You are on page 1of 19

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Persoalan Transportasi


Persoalan transportasi membahas masalah pendistribusian suatu komoditas
atau produk dari sejumlah sumber (supply) kepada sejumlah tujuan (destination,
demand), dengan tujuan meminimumkan ongkos pengangkutan yang terjadi.
Ciri-ciri khusus persoalan transportasi ini adalah:
1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tetentu.
2. Kuantitas komoditas atau barang yang di distribusikan dari setiap sumber
dan yang diminta oleh setiap tujuan, besarnya tertentu.
3. Komoditas yang dikirim atau diangkit dari suatu sumber ke suatu tujuan,
besarnya sesuai dengan permintaan dan kapasitas sumber.
4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu mtujuan,
besarnya tertentu.

2.2. Model Transportasi


Secara diagramatik, model transportasi dapat digambarkan sebagai
berikut:
Misalkan ada m buah sumber dan n buah tujuan.
Sumber Tujuan
a b
i=1 x11 j=1
x12
.
.
. j=2
x1n

i=2 x21
. x22 .
. . .
. . .

x2n
i=m xm1
xm2
.
.
. j=n
xmn
a. Masing-masing sumber mempunyai kapasitas ai, i=1,2,3,…,m
b. Masing-masing tujuan membutuhkan komoditas sebanyak bj, j=1,2,3,…,n
c. Jumlah satuan (unit) yang dikirimkandari sumber i ke tujuan j adalah
sebanyak Xij.
d. Ongkos pengiriman per unit dari sumber I ke tujuan j adalah cij.
Dengan demikian, maka formulasi program liniernya adalah sebagai berikut:
Minimumkan: z = ∑𝑚
𝑖=1 ∑𝑛𝑗=1 𝑐𝑖𝑗 𝑥𝑖𝑗
Berdasarkan pembatas: ∑𝑛𝑗=1 𝑥𝑖𝑗 = 𝑎𝑖, 𝑖 = 1,2, … , 𝑚
∑𝑚
𝑖=1 𝑐𝑖𝑗 = 𝑏𝑖, 𝑗 = 1,2, … , 𝑚
Xij ≥ 0 untuk seluruh I dan j.
Sebagai ilustrasi, jika ada 2 buah sumber dan 3 tujuan (m=1, n=3)

Formulasi:
Minimukan:
z = c11x11 + c12x12 + c13x13 + c21x21 + c22x22 + c23x23
berdasarkan pembatas:
x11 + x12 + x13 = a1
pembatas sumber
x21 + x22 + x23 = a2
x11 + x21 = b1
x12 + x22 = b2 pembatas tujuan
x13 + x23 = b3
Sedangkan tabel program liniernya adalah:
z x11 x12 x13 x21 x22 x23 Solusi
Persamaan tujuan 1 -c11 -c12 -c13 -c21 -c22 -c23 0
Pembatas 0 1 1 1 a1
sumber 0 1 1 1 a2
Pembatas 0 1 1 b1
sumber 0 1 1 b2
0 1 1 b3
Tabel. Program Linier
Semua koefisien teknologis akan berharga nol atau 1 (lihat tabel di atas),
dan ini merupakan karakter atau sifat model transportasi.
Dari tabel di atas itu kita juga tidak dapat melihat solusi awal secara jelas,
karena itu pada persoalan transportasi tidak lagi digunakan tabel sperti itu, tetapi
diganti dengan tabel berikut:
Tujuan (j)
1 2 3 Supply
1 c11 c12 c13
a1
x11 x12 x13
Sumber (i)
c21 c22 c23
2
a2
x21 x22 x23
Demand b1 b2 b3
Tabel 2. Matriks Persoalan Tranportasi
Dengan demikian, walau persoalan transportasi ini dapat diselesaikan dengan
metode simpleks, tetapi karena sifat-sifatnya yang khusus itu, maka dapat disusun
suatu prosedur yang jauh lebih sederhana, yang secara sepintas lalu seakan-akan
tidak ada hubungannya dengan metode simpleks.

