Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. L atar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan
mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi
terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi/kendaraan bermotor
khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan.
Sehingga menambah "kesemrawutan" arus lalu lintas.Arus lalu lintas yang
tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan
kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera
tulang atau disebut fraktur.
Menurut Smeltzer (2011) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Penanganan segera pada klien yang
dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan mengimobilisasi bagian fraktur
adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi Interna melalui
operasi
Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal,
traksi yang berlebihan dan infeks
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan
keperawatan langsung kepada klien yang mengalami fraktur, terutama fraktur
tibia.Sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah
komplikasi,
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka penulis bagaimana
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan fraktur Tibia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah ini adalah
“Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Pada An P.S Dengan Diagnosa
Medis Open Fraktur Tibia Post Operasi di Ruang Bedah Wanita RSUD Dr M
Haulussy Ambon.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat menerapkan Asuhan Keperawatan Pada An P.S dengan Diagnosa
Medis Open Fraktur Tibia Post Operasi di Ruang Bedah Wanita RSUD Dr
M Haulussy Ambon.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan ini adalah:
Dapat mengidentifikasi analisa data pada An P.S dengan Open Fraktur
Tibia Post Operasi di ruang Bedah Wanita RSUD Dr M Haulussy
Ambon.
Dapat merencanakan Intervensi pada An P.S dengan Open Fraktur
Tibia Post Operasi di ruang Bedah Wanita RSUD Dr M Haulussy
Ambon.
Dapat melakukan Implementasi pada An P.S dengan Open Fraktur
Tibia Post Operasi di ruang Bedah Wanita RSUD Dr M Haulussy
Ambon.
Dapat mengevaluasi intervensi pada An P.S dengan Open Fraktur Tibia
Post Operasi di ruang Bedah Wanita RSUD Dr M Haulussy Ambon.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Fraktur adalah patah tulang, yang disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukkan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang
dikena stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.
B. Etiologi
Klasifikasi fraktur : (Chairuddin, 2015)
a. Klasifikasi etiologi
1. Fraktur traumatic
2. Fraktur patologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau penyakit
yang menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan
bawaan) dan dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan
3. Fraktur stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang
pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jarang
sekali ditemukan pada anggota gerak atas
b. Klasifikasi klinis
1. Fraktur tertutup (simple fraktur), bila tidak terdapat hubungan antara
fragment tulang dengan dunia luar
2. Fraktur terbuka (compound fraktur), bila terdapat hubungan antara
fragment tulang dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan di kulit
3. Fraktur dengan komplikasi, misal malunion, delayed, union, nonunion,
infeksi tulang.
c. Klasifikasi radiologis
1. Lokalisasi : diafisial, metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan dislokasi
2. Konfigurasi : F. transfersal, F. oblik, F. spiral, F. Z, F. Segmental, F.
komunitif (lebih dari deaf ragmen), F. baji biasa pada vertebra karena
trauma, F. Avulse, F. depresi, F. pecah, F.epifisis
3. Menurut ekstensi : F. total, F. tidak total, F. buckle atau torus, F. garis
rambut, F. green stick
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya : tidak
bergeser, bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over-riding,
impaksi)
Fraktur terbuka dibagi atas tiga derajat (menurut R. Agustino), yaitu
Derajat I :
- Luka < 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak, tidak ada tanda luka remuk
- Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan
- Kontaminasi minimal
Derajat II :
- Laserasi > 1 cm
- Kerusakan jaringna lunak, tidak luas, flap/avulse
- Fraktur kominutif sedang
- Kontaminasi sedang
Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskuler serta kontmainasi derajat tinggi.
