oleh bidan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mastitis adalah suatu peradangan pada jaringan payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak
diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara), yang disebabkan
oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus). Bakteri
seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau
retakan di kulit (biasanya pada puting susu). Dan biasanya terjadi pada wanita yang menyusui
dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita
menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.Abses
payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani
dengan baik, sehingga memperberat infeksi. Dengan gejala sakit pada payudara ibu tampak lebih
parah, payudara lebih mengkilap dan berwarna merah, benjolan terasa lunak karena berisi nanah.

B. Saran

Sebagai tenaga kesehatan kita harus tahu dan mampu mengatasi mastitis.Sehingga presenstase
wanita yang mempunyai resiko untuk menderita mastitis dapat ditangani dengan semaksimal
mungkin dan secepat mungkin .
DAFTAR PUSTAKA

Prawirodharjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT BINA
PUSTAKA SARWONO PRAWIHARDJO.

Prawirodharjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT BINA PUSTAKA SARWONO


PRAWIHARDJO.

Aynuna.2014.”Contoh Askeb Infeksi Payudara”


payudarahttp://aynunadhyl.blogspot.co.id/2014/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x.html.Diakses 19 April 2018.

You might also like