Professional Documents
Culture Documents
Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan
kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan
besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition)
yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke
dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau
kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup
lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan
infeksi.
Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi dihabiskan dan nutrisi
serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak
memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam
waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih
merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah
malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat
harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan,
lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu
ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.
1. Penyebab langsung
Penyakit infeksi
1. Kemiskinan keluarga
2. Balita tidakmendapat ASI ekslusif (ASI saja) atau sudah mendapat makanan selain
ASI sebelum umur 6 bulan
3. Balita tidakmendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau
lebih
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan
patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
1. Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya
lemak bawah kulit dan otot. Mempunyai Individu dengan marasmus mempunyai penampilan
yang sangat kurus dengan tubuh yang kecil dan tidak terlihatnya lemak.(Dorland, 1998:649).
Marasmus biasa menyerang siapa saja atau bias menyerang semua usia.
1. Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan
malformasi kongenital.
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan
sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan
longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak
relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput, serta wajah
seperti orang tua. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat
hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, tekanan darah dan frekuensi napas
menurun, kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat
muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi
mucus dan sedikit.
1. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan
pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik
ü Mengukur TB dan BB
ü Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam
meter)
ü Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan
menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari
lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.
ü Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LILA untuk memperkirakan jumlah otot
rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
1. Kwashiorkor
Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ) yang merupakan sindrom klinis
yang diakibatkan defisiensi protein berat dan kalori yang tidak adekuat. Walaupun sebab
utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan
kurang mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan,
maka akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
1. Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap kejadian
malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare
kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi
menahun, luka bakar dan penyakit hati.
1. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai
asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Bila diet
cukup mengandung karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam
amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot.
Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi
albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi
karena gangguan pembentukan beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati
terganggu, dengan akibat adanya penimbunan lemak dalam hati.
1. Gejala Kwashiorkor
Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah warna
Kulit kering dengan menunjukan garis – garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi
persisikan dan hiperpigmentasi
Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal, permukaannya licin dan
tajam.
Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang rendah,
disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.
1. Pemeriksaan Labolaturium
Hampir semua kasus kwashiorkor memperlihatkan penurunan kadar albumin, kolestrol dan
glukosa dalam serum. Kemudian pada umumnya kadar imunoglobulin serum normal, bahkan
dapat meningkat. Meskipun kadar IgA sekretori merendah.Gangguan imunitas seluler
khususnya jumlah populasi sel T merupakan kelainan imunologik yang paling sering
dijumpai pada malnutrisi berat.
Etiologi, tanda dan gejalanya merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.
Terapi: sukrosa/ glukosa 10% 50 ml per oral/ sonde lambung Berikan makan tiap 2 jam, min.
1 hari pertama . Jika tidak sadar, glukosa iv/ glukosa 10% dengan sonde
1. Dehidrasi
1. Antibiotik
ü Infeksi nyata: ampisilin iv 100 mg/kgBB/hr, dibagi 4 dosis (2 hr), lanjut per oral
(ampisilin/amoksilin); dan gentamisin 7.6 mg/kgBB iv/im sekali sehari (7 hari)
1. Nutrisi
ü Vitamin-mineral: vit. A hr 1 &2 200.000SI/oral atau 100.ooo SI/IM diulang dosis yang
sama hari ke-14
1. Fase Transisi
Peralihan ke energi lebih tinggi sampai 150 kkal/kgBB/hr berupa F100 secara bertahap
Energi 0,75 kkal/ml 1kkal/ml
Susu bubuk 25 80
tanpa lemak
Gula
70 50
Tepung sereal
35 –
Minyak sayur
27 60
Campuran
mineral 20 20
Campuran
vitamin
140 140
Air
1. Fase Rehabilitasi
Orientasi
hokum dan
perintah
Usia sekolah merupakan tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah), dengan karakteristik
sebagai berikut :
Ini adalah periode tenang, dimana kegiatan sexual tidak muncul (tidur).
Anak mungkin terikat dalam aktivitas erogenus (perasaan erotik) dengan teman
sebaya yang sama jenis kelaminnya.
Penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini
Konflik yang tidak diatasi pada masa ini dapat menyebabkan obsesif dan kurang
motivasi diri.
1. Teori Erikson
Industri vs inferior (industry vs inferiority) — usia sekolah (6-12 tahun), dengan karakteristik
sebagai berikut :
Indikator negatif : hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman
sebaya.
Perasaan inferior — terjadi pada saat orang dewasa memandang usaha anak untuk
belajar bagaimana sesuatu bekerja melalui menipulasi adalah sesuatu yang bodoh atau
merupakan masalah.
1. Teori kognitif Piaget fase konkret operasional (7-11 tahun), dengan karakteristik
sebagai berikut :
Mulai mengerti tentang suatu hubungan misalnya ukuran, mengerti kanan dan kiri
Anak dapat membuat alasan mengenai apa itu, tapi tidak dapat membuat hipotesa
mengenai apa kemungkinannya dan dengan demikian tidak dapat berpikir mengenai
masalah ke depan.
Selanjutnya manusia juga harus mengalami perkembangan moral dengan baik. Seorang pakar
bernama Lawrence Kohlberg mengemukakan teorinya tentang pemkembangan moral ini
dengan menyatakan bahwa pada umumnya manusia mengalami tiga tingkat perkembangan
moral, sebagai berikut:
1. Tahao orientasi mengenai anak yang baik. Agar menjadi anak yang baik,
perbuatannya harus diterima oleh masyarakat.
3. Tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Di sini
terhadap perjanjian antara diri seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ia berbuat baik
agar diperlakukan dengan baik.
