Professional Documents
Culture Documents
FISIKA LINGKUNGAN
PENCAHAYAAN
LUMINOUS INTENSITY
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
dengan baik walaupun jauh dari kesempurnaan, dimana tugas ini disusun dan dipresentasikan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Lingkungan.
Dengan terselesaikannya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah memberikan bantuan dalam proses pencariaan bahan untuk pembuatan
makalah yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia biasa yang mempunyai kekurangan dan
kelebihan dari berbagai hal. Kami merasa masih banyak kekurangan dari makalah ini. Karena
tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. Kami telah
melakukannya dengan semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki.
Mungkin ini ini yang dapat kami sampaikan . apabila ada kritik dan saran dari pembaca,
kami bersedia menerima semua kritik dan saran tersebut. Karena kritik dan saran ini sebagai
batu loncatan yang dapat memperbaiki makalah kami di lain waktu. Sehingga kami akan
berusaha untuk menyelesaikan makalah dengan lebih baik lagi.
Penyusun
Page | 2
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
Tujuan ………………………………………………………………………….. 5
BAB II PEMBAHASAN
Cahaya ………………………………………………………………………… 6
Kesimpulan …………………………………………………………………… 22
Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Page | 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cahaya
Cahaya merupakan sebuah energi yang memiliki bentuk berupa gelombang
elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang tersebut sekitar 380–750 nm.
Pada bidang ilmu fisika, cahaya merupakan radiasi elektromagnetik, baik itu dengan panjang
gelombang yang kasat mata maupun tidak. Selain itu, cahaya ialah suatu paket partikel yang
disebut foton. Kedua pengertian tersebut adalah sifat yang ditunjukkan dari cahaya secara
bersamaan sehingga dapat disebut "dualisme gelombang-partikel". Suatu paket cahaya
disebut spektrum yang kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan (mata)
sebagai sebuah warna. Bidang studi yang mempelajari cahaya dikenal dengan sebutan optika,
merupakan suatu area riset yang sangat penting pada fisika modern.
Studi yang mempelajari tentang cahaya dimulai sejak munculnya era optika klasik yang
mempelajari tentang besaran optik seperti: intensitas, frekuensi, polarisasi, serta fase cahaya.
Sifat-sifat cahaya dan juga interaksinya terhadap sekitar dilakukan secara pendekatan
paraksial geometris seperti refleksi serta refraksi. Sedangkan pendekatan sifat optik fisisnya
yaitu : dispersi, polarisasi, interferensi, difraksi. Masing-masing studi optika klasik itu
disebut dengan optika geometris dan optika fisis.
Pada puncak optika klasik, pengertian cahaya dapat didefinisikan sebagai sebuah
gelombang elektromagnetik serta dapat memicu serangkaian penemuan, dan pemikiran. Pada
tahun 1838 oleh Michael Faraday menemukan sinar katode. Pada tahun 1859 Gustav
Kirchhoff menemukan teori radiasi massa hitam. Pada tahun 1905, Albert Einstein membuat
suatu percobaan efek fotoelektrik, cahaya yang mnyinari atom mengeksitasi elektron untk
melejit keluar dari orbitnya. Pada tahun 1924 sebuah percobaan dilakukan oleh Louis de
Page | 6
Broglie yang menunjukkan bahwa elektron memiliki sifat dualitas partikel-gelombang,
sehingga tercetus teori dualitas partikel-gelombang tersebut.
Pada tahun 1926, Albert Einstein kemudian membuat postulat yang berdasarkan efek
fotolistrik, cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton serta memiliki sifat dualitas yang
sama. Karya dari Albert Einstein dan Max Planck tersebut kemudian mendapatkan
penghargaan Nobel masing-masing pada tahun 1921 serta 1918 dan juga menjadi sebuah
dasar teori kuantum mekanik yang kemudian dikembangkan oleh banyak ilmuwan, antara
lain : Werner Heisenberg, David Hilbert, Max Born, John von Neumann, Niels Bohr, Erwin
Schrödinger, Wolfgang Pauli, Roy J. Glauber, Paul Dirac dan lain-lain. Era tersebut
kemudian disebut sebagai era optika modern. Pengembangan yang lebih lanjut terjadi tahun
1953 dengan ditemukannya sinar maser, serta sinar laser yang ditemukan pada tahun 1960.