Fraktur dapat dikategorikan berdasarkan
1. Jumlah garis
a. Simple fraktur : terdapat satu garis fraktur
b. Multiple fraktur : lebih dari satu garis fraktur
c. Communitive fraktur : lebih banyak garis fraktur dan patah
menjadi fragmen kecil
2. Luas garis fraktur
a. Fraktur inkomplit : tulang tidak terpotong secara total
b. Fraktur komplikasi : tulang terpotong total
c. Hair line fraktur : garis fraktur tidak tampak
3. Bentuk fragmen
a. Green stick : retak pada sebelah sisi dari tulang (sering
pada anak-anak)
b. Fraktur transversal : fraktur fragmen melintang
c. Fraktur obligue : fraktur fragmen miring
d. Fraktur spiral : fraktur fragmen melingkar
C. Manifestasi Klinis
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh di
kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat,
kecelakaan kerja, trauma olah raga)
4. Gangguan fungsi anggota gerak
5. Deformitas
6. Kelainan gerak
7. Krepitasi atau dating dengan gejala-gejala lain
D. Patofisiologi
Fraktur dapat terjadi karena trauma / rudapaksa sehingga dapat
menimbulkan luka terbuka dan tertutup. Fraktur luka terbuka memudahkan
mikroorganisme masuk kedalam luka tersebut dan akan mengakibatkan
terjadinya infeksi.
Pada fraktur dapat mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan
sendi, tulang bahakan kulit pada fraktur terbuka sehingga merangsang
nociseptor sekitar untuk mengeluarkan histamin, bradikinin dan prostatglandin
yang akan merangsang serabut A-delta untuk menghantarkan rangsangan
nyeri ke sum-sum tulang belakang, kemudian dihantarkan oleh serabut-serabut
saraf aferen yang masuk ke spinal melalu “dorsal root” dan sinaps pada dorsal
horn. Impuls-impuls nyeri menyeberangi sum-sum belakang pada interneuron-
interneuron dan bersambung dengan jalur spinal asendens, yaitu spinothalamic
tract (STT) dan spinoreticuler tract (SRT). STT merupakan sistem yang
diskriminatif dan membawa informasi mengenai sifat dan lokasi dari stimulus
kepada thalamus kemudian ke korteks untuk diinterpretasikan sebagai nyeri.
Nyeri bisa merangsang susunan syaraf otonom mengaktifasi norepinephrin,
sarap msimpatis terangsang untuk mengaktifasi RAS di hipothalamus
mengaktifkan kerja organ tubuh sehingga REM menurun menyebabkan
gangguan tidur.
Akibat nyeri menimbulkan keterbatasan gerak (imobilisasi) disebabkan
nyeri bertambah bila digerakkan dan nyeri juga menyebabkan enggan untuk
bergerak termasuk toiletening, menyebabkan penumpukan faeses dalam colon.
Colon mereabsorpsi cairan faeses sehingga faeses menjadi kering dan keras
dan timbul konstipasi. Imobilisasi sendiri mengakibatkan berbagai masalah,
salah satunya dekubitus, yaitu luka pada kulit akibat penekanan yang terlalu
lama pada daerah bone promenence. Perubahan struktur yang terjadi pada
tubuh dan perasaan ancaman akan integritas tubuh, merupakan stressor
psikologis yang bisa menyebabkan kecemasan. Terputusnya kontinuitas
jaringan sendi atau tulang dapat mengakibatkan cedera neuro vaskuler
sehingga mengakibatkan oedema juga mengakibatkan perubahan pada
membran alveolar (kapiler) sehingga terjadi pembesaran paru kemudian
terjadi kerusakan pada pertukaran gas, sehingga timbul sesak nafas sebagai
kompensasi tubuh untk memenuhi kebutuhan oksigen.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray : menunjukkan lokasi/luasnya fraktur
2. Scan Tulang : memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler
4. Hitung darah lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan; peningkatan leukosit sebagai respon terhadap
peradangan
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjad pada kehilangan darah, transfuse
atau cedera hati.
F. Stadium Penyembuhan Fraktur
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk
oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu :
1. Stadium I – pembentukan hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur.
Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan
sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini
berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
2. Stadium II – proliferasi seluler
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro
kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang
telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus
masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast
beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari
terbentuklah tulang baru yg menggabungkan kedua fragmen tulang yang
patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai,
tergantung frakturnya.
5. Stadium V – remodeling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses
resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih
tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang
tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya
dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.
G. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur meliputi :
1. Reduksi
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, mengembalikan
fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnnya saling berhubungan) dengan
manipulasi dan traksi manual. Alat yang biasanya digunakan biasanya
traksi, bidai dan alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat,
paku
2. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna
mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu
dipantau meluputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan
waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang
mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan.
