You are on page 1of 12

SINDROM VENA CAVA SUPERIOR

BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sindrom Vena cava superior merupakan obstruksi aliran darah melewati
vena cava superior. Hal ini merupakan kegawat daruratan dalam medis dan
sering bermanifestasi pada pasien yang mengalami proses keganasan pada
thorax. Pasien dengan sindrom vena cava superior memerlukan diagnosis
dan terapi yang cepat.
William Hunter pertama kali memperkenalkan sindrom ini tahun 1757 pada
pasien dengan aneurisma aorta karena penyakit sifilis. Kemudian Tahun
1954, schecter mengumpulkan data mengenai pasien dengan sindrom vena
cava superior sebanyak 274 kasus, dimana 40% dari mereka mengalami
sifilis aneurisma atau mediastinitis TBC, tetapi akhir – akhir ini penyakit
tersebut tidak banyak menyebabkan obstruksi vena cava superior. Kanker
paru merupakan penyakit dasar (kira – kira 70%) yang paling banyak
mendasari terjadinya Sindrom vena cava superior.[1]
SVCS merupakan oklusi yang parsial dari vena cava superior. Hal ini
menyebabkan gangguan aliran darah yang lewat ke vana cava superior.
SVCS juga sering disebut sebagai sindrom mediastinum superior atau
obstruksi vena cava superior. [2]
Pada pertengahan abad ke-20, keganasan menjadi penyebab tersering dari
SVCS hampir sepertiga dari semua kasus yang ada. Peningkatan kejadian
bronkogenik karsinoma pada dekade terakhir ini ditambah dengan adanya
peningkatan dalam penanganan granulomatous dan penyakit infeksi ini yang
menyebabkan terjadinya perubahan etiologi SVCS.[3]
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Sindrom Vena cava superior adalah sekumpulan gejala akibat pelebaran
pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh atas menuju
ke jantung, Penghambatan aliran darah ini (oklusis) melewati vena ini dapat
menyebabkan sindrom vena cava superior (SVCS).[4]

2.2 Anatomi
Normalnya vena cava superior panjangnya 6 – 8 cm dan diameternya 1-2
cm. Vena ini terbentuk dari pertemuan antara vena inominata kanan dan kiri
dan posisinya terletak ditengah – tengah mediastinum, di kanan aorta dan
didepan trakea. Bagian inferior vena cava superior berdekatan dengan
pericardial sepanjang 2 – 3 cm, dimana vena azygos berada di bagian
posteriornya dan berdekatan dengan kolumna vertebra. Berjalan dianterior
menyilang bronkus dan masuk dinding posterior dari vena cava superior
diatas batas pericardial, beberapa centimeter diatas atrium kanan.
Terdapat 8 prinsip jalur kolateral dalam aliran sistem vena thorak antara lain
Paravertebral, azigos–hemiazigos, mamaria interna, thoraks lateral,
jugularis anterior, thyroidal, thymus, vena pericardiophrenic. Setiap sistem
terhubung dalam suatu jaringan yang rumit untuk menyediakan sejumlah
variasi aliran yang dapat mengalir dari setiap system vena, tergantung
situasi. Munculnya SVCS tergantung pola anatomis dan kompensasi yang
timbul akibat proses patologis yang timbul. Lokasi obstruksi, luasnya proses
patologis yang terjadi, adanya jalur dan kemampuan jalur vena dalam
mengadaptasi aliran darah yang berlebih menentukan tingkat keganasan
dari sindrom.[5]

2.3 Etiologi
Lebih dari 95% dari semua kasus sindrom vena cava superior (SVCV)
melibatkan kanker pada thorax bagian atas, dan yang paling berhubungan
dengan sindrom vena cava superior adalah kanker paru, hampir mendekati
80% dari semua kasus sindrom vena cava superior dan limfoma. Kanker
yang sudah bermetastase ke paru seperti metastase kanker payudara dan
metastase kanker testis juga sebagai penyebab terjadinya SVCS.[6]
Penyebab non maligna adalah fibrosis mediastinum, penyakit pembuluh
darah seperti aneurisma aorta, vaskulitis, fistul arteria-vena, infeksi seperti
histoplasmosis, TBC, sifilis dan aktinomikosis, tumor jinak (teratoma, kistik
higroma, timoma dan trombosis)[7]