Era optika modern tidak mengakhiri era optika klasik, namun era tersebut memperkenalkan
adanya sifat cahaya yang lain, difusi dan hamburan.
B. Intensitas Cahaya
Intensitnsitas cahaya istilah asingnya adalah luminous intensity / candle power. intensitas
cahaya sebagaian besar diberi symbol ( I ) dan dinyatakan satuan candela ( cd ). intensitas
cahaya fluk cahaya persatuan sudut arah tertentu.
I=F/W
F=W.T
Keterangan :
I = Intensitas Cahaya (Candela)
F = Fluks Cahaya (Lumen)
W = Sudut Ruang
Page | 7
2. Satuan dan Notasi Cahaya
Satuan – satuan dan notasi cahaya dari intensitas cahaya ini disebut dengan candela
(cd) dan diberi symbol huruf (I). yang asal katanya dari intensitas.
Untuk F = flux diukur dalam lumen dan W (omega) dalam steradian, seperti table di
bawah ini :
Cahaya mempunyai sifat yang merambat lurus dan dapat dibuktikan dengan
meninjau yang berdasarkan dapat atau tidaknya benda untuk meneruskan cahaya. Benda
yang memiliki sifat tidak tembus cahaya tidak bisa meneruskan cahaya yang mengenai
benda tersebut. Apabila dikenai cahaya dan benda tersebut membentuk bayangan. Benda
yang seperti itu digolongkan sebagai benda gelap, yang memiliki arti bahwa benda-benda
tersebut tidak bisa menghasilkan cahaya sendiri. Contohnya antara lain: kayu, tembok,
batu, dan sebagainya. Sedangkan itu, benda yang dapat tembus cahaya dapat meneruskan
Page | 8
cahaya yang mengenai benda tersebut. Benda yang seperti itu dikenal sebagai jenis
golongan benda sumber cahaya. Contohnya seperti kaca.
Cahaya juga dapat dipantulkan, pemantulan cahaya terdiri atas pemantulan baur
(pemantulan difus) serta pemantulan teratur. Pemantulan baur atau pemantulan difus
dapat terjadi apabila cahaya yang mengenai permukaan tidak rata dan arah sinar
pantulnya menjadi tidak beraturan. Sedangkan pemantulan teratur dapat terjadi jika
cahaya yang dapat mengenai permukaan yang rata seperti cermin datar maka sinar hasil
pantulannya mempunyai arah yang teratur. Adapun benda-benda yang mempunyai sifat
cahaya tersebut adalah cermin. Berdasarkan dari bentuk permukaannya, cermin
dibedakan menjadi cermin lengkung serta cermin datar. Cermin lengkung dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu cermin cembung serta cermin cekung. Berikut sedikit penjelasan
tentang cermin tersebut.
a. Cermin Datar
Cermin datar adalah jenis cermin yang mempunyai permukaan tidak melengkung.
Cermin datar adalah cermin yang sering digunakan untuk berias. Sifat cermin datar
antara lain :
b. Cermin Cembung
Cermin cembung ialah salah satu jenis cermin yang permukaannya melengkung ke
arah luar. Bayangan yang terbentuk memiliki sifat semu atau maya.
c. Cermin Cekung
Page | 9
sebuah benda yang letaknya jauh dari cermin cekung tersebut, maka bayangan yang
dihasilkan bersifat nyata dan terbalik. Dalam kegunaan cermin tersebut, cermin
cekung biasanya dipakai sebagai reflektor pada lampu.
Penguraian cahaya mempunyai istilah lain, yaitu dispersi. Prinsip penguraian cahaya
(dispersi) adalah penguraian cahaya putih menjadi cahaya yang memiliki warna yang
bervariasi. Berikut contoh yang menggambarkan bahwa suatu cahaya dapat diuraikan:
Terjadinya pelangi, hal ini karena munculnya pelangi disebabkan adanya cahaya matahari
yang tampaknya memiliki warna putih dan sebenarnya cahaya matahari tersusun atas
berbagai variasi warna yang diuraikan oleh titik-titik air di awan, Cakram yang berwarna
yang ketika diputar dapat menjadi warna putih, dan Terjadinya fenomena halo yang
seakan-akan mengelilingi matahari atau bulan.
