You are on page 1of 7

Senyawa penanda merupakan senyawa yang terdapat dalam bahan alam dan

dideteksi untuk keperluan khusus (contoh untuk tujuan identifikasi atau standardisasi)
melalui penelitian (Patterson, 2006). Senyawa atau zat penanda juga dapat dipakai
untuk menandai atau sebagai senyawa identitas suatu simplisia tanaman tertentu.
Untuk memenuhi syarat ini, zat atau senyawa tersebut tidak dimiliki oleh simplisia
tanaman lain (Sutrisno, 1986).
Seleksi senyawa penanda didasarkan pada varietas faktor-faktor yang berbeda
meliputi stabilitas, kemudahan analisis, waktu dan biaya analisis, efek terapetik,
indikator dari kualitas produk atau stabilitas atau pengguna sebelumnya oleh
penelitian lain. Senyawa penanda dapat digolongkan menjadi empat yang didasarkan
pada bioaktifitasnya. Empat golongan ini meliputi senyawa aktif, penanda analitik
dan penanda negatif. Senyawa aktif adalah senyawa yang diketahui aktivitas
farmakologi dan khasiatnya, tetapi khasiatnya belum dibuktikan secara klinis.
Penanda analitik adalah senyawa yang dipilih untuk determinasi secara kuantitatif.
Senyawa dengan penanda analitik dimungkinkan atau tidak mempunyai aktivitas
biologis. Senyawa ini membantu identifikasi positif dari bahan tanaman atau ekstrak
tumbuhan atau digunakan untuk tujuan standardisasi. Penanda negatif adalah
senyawa yang mempunyai sifat alergi atau toksik atau mengganggu
bioavailabilitasnya (Patterson, 2006).
Adapun syarat-syarat senyawa penanda adalah bersifat khas, mempunyai
struktur kimia yang jelas, dapat diukur kadarnya dengan metode analisis yang biasa
digunakan, bersifat stabil, tersedia dan dapat diisolasi (Purnomo, 2008). Senyawa
penanda tidak selalu senyawa aktif tetapi dapat juga senyawa khas untuk bahan
tertentu.
Piperin termasuk dalam alkaloid, isomer dari piperin yaitu kavisin merupakan
senyawa yang berasa pedas. Piperin senyawa yang banyak terdapat pada lada dan
cabe. Senyawa ini memiliki banyak efek farmakologi yaitu sebagai antiinflamasi,
antimikroba, hepatoprotektor, antikanker dan meningkatkan efek antioksidan sel.
Piperin terbukti menurunkan lipid peroksidase hati dan melindungi dari kerusakan
oksidatif akibat induksi dari senyawa karsinogenik kimia (Manoharan, et al., 2009).
Bhardwaj et al. (2002) melaporkan bahwa piperin menghambat cytokrom CYP3A4
dan enzim P-glukoprotein yang penting dalam metabolisme dan transport dari
xenobiotik dan metabolit.
Piperin terbukti menurunkan lipid peroksidase hati dan melindungi dari
kerusakan oksidatif akibat induksi dari senyawa karsinogenik kimia (Manoharan et
al., 2009). Piperin mencegah penumpukan akumulasi trigliserida yang disebabkan
oleh dioksin (TCCD), dan piperin mencegah kelainan metabolisme lipid yang
disebabkan dioksin (Ishida et al., 2008). Piperin mampu melindungi sel dari kanker
dengan mengikat protein di mitokondria sehingga memicu apoptosis tanpa merusak
sel-sel yang normal melalui peningkatan aktivitas enzim antioksidan seperti
superoxide dismutase, catalase dan glutathione peroxidase (Selvendiran et al., 2003).
Pada percobaan ini dilakukan identifikasi senyawa marker aktif dan penetapan
kadarnya yaitu senyawa piperin dari buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.).
Cabai jawa, cabai jamu, lada panjang, atau cabai saja (Piper retrofractum Vahl.)
adalah kerabat lada dan termasuk dalam suku sirih-sirihan atau Piperaceae. Dikenal
pula sebagai cabai solak (Madura) dan cabia (Sulawesi). Tumbuhan asli Indonesia ini
populer sebagai tanaman obat pekarangan dan tumbuh pula di hutan-hutan sekunder
dataran rendah (hingga 600m di atas permukaan laut).
Berikut adalah klasifikasi tanaman buah cabe jawa :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper retrofractum Vahl.
Buah cabe jawa berkhasiat sebagai penurun panas, peluruh air seni, peluruh
keringat, pereda kejang, dan mengatasi gangguan pencernaan. Efek farmakologi yaitu
memiliki banyak aktivitas antara lain kardiovaskuler, antiamuba (Entamoeba
histolytica), antimikroba (beberapa bakteri pathogen seperti S.thypi, E.coli,
P.aeruginosa), antiulser, antidiabetes, analgesik (induksi asam asetat), antiinflamasi
(induksi karagenan), efek terhadap saluran pernapasan dan preventif terhadap hati
(Depkes RI, 1985).
Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperin, resin (kavisin), asam palmitik,
1-undecylenyl-3,4-methylenedioxy benzene, piperidin, rninyak asiri, dan sesamin.
Senyawa lain piperidina, asam palmitat, asam tetrahidropiperat, N-isobutyl decatrans-
2 trans-4 dienamida, eikosadienamida, eikopsatrienamida, guinensina,
oktadekadienamida, protein, karbohidrat, gliserida, tannin, dan kariofelina, zat pedas
piperine, Minyak menguap, alpha amirin, fenenol, dehydromatricaria ester, cineole,
terpinen-4, 1-beta caryophylene,1-quebrachitol. Akar dan batang mengandung
mengandung inulin yang terdiri dari artemose, cabang kecil mengandung oxytocin,
yomogi alkohol, ridentin (BPOM RI, 2010 ; Mun’im, 2011).
Senyawa identitas yang terkandung dalam buah cabe jawa adalah piperin
(FHI, 2009).

