You are on page 1of 14

Laporan Pendahuluan Departemen Maternitas

“Post Partum Care”

Disusun untuk memenuhi tugas Profesi Keperawatan Maternitas


di Ruang 8 RS. Saiful Anwar Malang

Oleh :
Hanifah Munajiyah
170070301111004

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

Post Partum Care (PNC)

1. Definisi Post Partum Care


Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa
sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi komplikasi,
terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan dengan
ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan (prawiroharjo, 2000).
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan (Mohtar, 1998).
Tahapan masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan yaitu :
a. Puerperium dini : yaitu suatu masa keputihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan
b. Puerperium intermedial : yaitu suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih enam minggu.
c. Remote puerperium : yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

2. Tujuan Perawatan Masa Nifas


Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan selama ibu
tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana,
menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi.

3. Perubahan pada Masa Nifas


a. Adaptasi Fisiologi
 Perubahan Sistem Reproduksi
 Involusi Uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir
tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi
fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm
setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan
antara umbilicus dan simpisis pubis.
Peningkatan esterogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif
uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit
lebih besar setelah hamil.
Lapisan desidua yang dilepaskan dari dinding uterus disebut lokia. Endometrium baru
tumbuh dan terbentuk selama 10 hari postpartum dan menjadi sempurna sekitar 6 minggu.
Proses involusi berlangsung sekitar 6 minggu. Selama proses involusi berlangsung, berat
uterus mengalami penurunan dari 1000 gram menjadi 60 gram, dan ukuran uterus berubah.
 Lokia
Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4 minggu postpartum.
Perubahan lokia terjadi dalam tiga tahap, yaitu lokia rubra, serosa, dan alba. Lokia rubra
merupakan darah pertama yang keluar dan berasal dari tempat lepasnya plasenta. Setelah
beberapa hari, lokia berubah warna menjadi kecoklatan yang terdiri dari darah dan serum
yang berisi leukosit dan jaringan yang disebut lokia serosa. Pada minggu ke-2, lokia berwarna
putih kekuningan yang terdiri dari mucus serviks, leukosit dan jaringan.
 Ovarium dan Tuba Falopi
Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesterone menurun, sehingga
menimbulkan mekanisme timbal-balik dari sirkulasi menstruasi. Pada saat inilah dimulai
kembali proses ovulasi, sehingga wanita dapat hamil kembali.
 Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, terjadi pula penurunan produksi progesterone sehingga yang
menyebabkan nyeri ulu hati (heartburn) dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama.
Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan cairan selama
persalinan dan adanya reflex hambatan defekasi karena adanya rasa nyeri pada perineum akibat
luka episiotomy.
 Perubahan Sistem Perkemihan
Dieresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena saluran urinaria
mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal
postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh
adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urin yang tertahan selama
proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan
berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum.
 Perubahan Sistem Endokrin
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL secara berangsur turun dan
normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari
postpartum. HPL tidak lagi terdapat dalam plasma.
 Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan
jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan
plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas
tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk
menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu
kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG,
estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
 Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise
anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita
yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan
penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada
ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal,
perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.
 Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu
ini merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang
disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan
ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar
susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini
mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting
susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxitocin yang
menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari
puting susu.Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %,
garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Banyaknya air susu
sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.
 Perubahan Sistem Kardiovaskular
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala tiga ketika volume
darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan
kembali normal pada akhir minggu ke-3 postpartum.
 Perubahan Sistem Hematologi
Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar 15.000 selama
persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25.000-30.000 yang merupakan
manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama. Hal ini dapat meningkat pada awal nifas yang
terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah serta volume plasma dan volume sel darah
merah. Pada 2-3 hari postpartum, konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total
kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml (200-200 ml hilang pada
saat persalinan, 500-800 ml hilang pada minggu pertama postpartum, dan 500 ml hilang pada
saat masa nifas).
 Perubahan Tanda Vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
vital mmHg, mungkin bisa naik mmHg
dari tingkat disaat persalinan
1 – 3 hari post partum

Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C


Denyut nadi: 60-100 X / Denyut nadi: > 100 X / menit
menit

Vital Sign sebelum kelahiran bayi :


Suhu :
 saat partus lebih 37,20C
 sesudah partus naik 0,50C
 12 jam pertama suhu kembali normal
Nadi :
 60 – 80 x/mnt
 Segera setelah partus bradikardi
Tekanan darah :TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal
kembali dalam waktu 1 jam