Sifat cahaya yang dapat menembus benda bening dapat dibuktikan dengan contoh :
Cahaya matahari dapat masuk ke rumah dengan menembus jendela yang mempunyai
kaca bening. Apabila kaca jendela tersebut kemudian ditutupi dengan sebuah kain
berwarna hitam maka cahaya matahari tidak dapat menembus kaca tersebut. Dan ketika
sedang berjalan di siang hari akan nampak terlihat bayangan tubuh, hal ini dapat
menjelaskan bahwa cahaya tersebut tidak dapat menembus tubuh karena bukan suatu
benda bening, pada akhirnya yang terbentuk hanyalah sebuah bayangan.
Sifat-sifat cahaya diatas dapat dimanfaatkan dalam berbagai macam alat, seperti periskop,
teleskop, lup serta kaleidoskop.
Page | 10
Periskop
Awak kapal selam yang sedang berada pada kedalaman laut dapat untuk melihat atau
mengamati permukaan laut dengan menggunakan suatu alat, yaitu periskop. Alat
periskop menerapkan sifat cahaya yaitu berupa pemantulan. Cahaya yang ada di atas
permukaan laut kemudian ditangkap oleh suatu cermin, lalu dipantulkan menuju kepada
mata pengamat.
Teleskop
Teleskop mempunyai prinsip kerja yang hampir sama dengan alat diatas, yaitu periskop.
Teleskop mempunyai 2 buah lensa yang dapat membiaskan cahaya. Adanya pembiasan
tersebut dapat membuat objek yang letaknya jauh dapat terlihat sangat dekat. Teleskop
pertama kali dibuat pada tahun 1608 oleh Hans Lippershey seorang warga negara
Belanda. Setahun kemudian, Galileo Galilei dapat menyempurnakan teleskop yang dibuat
oleh Hans Lippershey. Setelah teleskop tersebut disempurnakan, teleskop dapat
digunakan untuk mengamati bintang di langit.
Page | 11
Kaleidoskop
Lup
Lup adalah sebuah alat optik yang sangat sederhana. Lup berupa lensa cembung serta
berfungsi untuk membantu mata guna melihat berbagai benda-benda yang berukuran
kecil supaya tampak lebih besar dan jelas.
Page | 12
D. Cara Pengukuran Cahaya
Cara pengukuran cahaya dapat mengunakan alat yang dinamakan Lux Meter. Lux Meter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya atau tingkat pencahayaan di
suatu tempat. Lux Meter ini bekerja secara otomatis untuk menghitung dan mengukur
intensitas cahaya dan menyesuiakannya dengan cahaya yang dibutuhkan. Sensor pada Lux
Meter cukup peka dan linear terhadap cahaya, sehingga cahay yang diterima oleh sensor
dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah tampilan digital ataupun non digital.
Alat ini didalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital. Alat
ini terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor pada alat ini
diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intensitasnya. Cahaya akan menyinari sel
foto sebagai energy yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Pada prinsipnya,
makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan pun sekian besar. Sensor
yang digunakan pada alat ini adalah photo diode. Sensor ini termasuk kedalam jenis sensor
cahaya atau optic. Sensor cahaya atau optic adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya
dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengenai suatu daerah
tertentu. Kemudian dari hasil dari pengukuran yang dilakukan akan ditampilkan pada layar
panel. Cahaya alami ataupun buatan yang masuk pada Lux Meter ini akan mendapatkan
respon yang berbeda dari sensor. Beragam warna yang diukur dengan lux meter ini akan
menghasilkan suhu warna yang berbeda pula, dan panjang gelombang yang berbeda juga.
Page | 13
Pada system ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu
diterangi. System ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada
kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik
karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yag optimal,
disarankan langit-langit, dinding serta benda yang ada didalam ruangan perlu diberi
warna cerah agar tampak menyegarkan.
2. Pencahayaan Semi Langsung (Semi Direct Lighting)
Pada system ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan system ini
kelemahan system pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit
dan dinding yang diplester putih memiliki efisiensi pemantulan 90%, sedangkan apabila
dicat putih efisiensi pemantulan antara 5-90%.
3. Sistem Pencahayaan Difus (General Diffus Lighting)
Pada system ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam pencahayaan
system system ini termasuk system direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya
ke bawah dan sisanya ke atas. Pada system ini masalah bayangan dan kesilauan masih
ditemui.