2.4 insiden
Di amerika serikat SVCS berkembang 5 – 10% dari pasien dengan
keganasan berupa massa intratorak. Tahun 1969 Salsali dan Cliffton
mengamati kejadian 4,2% SVCS dari 4960 pasien dengan kanker paru ,
80% merupakan tumor pada paru kanan.[8]

2.5 Patofisiologi
Vena cava superior merupakan pembuluh darah yang besar yang menerima
darah dari kepala, leher dan ekstremitas atas dan bagian thorak atas. Vena
cava superior teletak di tengah–tengah mediastinum dan dikelilingi oleh
struktur yang sangat rapuh seperti sternum, trakea, bronkus kanan, aorta,
arteri pulmonalis dan limfonodus parahiler dan paratrakea. Vena cava
superior terbentang dari hubungan antara vena inominata kanan dan kiri
menuju ke atrium kanan, panjangnya mencapai 6 – 8 cm. Dengan dinding
yang tipis dan tekanan yang lemah. Dinding pembuluh darah vena cava
superior ini sangat mudah tertekan karena vena ini melintang di daerah
mediastinum.
Obsruksi dari VCS mungkin disebabkan oleh invasi neoplastik dari dinding
vena yang berhubungan dengan trombosis intravaskular atau lebih
sederhana oleh karena tekanan ekstrinsik dari masa tumor. Pada
pemeriksaan postmortem diketahui bahwa obstruksi total dari vena cava
superior dihasilkan dari kombinasi trombosis vena cava dengan kompresi
ekstena. Obstruksi vena cava superior sebagian lebih sering disebabkan oleh
penekanan atau kompresi intrinsik tanpa trombosis vena.
Obstruksi vena cava superior mengawali aliran balik vena kolateral dari
setengah bagian tubuh bagian atas menuju ke jantung melewati 4 jalur
utama. Jalur Pertama dan yang paling penting adalah sistem vena azygos,
termasuk vena azygos, vena hemiazygos, dan vena–vena interkostal. Jalur
kedua adalah sistem vena mamaria interna dan cabang – cabangnya serta
hubungan sekunder ke vena epigastrik superior dan inferior, Sistem vena
toraksik yang panjang, dengan hubungannya menuju vena femoralis dan
vena vertebralis, yang menyediakan jalur kolateral ketiga dan keempat.
akibat terjadinya perubahan jalur vena tersebut maka aliran vena hampir
selalu meningkat pada bagian atas jika obstruksi vena cava superior terjadi,
dimana tekanan vena cava tersebut dapat mencapai 200 – 500 cmH2O pada
SVCS berat.[9]
Dengan menggunakan venografi, Standford dan Doty telah menggambarkan
empat pola yang berhubungan dengan aliran vena ditentukan dari derajad
obstruksi dari vena cava superior. Obstruksi vena cava superior dibawah
batas insersi dari vena azigos akan menyebabkan peningkatan aliran ke
vena azigos sebagai salah satu cabang mayor jalur kolateral, dengan aliran
balik dan drainase menuju vena cava inferior. obstruksi diatas insersi vena
azigos akan meningkatkan aliran menuju jalur alternatif, terutama pleksus
cervical dan paravertebral. Pembuluh darah kolateral yang menuju ke sistem
vena azigos akan mengalir balik ke vena cava inferior. Beberapa sistem vena
kolateral mungkin muncul saat vena cava superior dan vena besar
mengalami trombosis.[10]
Perkembangan dari obstruksi vena cava superior menentukkan keganasan
dari sindrom dan perubahannya yang berhubungan dengan perubahan aliran
vena. Strangulasi dari aliran vena besar (Seperti vena cava, vena inominata,
atau vena azigos ) merangsang timbulnya aliran balik menuju vena–vena
yang lebih kecil. Prosesnya selalu berkembang menjadi proses yang subakut
atau kronis yang berkembang lebih cepat daripada kemampuan tubuh untuk
mengalirkannya ke vena kolateral untuk mencegah terjadinya kongesti.
Aliran darah vena yang tinggi tepat diatas pusat obstruksi akan
menyebabkan aliran berubah ke pleksus yang tekanannya lebih rendah dan
venula-venula. Dalam hitungan minggu atau bulan maka akan memaksa
terjadinya pelebaran pembuluh darah kolateral menjadi lebar.
Ketika terjadi peningkatan aliran vena maka akan terjadi gambaran sianosis
pada pasien, odema juga sering terjadi pada pasien dengan SVCS karena
adanya peningkatan tekanan hidrostatik kapiler, kondisi ini sangat
dipengaruhi oleh derajad aliran kolateral untuk mengurangi tekanan vena.
Perubahan anatomis dan fisiologis juga terjadi sebagai akibat dari kongesti
yang terjadi seperti plethora pada wajah, odema rigan pada wajah, dan
kemerahan pada wajah dan ekstremitas dan dilatasi dari vena kulit. Ketika
obstruksi yang terjadi akut atau subakut maka perubahan fisiologis dari
vena – vena kolateal tidak dapat terjadi secara cepat dan cukup untuk
mengkompensasi, maka gejala klinis yang muncul akan bertambah hebat
seperti odema pada wajah, leher, dan tangan, sakit kepala, sesak, bengkak
pada periorbita dan eritema pada wajah.