Vital sign setelah kelahiran anak :


 Temperatur : Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F) disebabkan
oleh efek dehidrasi dari persalinan.
 Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita keluar
dari febris.
 Nadi : Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam pertama.
Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
 Pernapasan : Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.
 Tekanan darah : Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi
merasa pusing atau pusingtiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.
Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :
 Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu menjadi 38 0C
 Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi hipovolemik akibat
perdarahan.
 Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya sub arachnoid
(spinal) blok.
 Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder dari perdarahan.
b. Adaptasi Psikologis
Periode postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan
bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke
masa menjadi orang tua pada masa postpartum, yaitu :
 Respons dan dukungan dari keluarga dan teman
 Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
 Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
 Pengaruh budaya
Satu atau dua hari postpartum, ibu cenderung pasif dan tergantung. Ia hanya menuruti nasihat,
ragu-ragu dalam membuat keputusan, masih berfokus untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, masih
menggebu membicarakan pengalaman persalinan. Periode ini diuraikan oleh Rubin terjadi dalam tiga
tahap :
 Taking in
 Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan tergantung,
perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
 Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
 Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur.
 Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah. Nafsu
makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal.
 Taking hold
 Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang
tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap janin.
 Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh (mis, eliminasi)
 Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi, misalnya
menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan
hal tersebut, sehingga cenderung menerima nasihat dari bidan karena ia terbuka untuk
menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.
 Letting go
 Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian
yang diberikan oleh keluarga
 Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus beradaptasi dengan
kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam
kebebasan dan berhubungan sosial.
 Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpartum.
4. Perawatan pada Masa Nifas
Setelah persalinan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan kondisinya setelah
proses persalinan yang melelahkan. Perawatan post partum atau masa nifas meliputi :
a. Nutrisi dan cairan
Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian nutrisi setelah persalinan. Ibu harus mendapat nutrisi
yang lengkap dengan tambaha kalori sejak sebelum hamil (200-500 kal) yang akan mempercepat
pemulihan kesehatan dan kekuatan, meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI, serta mencegah
terjadinya infeksi.
Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi
dan untuk memulai proses pemberian ASI eksklusif. Asupan kalori per hari dtingkatkan sampai 2700
kalori. Asupan cairan per har ditingkatkan sampai 3000 ml (susu 1000 ml). suplemen zat besi dapat
diberikan kepada ibu nifas selama 4 minggu pertama setelah kelahiran. Kebutuhan gizi yang perlu
diperhatikan yaitu :
 Makanan dianjurkan seimbang antara jumlah dan mutunya
 Banyak minum, setiap hari harus minum lebih dari 6 gelas
 Makan makanan yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis, atau kimia untuk menjaga
kelancaran pencernaan
 Batasi makanan uang berbau keras
 Gunakan bahan makanan yang dapat merangsang produksi ASI, misalnya sayuran hijau.
b. Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada kontraindikasi. Ambulasi ini akan
meningkatkan sirkulasi dan mencegah risiko tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja peristaltic dan
kandung kemih, sehingga mencegah distensi abdominal dan konstipasi. Bidan harus menjelaskan
kepada ibu tentang tujuan dan manfaat ambulasi dini. Ambulasi ini dilakukan secara bertahap sesuai
kekuatan ibu. Terkadang ibu nifas enggan untuk banyak bergerak karena merasa letih dan sakit. Jika
keadaan tersebut tidak segera diatasi, ibu akan terancam mengalami thrombosis vena. Untuk
mencegah terjadinya thrombosis vena, perlu dilakukan ambulasi dini oleh ibu nifas.
Pada persalinan normal dan keadaan ibu normal, biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan ke
WC dengan bantuan orang lain, yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan. Sebelum waktu ini, ibu
harus diminta untuk melakukan latihan menarik napas dalam serta latihan tungkai yang sederhana
dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya di tepi tempat tidur. Sebaiknya ibu nifas turun dari
tempat tidur sedini mungkin setelah persalinan. Ambulasi dini dapat mengurangi kejadian komplikasi
kandung kemih, konstipasi, thrombosis vena puerperalis, dan emboli pulmonal.
c. Eliminasi
Observasi adanya distensi abdomen dengan mempalpasi dan mengauskultasi abdomen.
Berkemih harus terjadi dalam 4-8 jam pertama dan minimal sebanyak 200 cc. Anjurkan ibu untuk
minum banyak cairan dan ambulasi. Rangsangan untuk berkemih dapat diberikan dengan rendam
duduk untuk mengurangi edema dan relaksasi sfingter, lalu kompres hangat/dingin. Bila perlu pasang
kateter sewaktu.
d. Higiene
Sering membersihkan area perineum akan meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi.
Tindakan ini paling sering menggunakan air hangat yang dialirkan (dapat ditambah larutan antiseptik)
ke atas vulva perineum setelah berkemih atau defekasi, hindari penyemprotan langsung. Ajarkan ibu
untuk membersihkan sendiri.
Penggantian pembalut hendaknya sering dilakukan, setidaknya setelah membersihkan perineum
atau setelah berkemih atau defekasi. Perawatan perineum 10 hari meliputi :
 Ganti pembalut wanita yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut dengan baik sehingga
tidak bergeser
 Lepaskan pembalut dari arah depan ke belakang untuk menghindari penyebaran bakteri dari anus
ke vagina
 Alirkan atau bilas dengan air hangat setelah defekasi pada area perineum, keringkan dengan kain
pembalut atau handuk dengan cara ditepuk-tepuk, dan dari arah depan ke belakang.
 Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupakan tanda penyembuhan. Namun,
untuk meredakan rasa tidak enak, atasi dengan mandi berendam air hangat atau kompres dingin
dengan kain pembalut yang telah didinginkan.
 Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi tekanan pada daerah
tersebut.
 Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran darah di sekitar perineum.
Dengan demikian, akan mempercepat penyembuhan dan memperbaiki fungsi otot-otot. Tidak
perlu terkejut bila tidak merasakan apapun saat pertama kali berlatih karena area tersebut akan
kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam beberapa minggu.
e. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut
tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya
yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang
air besar.
f. Perawatan payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan
kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui
bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya
menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum yang berguna untuk
kekebalan tubuh bayi.
g. Kembalinya datang bulan atau menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian
besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.