3. Traksi
Ada dua macam traksi yaitu traksi skelet dan kulit, Traksi kulit adalah
traksi yang dipasang tidak boleh melebihi toleransi kulit (2-3 kg beban
tarikan) dan untuk mengontrol spasme kulit dan memberikan
immobilisasi. Macam – macam traksi kulit diantaranya :
Traksi Buck, adalah traksi kulit dimana tarikan diberikan pada satu
bidang bila hanya diimmobilisasi parsial atau temporor yang
diinginkan.
Traksi Russell, dapat digunakan untuk fraktur pada plato tibia,
menyokong fleksi pada penggantung dan memberikan gaya tarikan
horizontal melalui pita traksi dan balutan elastis ketungkai bawah.
Traksi skelet, dipasang langsung ketulang menggunakan pin metal atau
kawat yang dimsukan kedalam tulang disebelah distal garis fraktur,
menghindari saraf, pembuluh darah, otot, tendon sendi. Traksi skelet
dipasang secara asepsis seperti pada pembedahan. Traksi skelet
biasanya menggunakan 7 – 12 kilogram umtuk mencapai efek terapi.
4. Pemasangan gips
Ada dua macam traksi yaitu traksi skelet dan kulit, Traksi kulit adalah
traksi yang dipasang tidak boleh melebihi toleransi kulit ( 2-3 kg beban
tarikan ) dan untuk mengontrol spasme kulit dan memberikan
immobilisasi. Macam – macam traksi kulit diantaranya :
Traksi Buck, adalah traksi kulit dimana tarikan diberikan pada satu
bidang bila hanya diimmobilisasi parsial atau temporor yang
diinginkan.
Traksi Russell, dapat digunakan untuk fraktur pada plato tibia,
menyokong fleksi pada penggantung dan memberikan gaya tarikan
horizontal melalui pita traksi dan balutan elastis ketungkai bawah.
Traksi skelet, dipasang langsung ketulang menggunakan pin metal atau
kawat yang dimsukan kedalam tulang disebelah distal garis fraktur,
menghindari saraf, pembuluh darah, otot, tendon sendi. Traksi skelet
dipasang secara asepsis seperti pada pembedahan. Traksi skelet
biasanya menggunakan 7 – 12 kilogram umtuk mencapai efek terapi.
5. Debridement
Luka yang kemerahan biasanya terjadi pada tingkat regenerasi
perbaikan jaringan yang lambat, hal ini diperlukan sebagai perlindungan
untuk mencegah kerusakan perbaikan jaringan. Luka yang berwarna
kuning adalah karakteristik utama dari zat cair atau semi cair “ slough ”
yang terkadang diberengi dengan drainasi purulen, mengirigasi luka
menggunakan bahan balutan yang dapat menyerap seperti impregnated
nonadheren, balutan hidrogel, atau bahan lain yang dapat menyerap, luka
hitam adalah luka yang tertutup oleh jaringan nekrotik yang tebal atau
eschar. Luka hitam membutuhkan tindakan debridement (membuang
jaringan yang nekrotik), membuang jaringan yang nonviable dari luka
harus dilakukan sebelum luka dapat disembuhkan.