2.5 Gejala Klinis


SVCS mempunyai tanda dan gejala tertentu, tanda yang ditemui pada
pasien dengan SVCS adalah pelebaran vena leher, plethora pada wajah,
odema yang muncul pada lengan ,dan sianosis. Sedangkan gejala yang
dijumpai pada pasien adalah sakit kepala, sesak , batuk , sesak pada posisi
tidur, dan sulit menelan dll sebagai akibat dari obstruksi aliran darah yang
melewati vena cava superior menuju atrium kanan.
Berikut merupakan tabel presentasi gejala dan tanda yang dijumpai pada
sindrom vena cava superior (SVCS).[11]

2.6 Diagnosis
SVCS merupakan diagnosa klinis, gejala dan tanda yang didapat biasanya
mudah untuk dikenali, konfirmasi dengan pemeriksaan radiologis tidak
diperlukan tetapi diagnosis histologi sangat diperlukan sebagai langkah awal
dalam melakukan penanganan.
USG( Ultrasonogrfi)
Pemeriksaan USG sangat bernilai dalam menilai keadaan dari vena jugularis,
subclavia, dan vena aksilaris sangat aman cepat dan bersifat non invasive.
Sebagai screning awal untuk mengevaluasi adanya obstruksi patologis,
pengukuran aliran Doppler sangat mudah dan akurat tetapi dibatasi oleh
ketidakmampuan untuk melihat vena intratorak secara adekuat, penilaian
lebih modern terhadap sistem vena intrathorak dapat dinilai dengan
Transesofageal Echocardiografi (TEE), yang telah menunjukan hasil yang
memuaskan dalam mengevaluasi vena cava superior dan struktur
sekitarnya.
Radionuclide Venography
Nuclear scientigraphy merupakan metode yang noninvasive dan relative
akurat dalam melihat gambaran system vena, gambaran yang dihasilkan
tidak sebaik gambaran pada kontras venografi yang dapat melihat anatomis
vena dengan jelas. tetapi technetium-99m DPTA dapat mengkonfirmasi
kehadiran dari SVCS, mengikuti alur letak obstruksi, memperlihatkan daerah
aliran kolateral, menilai pola sirkulasi asesorius dan mengidentifikasi area
emboli paru, jika evaluasi sistem vena diharapkan untuk kearah tindakan
pembedahan maka kontras venografi yang harus dilakukan.
Computed Tomography and Magnetic Resonance Imaging (CT/MRI)
CT – scan menyediakan informasi yang banyak tentang kejadian SVCS ,CT-
scan memperlihatkan secara detail anatomis dari thorak, termasuk tumor
yang terletak proksimal dari vena cava superior, jantung, trakea dan
struktur mayor lainnya, memperlihatkan oklusi vena cava, termasuk
trombosis “kolateral loop” dari hubungan vena intratorak.
Raptopoulus telah mengidentifikasi lima kategori dari kompresi vena cava
superior yang berhubungan dengan derajad keganansan yang
bermanifestasi pada gejala klinis yang muncul.
Tipe Ia merupakan penyempitan vena cava superior yang sedang tanpa
aliran kolateral atau peningkatan ukuran vena azigos
Tipe Ib merupakan penyempitan vena cava superior yang berat dengan
aliran retrograde ke vena azigos.
Tipe II merupakan obstruksi vena cava superior diatas lengkung azigos
dengan aliran retrograde ke vena torakal, vertebral,dan vena perifer lainnya.
Tipe III merupakan obstruksi vena cava superior dibawah lengkung azigos
dengan aliran retrograde melewati lengkung azigos ke vena cava inferior.
Tipe IV merupakan obtruksi vena cava superior pada lengkung azigos
dengan peningkatan aliran kolateral yang multiple dan tidak terlihatnya vena
azigos.
Gambaran radioopaque dari vena kolateral torak oleh CT scan sering
merupakan suatu SVCS, tetapi gambaran radioopaque pada saluran
subkutaneous torak anterior merupakan indikator yang paling baik terhadap
adanya oklusi vena cava superior.