4. System Pencahayaan Semi Tidak Langsung (Semi Indirect lighting)
Pada system ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan
langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada site mini masalah
bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
5. System Pencahayaan Tidak Langsung (Indirect Lighting)
Pada system ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit
dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik.
Keuntungan system ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan
kerugiannya mengurangi efisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.
Page | 14
penyusun
4. Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau bekerja
dengan mesi kantor, pekerjaan
pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin
5. Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan
teksti, pekerjaan mesin halus
dan perakitan kasar
6. Pekerjaan amat halus 1500 Mengukir dengan tangan,
Tidak pemeriksaan pekerjaan mesin
menimbulkan dan perakitan yang sangat halus
bayangan
7. Pekerjaan terinci 3000 Pemeriksaan pekerjaan,
Tidak perakitan sangat halus
menimbulkan
bayangan
Page | 15
G. Besaran-Besaran Dalam Cahaya
Untuk mengetahui besarnya cahaya yang dibutuhkan oleh mata maka diperlukan suatu
besaran. Besaran-besaran yang diperukann dalam pencahayaan buatan diantaranya yaitu :
1. Intensitas Cahaya
Dalam fotometri, intensitas cahaya adalah ukuran kekuatan panjang gelombang
tertimbang yang dipancarkan oleh sumber cahaya dalam arah tertentu per sudut kesatuan
yang solid, berdasarkan fungsi luminositas, model standar dari sensitivitas mata manusia.
Satuan SI dari Intensitas Cahaya adalah candela (cd). Fotometri berkaitan dengan
pengukuran cahaya tampak seperti yang dirasakan oleh mata manusia. Mata manusia
hanya dapat melihat cahaya dalam spectrum terlihat dan memiliki kepekaan yang berbeda
terhadap cahaya, panjang gelombang yang berbeda dalam spectrum ketika diadaptasi
untuk kondisi terang (visi photopic), mata yang paling sensitive terhadap cahaya kuning
kehijauan pada 555 nm. Intensitas cahaya monokromatik pada panjang gelombang λ
adalah sebagai berikut :
IV = 638Iӯ(λ)
Keterangan :
IV = Intensitas cahaya (cd)
I = Intensitas radian (W/sr)
ӯλ = fungsi intensitas standar
2. Sudut Ruang
Sudut ruang merupakan besaran tambahan dalam system internasional (SI).
Dalam system internasional sudut ruang memiliki symbol sr dengan satuan steradian.
Dalam pencahayaan buatan sudut ruang memiliki symbol Δω. Sudut ruang dan fluks
cahaya memiliki hubungan yaitu sudut ruang berbanding lurus dengan intensitas cahaya
dan fluks cahaya
ΔF = IΔω
3. Energi Cahaya
Dalam fotometri, energi cahaya adalah energy dirasakan cahaya. Ini kadang-
kadang juga disebut kuantitas cahaya. Cahaya energy tidak sama dengan energy radiasi,
kuantitas fisik yang sesuai tujuan. Hal ini karena mata manusia hanya dapat melihat
cahaya dalam spektrum terlihat dan memiliki kepekaan yang berbeda terhadap cahaya
panjang gelombang yang berbeda dalam spektrum, ketika diadaptasi untuk kondisi terang
(visi photopic), mata yang paling sensitive terhadap cahaya pada panjang gelombang 555
nm. Cahaya dengan kekuatan yang sama pada panjang gelombang lebih panjang atau
Page | 16
lebih pendek memiliki energy lebih rendah bercahaya. Dalam satuan internasional (SI)
energy cahaya memiliki symbol QV dan memiliki satuan lumen second (lms).
5. Kuat Penerangan
Kuat penerangan merupakan banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas
permukaan. Jika fluks sebesar ΔF tiba pada permukaan ΔA, maka intensitas penerangan
di tempat itu adalah:
E = (ΔF)/(ΔA)
6. Iluminasi
Iluminasi adalah ukuran fotometrik dari intensitas cahaya per satuan luas
perjalanan cahaya dalam arah tertentu. Ini menggambarkan jumlah cahaya yang melewati
atau dipancarkan dari wilayah tertentu, dan jatuh dalam sudut yang solid yang diberikan.