Debridemen mempunyai empat cara, yaitu :
Sharp : Scapel digunakan untuk memisahkan dan membuang
jaringan yang mati
Mechanical : Dilakukan melalui gosokan kuat atau balutan basah yang
lembab
Chemical : Enzim collagen
Outolytic : Balutan mengandung moisture (lengas) seperti transparan
film
H. Komplikasi
Malunion : Tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak
seharusnya
Delayed union : Proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal
Non union : Tulang yang tidak menyambung kembali
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dri masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan, untuk kesuksesan pelaksanaan keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan gar sesuai dengan rencana kepawatan ,
E. Evaluasi
Perbandinagn yang sistematik dan rencana tentan kesehatan klien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenagakesehatan lainnya
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN An P.S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS FRAKTUR TIBIA POST OP H0 RUANG BEDAH WANITA
RSUD Dr. M Haulussy Ambon
KELOMPOK : III
REKAMAN ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN AWAL KEPERAWATAN UMUM
DIRUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH
A. IDENTITAS
Nama : An. P. S Ruang Rawat : Bedah Wanita
Umur : 12 Tahun No. Rekam Medik : 12 81 64
Pendidikan : SD Tgl/Jama Masuk : 09-03-2018 / Jam 19. 40 bwit
Pekerjaan : Pelajar Tgl/Jam Pengambilan Data : 13-04-2018 jam 16.00 wit
Suku : Ambon Diagnosa Masuk : S/ Open Fraktur tibia Sinistra 1/3 Proximal
Agama : Krisren Protestan Cara masuk : Brankar
Status perkawinan : Belum Kawin Kiriman dari : IRD
Alamat : Loki Perawat/Tim Yang Bertanggung Jawab : TIM II
Sumber Informasi : Ayah Kandung
B. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama : Nyeri kaki kiri
Keluhan saat ini : kaki kiri sulit di gerakkan
Riwayat Penyakit
Sekarang Tanggal 08-03-2018 sekitar pukul 14.00 wit . pasien naik motor di gonceng sama kakeknya, tiba-tiba motor
(keluhan dari yang di tumpangi pasien bertabrakan dengan motor lain kemudian pasien jatuh dari motor. kemudian pasien
rumah s/d Ruangan langsung dibawa ke RSU PIRU untuk mendapatkan petolongan, Tiba di RSU Piru pasien langsung
Inap) dilakukan tindakan berupa pemasangan infus RL guyur 1 kolf, kemudian dilakukan perawatan luka, hecting
luka, dan dilakukan pemsangan spalak pada kaki kiri yang fraktur, dan diberikan injeksi anti nyeri.
Kemudian jam19.30 wit pasien di rujuk ke RSUD Dr.M. Haulussy untuk mendapat perawatan lanjutan.
Selama di ruangan pasien diberikan terapi oleh dokter IVFD rl 20 tpm, Injeksi ceftriaxone 2 x 1 gr (IV), Inj
Ranitidin 2x ½ amp (IV), dan Injeksi ketorolac 2 x 15 mg (IV).
Tidak pernah opname : pasien tidak pernah di opnamae
Pernah Mendapat Pengobatan : Tidak
BB Sebelum Sakit : 22 Kg Pernah Operasi : Tidak
C. GENOGRAM ( 3 Generasi)
Keterangan Genogram :
: Perempuan : Garis Keluarga
: laki-laki : Tinggal Serumah
: pasien
Penjelasan Genogram :
G.III : Pasien tinggal serumah dengan 2 orang bersaudara ( laki-laki dan saudara perempuan ) dan kedua Orang tua.
G.II : ibu memeiliki 1 saudara perempuan dan 1 saudara laki-laki sedangkan ayah, memiliki 1 saudara perempuan dan 2 saudara
laki-laki.
G.I : Kakek dan Nenek dari kedua oarang tua masih hidup
D. KEADAAN UMUM
Kesadaran : Compes Mentis
