You are on page 1of 14

KONSULTASI EFEK SAMPING OAT MDR

Siang dong.. Sya divonis oleh dokter di puskesmas tgl 18/8/2015 positif tbc stlah lihat
rongsen dan test dahak..sya dikasih terapi obat 6bln..ttapi sblm sya ke puskesmas sya
ke dokter klinik spesialis paru dinyatakan bronkitis...tgl 04/8/2015..dan memang benar
ada peningkatan dri hasil minum obat 6bln..ttapi obat oat fdc itu efek nya lumayan
berasa pada tubuh..dan sya seringkali mengadukan keluhan saya ke petugas
medis/dokter puskesmas tsb..tpi tidak ada tanggapan/respon yg cekatan..bukanya
dokter harus menerima keluhan pasien tb..??? Untuk mendapatkan hasil yg maximal dri
pengobatan yg berlangsung..yg saya keluhkan sering pusing,kaki dan tangan sering
kesemutan..kadang jantung berdetak cepat..dan pergelangan kaki suka bengkak kalo
sore hri tpi stlh dibawa tidur mlm hri pginya normal kembali.. Yg ingin sya tanyakan..??
1.cara mensiasati / mengurangi efek samping obat tsb..?? 2.gejala nya mirip dengan
bronkitis.. Apakah sya bronkitis atau tb..?? sering pusing,klo pagi hidung serasa
tersumbat seperti ingin terkena pilek/flu.. 3.apakah bisa jadi dua"nya sya tbc positif dan
bronkitis jg..??sya batuk hanya pagi stlh bangun tidur saja. Dan kluar dahak pagi jga klo
batuk itu jga..dahak sedikit warna putih ke kuning agak sdikit hijau tpi suka klihatan ada
kotoran di dahak nya. 4.apa sya harus cek lg ke RSUD untuk memastikan sya tbc atau
bronkitis atau keduanya..?? 5.apa obat tbc sama dengan obat bronkitis..??? Mohon
jawaban dri alodokter yg sudah ahli dlm hal ini..trima kasih

dr. Tessi Ananditya


Dokter
Sep 08, 2015 at 09:53 AM
Halo, Terimakasih atas pertanyaanya, akan kami coba terangkan satu-persatu:
Pengobatan TB Paru adalah dengan pemberian rangkaian antibiotik,
yaitu isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Efek samping yang sering
muncul adalah rasa mual, muntah, warna kencing yang berubah, dan ruam pada kulit.
Karena efek samping itu muncul terutama disebabkan oleh metabolisme obat yang
terjadi di hati maka pencegahannya adalah melalui pemberian vitamin dan suplemen
protektor hati. Untuk membaca info lebih lanjut mengenai cara kerja masing-masing
obat, Anda dapat membaca tautan di atas. Dari keluhan yang Anda rasakan sepertinya
bukan merupakan efek samping dari obat TB dan lebih mungkin disebabkan karena
peredaran darah tubuh yang tidak lancar. Hal ini bisa diatasi dengan menjaga tubuh
tetap aktif dengan berolahraga rutin, istirahat yang cukup, minum air puth 2-3 liter per
hari, dan menjaga pola makan sehat. Bronkitisadalah peradangan pada saluran
bronkus yaitu saluran paru. Bronkitis akut biasanya disebabkan oleh virus yang sama
yang menyebabkan sakit flu. Biasanya kondisi ini akan sembuh dengan sendirinya
seiring imunitas tubuh yang membaik. Jika infeksi terjadi terus menerus dan
menyebabkan saluran bronkus mulai menipis dan rusak hal ini bisa menyebabkan
terjadinya bronkitis kronis. Sedangkan TBC paru adalah infeksi paru yang spesifik
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada dasarnya paru akan
mencoba melindungi tubuh dengan mengeluarkan infeksi tersebut dengan
cara batuk dan memproduksi dahak. Hal itu sama terjadi pada bronkitis, TBC dan
infeksi paru lainnya. Maka dari itu untuk mengetahui perbedaannya dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu ronsen foto dan pemeriksaan dahak unutk mengetahui
apakah ada gambaran TBC di paru dan apakah terbukti ada kuman TBC di dahak.
Gejala tambahan yang spesifik pada TBC karena infeksinya lebih berat adalah batuk
berdahak yang tidak berhenti lebih dari 3 minggu disertai demam dan menggigil, pada
penderita TBC juga biasanya tampak penurunan berat badan. Karena Indonesia
termasuk lokasi endemik kuman TB secara tatalaksana klinis setiap orang yang
mempunyai keluhan batuk lama akan dilakukan pemeriksaan ronsen dada dan dahak.
Jika memang terbukti terdapat gambaran TBC pada paru Anda disertai pemeriksaan
dahak yang positif, maka Anda dinyatakan menderita TBC dan bukan bronkitis. Dari
penjelasan mengenai penyebab bronkitis dan TBC dapat dilihat bahwa pengobatannya
cukup berbeda. Pada TBC diperlukan rangkaian pemberian antibiotik sedangkan pada
bronkitis diperlukan terapi anti peradangan. Semoga membantu, terimakasih