2.3. Keseimbangan Model Transportasi


Suatu model transportasi dikatakan seimbang apabila total supply (sumber)
sama dengan total demand (tujuan). Dengan kata lain:
𝑚 𝑛

∑ 𝑎𝑖 = ∑ 𝑏𝑗
𝑖=1 𝑗=𝑖

Dalam persoalan yang sebenarnya, batasan ini tidak selalu terpenuhi; atau
dengan kata lain, jumlah supply yang tersedia mungkin lebih besar atau lebih kecil
daripada jumlah diminta. Jika hal ini terjadi, maka model persoalannyadisebut
sebagai model yang tidak seimbang (unbalanced). Batasan di atas dikemukakan
hanya karena ia menjadi dasar dalam pengembangan teknik transportasi. Namun,
setiap persoalan transportasi dapat dibuat seimbang dengan cara memasukkan
variabel artifisial (semu). Jika jumlah demand melebihi jumlah supply, maka
dibuat suatu sumber dummy yang akan men-supply kekurangan tersebut, yaitu
sebanyak ∑𝑗 𝑏𝑗 − ∑𝑖 𝑎𝑖
Sebaliknya, jika jumlah supply melibihi jumlah demand, maka dibuat
suatu tujuan dummy untuk menyerap kelebihan tersebut, yaitu sebanyak ∑𝑖 𝑎𝑖 −
∑𝑗 𝑏𝑗 .
Ongkos transportasi perunit (𝑐𝑖𝑗 ) dari sumber dummy keseluruh tujuan
adalah nol. Hal ini dapat dipahami karena pada kenyataannya dari dummy tidak
terjadi pengiriman. Begitu pula dengan ongkos transportasi per unit (𝑐𝑖𝑗 ) dari
semua sumber ke tujuan dummy adalah nol.
Jika pada suatu persoalan transportasi dinyatakan bahwa dari sumber ke 𝑘
tidak dilakukan atau tidak boleh terjadi pengiriman ke tujuan ke 𝑖, maka
nyatakanlah 𝑐𝑘1 dengan suatu harga 𝑀 yang besarnya tidak terhingga (ingat
teknik 𝑀 pada metode simpleks. Hal ini dilakukan agar dari 𝑘 ke 1 itu benar-
benar tidak terjadi pendistribusian komuditas.

2.4. Metode Pemecahan


Untuk menyelesaikan persoalan transportasi, harus dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Tentukan solusi fisibel basis awal.
2. Tentukan entering variable dari variabel-variabel nonbasis. Bila semua
variable sudah memenuhi kondisi optimum, STOP. Bila belum, lanjutkan
ke langkah 3.
3. Tentukan leaving variable di antara variabel-variabel basis yang ada,
kemudian hitung solusi yang baru. Kembali ke langkah 2.

Langkah 1: Menentukan solusi fisibel basis awal


Ada tiga metode yang biasa digunakan untuk menentukan solusi fisibel basis awal
ini yaitu:
a. Metode pojok kiri atas-pojok kanan bawah (northwest corner) caranya
adalah sebagai berikut:
Mulai dari pojok kiri atas, alokasikan sebesar 𝑥11 = min( 𝑎1 , 𝑏1 ). Artinya:
jika 𝑏1 < 𝑎1 maka 𝑥11 = 𝑏1, jika 𝑏1 > 𝑎1 , maka 𝑥11 = 𝑎1. Kalau 𝑥11 = 𝑏1 , maka
selanjutnya yang mendapat giliran untuk dialokasikan adalah 𝑥12 sebesar
min(𝑎1 − 𝑏1 , 𝑏2 ); kalau 𝑥11 = 𝑎1 (atau 𝑏1 > 𝑎1 ), maka selanjutnya yang
mendapat giliran untuk dialokasikan adalah 𝑥21 sebesar min(𝑏1 − 𝑎1 , 𝑎2 ).
Demikian seterusnya.
Contoh:
Tujuan
1 2 3 4 𝑎𝑖
1 10 0 20 11
15
5 10
Sumber
12 7 9 20
2
25
5 15 5
0 14 16 18
3
5 5
𝑏𝑗
5 15 15 10