Pasien Mengerti Tentang Penyakitnya : Tidak
E. KEBUTUHANDASAR
RASA NYAMAN NYERI
- Suhu : 36,50 C (v ) Nyeri ( ˅) Skala Nyeri : Berat Skala 7
- Gambaran nyeri :Nyeri dirasakan sangat nyeri tetap masih dapat terkontrol
- Lokasi Nyeri : Pada ekstremits , Frekuwensi : Tidak Menentu. Durasi : kurang lebih 1 menit
- Resepon Emosional : Ekpresi wajah Meringis
- Cara Pengatasi Nyari : tidak ada
Masalah Keperawatan : (sesuaikan dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia PPNI)
Ö Nyeri
NUTRISI KEBERSIHAN PERORANGAN
- TB : 130 Cm BB : 22 kg - Kebiasaan madi : 2 X/hari saat sakit lap badan di tempat tidur
- Kebiasaan makan : 3 .X/hari - Cuci rambut : setiap hari,selama sakit belum pernah
- Pembesaran tiroid : tidak ada - Kebiasaan gosok gigi : 2X/hari, saat sakit 1 kali sehari
- Hernia/Massa : tidak ada - Kebersihan badan : Bersih
- Holitosisi : Tida ada bau mulut Kondisi gigi/gusi :Bersih - Keadaan rambut : Bersih
- Penampilan lidah : Bersih Bising Usus 20 X/menit - Keadaan kulit kepala : Bersih
Infus - Keadaan kuku : Pendek
(dimulai tgl :Tanggal 04-03-2016 Jenis cairan Rl 20 Tpm - Keluhan saat ini: luka post operasi pada 1/3 distal kaki kiri,
Dipasang di : ekstermitas atas ( dextra) panjang luka kurang lebih 10 cm dengan jumlah hacting 10
- Porsi makan yang di habiskan : 1 porsi
- Makanan yang di sukai; semua makanan di sukai
- Diet : Diet TKTP
- Lain-lain tidak ada
Masalah Keperawatan sesuaikan dgn SDKI PPNI
Gangguan integritas kulit/Jaringan
CAIRAN AKTIVITAS & LATIHAN
- Kebisaan minum :1500CC/hari . - Aktivitas waktu luang : Bermain
Jenis : air putih dan teh Aktivitas/Hoby : Bermain bola
- Turgor kulit : Elastis - Kesulitan bergerak : Ya
- Punggung kuku : Bersih Warna : Merah Muda - Kekuatan otot : 5 5
Pengisian kapiler : CRT < 2 detik 5 sulit dikaji karena terpasang
- Mata cekung : Tidak balutan post op pada i/3 distal
- Konjungtiva : Tidak anemi Sklera : tidak ikterik - Tonus otot : normotonus normotonus
- Edema : tidak normotonus normotonus
- Distensi vena jugularis : Tidak ada
- Postur : sulit dikaji karena pasien bisa berdiri
- asites : Tidak
Tremor : Tidak ada
Spider Neavi : Tidak
Rentang gerak : Sedikit terbatas karena i/3 distal sinistra
Minum per NGT : Tidak
terpasang balutan luka post op
Terpasang dekopresi (NGT):Tidak
- Keluahan saat ini : gerakan terbatas : Ya
- Terpasang infuse : Ya 20 tts/menit
( - )Nyeri Otot (- ) Kaku otot ( -) Lemah Otot
- Lain-lain : tidak ada
( ) Nyeri sendi ( ) bengkak sendi ( )Inkooardinasi
Parise/paralise : dibagian : tidak ada.
( - ) Kelelahan ( ) Amputasi ( ) Deformitas
Kelainan bentuk ekstremitas ………………………………….
- Penggunaan alat bantu : Tidak ada
- Pelaksanaan aktivitas : parsial
- Jenis aktifitas yang perlu dibantu : kebersihan diri,
- Lain-lain : aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat
Masalah Keperawatan (sesuaikan dgn SDKI PPNI) Masalah Keperawatan (sesuaikan dgn SDKI PPNI)
Gangguan mobilitas fisik
ELIMINASI OKSIGENIASI
- Kebisaan BAB : 1X/hari BAK : 3-5X/hari (Dilakukan di - Nadi : 100 X/menit Pernafasan :24 X/menit
tempat tidur dan dibantu oleh keluarga dan pasien) - TD : 100/70 HmHg Bunyi Nafas : Vesikuler
- Menggunakan laxsan : tidak - Sirkulasi oksigenasi : 90 %
- Menggunakan diuretic : tidak . - Dada :simetris kiri dan kanan
- Keluahan BAK Saai ini : Tidak ada - Lain-lain………………………………………………………..