Gito Abi Ghozi


Anggota
Aug 13, 2016 at 07:59 PM
Dok mau tanya saya sdh rontgen hasil bercak2 dah paru normal...maka sy difonis
bronchitis oleh dr umum gelarnta M.kes (mantan kpla rs umum) namun stelah 2 bln
berobat masih ada dahak campur darah 1x waktu pg siang ga ada lagi....lalu ssya diberi
3 obat (2 merah & 1 putih) sudah benarkah tindakan tersebut dok??? Ato saya harus ke
dokter spesialis paru...makasih dok

TULUNGAGUNG – Sebagai orang awam, mengetahui bagaimana keseharian penderitaMulti-


drug-resistant tuberculosis (MDR-TB) adalah sebuah pengalaman dan ilmu, apalagidi
Indoensia nomor dua penderita TB setelah India. Dimana saat ini, berdasarkan data dari
Dinkes, delapan orang menderita MDR-TB. Namun, dari delapan orang tersebut, masih
lima yang menjalani pengobatan, sisanya diketahui belum menjalani pengobatan.Dengan
usia beragam mulai dari 12 tahun hingga 60 tahun dan mayoritas dialami oleh perempuan.

Seorang mantan penderita MDR-TB,Wahyu Hidayat, warga Desa Kuningan, Kecamatan


Kanigoro, Kota Blitar, kini menjadikan Tulungagung sebagai rumah keduanya. Sebab, dirinya
merupakan penguat bahkan penyemangat penderita MDR-TB di Tulungagung supaya terus
minum obat yang kini delapan penderita tersebut kesemuanya belum mengalami kesembuhan.
Dalam seminggu kurang lebih tiga kali Wahyu berkunjung kesetiap penderita.

Saat ditemui, Wahyu-sapaan akrabnya ini menceritakan bagaimana kesengsaraan seorang


penderita MDR-TB. Dirinya yang kini divonis sembuh MDR-TB oleh dokter, 14 tahun yang lalu
menderita Tuberculosis (TB). Divonis TB kebal obat sejak 2012 akibat menghentikan
pengobatan secara sepihak dan dinyatakan sembuh 2014 dengan total pengobatan selama 21
bulan. Menjalani pengobatan MDR-TB selama 21 bulan. Enam bulan pertama harus disuntik
setiap hari beserta minum obat sebanyak 16 butir sekaligus. Sehingga terjadi kekambuhan
beberapa tahun kemudian, dan saya Jumlah obat yang diminum tergantung parah tidaknya, berat
badan, dan itu tidak sama. akan dianalisa oleh tim ahli klinik.

“Menderita TB lini pertama yang pengobatannya selama enam bulan sejak 2002 lalu. Secara
sepihak saya memutuskan untuk tidak saya teruskan sampai enam bulan. Kemudian kambuh dan
saya dinyatakan mengidap tuberculosis kebal obat atau istilahnya tuberculosis resisten obat,”kata
Wahyu

Cara pengobatannyapun lebih lama, dengan efek samping yang luar biasa. Setap hari, kata
Wahyu, penderita MDR-TB harus merasakan pusing, mual, muntah, gangguan kulit seperti gata-
gatal, asam urat tinggi, dan pendengaran menjadi berkurang. Pengobatan juga berpengaruh pada
psikis mental. Tekanan psikis yang dirasakan oleh penderita MDR-TB diakibatkan perubahan-
perubahan kebisaan, yang mana dulu bisa dengan bebas ke mana-mana, bisa bersosialisasi
dengan masyarakat sekeliling, setelah menderita MDR-TB setiap hari harus ke puskesmas untuk
suntik dan minum obat “Saya pernah mengalami halusinasi pada pengobatan sekitar dua hingga
tiga bulan. Juga pernah mengalami depresi karena efek samping obat dan juga karena
tekanan,”katanya.