𝑎1 = 15 ; 𝑏1 = 5→ 𝑥11 = min (15,5) = 5


𝑎1 − 𝑏1 = 10; 𝑏2 → 𝑥12 =min (10,15) = 10
Langkah selanjutnya ialah mengisi 𝑏2 sampai penuh dengan mengalokasikan
sebesar 5 pada 𝑥22 , yaitu jumlah kekurangan yang terjadi dalam pemenuhan
kebutuhan pada 𝑏2 .
Dengan melanjutkan prosedur di atas, maka akan diperoleh berturut-turut:
𝑥23 = 15, 𝑥24 = 5 dan 𝑥34 = 5, yang bersama-sama dengan 𝑥11 , 𝑥12 , dan 𝑥22
membentuk solusi fisibel basis awal.
b. Metode ongkos terkecil (least coat)
Prinsip cara ini adalah pemberian prioritas pengalokasian pada tempat
yang mempunyai satuan ongkos terkecil. Dengan mengambil contoh di atas, kita
lihat 𝑐12 = 𝑐31 = 0 adalah ongkos terkecil dari keseluruhan tabel. Maka 𝑥12 dan
𝑥31 mendapat prioritas pengalokasian pertama kali. Jumlah unit yang dialokasikan
masing-masing adalah 𝑥12 = min( 𝑎1 , 𝑏2 ) = 15 dan 𝑥31 = min( 𝑎3 , 𝑏1 ) = 5.
Selanjutnya lihat ongkos terkecil berikutnya, yaitu 𝑐22 = 7. Tetapi, karena tujuan
kedua (𝑏2 ) telah terisi penuh, maka lihat ongkos terlkecil berikutnya, diperoleh
𝑐23 = 9. Alokasikan 𝑥23 sebesar min( 𝑎2 , 𝑏3 ) = min( 25,15 = 15).
Dengan menjalankan prosedur di atas diperoleh 𝑥24 = 10 maka
𝑥12 , 𝑥31 , 𝑥23 , dan 𝑥24 bersama-sama membentuk solusi fisibel basis awal.
c. Metode pendekatan Vogel’s approximation method, VAM)
Cara ini merupakan cara yang terbaik dibandingkan dengan kedua cara di
atas. Langkah-langkah pengerjaannya adalah:
1. Hitung penalty untuk tiap kolom dan baris dengan jalan mengurangkan
elemen ongkos terkecil dari yang kedua terkecil.
2. Selidiki kolom/baris dengan penalty terbesar. Alokasikan sebanyak
mungkin pada variabel dengan ongkos terkecil, sesuai supply dengan
demand, kemudian tandai kolom atau baris yang sudah terpenuhi. Kalau
ada dua buah kolom/baris yang terpenuhi secara simultan, pilih salah satu
untu ditandai, sehingga supply/demand sama dengan nol, tidak akan
terbawa lagi dalam perhitungan penalty selanjutnya.
3. a. Bila tinggal 1 kolom/baris yang belum ditandai, STOP.
b. Bila tinggal 1 kolom/baris dengan supply/demand positif yang belum
ditandai, tentukan variabel basis pada kolom/baris dengan cara ongkos
terkecil (least cost).
c. Bila semua baris dan kolom belum ditandai mempunyai supply dan
demand sama dengan nol, tentukan variabel-variabel basis yang
berharga nol dengan cara ongkos terkecil. Kemudian STOP.
d. Jika 3a, b, c tidak terjadi, hitung kembali penalty untuk baris/kolom
yang belum ditandai. Kembali ke nomor 2.
Contoh:
Penalty
1 2 3 4 baris
1 10 0 20 11
10
5 10
12 7 9 20
2
2
5 15 5
0 14 16 18
3
Penalty 5 14
kolom 7 7 7 7

Karena baris ketiga memiliki penalty terbesar (= 14) dan karena 𝑐31 = 0
merupakan ongkos terkecil di dalam barisnya, maka alokasikan 𝑥31 = 5. Dengan
demikian, baris 3 dan kolom 1 sudah terpenuhi secara simultan.
Dalam hal ini kita bias memilih baris 3 atau kolom 1 yang akan ditandai.
Misalkan dipilih kolom 1 untuk ditandai, maka sisa supply untuk baris 3 menjadi
0.
Tabel baru menjadi:

Penalty
1 2 3 4
1 10 0 20 11
10 11

12 7 9 20
2
25 2

0 14 16 18
3
5 0 -
0 15 15 10
Penalty - 7 11 9
Selanjutnya kita ulang menghitung penalty. Kita lihat bahwa baris 1 dan
kolom 3 mempunyai penalty yang sama (= 11) sehingga kembali kita dapat
memilih salah satu untuk ditandai.
Misalkan dipilih kolom 3 untuk ditandai, maka alokasikan 𝑥23 = 15.
Supply untuk baris 2 sekarang menjadi 10.