- Abdomen : Nyri Tekan : tidak ada
Massa : Tidak ada
- Terpasang kateter urine : ya
- Pengguna alcohol : tidak ada
- Lain-lain :……………………………………………
Masalah keperawatan (sesuaikan dgn SDKI PPNI) Masalah keperawatan (sesuaikan dgn SDKI PPNI)
TIDUR DAN ISTIRAHAT PENCEGAHAN TERHADAP BAHAYA
- Kebiasaan tidur : ( v ) Malam ( v ) Siang - Refleksi : baik
- Lama Tidur : Malam:7-8 Jam Siang :1 jam - Penglihatan : Baik
- Kebiasaan tidur : tidak ada - Pendengaran: Baik
- Lain-lain: Saat sakit kadang pasien terbagun jika terasa nyeri - Penciuman : Baik
- Perabaan : Baik
Masalah Keparawatan (sesuaikan dgn SDKI PPNI) Masalah Keparawatan (sesuaikan dgn SDKI PPNI)
NEOROSENSORIS KEAMANAN
- Rasa Ingin Pingsan/Pusing : Tidak Alergi/sensitivitas :
- Kejang : Tidak ada kejang Perubahan system imun sebelumnya: tidak ada
Status Mental : waku Baik Transfuse darah/jumlah : tidak kada
Tempat : Baik Orang : Baik Gambaran reaksi : tidak ada
Kesadaran : composmentis Riwayat cidera kecelakaan : tidak ada riwayat
- Memori : saat ini Baik yang lalu : Baik Fraktur/dislokasi : Fraktur tibia proximal
- Alat bantu dengar : tidak ada pemakaian alat bantu Masalah punggung : Tidak ada kelainan
- Ukuran/reaksi pupil : ka/ki : pupil isokor 3mm, reflex cahaya : Perubahan pada tahi lalat : Tidak ada
Masalah Keperawatan (sesuaikan dgn SDKI PPNI) Masalah Keperawatan : (sesuaikan dgn SDKI PPNI)
SEKSUALITAS
- Aktif melakukan hubungan seksual : tidak Pria
- Rabes Penis : Tidak ada kelainan
- - Sirkumsisi :Tidak
- testis : Tidak ada kelainan
Masalah Keperawatan :
KESEIMBANGAN & PENINGKATAN HUBUNGAN RISIKO SERTA INTERAKSI SOSIAL
- Peran Dalam Struktur Keluarga : Anak - Sosiologis : komunikasi lancer
- Psikologis : pasien tampak gelisah jika terasa nyeri - Perubahan bicara : Tidak ada
- Adanya laringektomi : Tidak ada
- Spiritual : dibantu dalam beribadah
- Kegiatan keagamaan : Pasien sering mengikuti orang tuanya ke
Geraja
- Lain-lain : Saat sakit pasien dan orang tuanya di datangi
jemaat untuk berdoa.
Masalah keperawatan :
F. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN
1. Bahasa dominan (khusus) :
Ô Buta huruf : Ô Ketidakmampuan belajar khusus :
Ô Keterbatasan kognitif
2. Informasi yang telah disampaikan :
Ô pengaturan jam besuk Ô hak dan kewajiban klien Ô tim / petugas yang merawat
Ô lain-lain :
3. Masalah yang telah dijelaskan :
Ô perawatan diri dirumah sakit Ô obat-obatan yang diberikan Ô lain-lain :
2. Rom
Aktif aktif
Aktif Sulit dievaluasi karena terpasang balutan luka
post op
1. Reflex
1. Fisiologis
Patella biseps triseps
++ ++ ++ ++
++ ++
2. Patologis
Babibnki Chadoks openhaim
- - - -
- -
1. Inspkesi
Bentuk kepala : bulat
Pupil : isokor
Kaku kuduk : Tidak ada kaku kuduk
Kelumpuhan : Tidak ada kelumpuhan
Persepsori sensori : tidak ada gangguan
4) Sistem Perkemihan (B4 : Bladder)
1. Keluhan : tidak ada keluhan pada system perkemihan
2. Inpeksi
Distensi kandung kemih : Tidak ada distensi kandung kemih
Terpsang kateter : ya
b. Palpasi
Distensi kandung kemih : Tidak ada distensi kandung kemih
Nyeri tekan : Tidak ada ada nyeri tekan
5) Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
a. Keluhan : tidak ada gangguan pada pola eliminas BAB
b. Inspeksi
Bibir : lembab
Gusi : merah muda
Gigi : bersih tidak ada karies
Lidah : lidah bersih
Tonsil : tidak ada tanda-tanda peradangan
Abdomen : bentuk simetris
c. Auskultasi
Bising usus : bising usus normal 20 x permenit
d. Palpasi
Tidak ada masa dan nyeri tekanan dan tidak ada tanda-tanda hepatomegaly
6) Sistem Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
1. Inspeksi