Selama minum obat, TB biasa pengawasan cukup dari pihak keluarga, namun jika sudah MDR-
TB setiap hari harus ke puskesmas, minum obat dihadapan petugas. Untuk menghindari obat
tersebut dibuang oleh penderita.

“Karena itu harus beriringan, setelah disuntik harus minum obat. Tidak boleh ada jeda waktu
yang lama. Suntuk selama enam bulan setiap hari, setelah enam bulan saya teruskan dengan cara
minum obat selama 21 bulan. Jadi itu gambaran penderita MDR-TB kesehariannya,”Jelas pria
sekitar 51 tahun ini.

Efek selama minum obat yang dialami seperti halusinasi. Halusinasi muncul tidak setiap hari,
namun datang secara tiba-tiba. Pada saat Wahyu dulu sedang mengalami halusinasi, dokter
mengurangi dosis obat. Halusinasi yang dirasakannya yakni mendengar seseorang berbisik
kepadanya.”Itu membuat takut. Dikurangi dosis itu jenis obat tertentu dikurangi. Setelah stabil,
dosisnya dikembalikan,”ujarnya.
Tidak hanya itu, kemungkinan besar penderita MDR-TB mengalami depresi karena tekanan.
Setiap hari harus mengkonsumsi obat dan itu membuat psikis tertekan. Bahkan ada dorongan
untuk bunuh diri, kata Wahyu, karena putus asa. Suntikan yang diterima juga ada efek yakni ke
telinga, kebanyakan tingkat pendengaran akan berkurang. “Tidak bisa menghindar, jika putus
obat tidak sembuh, maka hanya satu yakni minum obat, dengan bermacam-macam efek samping
dari ringan ke yang berat,”ungkapnya.

Dampaknya juga meluas tidak hanya sosial psikologis namun hingga ke ekonomi. Bahkan
mengakibatkan penderita cenderung tertutup terhadap lingkungan.“Yang awalnya bisa bekerja
penuh, akhirnya berdampak pada tidak bisa bekerja. Ini hal sama untuk setiap
penderita,”imbuhnya.

TB sendiri gejalanya batuk secara terus menerus, berdahak, malam berkeringat dengan
sendirinya, berat badan turun, nafsu makan turun. Jika mengetahui itu, disarankan untuk periksa.
Penularannya tergantung kekebalan tubuh setiap orang, belum tentu setiap ada orang yang
bercengkrama dengan penderita akan langsung tertular. Ketika seseorang yang ditemui menderita
MDR-TB, maka yang ditularkan adalah MDR, bukan TB biasa lagi. Maka pengobatan mengikuti
MDR, tidak bisa diobati hanya selama enam bulan.

“Medianya udara, selama bisa bernafas maka punya peluang untuk tertular. Kalau dikeramaian
pakai masker. Jika obat diminum teratur dan sesuai petunjuk penderita 100 persen bisa sembuh.
Selama pengobatan, nilai obatnya satu mobil Avanza,”terangnya.

Menangani Efek Samping Terapi


Tuberkulosis
Oleh dr. Michael Susanto

Kesuksesan dari terapi tuberkulosis (TB) bergantung dari terapi obat kombinasi selama
minimal 6 bulan. Terapi ini dapat menyebabkan reaksi efek samping pada pasien. Efek
samping yang bersifat minor dapat sering terjadi dan pada umumnya mudah diatasi,
namun pada kasus berat, kondisi tersebut dapat mengancam nyawa. Oleh sebab itu,
dokter perlu mengantisipasi kejadian efek samping obat saat terapi serta melakukan
tindakan yang diperlukan apabila kejadian tersebut terjadi.[1,2]
Terapi Obat Antituberkulosis
Terapi obat antituberkulosis (OAT) dapat dibagi menjadi terapi obat lini pertama dan
obat lini kedua yaitu obat OAT untuk tuberkulosis multidrug resistant (MDR). Terdapat 5
OAT lini pertama yaitu isoniazid (H), rifampisin (R), pirasinamid (Z), streptomisin (S),
dan etambutol (E).[1]
Terdapat banyak OAT lini kedua untuk TB MDR, obat tersebut dapat dibagi menjadi 5
golongan yaitu:

 OAT lini pertama oral: pirazinamid (Z), etambutol (E)

 OAT suntikan: kanamycin (Km), amikacin (Am), Capreomycin (Cm)