Penalty
1 2 3 4
1 10 0 20 11
15 11

12 7 9 20
2 15
10 13

0 14 16 18
3
5 0 -
0 15 0 10
Penalty - 7 0 9

Dengan menghitung penalty yang baru, diperoleh penalty terbesar untuk


baris 2 (= 13) sehingga alokasikan 𝑥22 = 10. Kemudian tandai baris 2.
1 2 3 4
15
1

2 10 15 0

0
3 5

0 5 0 10
Supply yang masih tersedia adalah 15 (baris 1), sedangkan demand yang
belum terpenuhi adalah kolom 2 sebanyak 5 dan kolom 4 sebnayak 10.
Karena tak ada pilihan lain, maka alokasikan 𝑥12 = 5 dan 𝑥11 = 10.
Pengisian table selesai dengan solusi fisibel basis awal: 𝑥12 = 5, 𝑥14 = 10, 𝑥22 =
10, 𝑥23 = 15,dan 𝑥31 = 5.
Langkah 2 dan 3: Menentukan entering variable dan leaving variable
Menentukan entering dan leaving variable adalah tahap berikutnya dari
teknik pemecahan persoalan transportasi, setelah solusi fisibel basis awal
diperoleh. Ada dua cara yang bisa digunakan dalam menentukan entering dan
leaving variable ini, yaitu dengan menggunakan metode stepping stone atau
metode multipliers.
a. Metode stepping stone
Untuk menentukan entering dan leaving variable ini, terlebih dahulu
dibuat suatu loop tertutup bagi setiap variable nonbasis tadi, dimana tiap sudut
loop haruslah merupakan titik-titik yang ditempati oleh variabei-variabel basis
dalam tabel transportasi. Sebagai contoh, kita lihat kembali tabel terakhir yang
diperolehdaricaranorthwest corner. Dari Table 3. Diperoleh variabel basis
awal𝑥11 , 𝑥12 , 𝑥22 , 𝑥23 , 𝑥24 ,dan 𝑥34 , masing-masingdenganharga 5, 10, 5, 15, 5,
dan 5.

1 2 3 4
1 10 0 20 11
15
5 10
12 7 9 20
2
25
5 15 5
0 14 16 18
3
5 5
5 15 15 10
Tabel 3. Solusi Fisibel Basis Awal
Sampai disini diperoleh solusi awal 𝑧 = (5𝑥10) + (10𝑥0) + (5𝑥7) + (15𝑥9) +
(5𝑥20) + (5𝑥18) = 410.
Dalam hal ini loop digunakan untuk memeriksa apakah bisa diperoleh
penurunan ongkos (𝑧) jika variable nonbasis dimasukkan menjadi basis. Dengan
cara memeriksa semua variable nonbasis yang terdapat dalam suatu iterasi itulah
kita dapat menentukan entering variable.
Sebagai contoh, kita kembali pada Tabel 3. Misalkan kita akan memeriksa
apakah variabel nonbasis 𝑥21 dapat dimasukkan menjadi variabel basis sehingga
ongkos totalnya berkurang. Untuk itu alokasikan sebanyak 1 satuan barang kepada
𝑥21 (atau𝑥21 = 1). Mengingat bahwa kuantitas barang pada masing-masing baris
atau kolom harus tetap, maka perubahan harga 𝑥21 dari 0 menjadi 1
mengakibatkan perubahan pada harga variabel basis 𝑥11 (yang berada pada kolom
1) sebesar 1 sehinga 𝑥11 menjadi = 4. Demikian pula halnya dengan variabel yang
berada pada baris 2 sehingga 𝑥22 berubah menjadi 𝑧 = (4𝑥10) + (1𝑥12) +
(4𝑥7) + (15𝑥9) + (5𝑥20) + (5𝑥18) = 405.
Dibandingkan dengan solusi sebelumnya (𝑧 = 410), maka jelaslah bahwa
𝑥21 dapat dimasukkan sebagai entering variable, dimana pengalokasikan 1 unit
barang kepada 𝑥21 akan mengakibatkan penurunan ongkos sebesar 5 (lihat Tabel
4.).