Gugus Kromofor Gugus Alkaloid


Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan senyawa dari tumbuh-tumbuhan,
hewan dan lain-lain dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan
dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses
ekstraksi dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan,
tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi. Penggunaan sampel
segar lebih disukai karena penetrasi pelarut yang dig selama penyarian kedalam
membran sel tumbuhan secara difusi akan berlangsung lebih cepat, selain itu juga
mengurangi kemungkinan terbentuknya polimer berupa resin atau artefak lain yang
dapat terbentuk selama proses pengeringan. Penggunaan sampel kering dapat
mengurangi kadar air didalam sampel sehingga mencegah kemungkinan rusaknya
senyawa akibat aktivitas anti mikroba (Sudjadi, 1986).
Hal yang pertama dilakukan pada percobaan ini adalah ekstraksi buah cabe
jawa dalam etanol panas diatas penangas air, sebelum diekstraksi buah cabe jawa
digerus kasar terlebih dahulu dengan tujuan memperkecil ukuran partikel sehingga
luas permukaan sampel yang kontak dengan pelarut akan lebih besar dan
mempercepat proses ekstraksi senyawa senyawa kedalam pelarut. Pelarut yang
digunakan adalah etanol karena senyawa piperin lebih larut dalam etanol
dibandingkan dalam air. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat pula proses
ekstraksi dan dilakukan pada penangas air karena pelarut yang digunakan adalah
etanol untuk mencegah terjadinya ledakan. Setelah dilakukan pemanasan selama 30
menit, campuran yang diperoleh dilakukan penyaringan pada kertas saring untuk
mimisahkan antara ekstrak dengan simplisia yang masih dalam bentuk padatan.
Untuk mengidentifikasi senyawa piperin dalam simplisia cabe jawa ini
dilakukan identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis. Sebelum dilakukan
proses identifikasi, plat KLT yang digunakan dilakukan aktivasi terlebih dahulu
dengan merendamnya didalam methanol p.a. digunakan pelarut ini karena methanol
dapar melarutkan senyawa senyawa polar dan sebagian nonpolar yang ada dalam plat
karena methanol ini merupakan pelarut semi polar, dan yang digunakan adalah
pelarut pro analisis dengan tujuan agar pelarut yang digunakan benar benar murni
sehingga cocok untuk melakukan hal tersebut. Setelah itu dilakukan pemanasan pada
oven selama 15 menit di suhu 100°C untuk menghilangkan pelarut yang digunakan
sehingga plat yang digunakan terbebas dari pengotor yang dapat menghambat proses
elusi. Pada saat bersamaan juga dilakukan penjenuhan pada gelas dengan
menggunakan eluen etil asetat:n-heksana 3:7. Eluen yang digunakan adalah etil asetat
dan n-heksana, dimana sifat dari pelarut etil asetat adalah polar dan n-heksana yang
bersifat nonpolar, kombinasi pelarut ini cocok digunakan karena sebagaimana
diketahui plat silica gels sebagai fase diam bersifat polar dan piperin suatu senyawa
yang akan dipisahkan bersifat semipolar lebih ke polar sehingga eluen yang
digunakan lebih ke nonpolar agar zat aktif dapat terelusi oleh pelarut nonpolar, dan
pelarut yang polar dapat lebih terikat bersama fase diam. Setelah plat diaktivasi
dilakukan penotolan ekstrak cabe jawa yang diperoleh pada percobaan sebelumnya
dan larutan standar piperin yang telah disediakan di laboraturium, bercak dilihat
dibawah sinar UV 254 nm dan 365 nm, diperoleh bercak berwarna ungu yang
keduanya memiliki nilai Rf yang sama yaitu 0,25 sehingga dapat diketahui bahwa
sampel yang digunakan sudah cukup baik terpisahkan menjadi piperin sesuai dengan
larutan standar piperin yang digunakan.
Selanjutnya dilakukan penetapan kadar dengan mengetahui nilai absorbansi
dari larutan piperin uji dan pembanding. Larutan pembanding yang digunakan pada
