You are on page 1of 7

STANDARDISASI APLIKASI E-GOVERNMENT UNTUK INSTANSI

PEMERINTAH

Zainal A. Hasibuan, zhasibua@cs.ui.ac.id


Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia
Kampus Baru Universitas Indonesia, Depok – 16424

Harry B. Santoso, harrysantoso@cs.ui.ac.id


Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia
Kampus Baru Universitas Indonesia, Depok - 16424

ABSTRAK

Dalam kajian Kerangka Teknologi Informasi Nasional (National IT Framework) yang disusun oleh BAPPENAS,
salah satu pilar yang perlu dibentuk adalah Electronic Government (E-Government) for Good Governance
dengan tujuan dapat mempercepat terbentuknya suatu pelaksanaan pemerintahan yang baik, efisien, dan efektif.
Badan Koordinasi Teknologi Informasi Nasional (BKTIN) juga telah membentuk bidang kelompok kerja
pengembangan E-Government yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengkoordinasikan segala sesuatu yang
berkaitan dengan E-Government. Dalam proses implementasi E-Government, Indonesia masih menghadapi
kendala-kendala seperti eksisnya pulau-pulau informasi, sistem keamanan tidak memadai dan tidak ada audit,
inkonsistensi data dan informasi, serta infrastruktur yang tidak memadai, sehingga diperlukan strategi untuk
mengatasinya, yaitu standardisasi E-Government. Makalah ini membahas pengetian E-Government, kondisi
pengembangan E-Government di Indonesia, serta strategi standardisasi aplikasi E-Government.
Kata kunci: E-Goverment, standardisasi, change management

1. PENDAHULUAN masyarakat (Government to Citizen - G2C),


pemerintah dan kalangan bisnis (Government to
1.1. Pengertian E-Government Business - G2B), serta antar instansi pemerintah
(Government to Government - G2G) lebih
Secara sederhana Heeks (1999) dalam [5] bersahabat, nyaman, transparan, dan murah.
mendefinisikan E-Government sebagai berikut:
Di samping pengertian di atas, terdapat pula
“Kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dengan pengertian yang didasarkan pada tingkatan atau
menggunakan Teknologi Informasi (TI) untuk tahapan dalam pengembangan aplikasi E-
memberikan layanan kepada masyarakat”. Government. Agarwal [1] membagi pengertian E-
Government ke dalam lima tingkatan, yang
Dari definisi tersebut, dapat kita lihat bahwa tujuan semakin tinggi tingkatannya, semakin kompleks
utama E-Government adalah untuk meningkatkan permasalahan yang akan dihadapi.
efisiensi dan kualitas layanan. Menurut Heeks,
hampir semua lembaga pemerintahan di dunia ini 1. Tingkatan yang paling awal adalah apa
mengalami ketidakefisienan, terutama di negara yang disebut dengan E-Government untuk
yang sedang berkembang. menunjukkan wajah pemerintah yang baik
dan menyembunyikan kompleksitas yang
Adapun Bank Dunia (The World Bank Groups) ada di dalamnya. Hal ini ditandai dengan
memberikan pengertian [12]: munculnya berbagai website yang cantik-
cantik pada hampir semua institusi
“E-Government refers to the use by government pemerintah. Pada dasarnya, E-
agencies of information technologies (such as Wide Government pada tingkat awal ini masih
Area Network, the Internet and mobile computing) bersifat menginformasikan tentang apa
that have the ability to transform relations with dan siapa yang berada di dalam institusi
citizen, businesses and other arms of government” tersebut. Dengan kata lain, informasi yang
diberikan kepada masyarakat luas, masih
Disebutkan pula, sebagaimana halnya e-Commerce bersifat satu arah. Kondisi E-Government
yang memungkinkan bisnis bertransaksi dengan yang masih berada pada tahap awal ini
pelaku bisnis lainnya dengan lebih efisien belum bisa digunakan untuk membentuk
(Business to Business - B2B) dan membawa suatu pemerintahan dengan Good
pelanggan lebih dekat pada bisnis (Business to Governance.
Consumer - B2C), E-Government bertujuan untuk
membuat interaksi antara pemerintah dan

Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia


ITB, 3-4 Mei 2005 42
2. Tingkat kedua dari E-Government, mulai
ditandai dengan adanya transaksi dan 4. Level keempat dari E-Government sudah
interaksi secara online antara suatu semakin kompleks. Bukan hanya
institusi pemerintah dengan masyarakat. memerlukan kerjasama antar institusi dan
Misalnya, masyarakat tidak perlu lagi antri masyarakat, tetapi juga menyangkut
membayar tagihan listrik, memperpanjang arsitektur teknis yang semakin kompleks.
KTP, dan lain-lain. Semuanya bisa Dalam level 4 ini, seseorang bisa
dilakukan secara online. Usaha ke arah ini mengganti informasi yang menyangkut
sudah mulai dilakukan oleh beberapa dirinya hanya dengan satu-klik, dan
institusi di pusat maupun di daerah. pergantian tersebut secara otomatis
Misalnya, Kabupaten Takalar, salah satu berlaku untuk setiap institusi pemerintah
contoh daerah yang sudah mulai yang terkait. Misalnya, seseorang yang
menerapkan layanan satu atap terhadap pindah alamat, dia cukup mengganti
masyarakatnya. Komunikasi dua-arah alamatnya tersebut dari suatu database
antara institusi pemerintah dengan miliki pemerintahan yang besar, dan
masyarakat sudah mulai terjalin secara secara otomatis KTP, SIM, Paspor dan
online. lain-lainnya ter-update. Di beberapa
negara Eropa sudah mulai menerapkan hal
Sekiranya E-Government yang berada pada level ini, dimana mereka hanya mengumpulkan
kedua dijalankan dengan sungguh-sungguh, maka cukup sekali saja informasi mengenai
masalah Good Governance sudah bisa diwujudkan. masyarakatnya.
Adanya biaya-biaya tersembunyi dalam setiap
urusan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), 5. Level kelima, dimana pemerintah sudah
Surat Izin Mengemudi (SIM), Kartu Keluarga (KK), memberikan informasi yang terpaket
dan lain-lain, akan hilang. Hal ini bisa terjadi (packaged) sesuai dengan kebutuhan
karena para aparat pemerintah tidak lagi masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah
bersinggungan dengan pelanggan secara langsung sudah bisa memberikan apa yang disebut
dalam mekanisme pembayaran. Pelanggan dapat dengan “information-push” yang ber-
langsung mengisi formulir yang diperlukan dan orientasi kepada masyarakat. Masyarakat
menunjukkan bukti transfer pembayaran. benar-benar seperti raja yang dilayani oleh
pemerintah. Apa saja yang menjadi
3. Level ketiga dari E-Government, kebutuhan masyarakat, E-Government
memerlukan kerja sama (kolaborasi) pada level lima ini bisa menyediakannya.
secara online antar beberapa institusi dan
masyarakat. Apabila masyarakat sudah Sedangkan menurut Center for Democracy and
bisa mengurus perpanjangan KTP-nya Technology dan InfoDev [2], proses implementasi
secara online, selanjutnya mereka tidak E-Government terbagi menjadi 3 (tiga) tahapan,
perlu lagi melampirkan KTP-nya untuk yang tidak bergantung satu sama lain, atau harus
mengurus Paspor atau membuat SIM. dilakukan secara berurutan, tetapi masing-masing
Dalam hal ini perlu kerjasama antara menjelaskan mengenai tujuan dari E-Government.
Kantor Kelurahan yang mengeluarkan
KTP dengan Kantor Imigrasi yang Tahapan tersebut antara lain:
mengeluarkan Paspor atau Kantor Polisi 1. Tahap pertama adalah Publish, yaitu
yang mengurus SIM. Mungkin di tahapan yang menggunakan teknologi
Indonesia hal ini belum terwujud, tetapi informasi untuk meluaskan akses untuk
pembicaraan ke arah sana sudah banyak informasi pemerintah. Misalnya dengan
beredar. Manfaat yang sangat terasa pada cara pembuatan situs informasi di setiap
level ini adalah waktu pemrosesan lembaga, penyiapan sumber daya manusia,
dokumen yang relatif lebih singkat sosialisasi situs informasi baik untuk
dibanding secara manual, dan pada internal maupun untuk publik, serta
akhirnya akan meningkatkan produktifitas penyiapan sarana akses yang mudah.
dan kualitas layanan. Peran intermediaries 2. Tahap kedua, adalah Interact, yaitu
(perantara) yang biasanya sebagai sumber meluaskan partisipasi masyarakat dalam
ketidakefisienan, pada level tiga ini sudah pemerintahan. Misalnya dengan cara
semakin hilang, sehingga masyarakat pembuatan situs yang interaktif dengan
dapat melakukan transaksi setransparan publik, serta adanya antar muka yang
mungkin. Sekiranya level tiga ini terhubung dengan lembaga lain.
diimplementasikan di kalangan institusi 3. Tahap ketiga adalah Transact, yaitu
pemerintah, ketidakefisienan sudah tidak menyediakan layanan pemerintah secara
punya ruang lagi untuk berkembang. online. Misalnya dengan cara pembuatan

Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia


ITB, 3-4 Mei 2005 43
situs transaksi pelayanan publik, serta Ketiga, inkonsistensi data dan informasi. Hal ini
interoperabilitas aplikasi maupun data diakibatkan oleh tidak adanya mekanisme integrasi
dengan lembaga lain. sistem informasi. Masih adanya data-data dan
informasi yang berbeda atas sebuah entity yang
1.2. E-Government di Indonesia: antara sama yang dikeluarkan oleh beberapa instansi atau
Opportunity dan Need departemen adalah bukti dari inkonsistensi ini.

Dalam instruksi Presiden Republik Indonesia Keempat, infrastruktur yang tidak memadai. Hal ini
Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan dapat menghambat implementasi sistem informasi
Strategi Nasional Pengembangan E-Government bila minim upaya-upaya untuk mensiasati kendala
disebutkan tentang hal-hal yang menjadi tersebut.
pertimbangan diimplementasikannya E-
Government di Indonesia, diantaranya adalah [6]: Kemajuan teknologi informasi yang demikian besar
1. Bahwa kemajuan teknologi komunikasi serta potensi pemanfaatannya secara luas,
dan informasi yang pesat serta potensi membuka peluang bagi pengumpulan, pengelolaan,
pemanfaatannya secara luas, membuka pengaksesan, dan pendayagunaan informasi dalam
peluang bagi pengaksesan, pengelolaan volume yang besar serta tepat dan akurat.
dan pendayagunaan informasi dalam Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan
volume yang besar secara cepat dan akurat. kecenderungan global tersebut akan membawa
2. Bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi bangsa Indonesia ke dalam jurang digital divide,
dan informasi dalam proses pemerintahan yaitu keterisolasian dari perkembangan global
(E-Government) akan meningkatkan karena tidak mampu memanfaatkan informasi.
efisiensi, efektifitas, transparansi, dan Pemerintah harus mampu memenuhi dua modalitas
akuntabilitas penyelenggaraan tuntutan masyarakat yang berbeda namun berkaitan
pemerintahan. erat, yaitu [6]:
3. Bahwa untuk menyelenggarakan
pemerintahan yang baik (good 1. Masyarakat menuntut pelayanan publik
governance) dan meningkatkan layanan yang memenuhi kepentingan luas di
publik yang efektif dan efisien diperlukan seluruh wilayah negara, dapat diandalkan
adanya kebijakan dan strategi dan terpercaya, serta mudah dijangkau
pengembangan E-Government. secara interaktif.
2. Masyarakat menginginkan agar aspirasi
2. KONDISI PELAKSANAAN E- mereka didengar, dengan demikian
GOVERNMENT DALAM NEGERI pemerintah harus memfasilitasi partisipasi
dan dialog publik di dalam perumusan
2.1. Kondisi Pelaksanaan E-Government secara kebijakan negara.
Umum
Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah
Pelaksanaan E-Government di Indonesia telah berinisiatif untuk mewujudkan dibangunnya
tergambarkan pada Sistem Informasi Nasional suatu sistem informasi pemerintah yang terintegrasi
(Sisfonas). Dalam dokumen Sisfonas disebutkan mulai dari tingkat pemerintahan daerah hingga ke
bahwa kondisi sistem informasi kita saat ini, antara pusat, dengan maksud membangun suatu
lain [9]: infrastruktur sistem informasi yang dapat
dimanfaatkan oleh seluruh instansi dan lembaga
Pertama, eksisnya pulau-pulau informasi. Hal ini baik di pusat maupun di daerah untuk saling
disebabkan karena masing-masing institusi berinteraksi dan menjadi sumber daya informasi
pemerintahan memiliki kerangka sistem informasi utama bagi pemerintah dalam rangka penyediaan
yang berdiri sendiri. informasi yang bersifat strategis. Ada beberapa
kebutuhan yang mendorong inisiatif pemerintah
Kedua, sistem keamanan tidak memadai dan tidak dalam hal ini, yaitu [7]:
ada audit. Sistem keamanan yang tidak memadai 1. Adanya kebutuhan pemerintah untuk
memungkinkan data-data penting atau rahasia mengkoordinasikan dan
diperoleh oleh pihak-pihak yang tidak berwenang mengintegrasikan seluruh sumber daya
dan dapat mengakibatkan hilangnya rahasia negara. sistem informasi yang dimiliki, baik di
Sedangkan tidak adanya audit berarti tidak ada tingkat pusat maupun daerah.
mekanisme penjaminan kualitas pengembangan 2. Adanya tuntutan dari masyarakat bagi
dan pengimplementasian sistem informasi di terwujudnya pemerintahan yang bersih.
instansi pemerintah. 3. Adanya syarat dari lembaga dunia bagi
bantuan yang akan diberikan dalam

Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia


ITB, 3-4 Mei 2005 44
bentuk pembenahan pemerintahan sulit diketahui asal/lokasi situs web pemerintah
menuju Good Governance. daerah bersangkutan. Penamaan alamat situs web
4. Adanya kebutuhan akan sumber pemerintah daerah cukup beragam, ada yang
informasi yang dapat dipercaya baik dari menggunakan:
sisi pemerintah maupun masyarakat. • nama yang sesuai dengan nama
5. Perlu adanya peningkatan kualitas pemerintah daerah bersangkutan;
layanan publik sebagai wujud komitmen • ada yang menggunakan singkatan (yang
pemerintah kepada masyarakatnya. umum dan yang tidak umum) dari nama
pemerintah daerah bersangkutan.
2.2. Kondisi Pelaksanaan E-Government Selain itu, cara peletakan atau singkatan dari jenis
Pemerintah Daerah pemerintahan daerah (provinsi, kabupaten, kota)
juga cukup beragam. Pada tabel 2 di bawah ini
Untuk mengetahui adanya pelaksanaan E- dapat dilihat beragamnya nama alamat situs web
Government di daerah dapat dilihat apakah daerah pemerintah daerah.
tersebut memiliki situs web. Keberadaan situs web
dapat dikatakan sebagai tahap pertama dari TABEL 2. KEBERAGAMAN NAMA SITUS WEB
implementasi E-Government. Berdasarkan hasil PEMERINTAH
pengamatan dan perbandingan beberapa situs web Sumatera pempropsu.go.id
pemerintah daerah (pemda) tingkat II dengan Utara riau.go.id
melihat fitur-fitur informasi umum dan fasilitas Riau pempropsumsel.go.id
interaktif apa saja yang dimiliki, dapat disimpulkan Provinsi Sumatera jawatengah.go.id
Selatan jatim.go.id
bahwa belum tersedia layanan transaksi kepada Jawa Tengah malukuprov.go.id
masyarakat [10]. Pengamatan dan perbandingan Jawa Timur pemda-diy.go.id
dilakukan dengan menggunakan sample 5 situs Maluku
web pertama yang menerima penghargaan E- DI Yogyakarta
Tapanuli Utara pemdataput.go.id
Government Award untuk kategori Pemerintah
Toba Samosir tobasamosir.go.id
Daerah yang diadakan oleh Warta Ekonomi pada Mandailing madina.go.id
bulan Agustus 2002 [13], yaitu Kabupaten Garut Natal kabupaten-agam.go.id
(www.garut.go.id), Pemerintah Kota Bontang Agam kabbandung.go.id
Kabupaten Bandung pemkab-mojekerto.go.id
(www.bontang.go.id), Kabupaten Bantul
Mojokerto kabupatenprobolinggo.go.id
(www.bantul.go.id), Kabupaten Temanggung Probolinggo kabgtlo.go.id
(www.temanggung.go.id), dan Kotamadya Gorontalo pemkab-ttu.go.id
Semarang (www.semarang.go.id). Timor Tengah
Utara
Tangerang kotatangerang.go.id
Pada saat ini jumlah situs web pemerintah (pusat Kota Bandung bandung.go.id
dan daerah) yang tercatat pada Asisten deputi Malang pemkot-malang.go.id
Urusan Media Baru dan situs web kominfo.go.id Yogyakarta jogja.go.id
Kementerian Komunikasi dan Informasi dapat
( Sumber: [11] )
dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