1 2 3 4
1 10 0 20 11
15
4 11
12 7 9 20
2 1
25
4 15 5
0 14 16 18
3
5 5
5 15 15 10
Tabel 4. Pemasukan Variabel Nonbasis 𝑥21 Menjadi Variabel Basis
Kalau kita pandang 1 unit pengalokasian kepada 𝑥21 berasal dari
perpindahan 1 unit pada kolom 2 ke kolom 1, maka untuk menjaga agar kuantitas
total pada kolom 2 tidak berubah dan kuantitas pada kolom 1 tidak berlebih,
haruslah dari kolom 1 dipindahkan ke kolom 2 sebesar 1 unit pula.
Misalkan yang berubah itu adalah 𝑥11 menjadi 4, dan 1 unit dipindahkan
dari 𝑥11 kepada 𝑥12 menjadi 11. Dengan cara yang sama 𝑥21 menjadi 1 dan 𝑥22
menjadi 4 sebagai perimbangannya (lihat Tabel 4.).
1 2 3 4
1 5 10

2 𝑥21 5 15 5

3 5

0 5 0 10
Tabel 5. Loop Tertutup untuk Variabel Nonbasis 𝑥21
Akibat “perpindahan antarkolom” ini terhadap ongkos total hanyalah akan
berkisar pada elemen – elemen ongkos tempat dilakukannya perpindahan tersebut,
yaitu 𝑐11, 𝑐12, 𝑐21 , dan 𝑐22 . Dalam hal ini, akibat perpindahan dari 𝑥11 kepada 𝑥12
sebesar 1 unit, maka terjadi penurunan ongkos sebesar 𝑐11 − 𝑐12 . Begitu pula
yang terjadi pada perpindahan dari 𝑥22 kepada 𝑥21 , penurunan ongkosnya adalah
sebesar 𝑐22 − 𝑐21 .
Kalau penurunan ongkos ini diberi tanda minus (−) dan pertambahan
ongkos diberi tanda plus (+), maka perubahan total ongkos yang terjadi, bila
dialokasikan sebanyak 1 unit terhadap variabel nonbasis 𝑥21 , adalah:
[(𝑐11 − 𝑐12 ) + (𝑐22 − 𝑐21 )]
= −[(10 − 0) + (7 − 12)]
= −5
Perubahan harga variabel – variabel basis dan nonbasis ini tentu saja dapat
pula dipandang sebagai “perpindahan antarbasis” dan tidak akan mempengaruhi
hasil perhitungan. Bahkan adakalanya dibutuhkan “perpindahan antarkolom”
sekaligus “perpindahan antarbasis”, misalnya untuk memeriksa 𝑥31 (buktikan!).
jika 𝑐̅𝑖𝑗 = perubahan ongkos akibat pengalokasian 1 unit produk ke variabel
nonbasis 𝑥𝑖𝑗 , maka dengan cara yang sama akan diperoleh berturut – turut: 𝑐13 =
18, 𝑐14 = −2, 𝑐31 = −15, 𝑐32 = 9, dan 𝑐33 = 9, sehingga diperoleh Tabel 6.

1 2 3 4
1 10 0 20 11

5 10 18 -2
12 7 9 20
2
-5 5 15 5

0 14 16 18
3
5
-15 9 9
5 15 15 10
Tabel 6. Penambahan dan Penurunan Ongkos Transportasi Per Unit untuk Masing –
Masing Variabel Nonbasis
Selanjutnya dipilih variabel nonbasis yang akan menyebabkan penurunan
ongkos terbesar sebagai entering variable. Dari iterasi di atas dipilih 𝑥31 sebagai
entering variable karena memberikan penurunan ongkos terbesar yaitu sebanyak
15 satuan ongkos per unit. Dengan demikian, kita dapat membuat sebuah loop
yang berawal dan berakhir pada variabel 𝑥31 (lihat Tabel 7).