 Fluorokuinolon: levofloksasin (Lfx), moksifloksasin (Mfx)

 OAT lini kedua oral: para-aminosalicylic acid (PAS), cycloserine (Cs), ethonamide
(Etio)

 Obat yang masih belum jelas manfaatnya dalam pengobatan TB MDR[1]

Efek Samping OAT


Mayoritas pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa mengalami efek samping
yang berarti. Walau demikian, pasien perlu dimonitor secara rutin oleh klinisi sehingga
apabila terjadi efek samping, dapat segera terdeteksi dan diobati. Reaksi efek samping
dari OAT mencakup sebanyak 7% dari semua pasien TB yang diobati dan 30% dari
semua pasien hepatitis fulminan.[1-3]

Monitoring pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien umumnya tidak dibutuhkan.


Sebelum pemberian terapi, pasien perlu diajari secara khusus mengenai gejala-gejala
yang dapat terjadi saat pemberian obat. Efek samping yang terjadi pada pasien dan
tata laksana yang diberikannya perlu selalu dicatat pada kartu pengobatan.

Efek samping obat TB diklasifikasikan menjadi efek samping mayor dan minor. Pasien
yang mengalami efek samping minor sebaiknya tetap melanjutkan pengobatan dan
diberikan petunjuk dan obat tambahan untuk mengatasi keluhan yang dirasakan.
Pasien yang mengalami efek samping mayor perlu diberhentikan sementara
pengobatannya. Pasien sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis dan dirawat di rumah
sakit.

Pada saat pemberhentian obat, pasien dapat diberikan bridge therapy agar tidak terjadi
resistensi. Terdapat pedoman klinis dan rekomendasi mengenai kapan pasien dapat diberikan obat ulang
serta dosisnya, namun keputusan terakhir adalah tergantung klinisi yang merawat. Apabila telah
diketahui OAT penyebab efek samping pasien, dapat diberikan regimen terapi lain.
Kemungkinan obat Hentikan OAT terkait dan konsul
Efek samping mayor penyebab ke dokter spesialis
Ruam kulit dengan atau Streptomisin, isoniazin,
tanpa gatal rifampisin, pirazinamid Hentikan semua OAT
Tuli (tanpa serumen saat
dilihat oleh otoskop) Streptomisin Hentikan streptomisin
Pusing (vertigo dan
nistagmus) Streptomisin Hentikan streptomisin
Kuning (penyebab lain Isoniazin, pirazinamid,
disingkirkan), hepatitis rifampisin Hentikan 3 OAT penyebab
Kebingungan (pikirkan
masalah hati apabila
kuning) Kebanyakan dari OAT Hentikan semua OAT
Masalah penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Syok, purpura, gagal ginjal Rifampisin Hentikan rifampisin
Penurunan urin Streptomisin Hentikan streptomisin
Tabel 3. Efek samping mayor OAT. Sumber: karya pribadi penulis.
Kemungkinan obat Lanjutkan OAT, perhatikan
Efek samping minor penyebab dosis obat
Berikan obat dengan makanan
ringan atau sebelum tidur.
Sarankan pasien untuk konsumsi
obat pelan-pelan dengan air.
Apabila keluhan berlanjut, muntah
terus menerus, atau terdapat
Anoreksia, mual, nyeri Pirazinamid, rifampisin, perdarahan, pikirkan efek samping
perut isoniazid berat dan rujuk secepatnya.
Aspirin atau obat NSAID atau
Nyeri sendi Pirazinamid parasetamol
Rasa terbakar/ kesemutan
pada tangan atau kaki Isoniazid Piridoksin 50-75 mg setiap hari
Mengantuk Isoniazid Edukasi hal tersebut tidak apa-apa
Edukasi hal tersebut normal.
Urin merah/ oranye Rifampisin Beritahu sebelum mulai terapi.
Sindroma flu (demam,
malaise, nyeri kepala, nyeri Pemberian rimpafisin Rubah pemberian rifampisin
tulang) intermiten menjadi setiap hari.
Tabel 4. Efek samping minor OAT. Sumber: karya pribadi penulis.

Efek samping yang paling sering terjadi saat terapi OAT adalah hepatitis oleh karena
obat, ruam pada kulit, serta keluhan gastrointestinal dan neurologis.