TABEL 1. JUMLAH SITUS WEB PEMERINTAH Tentunya tanpa adanya format penulisan alamat
situs web pemerintah daerah, pengguna Internet
Situs Bisa Tdk dalam hal ini masyarakat Indonesia khususnya
Jml Web % Dibuka Bisa akan mengalami kesulitan untuk mengakses situs
Dept./Kem./Lemba 37
ga Tinggi
37 37 100
(100%)
0 (0%) web pemerintah daerah.
Lembaga Pem. 28
32 28 88 0 (0%)
Non Departemen (100%) 2.3. Perkembangan Pelaksanaan E-Government
Pemprov./Pemkab./ 201 23 di Indonesia
470 224 48
Pemkot. (90%) (10%)
Dalam beberapa kurun waktu terakhir ini,
( Sumber: [11] )
pemerintah telah mengambil langkah-langkah
pengembangan sistem informasi sebagai bentuk
Permasalahan yang cukup banyak ditemukan pada
inisiatif pemerintah, yaitu [7]:
situs web pemerintah adalah nama alamat atau
1. Pengembangan Sistem Informasi
URL situs web pemerintah daerah, dalam hal ini
Manajemen Nasional (SIMNas) di akhir
memang belum ada suatu aturan baku yang
tahun 80’an yang dimotori oleh Lembaga
dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan
Pertahanan Nasional dalam konsep high
Informasi (sebagai tindak lanjut INPRES No. 3
level menyangkut pengembangan sistem
Tahun 2003).
informasi pemerintahan yang berskala
Nama alamat situs web pemerintah daerah sangat
nasional.
bervariasi, mulai yang mudah diingat sampai yang

Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia


ITB, 3-4 Mei 2005 45
2. Pengembangan Nusantara 21 di tahun yang terintegrasi, data nasional yang terstruktur,
1997 yang didukung Bank Dunia dalam peningkatan pemanfaatan IT, aksesibilitas &
rangka pengembangan sistem informasi kapasitas, keamanan dan keandalan, penetrasi
yang bersifat nasional dengan cakupan layanan dan terjangkau, legitimasi & dukungan
meliputi hampir seluruh bidang teknis.
kepemerintahan dan bisnis.
3. Pengembangan Information Infrastructure 3.1 Perlu Standardisasi
Development Program yang dimotori oleh
Dirjen Postel sebagai langkah pengkajian Riani dkk, mengembangkan kerangka dasar sistem
pengembangan infrastruktur dalam sistem E-Government di Indonesia berdasarkan prinsip-
informasi untuk mendukung prinsip sebagai berikut [10]:
pengembangan E-Government. 1. Reusability, yaitu membangun sistem
4. Sistem Informasi Nasional (Sisfonas) yang bersifat fleksible sehingga dapat
adalah merupakan langkah terakhir dalam digunakan oleh pemerintah berbagai
bentuk elaborasi dan penajaman setiap tingkat (Pusat, Dati I, Dati II).
inisiatif yang telah dilakukan sehingga 2. Inform, yaitu membangun sistem yang
akan lebih terfokus pada pengkoordinasian dapat memberikan informasi lengkap yang
dan pengintegrasian seluruh sumber daya terstandardisasi mengenai lembaga
sistem informasi yang dimiliki oleh pemerintahan maupun pemerintah daerah
pemerintah untuk membentuk suatu sistem setempat, untuk kepentingan luas
informasi pemerintahan yang terintegrasi (masyarakat dan kalangan bisnis)
secara nasional. 3. Accelerate, yaitu membangun sistem yang
dapat menghemat waktu dalam alur
Berikut ini adalah gambaran tata alur terwujudnya transaksi atau proses kerja rutin.
E-Government nasional, yaitu dimulai dari 4. Reduce, yaitu membangun sistem yang
implementasi sistem informasi di lingkup masing- dapat mengurangi biaya-biaya yang tidak
masing institusi, sistem informasi nasional dengan perlu (seperti penggunaan dokumen fisik
ruang lingkup pengelolaan sistem informasi di atau adanya hidden cost), memberikan
seluruh tingkatan pemerintahan, hingga transparansi biaya, serta meminimalkan
terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan kesalahan dalam transaksi atau proses
berbasis elektronik. pembuatan surat-surat kependudukan.
5. Improve, yaitu membangun sistem yang
GAMBAR 1. TATA ALUR TERWUJUDNYA dapat meningkatkan pelayanan kepada
E-GOVERNMENT NASIONAL
masyarakat, kalangan bisnis, lembaga
pemerintah lainnya, serta meningkatkan
peran serta masyarakat dalam kehidupan
SISTEM INFORMASI
NASIONAL bernegara.
(Sisfonas)