h. Cuti hamil dan bersalin


Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3
bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.
i. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode KB untuk
menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan
sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat
dimulai 2 minggu setelah melahirkan.

5. Pathway
(Terlampir)
6. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai berikut :
 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
 Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?
 Pola nutrisi dan metabolik
 Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
 Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
 Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
 Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?
 Pola aktivitas setelah melahirkan
 Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
 Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
 Apakah ibu tampak mengantuk ?
 Pola eliminasi
 Apakah ada diuresis setelah persalinan ?
 Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?
 Neuro sensori
 Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
 Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
 Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?
 Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
 Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?
 Pola persepsi dan konsep diri
 Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
 Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan penampilan tubuhnya saat ini ?
 Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
- Pemeriksaan TTV
- Pengkajian tanda-tanda anemia
- Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
- Pemeriksaan reflek
- Kaji adanya varises
- Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
 Payudara
- Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
- Kaji adanya abses
- Kaji adanya nyeri tekan
- Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
- Kaji pengeluaran ASI
 Abdomen atau uterus
- Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
- Kaji adnanya kontraksi uterus
- Observasi ukuran kandung kemih
 Vulva atau perineum
- Observasi pengeluaran lokhea
- Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
- Kaji adanya pembengkakan
- Kaji adnya luka
- Kaji adanya hemoroid

 Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca partum. Nilai
hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada partumuntuk
mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
 Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan tehnik
pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis
rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca
inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan
rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2004).

B. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Proses persalinan Kekurangan volume
Klien mengatakan ↓ cairan
badan terasa lemah Penggunaan energy dan kekuatan
dan lelah mengedan yang berlebihan
DO : ↓
Klien tampak lelah, Perdarahan
bibir klien kering, terjadi ↓
perdarahan post Kekurangan volume cairan
partum
DS : Proses involusi dan luka epiostomy Nyeri Akut
Klien mengatakan ↓
merasa tidak nyaman Uterus berkontraksi, luka jahitan
di daerah perut dan ↓
genetalia Nyeri tajam saat bergerak
DO : ↓
TFU 1 jari di bawah Nyeri Akut
pusat, ekspresi wajah
meringis, lochia warna
merah tua
DS : Kehamilan trimester ketiga Resiko Infeksi
Ibu mengatakan ↓
terdapat luka di Mendekati persalinan
kemaluannya dan ↓
rasanya sakit Cemas menghadapi proses
DO : persalinan
Terdapat jahitan luka ↓
epiostomy, luka tampak Ansietas
basah

C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Kekurangan volume Setelah diberikan askep ibu  Ajarkan ibu agar massage
cairan diharapkan tidak kekurangan sendiri fundus uteri.
volume cairan dengan KE :  Pertahankan cairan peroral 1,5-
- Cairan masuk dan keluar 2 Liter/hari
seimbang,  Observasi perubahan suhu,
- Hb/Ht dalam batas normal (12,0- nadi, tensi.
16,0 gr/dL)  Periksa ulang kadar Hb/Ht.