Drug Induced Liver Injury


Drug induced liver injury (DILI) merupakan efek samping mayor yang paling sering
terjadi pada penggunaan OAT. Angka kejadian DILI oleh karena OAT cukup tinggi,
literatur melaporkan insiden dari nilai sebanyak 2-33%.[1-5]
Diagnosis DILI dapat ditegakkan dengan kenaikan level aminotransferase lebih dari 5X
nilai normal tanpa keluhan atau kenaikan sebanyak 3X dengan gejala hepatoksisitas
seperti mual, muntah, dan nyeri perut. Nilai peningkatan SGPT untuk diagnosis ini
cukup fleksibel sehingga diagnosis akhir bergantung pada klinisi yang merawat.

Hepatoksisitas oleh karena OAT merupakan diagnosis eksklusi; perlu diperhatikan


kronologis pemberian obat, hasil laboratorium, serta respon terhadap pemberian ulang
obat. Keluhan biasa timbul pada saat pemberian OAT 2 bulan pertama namun dapat
terjadi pada waktu kapan saja saat terapi.

Etiologi utama untuk DILI pada pemberian OAT dengan urutan penyebab hepatoksisitas
terparah adalah pirazinamid, isoniazid, dan rifampisin. Pirazinamid adalah OAT yang
paling hepatotoksik, dan oleh sebab itu tidak disarankan untuk diberikan lagi pada saat
pemberian obat ulang.

Faktor risiko untuk terjadi DILI pada pemberian OAT adalah: usia lanjut (>60 tahun),
wanita, malnutrisi, HIV dengan terapi antiretroviral (antiretroviral therapy / ART),
mengidap penyakit hati, dan alkoholisme.
Tata laksana DILI oleh karena OAT bergantung dari OAT penyebab. Dasar dari tindakan
adalah pemberhentian OAT RHZ dan pemberian RH bertahap. Pemeriksaan fungsi hati
sebelum terapi OAT tidak perlu diberikan pada semua pasien, hanya pasien yang
berisiko untuk terjadi DILI (terutama pasien dengan gangguan fungsi hati atau penyakit
hati kronik).[1,3]

Tata Laksana DILI

Pada DILI yang diakibatkan oleh OAT, segera hentikan OAT RHZ. Pasien terus
diberikan OAT EZ. Pada pasien dengan TB berat, tambahkan langsung obat
fluorokuinolon. Periksa fungsi hati secara rutin, apabila sudah normal dan klinis
membaik mulai berikan R. Setelah 3-7 hari, bila tidak terjadi perburukan, tambahkan H.
Z tidak diberikan lagi. Apabila pemeriksaan laboratorium tidak dapat dilakukan,
pemberian obat ulang dapat dilakukan 2 minggu setelah klinis membaik. Paduan OAT
pengganti tergantung dari obat manakah yang menyebabkan hepatotoksisitas:

 Apabila R sebagai penyebab: 2HES/10HE

 Apabila H sebgai penyebab: 6-9RZE

 Apabila Z (sebelum pengobatan tahap awal selesai), Total pengobatan HR


diberikan hingga 9 bulan[1]

Efek Samping Kulit


Efek samping kulit dapat terjadi pada 6% pasien yang diberikan OAT. Ruam yang terjadi
dapat bervariasi dari bentuk makulopapuler, erupsi acneiform, urtikaria, erupsi likenoid,
hingga dermatitis eksfoliatif dan sindroma Steven Johnson.[2,3,6]

Obat penyebab dari yang paling parah hingga ringan adalah pirazinamid, streptomisin,
etambutol, rifampisin, dan isoniazid. Insiden pada pemakaian isoniazid adalah 2.4%.
Apabila pasien hanya mengalami gatal dan ruam yang bersifat ringan, OAT dapat terus
dilanjutkan dengan tambahan obat simtomatik.

Pada kasus berat, semua OAT perlu diberhentikan. Obat dapat diberikan ulang saat
reaksi kulit sudah teratasi. Beri OAT perlahan satu-satu dimulai dengan rifampisin atau
isoniazid pada dosis rendah. Dosis dapat dinaikkan perlahan setiap 3 hari dan obat lain
dapat ditambahkan sampai obat penyebab ruam diketahui.
Efek Samping Neurologis
Efek samping neurologis akibat OAT yang dapat terjadi adalah kejang, psikosis,
ototoksisitas, dan neuritis optik. Dosis untuk kejadian neuritis optik dan ototoksisitas
adalah tergantung dosis.[1-3]