1 2 3 4
1 10 0 20 11

(-) 5 10 (+)
12 7 9 20
2
5 (-) 15 5 (+)

0 14 16 18
3
(+) 𝑥31 5 (-)
Tabel 7. Loop dari Variabel 𝑥31
Tanda (−) dan (+) menyatakan bahwa variabel yang bersangkutan (pada
masing – masing kotak) akan bertambah atau berkurang besarnya sebagai akibat
perpindahan kolom dan perpindahan baris.
Leaving variabel dipilih dari variabel – variabel sudut loop yang bertanda
(−). Pada contoh di atas, dimana 𝑥31 telah terpilih sebagai entering variable,
calon – calon leaving variable-nya adalah 𝑥11 , 𝑥22 , dan 𝑥34 . Dari calon – calon
ini, pilihlah salah satu yang nilainya paling kecil.
Pada contoh di atas, kebetulan nilainya sama (= 5) sehingga kita bisa
memilih salah satu untuk dijadikan leaving variable. Misalkan 𝑥34 dipilih sebagai
leaving variable, maka nilai 𝑥31 naik 5 dan nilai – nilai variabel basis yang
disebut loop juga berubah (bertambah atau berkurang 5 sesuai dengan tanda (+)
atau (−)).
Tabel solusi baru ini adalah seperti pada Tabel 5.8 dengan ongkos
transportasi sebesar:
(0 × 10) + (15 × 0) + (0 × 7) + (15 × 9) + (10 × 20) + (5 × 0) = 335

1 2 3 4
1 10 0 20 11
0 15
12 7 9 20
2
0 15 10
0 14 16 18
3
5
Tabel 8. Tabel Solusi Baru Setelah 𝑥31 Terpilih Sebagai Entering Variable Dan 𝑥34
Menjadi Leaving Variable
Bandingkan dengan solusi awal pada Tabel 5.3 yang ongkos
transportasinya = 410. Selisih ongkos transportasi (410 − 335 = 75) sama
dengan hasil perkalian antara:
Jumlah unit yang ditambahkan × Penurunan ongkos per
pada 𝑥31 unit
(5) × (15)

Perhatikan:
Angka 0 pada 𝑥11 dan 𝑥22 adalah variabel basis yang berharga 0. Jadi,
tidak boleh dihilangkan karena ia tidak sama dengan kotak – kotak lain yang tidak
ada angkanya (variabel nonbasis).
Sampai di sini kita masih harus memeriksa, barangkali nilai fungsi tujuan
masih bisa diperbaiki. Untuk itu lakukanlah kembali langkah – langkah yang
sudah kita kerjakan, dengan menggunakan Tabel 5.8 sebagai solusi awal
(pengganti Tabel 5.3).
Kita dapatkan:
Variabel nonbasis Perubahan ongkos per unit
𝑥13 𝑐̅13 = +18
𝑥14 𝑐̅14 = −2
𝑥21 𝑐̅21 = −5
𝑥32 𝑐̅32 = +24
𝑥33 𝑐̅33 = +24
𝑥34 𝑐̅34 = +15
Dengan demikian kita memilih 𝑥21 sebagai entering variable.

1 2 3 4
1 10 0 20 11

(-) 5 15 (+)
2 12 7 9 20
(+) 𝑥21 0 (-) 15 10
3 0 14 16 18

Tabel 9.

1 2 3 4
1 10 0 20 11
𝑥41 (+)
(-) 15
2 12 7 9 20
0 (+) 0 15 10 (-)
3 0 14 16 18
5
Tabel 10.
Pada loop yang berasal dan berakhir pada 𝑥21 ini, leaving variable-nya ada
dua, yaitu 𝑥11 dan 𝑥22 . Karena keduanya berharga 0, kita bisa memilih salah satu
untuk dijadikan leaving variable. Misalkan 𝑥11 adalah leaving variable, maka
𝑥21 = 0 dengan ongkos transportasi tetap 335. Karena itu, kita coba membuat
loop dari variabel nonbasis yang lain, yang juga dapat menurunkan ongkos
transportasi per unit (yaitu 𝑥14 ). Kita dapatkan:
𝑐11 = +5; 𝑐32 = +19; 𝑐13 = +18; 𝑐33 = +19; 𝑐34 = +10; 𝑐14 = −2
Dari Tabel 10 terlihat bahwa leaving variable adalah 𝑥24 sehingga 𝑥14 =
10; 𝑥22 = 10; dan 𝑥12 = 5.
Solusi optimal adalah:

