You are on page 1of 10

BAB II

PEMBAHASAN

Endapan Porfiri

Endapan porfiri adalah endapan dengan tonase besar dan kadar rendah
hingga sedang yang mineral bijih utamanya secara dominan terkontrol oleh
struktur dan secara spasial dan pembentukan berhubungan dengan serial intrusi
porfiri felsik hingga intermedier (Kirkham, 1972 dalam Sinclair, 2007).
Ukurannya yang besar serta kontrol struktural (contoh: urat, set urat, stockwork,
rekahan, dan breksi) membedakan endapan porfiri dengan endapan lain yang
mungkin berdekatan. Seperti skarn, urat mesothermal, dan endapan epithermal.

Kandungan metal dari endapan porfiri sangat beragam. Logam-logam


seperti Cu, Au, Mo, Ag, Re, Sn, W, Bi, Zn, In, Pb, serta logam-logam PGE bisa
hadir dalam sebuah endapan porfiri.

Endapan Porfiri adalah endapan mineral yang terjadi akibat suatu intrusi yang
bersifat intermedier-asam, yang kemudian terjadi kontak dengan batuan samping yang
mengakibatkan terjadinya mineralisasi. Porfiri bersifat epigenetik. Produk utama dari Porfiri
adalah Cu-Au atau Cu-Mo.
Porfiri terbentuk dari beberapa aktifitas intrusi, terdiri dari kumpulan dike dan
breksi intrusi. Mineralisasi terjadi akibat alterasi batuan samping, disseminated dan
stockwork mineralization. Alterasi yang terjadi pada host rock intensif dan ektensif akibat
dari fluida hidrotermal yang terbentuk. Pada dasarnya endapan porfiri mempunyai tonnase
yang besar dan grade yang kecil.
Gambar 3. Endapan porfiri
Endapan Porfiri adalah endapan penghasil tembaga (Cu) terbesar, lebih dari 50
%. Endapan porfiri umumnya terbentuk pada jalur orogenik, contohnya pada lingkar
Pasifik. Contoh endapan ini di Indonesia, terdapat di Grassberg, Selogiri-Wonosari

Endapan porfiri terbentuk dalam beragam setting tektonik. Endapan porfiri


Cu biasanya terdapat pada zona akar dari stratovolkano andesitik dalam seting
busur-kepulauan (island arc) dan busur-benua (continental arc) yang
berhubungan dengan subduksi (Mitchell dan Garson, 1972; Sillitoe, 1973, 1988a;
Sillitoe dan Bonham, 1984 dalam Sinclair, 2007; gambar 1). Di Arizona Selatan,
endapan porfiri Cu dikaitkan dengan batuan granitik yang bertempat dalam setting
kontinental, dalam atau sepanjang batas dari kaldera yang sekarang tererosi
intensif (Lipman dan Sawyer, 1985 dalam Sinclair, 2007)

Endapan porfiri terbentuk dalam hubungan yang dekat dengan intrusi


epizonal dan mesozonal porfiri. Hubungan temporal yang dekat antara aktivitas
magmatik dan mineralisasi hidrotermal dalam endapan porfiri diindikasikan oleh
adanya intrusi antar-mineral dan breksi yang terbentuk antara atau selama periode
mineralisasi.
Pada skala endapan bijih, struktur yang berhubungan dapat menghasilkan variasi
dari tipe mineralisasi, termasuk urat, set urat, stockwork, rekahan, crackled zones,
dan pipa breksi (gambar 3). Pada endapan porfiri yang besar dan ekonomis, urat
yang termineralisasi dan rekahan biasanya memiliki densitas yang sangat tinggi.
Orientasi dari struktur mineralisasi dapat dihubungkan dengan lingkungan stress
lokal disekitar bagian atas dari pluton atau dapat menunjukkan kondisi stress
regional. Ketika struktur mineralisasi tumpang tindih satu-sama-lain dalam sebuah
batuan bervolume besar, kombinasi dari struktur mineralisasi individual
menghasilkan zona dengan kadar bijih yang lebih tinggi dan karakteristik dari
endapan porfiri berukuran besar.