Pasien perlu ditanyakan mengenai keluhan tinnitus, pusing, dan penurunan


pendengaran apabila sedang mengkonsumsi aminoglikosida. Etambutol tidak
disarankan untuk pasien anak-anak karena penurunan penglihatan dan buta warna
lebih sulit untuk dievaluasi.[2]

Piridoksin (vitamin B6) sebanyak 25-50 mg/hari dapat diberikan pada semua pasien
yang berisiko neuropati (di antaranya malnutrisi, infeksi HIV, diabetes mellitus,
penggunaan alkohol, gagal ginjal, usia lanjut). Untuk pasien dengan neuropati perifer,
para ahli menyarankan dosis untuk dinaikkan hingga 100 mg/hari.[7]

Apabila terjadi kecurigaan kejang, psikosis, otototoksisitas, atau masalah penglihatan,


obat penyebab perlu segera diberhentikan dan tidak diberikan lagi.[1,3]

Efek Samping Obat Antituberkulosis untuk Tuberkulosis Multi Drug


Resistant (OAT TB MDR)
Terdapat lebih banyak efek samping pada pasien dengan penggunaan OAT TB MDR
dibandingkan OAT lini pertama. Prinsip terapi untuk efek samping OAT TB MDR adalah
serupa seperti pada efek samping OAT TB lini pertama; pada efek samping minor, OAT
terus dilanjutkan dan pada kasus yang berat, OAT diberhentikan dan apabila diperlukan
dilakukan pemberian obat ulang untuk mengetahui obat manakah penyebabnya.
Bantuan psikososial juga sangat dibutuhkan pada saat menangani TB MDR. [8]

Telah diketahui bahwa mayoritas dari efek samping dari OAT TB MDR bergantung pada
dosis. Dosis dapat diturunkan sesuai dengan dosis terapeutik. Pemantauan efek
samping obat perlu dilakukan dengan lebih ketat pada saat pengobatan TB MDR.
Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin.
Kesimpulan
 Pemeriksaan laboratorium secara khusus tidak dibutuhkan pada saat
memberikan OAT lini pertama pada pasien yang sebelumnya sehat dan tidak memiliki
faktor risiko untuk terjadi efek samping

 Apabila terjadi efek samping OAT minor, terapi tetap diteruskan dengan
tambahan obat-obat yang dapat menurunkan gejala

 Apabila terjadi efek samping OAT mayor, OAT penyebab perlu diberhentikan dan
pasien dirujuk ke rumah sakit dengan dokter spesialis. Apabila terdapat beberapa OAT
yang dapat menjadi penyebab, pemberian obat dapat diberikan satu persatu dengan
dosis bertahap sesuai penilaian klinisi
 Efek samping mayor yang paling sering terjadi adalah drug induced liver injury
 Prinsip tata laksana untuk efek samping pada TB MDR sama dengan kasus TB
biasa

Fungsi & Penggunaan


Untuk apa obat Kanamycin digunakan?
Kanamycin adalah obat untuk mengobati infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri. Obat ini
termasuk dalam kelompok obat aminoglikosida. Obat ini menyerang bakteri dalam tubuh.

Kanamycin juga dapat digunakan untuk tujuan lain yang tidak tercantum dalam panduan
pengobatan.

Bagaimana aturan pakai obat Kanamycin?


Kanamycin diberikan lewat suntikan ke dalam vena atau otot. Dokter, perawat, atau penyedia
layanan kesehatan Anda lainnya akan memberikan suntikan ini. Anda dapat diajari bagaimana
menggunakan obat Anda di rumah. Jangan menyuntikkan obat ini sendiri jika Anda tidak
memahami sepenuhnya bagaimana cara memberikan injeksi dan cara membuang jarum, tabung
IV, dan peralatan lain yang digunakan dalam memberikan obat dengan benar.

Obat ini harus diberikan secara perlahan ketika diberikan melalui infus IV dan bisa memakan
waktu hingga 60 menit untuk menyelesaikan dosis.

Jangan memasukan dosis kanamycin Anda ke jarum suntik sampai Anda siap untuk memberikan
diri Anda suntikan. Jangan gunakan obat jika telah berubah warnanya atau memiliki partikel di
dalamnya. Mintalah resep baru kepada dokter Anda.

Gunakan setiap jarum sekali pakai hanya satu kali. Buanglah jarum yang sudah digunakan dalam
wadah khusus (tanyakan kepada apoteker Anda di mana Anda bisa mendapatkan wadah ini dan
bagaimana membuangnya). Jauhkan wadah ini dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.