Magnetic resonance imaging (MRI)


MRI mampu mendiagnosa obsruksi vena torak sangat baik dengan
sensitifitas 94% dan 100%, kelemahan dari MRI memerlukan waktu yang
lama dan biaya yang besar.
Contrast Venography
Venacavography merupakan prosedur yang penting ketika akan dilakukan
intervensi bedah pada pasien. Pemeriksaan ini mampu mengetahui lokasi
yang tepat dan derajad obstruksi dari vena cava, letak pembuluh darah
besar yang mengalami sumbatan, derajad yang berhubungan dengan
trombosis dan adanya kolateralisasi, yang merupakan informasi yang
penting untuk perencanaan operasi, venography dapat dilakukan dengan
menggunakan injeksi vena antekubital bilateral atau dengan injeksi kateter
konvensional, tergantung sumbatan yang terjadi.

Sputum Cytology, Fine-Needle Aspiration, and Lymph Node Biopsy


Metode yang sangat sederhana dalam mendapatkan diagnosis histologis
dengan analisa sputum. FNAB juga merupakan pemeriksaan diagnostik yang
mampu memberikan informasi yang penting pada kebanyakan kasus.
Perdarahan atau hematum bisa terjadi pada saat melakukan tindakan ini.

Transluminal Radiographic Biopsy


Metode lain adalah dengan menggunakan metode tranluminasi biopsy
dengan panduan fluoroscopy. Metode ini dapat mengevaluasi keadaan
sistem vena dengan baik tetapi jarang dikerjakan, metode ini sangat baik
digunakan apabila menemukan kesulitan dalam melakukan diagnostik,
metode ini juga mampu mengidentifikasi apabila terjadi tumor intraluminal

Mediastinoscopy
Metode ini masih dipertanyakan penggunaannya dalam klinis karena ada
beberapa center mengatakan metode ini merupakan kontraindikasi dalam
penggunaanya, karena ditakutkan tejadinya perdarahan, hematum ,distres
pernafasan perioperatif dan infeksi.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kirschner tidak menemukan adanya
komplikasi pada pasien yang melakukan mediastinoskopi, Callejas and
colleagues mengatakan tindakan ini sangat berguna dan reliable dalam
mendiagnosa tumor yang menyebabkan timbulnya SVCS.
Ketika akan melakukan pemeriksaan mediastinoskopi pada pasien dengan
SVCS , ahli bedah harus mengetahui fisiologis dari SCVS dan memilih
metode yang tepat untuk menurunkan kejadian perdarahan pada pasien,
menempatkan pasien dalam posisi trendelenburg akan menurunkan
hipertensi pada vena tubuh bagian atas.[12]

2.5 Diagnosa banding


Diagnosa banding dari SVCS adalah tamponade jantung dan right ventricular
dysfunction. Dengan menggunakan echokardiogram dapat menegakkan
perbedaan dari kelainan ini, keganasan atau tidak juga merupakan diagnosa
banding yang harus dibedakan, keganasan yang umumnya terjadi seperti
SVCS termasuk kanker paru , limfoma dan tumor solid dengan metastase ke
mediastinum (termasuk kanker payudara). penyebab Non malignansi dari
SVCS termasuk penyebab iatrogenik (kateter vena central), penyakit infeksi
(TBC, infeksi fungi), vaskulitis, aneurisma aorta dan gondok.[13]