2 Nyeri Akut Setelah diberikan asuhan  Kaji ulang skala nyeri


keperawatan diharapkan nyeri ibu  Anjurkan ibu agar
berkurang dengan criteria menggunakan teknik relaksasi
evaluasi : dan distraksi rasa nyeri
- Skala nyeri 0-1  Motivasi : untuk mobilisasi
- Ibu mengatakan nyerinya sesuai indikasi
berkurang sampai hilang  Berikan kompres hangat
- Tidak merasa nyeri saat  Delegasi pemberian analgetik
mobilisasi
- Tanda vital dalam batas normal .
- S = 37 C . N = 80x/menit , TD =
120/80 mmHG , R = 18 – 20 x /
menit

3 Resiko Infeksi Setelah diberikan askep  Kaji lochea (warna, bau,


diharapkan infeksi pada ibu tidak jumlah) kontraksi uterus dan
terjadi dengan KE : kondisi jahitan episiotomi.
- Dapat mendemonstrasikan  Sarankan pada ibu agar
teknik untuk menurunkan resiko mengganti pembalut tiap 4 jam.
infeksi  Pantau tanda-tanda vital.
- Tidak terdapat tanda-tanda  Lakukan rendam bokong.
infeksi.  Sarankan ibu membersihkan
perineal dari depan ke
belakang.

D. Implementasi dan Evaluasi


Diagnosa
NO Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Kekurangan Volume - Mengajarkan ibu agar memasase S:
Cairan sendiri fundus uteri - Klien mengatakan memahami
- Memonitor pemberian cairan, anjuran perawat
menganjurkan ibu untuk banyak - Klien mengatakan mampu
minum melakukan masase fundus
- Mengobservasi TTV, apakah ada uteri
perubahan O:
- Memeriksakan ulang kadar Hb/Ht - Klien mampu minum air putih
- Klien mampu melakukan
masase fundus uteri
- Intake dan output cairan
seimbang
- TTV klien dalam rentang
normal, kelembaban
membrane mukosa baik
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Pertahankan intervensi
2 Nyeri Akut - Mengkaji ulang skala nyeri S:
- Menganjurkan dan mengajarkan ibu - Klien mampu menyebutkan
agar menggunakan teknik relaksasi skala nyeri yang dirasakan
dan distraksi rasa nyeri - Klien mengatakan memahami
- Memotivasi : untuk mobilisasi sesuai dan mau melakukan instruksi
indikasi perawat
- Memberikan kompres hangat
- Klien mengatakan mampu
- Kolaborasi pemberian analgetik
mobilisasi
- Klien mengatakan nyaman
setelah diberikan kompres
hangat
O:
- Skala nyeri klien berkurang
atau tidak bertambah
- Klien mampu melakukan
teknik relaksasi dan distraksi
- Klien mampu melakukan
mobilisasi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
3 Resiko infeksi - Kaji lochea (warna, bau, jumlah) S:
kontraksi uterus dan kondisi jahitan - Klien mampu menyebutkan
episiotomi. ketidanyamanan yang
- Kaji ketidaknyamanan klien dirasakan
- Sarankan pada ibu agar mengganti - Klien mengatakan memahami
pembalut tiap 4 jam. penggantian pembalut
- Pantau tanda-tanda vital.
- Klien mengatakan nyaman
- Lakukan rendam bokong.
saat dilakukan rendam
bokong
O:
- Klien mampu melakuakan
penggantian pembalut
dengan dibantu
- Lochea : warna, bau dan
jumlah sesuai
- TTV dalam batas normal
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Pertahankan intervensi
Daftar Pustaka

Mochtar,R : Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi I, ed-2 Penerbit


Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1991. hal : 129-132
Prawirohardjo,S : Ilmu Kebidanan, Fisiologi Nifas dan Penanganannya, ed-I.
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta 1976. hal : 187-194.
Hutahaean, S. 2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas Ginekologi. Jakarta:
Trans Info Media.

You might also like