Untuk memastikan obat ini tidak menyebabkan efek berbahaya, fungsi ginjal Anda perlu diuji
secara teratur. pendengaran Anda mungkin juga perlu diperiksa. Jangan lewatkan setiap janji
pemeriksaan yang dijadwalkan.

Gunakan obat sesuai jangka waktu yang telah ditentukan. Gejala Anda mungkin mereda sebelum
infeksi benar-benar dibersihkan. Kanamycin tidak akan mengobati infeksi virus yang umum
seperti flu atau pilek.

Ikuti aturan yang diberikan oleh dokter atau apoteker sebelum memulai pengobatan. Jika Anda
memiliki pertanyaan, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.

Bagaimana cara menyimpan Kanamycin?


Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang
lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain dari obat ini mungkin
memiliki aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan
produk atau tanyakan pada apoteker Anda. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak
dan hewan peliharaan.

Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila
diinstruksikan. Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak
diperlukan lagi. Konsultasikan kepada apoteker atau perusahaan pembuangan limbah lokal
mengenai bagaimana cara aman membuang produk Anda.

Pencegahan & Peringatan


Apa yang harus diperhatikan sebelum menggunakan obat
Kanamycin?
Sebelum menggunakan Kanamycin,

 Anda alergi terhadap obat-obatan termasuk kanamycin atau jenis lain dari aminoglikosida,
termasuk amikasin (Amikin), gentamisin (Garamycin), neomycin (Mycifradin, Neo-Fradin, (Neo-Tab),
netilmisin (NETROMYCIN), paromomycin (Humatin, Paromycin ), streptomycin, atau tobramycin (Nebcin,
Tobi)
 jika Anda memiliki penyakit ginjal, asma atau alergi sulfit, atau gangguan otot seperti myasthenia
gravis

Apakah obat Kanamycin aman bagi ibu hamil dan menyusui?


Tidak ada penelitian yang memadai mengenai risiko penggunaan obat ini pada ibu hamil atau
menyusui. Selalu konsultasikan kepada dokter Anda untuk mempertimbangkan potensi manfaat
dan risiko sebelum menggunakan obat ini. Obat ini termasuk ke dalam risiko kehamilan kategori
D menurut US Food and Drugs Administration (FDA). (A = Tidak berisiko, B = Tidak berisiko
pada beberapa penelitian, C = Mungkin berisiko, D = Ada bukti positif dari risiko, X =
Kontraindikasi, N = Tidak diketahui)

Studi pada wanita menunjukkan bahwa obat ini menimbulkan risiko yang minimal untuk bayi
bila digunakan selama menyusui.

Efek Samping
Apa efek samping Kanamycin yang mungkin terjadi?
Dapatkan bantuan medis darurat jika Anda memiliki tanda-tanda reaksi alergi ini: mual, muntah,
berkeringat, gatal-gatal, gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau
tenggorokan, atau merasa seperti Anda akan pingsan .

Hentikan menggunakan Kanamycin dan hubungi dokter Anda jika Anda memiliki salah satu dari
efek samping yang serius berikut ini:

 perubahan pendengaran Anda;


 sensasi, masalah dengan keseimbangan seperti berputar;
 suara dering atau menderu di telinga Anda;
 mati rasa atau kesemutan kulit Anda;
 otot berkedut, kejang (kejang); atau
 kencing lebih sedikit dari biasanya atau tidak sama sekali.

Efek samping yang kurang serius mungkin termasuk:

 rasa sakit atau iritasi dimana injeksi diberikan;


 ruam kulit ringan;
 sakit kepala;
 demam; atau
 mual, muntah.

Tidak semua orang mengalami efek samping berikut ini. Mungkin ada beberapa efek samping
yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu,
konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.

Interaksi Obat
Obat-obatan apa yang bisa mengganggu kerja obat
Kanamycin?
Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat Anda atau meningkatkan risiko efek samping yang
serius. Tidak semua kemungkinan interaksi obat tercantum dalam dokumen ini. Simpan daftar
semua produk yang Anda gunakan (termasuk obat-obatan resep/nonresep dan produk herbal) dan
konsultasikan pada dokter atau apoteker. Jangan memulai, memberhentikan, atau mengganti
dosis obat apapun tanpa persetujuan dokter