2.6 Penatalaksanaan
Penanganan SVCS tegantung pada derajad dari SVCS, penyebab dari
obstruksi, tipe hitologi dari tumor. Penatalaksanaan SVCS ada 2 yaitu
penanganan medis dan penanganan pembedahan.
Tujuan dari penanganan dengan penatalaksanaan medis SVCS adalah
menurunkan gejala dan penanganan penyakit primer yang ada. Hanya
sebagian kecil saja dari pasien dengan obstruksi vena cava superior yang
terkena komplikasi. Pasien dengan SVCS sering mendapatkan gejala klinis
dengan penanganan medis seperti meninggikan posisi kepala dan pemberian
suplement oksigen, tindakan emergensi diindikasikan pada pasien dengan
odema otak, penurunan COP (Cardiac Output) atau odema saluran
pernafasan atas. Kortikosterosid dan diuretik sering digunakan untuk
menangani odema yang terjadi, walaupun masih dipertanyakan. Radioterapi
juga dilakukan sebagai penanganan standar pada kebanyakan pasien
dengan SVCS. Radioterapi ini dilakukan sebagai penanganan awal jika
diagnosis histologis tidak dapat ditegakkan dan klinis pasien sangat buruk,
namun beberapa pendapat mengatakan sangat jarang membutuhkan
tindakan emergensi pada pasien dengan obstruksi SVCS tanpa diagnosa
yang spesifik.

Radioterapi
Penggunaan radioterapi pada paisen dengan SVCS tidak menunjukan hasil
yang memuaskan. Pada pasien dengan SVCS dan SCLC walaupun telah
diberikan radioterapi hasil yang diberikan akan lebih baik dikombinasi
dengan kemoterapi, pada beberapa kasus tidak ada perbedaan antara kedua
terapi tersebut namun kemoterapi memberikan keuntungan dalam
mengatasi penyakit secara sistemik dan menurunkan jumlah radiasi yang
diterima jantung dan paru. 43% dari 100% kasus penurunan gejala akan
dicapai pada tujuh sampai 10 hari.
Dalam studi yang melibatkan pasien dengan SVCS dan SCLC pasien tidak
mendapatkan keutungan dengan radioterapi, tetapi pada pasien dengan
SVCS dan NSCLC pasien radioterapi memegang peranan penting, dosis yang
dianjurkan adalah 300 – 400 Gy sebanyak 2-4 seri, namun waktu, dosis dan
jumlah dari radioterapi untuk SVCS masih belum pasti, dan tidak ada bukti
klinis yang dapat menentukan jumlah dosis yang diperlukan untuk
menimbulkan respon klinis pada pasien dengan SVCS. Secara umum pada
NSCLC total dosis yang digunakan adalah 60 GY, dimana dosis pada limfoma
dan neoplasma yang radiosensitif dosis yang sering dipakai adalah 20 – 40
Gy. Dosis dari radioterapi dapat sangat bervariasi tidak hanya tergantung
jenis histologi dari tumor, tetapi juga apakah dikombinasi dengan
kemoterapi atau tidak dan apakah terapinya paliatif atau kuratif.