Gambar 2.Pembentukan endapan primer (Darijanto, 1997)

Model umum dari sebuah endapan porfiri diilustrasikan secara skematis dalam
gambar 2 yang menunjukkan endapan porfiri Cu yang berhubungan dengan intrusi
porfiritik kecil subvolkanik dan dikelilingi oleh zona piritik yang lebih ekstensif.
Skala lebih besar dari sistem hidrotermal ditunjukkan oleh endapan tipe peripheral
yang berhubungan dengan endapan porfiri termasuk skarn Cu, manto replacement
Zn, Pb, Ag, Au dan berbagai macam tipe dari urat logam-dasar dan logam-
berharga serta endapan yang terdapat pada breksi.
Namun, model yang paling cocok diaplikasikan untuk endapan porfiri adalah
model magmatik-hidrotermal (gambar 9), atau variasi atas model tersebut, dimana
dalam model ini metal bijih didapat secara temporal dan pembentukan dari intrusi
yang berhubungan. Sistem hidrotermal banyak-fasa berukuran besar
dikembangakan didalam dan diatas dari intrusi yang berhubungan dan umumnya
berinteraksi dengan fluida hidrotermal (bisa juga dengan air laut) pada bagian
atasnya atau sampingnya. Selama tahap penyusutan dari aktivitas hidrotermal,
sistem magmatik-hidrotermal runtuh kedalam dan digantikan oleh air yang
dominannya berasal dari air meteorik. Redistribusi, dan konsentrasi lebih lanjut
dari logam, terjadi pada beberapa endapan selama tahap penyusutan.

• Endapan sedimenter tembaga

Contoh cebakan bijih tembaga yang sudah dieksplorasi dan dieksploitasi di


Indonesia dan termasuk dalam kategori skala besar adalah cebakan bijih tembaga
Grasberg dan Batu Hijau. Cebakan bijih tembaga Grasberg terbentuk pada batuan
terobosan yang menembus batuan samping batugamping. Mineral sulfida yang
terkandung dalam cebakan bijih tembaga porfiri Cu – Au Grasberg, terdiri dari
bornit (Cu5FeS4), kalkosit (Cu2S), kalkopirit (CuFeS2), digenit (Cu9S5), dan
pirit (FeS2). Sedangkan emas (Au) umumnya terdapat sebagai inklusi di dalam
mineral sulfida tembaga, dengan konsentrasi emas yang tinggi ditunjukkan oleh
kehadiran mineral pirit. Grasbergmasih mengandung cadangan sekitar 1.109 juta
ton bijih dengan kadar 1,02% Cu, 1,19 ppm Au, dan 3 ppm Ag. Cebakan bijih
tembaga Batu Hijau terbentuk sebagai mineralisasi yang terpusat pada stock
tonalit tua dan cenderung berubah secara berangsur ke arah lateral dan vertikal.
Mineral sulfida tembaga terdiri dari bornit, kalkopirit, digenit, kalkosit dan kovelit
(CuS). Terdapat korelasi yang kuat antara Cu dan Au pada tonalit tua dan batuan
samping di sekitarnya, dengan kandungan keduanya meningkat ke arah bawah.
Mineralisasi lebih lemah terjadi pada tonalit muda dengan kadar < 0,3% Cu dan
<0,5 g/t Au,sementara kadar yang paling kecil < 0,15% Cu terdeteksi pada retas-
retas tonalit. Sulfida tembaga utama terbentuk sebagai pengisian rekahan dan
berasosiasi dengan stockwork urat kuarsa yang mengisi 5 – 30% volume tonalit,
yang meluas hingga melebihi 100 meter ke arah atas dan batuan samping. Hanya
sedikit berupa sebaran (dissemination) di dalam masadasar batuan. Sedangkan
retas-retas tonalit muda mengandung sangat sedikit urat, dan termineralisasi
lemah (mengandung <0,30% Cu).

Gambar 3.1. Gambar contoh model cebakan bijih tembaga di Batu Hijau dan
Grasberg

Sebagian besar endapan tembaga yang ditemukan merupakan cadangan besar


berasal dari larutan hydrothermal dan proses penggantian, lebih dominan
dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh proses pengisian celah celah. Endapan
yang berbentuk dari hasil metasomatik kontak dan yang langsung dipisahkan dari
magma sangat sedikit dan hampi tidak berarti.