 Jenis antibiotik lainnya


 Lithium (Lithobid)
 Diuretik (pil air)
 Methotrexate (Rheumatrex, Trexall)
 Obat-obatan rasa sakit atau arthritis seperti aspirin (Anacin, Excedrin), acetaminophen (Tylenol),
etodolac (Lodine), ibuprofen (Advil, Motrin), indometasin (Indocin), naproxen (Aleve, Naprosyn), dan
lain-lain
 Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kolitis ulserativa, seperti mesalamine (Pentasa)
atau sulfasalazine (Azulfidine)
 Obat-obatan yang digunakan untuk mencegah penolakan transplantasi organ, seperti sirolimus
(Rapamune) atau tacrolimus (Prograf)
 Obat antivirus seperti adefovir (Hepsera), sidofovir (Vistide), atau foscarnet (Foscavir)
 Obat kanker seperti aldesleukin (Proleukin), carmustine (BiCNU, Gliadel), cisplatin (Platinol),
ifosfamide (IFEX), oxaliplatin (Eloxatin), Plikamisin (Mithracin), streptozocin (Zanosar), atau tretinoin
(Vesanoid)
Apakah makanan dan minuman tertentu bisa mengganggu
kerja obat Kanamycin?
Obat-obatan tertentu tidak boleh digunakan pada saat makan atau saat makan makanan tertentu
karena interaksi obat dapat terjadi. Mengonsumsi alkohol atau tembakau dengan obat-obatan
tertentu juga dapat menyebabkan interaksi terjadi. Diskusikan penggunaan obat Anda dengan
makanan, alkohol, atau tembakau dengan penyedia layanan kesehatan Anda.

Kondisi kesehatan apa yang bisa mengganggu kinerja obat


Kanamycin?
Adanya masalah kesehatan lain di tubuh Anda dapat memengaruhi penggunaan obat ini. Beri
tahukan dokter Anda bila Anda memiliki masalah kesehatan lain.:

 asma atau
 alergi sulfit, riwayat-obat ini mengandung natrium bisulfit yang dapat menyebabkan reaksi alergi
pada pasien dengan kondisi ini.
 penyakit ginjal, parah atau
 masalah otot (misalnya, botulisme pada bayi) atau
 Miastenia gravis (kelemahan otot yang parah) atau
 masalah saraf atau
 Penyakit Parkinson-Gunakan dengan hati-hati. Mungkin membuat kondisi lebih buruk.
 Penyakit ginjal-Gunakan dengan hati-hati. Efek dapat ditingkatkan karena pembersihan obat
lebih lambat dari tubuh.

Dosis
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti resep dokter. SELALU konsultasi pada
dokter atau apoteker sebelum memulai pengobatan.

Berapa dosis obat Kanamycin untuk dewasa?


Dosis Dewasa biasa untuk Infeksi Bakteri:

Parenteral: 15 mg/kg/hari IM atau IV dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam

Durasi: 7-10 hari

Aerosol: 250 mg dalam 3 mL normal saline melalui nebulizer 2-4 kali sehari.

Irigasi: kanamycin 2,5 mg/mL

Dosis Dewasa biasa untuk Tuberkulosis – Aktif

15 mg/kg (maksimum 1 g) IM atau IV setiap 24 jam.


Berapa dosis obat Kanamycin untuk anak-anak?
Dosis Anak-anak biasa untuk Infeksi Bakteri

<7 hari: <2 kg: 15 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam.

>= 2 kg: 15-20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam.

>= 7 hari: <2 kg: 15-22,5 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8 jam.

>= 2 kg: 15-30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8 jam.

>= 1 bulan: 15-30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8 sampai 12 jam.

Dosis Anak-anak Biasa untuk Tuberkulosis – Aktif

15-30 mg/kg (maksimum 1 g) IM atau IV setiap 24 jam.

Dalam dosis dan sediaan apa Kanamycin tersedia?


Injeksi: 500 mg/vial, 1 g/vial.

Apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat atau


overdosis?
Pada kasus gawat darurat atau overdosis, hubungi penyedia layanan gawat darurat lokal (119)
atau segera ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat.

Gejala overdosis mungkin termasuk masalah pendengaran, dering di telinga Anda, pusing atau
masalah dengan keseimbangan atau kejang.

Apa yang harus dilakukan kalau lupa minum obat atau lupa
pakai obat?
Apabila Anda melupakan satu dosis obat ini, minum sesegera mungkin. Namun bila sudah
mendekati waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupakan dan kembali ke jadwal dosis
yang biasa. Jangan menggandakan dosis.

Hello Health Group tidak menyediakan konsultasi medis, diagnosis, maupun pengobatan.

You might also like