Pergerakan sendi : pergerakan aktif, hanya pada 1/3 distal kaki kiri yang sedkit mengalami
keterbatasan rentang gerak karena terpasang balutan luka post operasi faraktur, terdapat pemasangan infus pada
tangan kiri
Tulang Belakang : tidak ada kelainan
a. Palpasi
Akral : akral hangat
Turgor : baik
7) Sistem Endokrin
1. Keluhan ; Tidak ada kelainan pada system endokrin
II. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
2. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Cobaan tuhan hukuman lainnya
v
3. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
v
Murung/diam gelisah tegang menangis saat merubah posisi
4. Reaksi saat interaksi
Kooperatif tidak kooperatif curiga
III. PENGKAJIAN SPIRITUAL
1. Kebiasaan beribadah sebelum sakit
Gereja : Tekun
Kegiatan keagamaan lain : Aktif
Perubahan saat ini : selama sakit pasien di datangi oleh keluarga dan jemaat untuk berdoa bersama
G. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG (diagnostic & laboratorium) (Hasil dan Foto)
1. X-Ray Tgl 05-03 2018 hasi pemeriksaan rontgen fraktur tibia sinstra
2. Pemeriksaan Laboratorium (Darah) tgl 10-03-2018
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
HB 11,0 mg.dl 14-18 mg.dl
Leuco 10,00 3 /mm3 5.000-10.000 3 /mm3
Trombosit : 396mm3 150.000-400.000 mm3
Hematocrit : 22.7% 40-52 %
Masa perdarahan : 2 Menit 1-3 Menit
Masa pembekuan : 5 menit 2-6 menit
Albumin : 3,0 mg/dl 3,5-5,0 mg/dl
H. PATOFISIOLOGI & PENYIMPANGAN KDM
Trauma langsung
Fraktur
Diskontinuitas Tulang
DO:
- Pasien tampak menangis
menahan sakit
2 DS :
- Pasien mengatakan kaki
kiri dibalut setelah selesai
operasi Faktor mekanis Gangguan
DO : integritas
- Terdapat balutan luka post jaringan
oprerasi pada 1/3 distal
sinistra, panjang luka
kurang lebih 10 cm dan
jumlah hacting 10
3.DS :
- Pasien mengatakan rasa
nyeri saat bergerak Keengganan Gangguan
DO : melakukan mobilitas fisik
- Pasien tampak menangis pergerakan
saat merubah posisi
- Pasien tampak berbaring
di atas tempat tidur
- Aktifitas dibantu keluarga
dan perawat
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi)
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan Faktor mekanis
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keengganan melakukan
pergerakan
K. Intervensi Keperawatan
-
L. Implementasi Post Op H0
12
3 Se3sa 1. Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan
10-03-2018 mobilisasi
16. 15 wit Respon : Pasien Sulit untuk melakukan mobilisasi
karena setiap melakukan gerrakan pasien merasa
nyeri dan terpasang balutan luka post operasi
16.30 wit 2. Membantu pasien melakukan latihan rentang gerak
pergerakan sendi aktif dan pasif untuk memperbaiki
kekuatan dan daya tahan otot.
Respons : Latihan rentak gerak pasif dan aktif sudah
dilakukan, pasien dan ibunya mengerti tentang
gerakan yang sudah dilakukan
18.00 wit 3. Mengukur TTV Pasien
Respon : TD 110/70 mmHg, N : 90 x/m, S :370C, R ;
20 xx/m
17.00 wit 4. Mengajarkan pasien dan ibunya cara merubah posisi
Respons : pasien dan ibunya mengerti cara merubah
13 posisi
b
15 b
Evaluasi Post Op Hari Ke-2
16
3 Kamis 1. Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan
15-03-2018 mobilisasi
11.00 Wit Respon : Pasien mulai melakukan sedikit gerakan
walaupun masih terasa nyeri
11.05 Wit 2. Membantu pasien melakukan latihan rentang gerak
pergerakan sendi aktif dan pasif untuk memperbaiki
kekuatan dan daya tahan otot.
Respons : Latihan rentak gerak pasif dan aktif sudah
dilakukan, pasien sudah mulai latihan menggerakkan
estrmitas kiri sedikit-sedikit.
3.17 Mengukur
b TTV Pasien
Respon : TD 110/70 mmHg, N : 80 x/m, S :36, 0C, R ;
20 xx/m
Evaluasi Post Op Hari Ke-3