Khusus untuk tambang tembaga Grasberg adalah tipe porfiri. Cebakan


tembaga tipe porfiri mempunyai dimensi besar dan kadar relatif rendah sehingga
atas pertimbangan keekonomian, penambangan hanya dapat dilakukan dengan
cara tambang terbuka (open pit mining). Pengupasan lapisan penutup
(overburden) dan penambangan bijih dilakukan dengan sistem jenjang (benches).
Cebakan bijih tembaga yang sangat tebal memerlukan banyak jenjang, dengan
lebar dan tinggi jenjang diupayakan untuk dapat menahan batuan yang
berhamburan saat peledakan, dan menyediakan ruang gerak yang memadai untuk
alat pembongkar (excavator) dan unit pemuat (haulage).

Geologi Regional Grassberg

Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT Freeport, menemukan paling


tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme di daerah Pegunungan Tengah. Secara
umum, umur magmatisme diperkirakan berkurang ke arah selatan dari utara.
Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik,
diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik
Derewo. Fase kedua magmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir
dalam Kelompok Kembelangan pada sisi Selatan Patahan Orogenesa Melanesia
Derewo yang berumur Miosen Akhir sampai Miosen Awal. Magmatisme
termuda dan terpenting berupa instrusi dioritik sampai monzonitik yang
dikontrol oleh suatu patahan yang aktif mulai Pliosen Tengah sampai kini.
Batuan-Batuan intrusi tersebut menerobos hingga mencapai Kelompok
Batugamping New Guinea, dimana endapan porphiri Cu-Au dapat terbentuk
seperti Tembagapura dan OK Tedi di Papua Nugini.
Tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik yang terus berlangsung
hingga sekarang menyebabkan deformasi batuan dalam cekungan molase.
Batuan terobosan di Tembagapura berumur 3 juta tahun (McMahon, 1990, data
tidak dipublikasikan), sedangkan batuan terbosan OK Tedi berumur Pliosen akhir
pada kisaran 2,6 sampai 1,1 juta tahun. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh
Nabire Bhakti Mining terhadap 5 contoh batuan intrusi di Distrik Komopa
menghasilkan umur antara 2,9 juta tahun sampai 3,9 juta tahun. Selama Pliosen
jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I, suatu tipe magma yang kaya
akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi Cu-Au
yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi. Selama pliosen intrusi pada zona
tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian pemekaran sepanjang batas
graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon dari peningkatan beban tektonik
di bagian tepi utara lempeng Australia yang diakibatkan oleh adanya pelenturan
dan pengangkatan dari bagian depan cekungan sedimen yang menutupi landasan
dari Blok Kemum. Menurut Smith (1990), Sebagai akibat benturan lempeng
Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan
komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah
mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah
batuan sedimen dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas
dan perak.
Tempat-tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi
diperkirakan terdapat pada lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek
Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa,
Wabu, Komopa-Dawagu, Mogo-Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda,
Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm
Ilaga. Sementara di daerah Kepala Burung terdapat di Aisijur dan Kali
Sute. Sementara itu dengan adanya busur kepulauan gunungapi (Awewa
Volkanik Group) yang terdiri dari Waigeo Island (F.Rumai) Batanta Islamd
(F.Batanta), Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak Volc), Yapen Island (Yapen
Volc), Wayland Overhrust (Topo Volc), memungkinkan terdapatnya logam emas
dalam bentuk nugget.
Endapan Mineral Grassberg

Gambar 3 Model dan tipe mineralisasi logam pada beberapa lokasi tambang salah
satunya, Grasberg