Satuan SI untuk pencahayaan adalah candela per meter persegi (cd/m²). sebuah istilah
non-SI untuk unit yang sama adalah “nit”. Unit CGS luminance adalah stilb, yang sama
dengan satu sentimeter per candela persegi atau 10 kcd/m². luminance sering digunakan
untuk menggambarkan emisi atau refleksi dari datar, permukaan difus. Luminance
menunjukan berapa banyak daya bercahaya akan dirasakan oleh mata melihat permukaan
Page | 17
dari sudut pandang tertentu. Luminance demikian merupakan indicator seberapa terang
permukaan akan muncul.
Page | 18
1. Efek intensitas cahaya pada gangguan mata
Intensitas cahaya pada proyektor yang berlebih/ kurang dapat berefek buruk bagi
kesehatan mata jika terjadi secara berlanjut dan dalam waktu yang lama. Salah satu cacat
mata yang dapat terjadi adalah rabun jauh(miopi). Berikut ini ciri – ciri Miopi:
Daya akomodasi mata sudah kurang berfungsi dengan baik, lensa mata terbiasa
menebal sehingga kurang bisa menipis dengan baik.
Tidak dapat melihat benda yang jaraknya jauh dengan jelas/ titik jauhnya terbatas.
Titik dekat (PP) berharga kurang dari ± 25 cm dan Titik jauh (PR) kurang dari tidak
terbatas.
Bayangan benda jatuh di depan retina.
Agar mampu melihat seperti mata normal dibantu dengan kaca mata berlensa
cekung (negatif).
Page | 19
tetapi variasi yang berlebihan dari luminansi dapat menyebabkan timbulnya
masalah. Mata menerima cahaya utama yang sangat terang sehingga mata
menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat obyek-obyek yang lebih gelap
dalam suatu daerah yang terang. Perbandingan terang cahaya dalam daerah kelas
utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3 sampai 1. Untuk membantu
memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang rata-rata tersebut seharusnya
sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakang.
b. Glare
Cahaya yang menyilaukan ini terjadi jika cahaya yang berlebihan mencapai
mata. Hal ini akan dibagi menjadi dua kategori:
Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discomfort Glare). Cahaya
ini mengganggu tetapi tidak seberapa mengganggu kegiatan visual. Akan
tetapi, cahaya ini dapat meningkatkan kelelahan dan menyebabkan sakit
kepala.
Cahaya meyilaukan yang mengganggu (Disability Glare). Cahaya ini secara
berkala mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya dalam
lensa mata. Orang-orang yang lanjut usia kurang dapat menerima cahaya ini.
Discomfort Glare dapat dideteksi dengan membayangi mata dari sumber yang
terang yang ada di daerah periphery. Standart Australia AS 1680 memberikan
tingkat-tingkat maksimum luminansi untuk berbagai sudut yang berbeda dari
garis vertikal yang sangat rapat dibawah luminare. Biasanya tingkat luminare
harus dibatasi dalam daerah 45 -90 . Permukaan kerja yang mengkilap dan lantai
0 0
Dalam istilah penerbangan gangguan sinar laser atau sinar dari pancaran mercusuar di
tepi pantai disebut dengan istilah laser strike. Secara teknis hal tersebut tidak mengganggu
atau merusak system pesawat terbang, namun sinar laser akan sangat berbahaya dan
Page | 20
berpotansi menaakibatkan keelakaan apabila langsung mengenai kea rah mata pilot.
Intensitas cahaya laser yang langsung mengenai mata dapat mengakibatkan kebutaan
sementara dan berakibat fatal terhadap keselamatan awak pesawat, penumpang dan orang
lain di daratan.
Hal ini dinilai sangat berbahaya bagi penerbangan, terlebih pesawat-pesawat yang akan
melaksanakan take off (lepas landas) atau landing (pendaratan). Hampir tidak ada lagi
toleransi bagi pilot untuk melakukan kesalahan pada saat terbang mendekati lampu
mercusuar, katrena gangguan laser dari lampu mercusuar termasuk factor paling berbahaya
bagi pilot dalam mengendalikan pesawatnya.
Page | 21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Page | 22
Intensitas cahaya laser yang langsung mengenai mata dapat mengakibatkan kebutaan
sementara dan berakibat fatal terhadap keselamatan awak pesawat, penumpang dan orang
lain di daratan.
Page | 23
DAFTAR PUSTAKA
http://woocara.blogspot.com/2015/12/pengertian-cahaya-dan-sifat-sifat-
cahaya.html#ixzz5Fm7cV0Es Diakses pada 7 juni 2018
Page | 24