1 2 3 4
1 10 0 0 20
15
5 10
12 7 9 9
2 0 10 15 25

0 16 16 16
3 5 5 5
5 15 15 10

b. Metode multiplier
Cari ini iterasi sama seperi stepping stone. Perbedaan utama terjadi pada
cara pengevaluasian variabel nonbasis, atau penentuan penurunan ongkos
transport per unit untuk tiap variabel. Cara ini dikembangkan berdasarkan teori
dualitas. Untuk tiap basisi i dari tabel transformasi dikenal suatu multiplier 𝑢𝑖 , dan
untuk kolom j disebut multiplier 𝑣𝑗 sehingga untuk tiap variabel basis 𝑥𝑖𝑗 didapat
persamaan:
𝑢𝑖 + 𝑣𝑗 + 𝑐𝑖𝑗
Dari persamaan di atas kita dapat menghitung berapa penurunan ongkos
transportasi per unit untuk tiap variabel nonbasis 𝑥𝑖𝑗 sebagai berikut:
𝑐𝑖𝑗 = 𝑥𝑖𝑗 − 𝑢𝑖 − 𝑣𝑗
Langkah berikutnya adalah seperti iterasi yang dilakukan oleh metode
stepping stone.
Sebagai berikut contoh kita akan lihat lagi solusi fisibel basis awal dari
tabel 3.

𝑣1 𝑣2 𝑣3 𝑣4
𝑢1 10 0 20 11
15
5 10
12 7 9 20
𝑢2
25
5 15 5
0 14 16 18
𝑢3
5 5
5 15 15 10

Basis awal:
𝑥11 ∶ 𝑢1 + 𝑣1 = 𝑐11 = 10
𝑥12 ∶ 𝑢1 + 𝑣2 = 𝑐12 = 0
𝑥22 ∶ 𝑢2 + 𝑣2 = 𝑐22 = 7
𝑥23 ∶ 𝑢2 + 𝑣3 = 𝑐23 = 9
𝑥24 ∶ 𝑢2 + 𝑣4 = 𝑐24 = 20
𝑥34 ∶ 𝑢3 + 𝑣4 = 𝑐34 = 18
Dengan menentukan 𝑢𝑖 = 0, maka harga-harga multiplier yang lain dapat dicari
sebagai berikut:
𝑢1 + 𝑣1 = 𝑐11 = 10 → 𝑣1 = 10
𝑢1 + 𝑣2 = 𝑐12 = 0 → 𝑣2 = 0
𝑢2 + 𝑣2 = 𝑐22 = 7 → 𝑣2 = 7
𝑢2 + 𝑣3 = 𝑐23 = 9 → 𝑣3 = 9
𝑢2 + 𝑣4 = 𝑐24 = 20 → 𝑣4 = 20
𝑢3 + 𝑣4 = 𝑐34 = 18 → 𝑣4 = 18

𝑣1 = 10 𝑣2 = 0 𝑣3 = 2 𝑣4 =13
𝑢1 = 0 10 0 20 11
• • +18 -2
12 7 9 20
𝑢2 = 7 -5
• • •
0 14 16 18
𝑢3 = 5 -15
+9 +9 •
Tanda • adalah untuk variabel basis
Untuk menentukan entering variabel:
𝑐̅21 = 𝑐21 − 𝑣1 − 𝑢2 = −5
𝑐̅31 = 𝑐31 − 𝑣3 − 𝑣1 = −15
𝑐̅13 = 𝑐13 − 𝑢1 − 𝑣3 = 18
𝑐̅14 = 𝑐14 − 𝑢1 − 𝑣4 = −2
𝑐̅32 = 𝑐32 − 𝑢3 − 𝑣2 = 9
𝑐̅33 = 𝑐33 − 𝑢3 − 𝑣3 = 9
Entering variabel adalah 𝑥31 (karena memberikan peneurunan ongkos per
unit yang terbesar). Selanjutnya interasinya sama dengan metode stepping stone.

You might also like