You are on page 1of 22

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)


BAB I

TINJAUAN TEORI

1. Anatomi Fisiologi

Lapisan-lapisan selaput ketuban :


AMNION : membran transparant berwarna abu-abu yang melapisi korion. Selaput ini menutup
pars fetal plasenta dan talipusat. Kantung amnion berisi cairan amnion dan janin berada dalam
cairan tersebut. Histologi : Selaput amnion terdiri dari 5 lapisan

1. Lapisan seluler
2. Membrana basalis
3. Stratum kompaktum
4. Stratum fibroblas
5. Stratum spongiosum di bagian paling luar dan melekat dengan lapisan seluler korion

KORION : membran bagian paling luar dan menempel pada dinding uterus serta menempel
pada tepi plasenta Histologi Korion : terdiri dari 4 lapisan

1. Lapisan seluler
2. Lapisan retikuler padat
3. Pseudo-basement membrane
4. Trofoblas

CAIRAN AMNION

1. Cairan jernih agak pucat dan sedikit basa ( pH 7.2 )


2. Pada pertengahan kehamilan jumlahnya sekitar 400 ml dan pada kehamilan 36 – 38
minggu mencapai 1000 ml setelah itu volume terus menurun dan penurunan berlanjut
terus sampai kehamilan postmatur.

Komposisi :

1. Air ( 98 – 99% )
2. Karbohidrat ( glukosa dan fruktora ), protein ( albumin dan globulin ), lemak, hormon
(sterogen dan progesteron ) , enzym ( alkali fosfatase )
3. Mineral ( natrium, kalium dan klorida )
4. Material lain ( vernix caseosa, rambut lanugo, sel epitel yang terkelupas dan mekonium )

Sirkulasi :
Cairan amnion bersifat dinamik dan senantiasa ber sirkulasi dengan kecepatan 500 ml setiap
jamnya.

Asal :

1. Janin ( produksi utama )

a) Sekresi aktif dari epiteo amnion

b) Transudasi sirkulasi janin

c) Air seni janin

1. Maternal

1) Transudasi dari sirkulasi maternal

Cairan amnion diabsorbsi melalui amnion kedalam sirkulasi maternal dan melalui
gastrointestinal janin (proses menelan pada janin.

Fungsi :

1. Selama kehamilan

1) Melindungi janin terhadap trauma

2) Medium bagi gerakan janin

3) Mempertahankan suhu tubuh janin

4) Sumber nutrisi janin


5) Medium eksresi janin

1. Selama persalinan
2. “Fore water” ( cairan ketuban yang berada di depan bagian terendah janin ) membantu
proses dilatasi servik.
3. Antiseptik jalan lahir setelah ketuban pecah.

1. Definisi

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum tanda-tanda persalinan.
(Mansjoer, Arif, dkk.2002)

ketuban pecah dini(KPD) atau premature rupture of membranes(PROM) adalah pecahnya


kantung ketuban dan kebocoran dari cairan ketuban awal minimal 1 jam sebelum awal persalinan
pada setiap usia kehamilan. (Lowdermilk , Deitra Leonard, 2000)

Ketuban pecah dini(KPD) atau premature rupture of membranes (PROM) adalah pecahnya
kantung ketuban sebelum onset persalinan yang benar, terlepas dari lamanya kehamilan. (Murray
, Sharon Smith, dkk . 2002)

Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm
(fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan.

KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah
KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan
mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan.
Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat kommplek, bertujuan untuk
menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration Dystress
Syndrome). (Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawati. 2009)

1. Etiologi dan factor resiko

Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan
menyebutkan factor- factor yang berhhubungan erat dengan KPD, namun faktor mana yang lebih
berperan sulit di ketahui.

Kemungkinan yang menjadi factor predisposisinya adalah :

1. Infeksi : Infeksi yang terjadi secara langsung pad selaput ketuban maupun senderen
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada servik uteri (akibat persalinan, curettage).
3. Tekanan intra uteri yang meninggi atau meningkat secara berlebih (overdistensi uterus)
misalnya trauma, hidramnion, gamelli.
4. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karea biasanya disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian
bawah.
6. Keadaan social ekonomi
7. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak seuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kuit ketuban.
8. Faktor disproporsiantara kepala janin dan panggul ibu.
9. Faktor multi gravviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
10. Defisiensi gizi dari tembaga atau asa askorbat (Vitamin C).

(Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawati. 2009)


Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui. Factor predisposisi ketuban pecah dini ialah infeksi
genitalia , serviks inkompeten ,gemeli , hidramnion , kehamilan preterm, disproporsi
sefalopelvik. (Mansjoer, Arif, dkk.2002)

Beberapa kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini, tetapi penyebab pasti masih
belum jelas. kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:

1. Infeksi pada vagina atau leher rahim, seperti streptokokus grup B dan bakteri vaginosis
2. Korioamnionitis, terutama masalah dengan PPROM
3. Kelainan janin atau malpresentation
4. Hydraminos
5. Kantung ketuban dengan struktur yang lemah
6. Prosedur terakhir seperti amniocentesis atau cerclage
7. Antercourse sexsual
8. Kekurangan gizi
9. Kelahiran prematur sebelumnya terkait dengan PPROM
10. Positif hasil fibronektin janin

(Murray , Sharon Smith, dkk . 2002)

Beberapa factor resiko dari KPD :

a) Inkompetensi serviks (leher rahimm)

b) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

c) Riwayat KPD sebelumnya

d) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

e) Kehamilan kembar
f) Trauma

g) Serviks (leher rahim) yang pendek <25mm pada usia kehamilan 23 minggu.

h) Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vagosis

(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)

1. Patofisiologi dan pathway

Patofisiologi

Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi kontraksi
uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak mikroorganisme servikovaginal,
menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat,
dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan
kontraksi miometrium . Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas
monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet
activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janinyang ditemukan dalam
cairan amnion , secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk
kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan
kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.

Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya ketuban
pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau produk host yang disekresikan
sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban . Banyak
flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan
kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear
secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi
leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat
menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.

Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan netrofil dan
makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel inflamasi manusia juga menguraikan
aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial
menjasi penyebab ketuban pecah dini.

(http://www.scribd.com/doc/83328609/Ketuban-Pecah-Dini)

1. Manifestasi klinis :

a) Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.

b) Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.

c) Cairan ini tidak akan berhenti atu kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawa biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.

d) Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin beramba cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)


Maniestasi klinis:

1. Keluar air ketuban warna putih keruh ,jernih ,kuning , hijau atau kecoklatan sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering.
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering

(Mansjoer, Arif, dkk.2002)

1. Komplikasi

1) Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan ( RDS = Respiratory Distress Syndrome) , yang terjadi pada 10-40
% bayi baru lahir.

2) Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD .

3) Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan
terjadinya korioamnionitis ( radang pada korio dan amnion).

4) Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.

5) Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.

6) Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm .
kejadianya mencapai hamper 10 % apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang
dari 23 minggu.
(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)

Komplikasi :

Infeksi , parts preterm, prolaps talli pusat, distosia(partus kering)

(Mansjoer, Arif, dkk.2002)

1. Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan laboratorium :

1. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna , kosentrasi , bau , PH nya
2. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan : air ketuban , urine atau secret
vagina.
3. Secret vagina ibu hamil ph : 4-5 , dengan kertas nitrazin tidak berubah warna , tetap
kuning.
4. Tes lakmus (tes nitrazin) , jika kertas lakmus jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukan adanya air ketuban (alkalis) . Ph Air ketuban 7-7,5 , darah dan ineksi
vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
5. Mikroskopik (tes pakis) , dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran daun pakis.

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) :

a) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.

b) Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion.

(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)

1. Penatalaksanaan medis
1. Dirawat di Rumah Sakit
2. Jika ada nyeri perdarahan dan nyeri perut pikirkan solusio plasenta
3. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam. Cairan vagina berbau) berikan antibiotic seperi
pada amnionitis
4. Jika tdak ada tanda-tanda infeksi dan kehamilan <37 minggu :

a) Berikan antibiotic untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin.

b) Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin.

c) Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu

d) Jika terdapat his dan lendir darah kemungkinn terjadi persalinan preterm

1. Jika tidak ada tanda infksi dan kehamilan >37 minggu :

a) Jika ketuban telah pecah >18 jam berikan antibiotic profilaksis untuk mengurangi resiko
infeksi streptokokus gru B.

b) Nilai serviks, jika sudah matang induksi persalinan dengan ositosin, jika servik belum
matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infuse oksitosin.

(obgynacea, obstetri&ginekologi)

(Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawati. 2009)

1. Asuhan keperawatan
2. 1. PENGKAJIAN
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk
mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien dan membuat catatan
tentang respon kesehatan klien ( A.Aziz Alimul h, 2000 )

1. Identitas atau biodata klien

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.

1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan

– riwayat kesehatan dahulu

penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis,
penyakit kelamin atau abortus.

– Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan ketuban yang keluar pervaginan secara
sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.

– Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin,
abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien ( Depkes RI, 1993:66)

– Riwayat psikososial

Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan yang
semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.

1. Pola-pola fungsi kesehatan


– pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan,
penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya

– Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk
menyusui bayinya.

– Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas
ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.

– Pola eleminasi

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa nifas
yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra
sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.

– Pla istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang
bayi dan nyeri epis setelah persalinan

– Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.

– Pola penagulangan sters


Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas

– Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat
involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya

– Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan


dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri

– Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang
tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas ( Sharon J. Reeder, 1997:285)

– Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal
ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh
keluarganya.

1. Pemeriksaan fisik

– kepala

bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma


gravidarum, dan apakah ada benjolan

– Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses menerang
yang salah
– Mata

Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan
selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera
kunuing

– Telinga

Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang
keluar dari telinga.

– Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan pernapasan
cuping hidung

– Dada

Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila
mamae

– Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus
uteri 3 jari dibawa pusat.

– Genitaliua

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium
yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.(
cristina ibrahim, 1993: 50)

– Anus

Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur

– Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan
preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

– Muskulis skeletal

Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi

– Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan
meningkat, suhu tubuh turun.

1. Diagnose keperawatan
1. Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d ketegangan ototrahim.
3. Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan persalinan premature.
4. Kecemasan / ansietas b.d persalinan premature dan neonates berpotensi lahir
premature.
1. Intervensi

No Diagnose Tujuan dan criteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda Untuk mengetahui
ketuban pecah tindakan keperawatan infeksi . tanda-tanda infeksi
dini selama 3×24 jam di yang muncul.
harapkan pasien tidak
Untuk melihat
menunjukan tanda-tanda
1. Pantau keadaan
perkembangan
infeksi . dengan criteria
umum pasien
kesehatan pasien.
hasil :

– Tanda-tanda
infeksi tidak tidak ada.
Untuk memudahkan
perawat melakukan
– Tidak ada lagi 1. Bina hubungan
tindakan.
cairan ketuban yang saling percaya
keluar dari pervaginaan. melalui komunikasi
therapeutic.
– DJJ normal
Agar istirahat pasien
terpenuhi.
– Leukosit pasien
kembali normal 1. Berikan lingkungan
yang nyaman untuk
– Suhu 36-37
pasien.

Untuk proses
penyembuhan pasien
1. Kolaborasi dengan
dokter untuk
memberikan obat
antiseptik sesuai
terapi.

2 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kali tanda-tanda Untuk mengetahui


nyaman : nyeri tindakan keperawatan Vital pasien. keadaan umum
b.d ketegangan selama 3×24 jam di pasien.
otot rahim. harapkan nyeri
berkurang / nyeri hilang
. dengan criteria hasil :
Untuk mengetahui
1. Kaji skala nyeri (1-
derajat nyeri pasien
– Tanda-tanda
10)
dan menentukan
vital dalam batas
tindakan yang akan
normal.
dilakukan.
TD :120/80 mm Hg

N : 60-120 X/ menit.
Untuk mengurangi
– Pasien tampak nyeri yang dirasakan
tenang/rileks. 1. Ajarkan pasien pasien.
teknik relaksasi
– Pasien
mengatakan nyeri pada
Untuk memberikan
perut berkurang.
rasa nyaman.

1. Atur posisi pasien

Untuk mengurangi
tingkat stress pasien
dan pasien dapat
beristirahat.
1. Berikan lingkungan
yang nyaman dan
batasi pengunjung.

3 Defisit / kurang Setelah dilakukan 1. Kaji apa pasien tahu Untuk mengetahui
pengetahuan b.d tindakan keperawatan tentang tanda-tanda tentang pemahaman
pengakuan selama 3×24 jam di dan gejala normal pasien untuk
persalinan harapkan pasien selama kehamilan. tindakan selanjutnya.
premature memahami pengetahuan 2. Ajarkan tentang apa
tentang penyakitnya . yang harus
dengan criteria hasil : dilakukan jika tanda
Mencegah terjadinya
KPD muncul
hal-hal yang tidak
– Pasien terlihat
kembali.
diinginkan terjadi
tidak bingung lagi.
yang bisa
– Pasien membahayakan ibu-
janin.

1. Libatkan keluarga
agar memantau
Untuk membantu
kondisi pasien . merencanakan
tindakan berikutnya.
4 Kecemasan / Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat Mengetahui
ansietas b.d tindakan keperawatan kecemasan pasien. tingkatan kecemasan
persalinan selama 3×24 jam di yang dialami pasien.
premature dan harapkan ansietas pasien
neonates teratasi. dengan criteria
berpotensi lahir hasil :
Untuk mempercepat
premature 1. Dorong pasien
proses penyembuhan
– Pasien tidak
untuk istirahat total.
cemas lagi

– Pasien sudah
mengetahui tentang 1. Berikan suasana
penyakit yang tenang dan Untuk memberikan
ajarkan keluarga rasa nyaman dan
untuk memberikan menurunkan
dukungan kecemasan pasien.
emosional pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, taufan.2010.Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogjakarta: Nuha Medika.

Mirzanie, Hanifah dan Desy Kurniawati.2009 .Obgynacea obstetric &


ginekologi.Yogjakarta:TOSCA Enterprise.

Lowdermilk ,Deitra Leonard.2000.Maternity & Women’s Health Care seventh edition.Sydney :


Mosby.

Mansjoer, Arif , dkk.2008.Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I.Jakarta : Media
Aesculapius.

(http://www.scribd.com/doc/83328609/Ketuban-Pecah-Dini)

(http://www.scribd.com/doc/94946818/Pathway-KPD)

You might also like