Tubuh-tubuh bijih terdapat pada dan di sekitar dua tubuh-tubuh instrusi


utama batuan beku yaitu monzodiorit Grasberg dan diorit Ertsberg. Batuan-batuan
induk untuk tubuh-tubuh bijih tersebut terdiri dari batuan-batuan karbonatan
maupun klastik yang diterobos oleh batuan beku berkomposisi monzonitik dan
dioritik yang membentuk punggungan bukit dan sisi atas rangkaian Pegunungan
Sudirman. Tubuh-tubuh bijih Grasberg dan ESZ, terdapat pada batuan beku
sebagai batuan induk, hadir dalam bentuk urat-urat (vein stockworks) dan
diseminasi sulfida tembaga yang didominasi oleh mineral chalcopirit dan
sejumlah kecil berupa bornit.
Tubuh-tubuh bijih yang berinduk pada batuan sedimen terjadi pada batuan
ubahan skarn yang kaya akan unsur magnetit dan magnesium serta kalsium, yang
mana lokasi keterdapatannya dan orientasinya sangat dikontrol oleh patahan
patahan besar (major faults) dan oleh komposisi kimia batuan-batuan karbonat di
sekitar tubuh-tubuh instrusi tersebut. Mineralisasi tembaga pada batuan ubahan
skarn tersebut didominasi oleh mineral chalcopirit, akan tetapi konsentrasi
setempat dari mineral sulfida bornit yang cukup banyak juga kadang terjadi.
Mineral emas terdapat secara merata disemua tubuh bijih dalam jumlah
yang beragam. Di beberapa tempat konsentrasinya cukup banyak, kehadirannya
jarang bisa dilihat dengan mata telanjang. Konsentrasi emas tersebut lazim terjadi
sebagai inklusi di dalam mineral sulfida tembaga, sedangkan pada beberapa tubuh
bijih konsentrasi emas berkaitan erat dengan keterdapatan mineral pirit.
Penetitian endapan bijih di daerah Grasberg Tembagapura Irian Jaya yang
didasarkan pada analisa petrografi dan mikroskopi bijih terhadap 23 contoh
batuan bor inti Grs 37-44. Hasil penelitian menunjukan bahwa endapan bijih yang
terbentuk menyebar dan mengisi rongga batuan berupa jalinan urat kuarsa
membentuk struktur stockwork. Mineralisasi terutama terbentuk pada batuan
induk diorit dengan zonasi ubahan kuarsa - K-felspar - biotit (ubahan potasik);
epidot-karbonat-serisit (ubahan propilitik) dan gipsum-anhidrit ( ubahan argilik).
Paragenesa mineral bijih terdiri dari magnetik, hematit, arsenopirit, sfalerit, pirit,
emas, kalkopirit, digenit, bornit, kalkosit dan kovelit dengan kadar yang
berkurang dari bagian tengah ke arah luar dari bor inti. Atas dasar asosiasi mineral
tekstur dan struktur bijih serta zonasi ubahan dan data literatur diperkirakan
endapan bijih di daerah penelitian merupakan endapan bijih tipe tembaga porfiri
yang membawa emas yang terjadi karena pengaruh larutan hidrotermal.
Cebakan bijih tembaga Grasberg terbentuk pada batuan terobosan yang
menembus batuan samping batugamping. Mineral sulfida yang terkandung dalam
cebakan bijih tembaga porfiri Cu – Au Grasberg, terdiri dari bornit (Cu5FeS4),
kalkosit (Cu2S), kalkopirit (CuFeS2), digenit (Cu9S5), dan pirit (FeS2).
Sedangkan emas (Au) umumnya terdapat sebagai inklusi di dalam mineral sulfida
tembaga, dengan konsentrasi emas yang tinggi ditunjukkan oleh kehadiran
mineral pirit. Grasberg masih mengandung cadangan sekitar 1.109 juta ton bijih
dengan kadar 1,02% Cu, 1,19 ppm Au, dan 3 ppm Ag.
Cebakan porfiri Cu-Au memiliki dimensi besar dengan kadar relatif rendah
sehingga penambangan dilakukan secara open pit atas dasar pertimbangan
keekonomian. Penambangan bijih dilakukan dengan sistem berjenjang dengan
pengelupasan lapisan penutup yang ditujukan agar dapat menahan batuan yang
berhamburan saat ada peledakan serta bisa menyediakan ruang gerak yang
memadai utuk excavator dan unit pemuat. Penambangan dilakukan dengan cara
menggali dan memindahkan material dalam jumlah besar, teknologi yang
digunakan juga berteknologi tinggi dan berdaya angkut besar sehingga diperlukan
lahan untuk penampungan bijih, limbah tambang, serta ampas pengolahan berupa
cebakan yang berdimensi sangat besar dengan kedalaman penambangan
disesuaikan dengan sebaran bijih ekonomis yang dapat diambil.
Saat ini Grasberg ditambang dengan metode tambang terbuka. Namun karena
bukaan yang semakin dalam, sekitar tahun 2015, cara penambangan akan diubah
menjadi tambang bawah tanah. Jika semua terwujud, tambang bawah tanah
Grasberg akan menjadi salah satu yang terbesar.

You might also like