Pengelolaan Sistem Informasi E-GOVERNMENT Berdasarkan prinsip-prinsip di atas saat ini Fakultas
di seluruh tingkatan Penyelenggaraan
pemerintahan secara sistematis pemerintahan berbasis
Ilmu Komputer Universitas Indonesia telah
dalam rangka elektronik (teknologi memiliki template untuk standardisasi E-
penyelenggaranaan pelayanan informasi) untuk
kepada masyarakat meningkatkan kinerja Government yang dapat memudahkan pengembang
pemerintah dalam
hubungannya dengan
(developer) E-Government membangun sistem E-
masyarakat, komunitas Government yang sesuai untuk daerahnya.
bisnis dan kelompok
terkait lainnya menuju
Good Governance
(world bank, 2001)
3.2 Kebutuhan Fungsional

SISTEM INFORMASI
Pemerintah telah menyelesaikan cetak biru aplikasi
Pengelolaan informasi TI bagi pemerintah daerah yang diharapkan
berdasarkan alur kerja/proses
bisnis yang sesuai dengan azas
memberikan petunjuk kepada pemda dalam
efisiensi dan efektifitas dalam menerapkan pelayanan berbasis teknologi
rangka mencapai tujuan
organisasi informasi atau electronic government. [4]
( Sumber: [9] )
Aplikasi E-Government untuk layanan publik yang
3. STRATEGI STANDARDISASI APLIKASI dimaksud dalam cetak biru aplikasi TI pemda
E-GOVERNMENT tersebut antara lain: proses pembuatan kartu
kependudukan (KTP) dan pembayaran pajak
Pada kerangka konseptual Sisfonas [9], disebutkan dengan Internet yang diwujudkan dalam single
bahwa output yang ingin diperoleh dari identity number.
implementasi E-Government ini antara lain: sistem

Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia


ITB, 3-4 Mei 2005 46
Kebutuhan fungsionalnya antara lain sebagai Communication Technology (ICT) sebesar 80
berikut: persen dan aspek ICT sebesar 20 persen ( lihat
1. Standardisasi pembuatan template situs Tabel 3 ).
pemerintah, meliputi pemilihan fitur-fitur
yang ingin dimiliki, pemilihan informasi TABEL 3. ASPEK NON ICT DAN ASPEK ICT DALAM E-
GOVERNMENT
yang ingin ditampilkan dalam situs.
2. Penyediaan informasi pada fitur informasi Jenis Prosentase (%)
yang telah dipilih. Manajemen perubahan 40
3. Pemilihan fitur-fitur pelayanan yang ingin ASPEK NON Rekayasa ulang proses 35
dimiliki oleh pemerintah Dati II suatu ICT bisnis
Lain-lain 5
daerah yang disesuaikan dengan tingkat
Teknologi Komunikasi 20
computer literacy daerah tersebut. ASPEK ICT dan Informasi (e.g
4. Penyediaan sarana komunikasi dua arah Hardware & Software)
antara pemerintah dan masysrakat, seperti Total 100
fasilitas jajak pendapat, kritik-saran-
keluhan, forum diskusi dan lain-lain. Dari tabel 3, dapat dilihat bahwa aspek non ICT,
terutama manajemen perubahan berperan besar
3.3 Change Management terhadap keberhasilan implementasi suatu E-
Government.
Dalam dokumen Panduan Penyusunan Infrastruktur
Portal Pemerintah yang dikeluarkan oleh 4. KESIMPULAN
Kementerian Komunikasi dan Informasi RI,
kerangka arsitektur E-Government terdiri dari Keberadaan E-Government merupakan salah satu
empat lapis struktur yang ditunjang oleh empat bentuk dukungan teknologi informasi dan
pilar, yaitu [8]: komunikasi dalam mendukung administrasi
1. Penataan sistem manajemen dan proses pemerintahan, mulai dari bagaimana menjembatani
kerja (manajemen perubahan). komunikasi antara pemerintah dan masyarakat
2. Pemahaman tentang kebutuhan publik (Government to Citizen), pemerintah dan kalangan
(kebutuhan masyarakat). bisnis (Government to Business), serta pemerintah
3. Penguatan kerangka kebijakan. dengan instansi pemerintah yang lain (Government
4. Pemapanan peraturan dan perundang- to Government). Berbagai permasalahan dalam E-
undangan (kerangka peraturan). Government harus ditangani dengan strategi yang
jitu: standardisasi, kebutuhan fungsional, dan
Kesuksesan manajemen perubahan memegang change management.
peranan penting dalam implementasi sistem E-
Government sebagaimana disebutkan pada pilar 5. REFERENSI
pertama. Dalam konteks pengembangan sistem
informasi, manajemen perubahan (change [1] Agarwal, P.K., “Portals: the path to
management) merupakan proses dalam membantu everything,” Government Technology,
individu terkait untuk mengadopsi dan beradaptasi www.govtech.net, March 2000.
dengan sistem yang akan digunakan. Terdapat 3
(tiga) peran kunci dalam proses perubahan dalam [2] Center for Democracy and Technology (CDT)
suatu organisasi [3]: and InfoDev, “E-Government Handbook: Part 1 -
The Three Phases of E-Government”,
Pertama, the sponsor of the change, yaitu orang http://www.cdt.org/egov/handbook/part1.shtml,
yang menginginkan perubahan. Kedua, change [online], 15 Maret 2005.
agent, yaitu orang-orang yang memimpin upaya-
upaya ke arah perubahan. Ketiga, potential adopter [3] Dennis, Alan and Wixom, Barbara H., “Systems
or target of the change, yaitu orang-orang yang Analysis & Design second edition“, John Wiley &
harus mengikuti perubahan. Mereka ini adalah Sons, USA, 2003.
orang-orang dimana sistem baru didisain untuk
mereka dan orang-orang yang akan memilih akan [4] Departemen Komunikasi dan Informatika
menggunakan system tersebut atau tidak. Republik Indonesia, “Pemerintah Siapkan Cetak
Biru e-Gov Bagi Pemda“,
Bahkan dalam [9] disebutkan bahwa E- http://www.depkominfo.go.id/?action=view&pid=n
Government tidak hanya web yang dilengkapi ews&id=129, publikasi: Jumat, 25 Februari 2005.
fasilitas email, tetapi ada aspek-aspek lain yang
harus diperhatikan. Secara umum aspek-aspek [5] Hasibuan, Z.A., “Electronic Government for
dalam implementasi E-Government dapat dibagi Good Governance”, Jurnal Sistem Informasi dan
menjadi dua, yaitu aspek non Information and

Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia


ITB, 3-4 Mei 2005 47
Manajemen Teknologi Informasi, Vol. 1, Nomor 1,
November 2002. [10] Riani, B., Melia, I., dan Ariyanto, W.,
“Pengembangan Prototipe Standardisasi Aplikasi
[6] Kementerian Komunikasi dan Informasi Deputi E-Government untuk Instansi Pemerintah“, Student
Bidang Telematika, “Instruksi Presiden Republik Project, Fakultas Ilmu Komputer Universitas
Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Indonesia, 2004.
dan Strategi Nasional Pengembangan E-
Government”, Jakarta, Juni 2003. [11] Soendjojo, Hadwi, “Kondisi Situs Web
Pemerintah Daerah“,
[7] Kementerian Komunikasi dan Informasi Deputi http://www.depkominfo.go.id/?pid=egov&cid=ego
Bidang Telematika, “Kerangka Konseptual v_001, [online], 14 Maret 2005.
Sisfonas Versi 1.0 tahun 2002”.
[12] The World Bank Group, “A Definition of E-
[8] Kementerian Komunikasi dan Informasi, Government”,http://www1.worldbank.org/publicse
“Panduan Penyusunan Infrastruktur Portal ctor/egov/definition.htm, [online], 15 Maret 2005.
Pemerintah – Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government (INPRES No. 3 [13] Warta Ekonomi No. 22/XIV/25 September
Tahun 2003)“, Jakarta, Tahun 2003. 2002 halaman 34-47.

[9] Kementerian Komunikasi dan Informasi,


“Sisfonas 2010: Sisfonas sebagai Tulang Punggung
Aplikasi E-Government“, Tahun 2002.

Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia


ITB, 3-4 Mei 2005 48

You might also like