4. Tahap prinsip universal. Di sini terdapat berkembangnya norma etis (kata hati) untuk
menentukan perbuatan moral dengan prinsip universal.
3. Tingkat III (Post Konvensional) – pada tingkat ini juga ada 2 (dua) tahap:
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan
sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
Anak usia 6-7 tahun :
ü Karakteristik :
Pemenuhan nutrisi berdasarkan tumbuh kembang anak usia sekolah (6-12 tahun)
2. Kurang cerdas
3. Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari normal
1. Hipotermi
Penyebab :
1. Tidak/kurang/jarang diberi makan
2. Menderita Infeksi
Paparan angin :
1. Genting bocor
2. Dinding berlubang
1. Tidur dilantai
4. Hipoglikemi
Penyebab :
2. Penyakit Infeksi
Gejala :
1. Hipotemi (<35c)
2. Lemah
3. Penurunan kesadaran
4. Infeksi
6. Syok
6. Obati Infeksi
1. Semua sumber hidrat arang : bubur nasi tim, bubur roti, gandum, pasta,
jagung, kentang, sereal dan singkong
2. Sumber protein
Hewan : daging yang gemuk, ayam telur, ikan,kerang, udang , cumi, dan sumber laut
lainnya
1. Semua jenis sayuran : yang berwarna hijau dan merah sebagai sumber vitamin A dan
Fe seperti kangkung, daun katuk, bayam, wortel,kembang kol, sawi, selada
2. Buah-buahan atau sari buah sumber vitamin A dan vitamin C seperti ; jeruk, apel,
papaya, melon, jambu air, salak, semangka, belimbing.
5. Makanan yang digoreng seperti kerupuk, kripik, kacang, karena lemak menyebabkan
anak cepat kenyang sehingga susah untuk makan makanan utama
6. Minuman yang dingin seperti es dan makanan / minuman yang manis seperti sirop,
dodol, permen, coklat, disamping itu makanan yang manis menyebabkan gigi cepat
rusak sehingga anak menjadi susah makan/ sakit kalau makan dan anak cepat
kenyang.
8. Makanan jajanan yang tidak bersih karena akan menyebabkan sakit perut
9. Minuman yang mengandung alcohol atau soda seperti : brem, soft drink, karena akan
menyebabkan anak cepat kenyang dan tidak mau makan makanan utama
1. Makan dalam porsi yang kecil tapi sering dan bervariasi agar menarik minat
anak untuk makan
Table kecukupan energi sehari untuk bayi dan anak menurut umur.
4-6 90 90
susu
1. Riwayat Keperawatan
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan
yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih,
baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu
dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan
protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
1. Pengkajian Fisik
Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi
diare.
Edema tungkai
Inspeksi
ü Lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau kaki
ü Auskultasi
Perkusi
Palpasi
ü hati : bagaimana konsistensinya, kenyal, licin dan tajam pada permukaannya. Berapa
besarnya dan apakah ada nyeri tekan
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Labolatorium
Biokimia :
ü Hb anemia
Autopsi : hampir semua organ tubuh mengalami degenerasi seperti jantung, tulang
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang
tidak adekuat
Kriteria Hasil :
1. Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien,
kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat
seimbang.
Intervensi
Rasional :
1. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk
melakukannya sendiri.
Rasional :
Rasional :
Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai
keadaan malnutrisi.
1. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.
Rasional :
Menilai perkembangan masalah klien.
Rasional :
Rasional :
NGT dapat membantu pemenuhan nutrisi anak walaupun keadaannya tidak memungkinkan
untuk makan lewat oral.
Tujuan: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Intervensi
1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas
perkembangan sesuai usia anak.
Rasional :
Rasional :
Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan.
Rasional :
Rasional :
Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek
motorik, bahasa dan personal/sosial.
Rasional :
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional :
1. Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah atau kotor dan
kulit anak tetap kering
Rasional :
Agar kulit anak tetap terjaga kebersihannya dan mencegah terjadinya infeksi pada kulit
Rasional :
1. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan
nutrisi
3. Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di rumah
Intervensi
Rasional :
1. Jelaskan tentang nama penyakit anak, penyebab penyakit, akibat yang ditimbulkan,
dan pengobatan yang dilakukan.
Rasional :
1. Jelaskan tentang pengertian nutrisi dan pentingnya pola makan yang betul untuk anak
sesuai umurnya, dan bahan makanan yang banyak mengandung vitamin terutama
banyak mengandung protein.
Rasional :
Rasional :
1. Anjurkan keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi setelah pulang dari
rumah sakit.
Rasional :
Dapat membantu mempertahankan status gizi anak dengan pengetahuan yang ada.
2.13 Implementasi
2.14 Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001). Evaluasi merupakan pengukuran
keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka
dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam
implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka
dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai. Adapun hasil evaluasi
yang diharapkan pada askep gizi buruk adalah :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan baik dan berat badan klien
berada dalam batas normal
4. Keluarga dapat benar – benar mengetahui tentang penyakit si anak secara etiologi dan
terapi – terapinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh.
Umumnya gizi buruk ini diderita oleh balita karena pada usia tersebut terjadi peningkatan
energy yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus / bakteri.
Adapun penyebab dari gizi buruk adalah :
1. Penyebab langsung
Penyakit infeksi
1. Kemiskinan keluarga
Sedangkan tipe dari gizi buruk yaitu kurang kalori (marasmus), kurang protein (kwashiorkor)
dan kurang kalori dan protein ( marasmus – kwashiorkor ).
3.2 Saran
Setelah menelusuri berbagai sumber pustaka, maka dapat diajukan saran-saran agar
mahasiswa keperawatan dapat lebih teliti dalam menghadapi masalah gizi dan mendapatkan
hasil yang diharapkan sebagai berikut :