Kemoterapi
Pada pasien dengan SVCS yang disebabkan oleh tumor yang bersifat
kemosensitif seperti limfoma atau SCLC, kemoterapi dapat digunakan
sebagai terapi primer atau dikombinasi dengan radioterapi, dalam
kemoterapi histologis dari kanker sendiri harus sudah tegak, dalam dekade
terakhir, perkembangan dengan terapi kombinasi telah digunakan untuk
pasien SVCS dengan SCLC. Pada suatu penelitan 7 pasien diterapi dengan
kemoterapi (lomustine, cyclophosphamide dan MTX ) perkembangannya
Sangat cepat, studi yang berbeda juga mengatakan hal yang sama dimana
pada penelitian dengan menggunakan 22 sampel diterapi secara kombinasi
dengan kemoterapi perkembangan yang didapat sangat cepat dimana
resolusi total pada 21 pasien tersebut didapat pada hari ke 14. Pada suatu
penelitian di RS. M.D Anderson ditemukan pada 18 pasien diterapi dengan
radioterapi dan 18 lagi diterapi dengan kemoterapi dan 7 pasien dengan
terapi kombinasi antara kemoterapi dan radioterapi, semua modalitas terapi
yang diberikan dapat memberikan perbaikan secara cepat pada pasien
dengan gejala obstruksi vena cava superior. Namun penggunaan kemoterapi
berhubungan dengan kematian prematur yang besar.
Kemoterapi juga bisa digunakan pada pasien dengan limfoma atau kanker
yang kemosensitif. Pada penelitian 30 pasien SVCS dengan limfoma diterapi
dengan menggunakan radioterapi sebanyak 8 pasien dan kemoterapi pada
pasien yang lain serta kombinasi keduanya pada 12 pasien. Setelah 2
minggu didapatkan hasil yang sama sama efektif antara kemoterapi dan
radioterapi dalam menurunkan gejala SVCS. Kemoterapi diindikasikan pada
pasien dengan dengan tumor yang lebih besar dari 10 cm dan secara
histologis diindikasikan untuk Limfoma, kemoterapi ini diikuti oleh radiasi
pada daerah mediastinum.
Kemoterapi juga dipertimbangkan untuk radiasi pada pasien dengan tumor
yang kemosensitif pada tahun 1983, Maddox melaporkan 59 pasien dengan
SCLC yang menimbulakan SVCS, dengan terapi radiasi didapatkan 9 pasien
(56%) dari 16 pasien dan 23 pasien (100%) dari 23 pasien dengan
kemoterapi dan 5 pasien (83%) dari 6 pasien yang menerima terapi
kombinasi.
Pembedahan
Tindakan pembedahan ada 2 yaitu bypass vena cava superior dan
pemasangan stent, tindakan ini berguna pada pasien dengan terapi paliatif,
dalam hal ini tindakan bedah ini diambil jika terapi radiasi dan kemoterapi
gagal dikerjakan.

Pemasangan Stent
Terdapat beberapa model dari stent yang dapat digunakan dalam
penanganan SVCS, karena adanya pelebaran diameter dari Vena cava
superior, stent yang digunakan juga harus berdiameter lebar ( dari 12 -14
mm).
Stent Gianturco merupakan jenis stent pertama yang diperkenalkan dan
digunakan dalam penanganan SVCS, merupakan stent yang mampu
menyesuaikan dengan besarnya lumen, dimana stent ini terbuat dari besi
stainless dan dianyam secara zigzag dan berbentuk silinder. Diemater yang
disarankan oleh para klinisi adalah 1,25 sampai 1,5 kali diameter pembuluh
darah. Kateter digunakan mempunyai diameter 8 – 16 F.
Gambar. Pemasangan gianturco stent pada salah satu Vena pasien dengan
SVCS
Stent Wallstent juga merupakan Auto-expandable stent, yang terbuat dari
besi stainless dan berbentuk silinder, kateter yang digunakan 7 – 9 F. Stent
Wallstent tersedia dalam berbagai jenis ukuran mulai dari 10 – 24 mm,
sampai saat ini ukuran 16 merupakan yang terbesar yang pernah
digunakan. Lebih lentur sehingga mampu mengikuti bentuk dari pembuluh
darah. Panjangnya dapat berkurang sampai 30% ketika mengalami
peregangan komplit.
Palmaz stent, merupakan balon yang dapat dikembangkan yang tebuat dari
stainless dan berbentuk silinder, studi experimental dari metalic stent
tersebut pada binatang dapat menimbulkan endotelisasi komplit dalam
kurang lebih 4 minggu setelah pemasangan.

Teknik pemasangan
Sebelum stent tersebut dipasang pada vena cava yang mengalami obstruksi,
venogam dalam 2 posisi harus dilakukan untuk menentukan luas, keganasan
dan lokasi dari obstruksi. Selain itu jaringan vena kolateral harus benar –
benar dievaluasi dan adanya thrombus dan invasi tumor harus diidentifakasi.
Klasifikasi venografi dari obstruksi berdasarkan kriteria Stanford dan doty,
dan harus juga dapat ditentukan untuk memperkirakan kemungkinan
terjadinya komplikasi seperti odem serebral dan gaga nafas. Pengukuran
tekanan dari vena cava juga dapat menentukan tingkat keganasan yang
terjadi. Suatu studi klinis mengatakan bahwa pemasangan stent baru dapat
dilakukan bila tekanan vena cava superior lebih besar dari 22mmHg. Dari 9
pasien dengan SVCS 3 pasien menunjukkan tekanan vena kurang dari
22mmHg dan tidak dilakukan pemasangan stent. pada kasus tersebut
sindrom yang terjadi bersifat stabil, tanpa intervensi terapi, sampai pasien
mengalami kematian karena penyakitnya sendiri. Hal ini didasarkan atas
temuan klinis yang ada.