pengukuran menggunakan spektrofotometri ini memiliki konsentrasi 0,032 mg/L
dengan nilai absorbansi 0,376 pada panjang gelombang maksimum dan 0,234 pada
panjang gelombang minimum. Dan pada larutan uji diperoleh nilai absorbansi 0,774
pada panjang gelombang maksimum dan 0,556 pada panjang gelombang minimum.
Piperin ini dapat dilakukan uji pada spektrofotometri karena piperin mengandung
gugus kromofor yaitu memiliki ikatan rangkap terkonyugasi dan memiliki cincin
benzene. Dari hasil absorbansi ini sehingga konsentrasi piperin dapat ditentukan dan
pada percobaan ini diperoleh 4 nilai konsentasi yaitu 103,125% ; 73,41% ; 165,625%
dan 118,75%.
Spektrofotometri merupakan salah satu jenis teknik dari spektroskopi yang
mempelajari tentang absorpsi dan emisi radiasi dari suatu senyawa. Radiasi tersebut
didasarkan atas gelombang elektromagnetik dengan kecepatan 3\times 108 m/detik
(Sudarmadji, 1996; Holme & Peck, 1998). Gelombang elektromagnetik tersebut
dapat diketahui panjang gelombangnya dari spektrum sinar yang dibiaskan.
Spektrum-spektrum tersebut dibagi menjadi dua yakni cahaya tampak dan cahaya tak
tampak. Dengan adanya spektrum inilah, maka dapat digunakan untuk menganalisa
suatu senyawa atau mikrobia dalam dalam sejumlah penelitian. Alat yang betindak
untuk spektrofotometri disebut spektrofotometer (Christian, 1994).
Spektrofotometer bekerja dengan cara mengukur jumlah relatif cahaya dari
panjang gelombang yang berbeda yang diabsorbsi dan ditransmisikan oleh suatu
senyawa. Mekanisme kerja spektrofotometer yang mana cahaya putih dibiaskan oleh
prisma menjadi sejumlah cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda. Cahaya
tersebut akan melewati sampel dan kemudian melewati tabung/kuvet yang mengubah
energi cahaya menjadi energi listrik yang digunakan untuk mengukur densitas sampel
tersebut (Campbell et al., 2011).
Teknik spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisi baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan dengan
adanya pola spektrum yang mengenali suatu senyawa dan secara kuantitatif
berdasarkan hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert-Beer mengatakan bahwa
intensitas suatu cahaya yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi senyawa.
Semakin besar suatu konsentrasi, maka semakin besar nilai absorbasinya.
Syarat senyawa yang dapat diukur oleh spektrofotometri:
1. Harus berbentuk larutan
2. Senyawa harus memiliki gugus kromofon, gugus pembawa warna
3. Memiliki ikatan rangkap terkonjugasi.
(Campbell et al., 2011).
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal, Volume kelima edisi pertama. Jakarta:
Direktorat OAI.
Campbell N.A. et al., 2011. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Christian, G.D. 1994. Analytical Chemistry. Fifth Edition. John Wiley & Sons. New
York.
Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Diktorat
Jendral POM-DEPKES RI.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Diktorat
Jendral POM-DEPKES RI.
Manoharan G, Ntalianis A, Muller O, Hamilos M,Sarno G, Melikian N. 2009.
Severity of coronary arterial stenoses responsible for acute coronary
syndromes. J Am Coll Cardiol.
Mun’im, Abdul & Hanani Endang. 2011. Fitoterapi Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Paterson RRM. 2006. Ganoderma: A therapeutic fungal biofactory. Review.
Phytochemistry 67.
Purnomo, H. dan Adiono. 2008. Ilmu Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia.
Sudjadi, Drs., 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta : UGM Press.
Sudarmadji, Slamet dkk. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta.
Sutrisno. 1986. Seri Fisika Dasar: Fisika Modern. Bandung: Penerbit ITB.

You might also like