Pendekatan yang digunakan dalam melakukan pemasangan stent adalah


melalui vena femoralis. Pada kasus oklusi vena cava superior atau stenosis
yang berat, pemasangan stent pada vena cava superior dapat melalui
beberapa jalan seperti melalui vena jugularis externa kanan dan kiri , atau
vena perifer tangan.
Dari studi yang dilakukan pada pemasangan stent memberikan hasil yang
memuaskan dimana pasien sengan SVCS yang dilakukan pemasangan stent
sekitar 68% - 100% dari keseluruhan kasus (Carrasco CH, dkk tahun 1992).
Beberapa gejala juga dikatakan berkurang seperti sakit kepala, sianosis dan
odema serebri setelah dilakukan pemasangan stent. Sianosis dan odema
pada wajah dikatakan berkurang pada 1 – 2 hari dan odema pada bibir atas
secara umum berkurang dalam 2 – 3 hari setelah pemasangan stent, dan
menetap pada lebih dari 1 minggu.

Vascular Graft – tipe Bypass


Dari hasil yang didapatkan pada pasien dengan mengunakan kemoterapi
atau radioterapi maka tindakan pembedahan jarang dilakukan pada pasien
dengan SVCS, dari duapertiga pasien dengan SVCS gejala yang muncul
dapat berkurang dalam 1 - 2 minggu dengan tindakan nonbedah. Banyak
klinisi yang percaya bahwa dengan melakukan vascular graft- tipe bypass
tidak memberikan hasil yang baik pada SVCS sekunder karena keganasan,
keuntungan dari tindakan ini adalah terjadinya penurunan gejala yang ada
bersamaan dengan tejadinya penurunan obstruksi vena cava, kelemahan
dari pembedahan adalah morbiditas dan mortalitas sehubungan dengan
prosedur pembedahan yang dilakukan, seperti timbulnya perdarahan pasca
pembedahan, karena terjadi pelebaran vena di bagian compartment atas.
Indikasi yang paling mungkin digunakan bedasarkan literatur adalah
neoplasma yang mendapatkan terapi (kemoterapi atau radioterapi) dan
trombus pada vena cava superior atas atau cabang-cabangnya, oklusi akut
vena cava superior disertai gejala klinis yang berat. Indikasi yang lain untuk
pembedahan adalah terjadinya kekambuhan dari SVCS setelah dilakukan
kemoterapi dan radioterapi. Dapat juga dilakukan pada pasien dengan
obstruksi vena cava yang ringan, selain itu juga dilakukan tindakan biopsi
untuk mendapatkan struktur histologis dari proses yang sedang terjadi.
Namun tindakan pebedahan dapat mengurangi gejala pada SVCS karena
keganasan.

2.7 Prognosis
Prognosis dari SVCS sangat tergantung dari penyakit yang mendasarinnya.
Sebagai contoh SVCS yang disebabkan Karena kanker paru, prognosis lebih
buruk karena SVCS akan muncul pada stage akhir.[14]

BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Sindrom Vena cava superior adalah sekumpulan gejala akibat pelebaran
pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh atas menuju
ke jantung, Penghambatan aliran darah ini (oklusis) melewati vena ini dapat
menyebabkan sindrom vena cava superior (SVCS).
Lebih dari 95% dari semua kasus sindrom vena cava superior (SVCV)
melibatkan kanker pada thorax bagian atas, dan yang paling berhubungan
dengan sindrom vena cava superior adalah kanker paru.
SVCS mempunyai tanda dan gejala tertentu, tanda yang ditemui pada
pasien dengan SVCS adalah pelebaran vena leher, plethora pada wajah,
odema yang muncul pada lengan ,dan sianosis.
Penanganan SVCS tegantung pada derajad dari SVCS, penyebab dari
obstruksi, tipe hitologi dari tumor. Penatalaksanaan SVCS ada 2 yaitu
penanganan medis dan penanganan pembedahan.
Prognosis dari SVCS sangat tergantung dari penyakit yang mendasarinnya.

You might also like