You are on page 1of 18

1

TUGAS
PEMODELAN BUS SURABAYA (MOVING MODA SEBELUM KE
SUROBOYO BUS)

GASPAR Y. K. TUAMES
NRP 03111750060015

MATA KULIAH
FASILITAS TRANSPORTASI DAN PEMINDAHAN MODA

DOSEN
Ir. HERA WIDIYASTUTI, M.T, Ph.D

PROGRAM MAGISTER
BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN DAN REKAYASA TRANSPORTASI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Surabaya sebagai Ibukota Provinsi Jawa Timur menjadi pusat kegiatan
pemerintahan, selain itu juga sebagai salah satu kota perdagangan, industri, serta pendidikan.
Keadaan ini menyebabkan kegiatan masyarakat di Kota Surabaya cukup tinggi, sehingga
menimbulkan mobilitas yang tinggi. Banyak orang terdorong untuk menggunakan kendaraan
pribadi terutama sepeda motor karena ketiadaan transportasi umum yang aman, nyaman, dan
tepat waktu. Akibatnya, kemacetan lalu lintas serta polusi udara tidak dapat dihindari. Meski
begitu, mobilitas penduduk perkotaan tidak dapat dihindari maupun dicegah. Akan tetapi,
terdapat langkah yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak dari permasalahan
polusi udara dan kemacetan tesebut, salah satunya adalah dengan memanfaatkan transportasi
umum yang ada di Kota Surabaya.
Dengan adanya permasalahan tersebut juga mendorong pemerintah untuk mampu
menyediakan fasilitas transportasi umum yang aman,,nyaman, tepat waktu, dan dapat
menjangkau pusat-pusat kegiatan di Kota Surabaya. Dalam rangka meningkatkan keinginan
masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke moda transportasi umum, maka
pemerintah menyediakan moda transportasi berupa Bus Suroboyo. Oleh karena itu, Bus
Suroboyo ini didesain seaman dan senyaman mungkin agar masyarakat lebih memilih
menggunakan moda bus Suroboyo dari pada mengendarai kendaraan pribadi.
Untuk mendukung terciptanya angkutan transportasi umum yang aman dan nyaman
diperlukan beberapa kebijakan perlu diperhatikan, termasuk penentuan tarif yang akan
diberlakukan. Tarif Bus Suroboyo harus dapat dijangkau oleh masyarakat, dalam artian
penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat daya beli masyarakat dengan tetap
memperhatikan kelangsungan hidup dan pengembangan usaha layanan jasa angkutan
tersebut. Dari uraian diatas, penulis mencoba untuk menganalisis tarif Bus Suroboyo dengan
pendekatan metode Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) berdasarkan
perilaku perjalanan dari sisi calon pengguna (user) Bus Suroboyo.

1.2 Rumusan Masalah


Sebagaimana telah disebutkan dalam latar belakang, beberapa pertanyaan yang harus
dijawab dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

2
1. Berapa besar nilai Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna jasa
Bus Suroboyo di Kota Surabaya?
2. Bagaimana korelasi ATP dan WTP dalam penentuan tarif Bus Suroboyo di Kota
Surabaya?
3. Apa faktor yang mempengaruhi keinginan untuk melakukan perpindahan moda menjadi
Bus Suroboyo?

1.3 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakanya penelitian ini adalah untuk :
1. Mengestimasi nilai Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna jasa
Bus Suroboyo di Kota Surabaya.
2. Skenario penetapan tarif Bus Suroboyo di Kota Surabaya berdasarkan nilai ATP dan
WTP.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi keinginan untuk melakukan perpindahan moda
menjadi Bus Suroboyo.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan kepada pemerintah baik
pusat maupun daerah dalam membuat kebijakan penetapan tarif, sehingga mampu
memberikan gambaran kebijakan penentuan tarif yang sesuai dengan kemampuan dan
kesediaan masyarakat serta untuk meningkatkan pelayanan transpotasi umum khususnya di
wilayah Kota Surabaya.

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bus Suroboyo

Bus Suroboyo adalah mod transportasi baru untuk warga kota Surabaya yang resmi
diluncurkan pada tanggal 7 April 2018. Suroboyo Bus didesain khusus, mulai kaca yang lebih
lebar, tempat duduk yang nyaman, ramah untuk ibu hamil dan disabilitas serta keunggulan
lainnya ini bisa membawa penumpang hanya dengan membayar dengan sampah plastik.

Suroboyo Bus memiliki fasilitas yang memanjakan warga Kota Surabaya.

Desain bus nyaman dan memiliki kaca lebih lebar, sehingga penumpang bisa menikmati
pemandangan kota Surabaya. Selain itu kursi penumpang perempuan, ibu hamil, lansia, dan
umum dibedakan dari warna kursi bus.Tak hanya itu, bus low deck ini juga dilengkapi AC,
kamera CCTV, dan pintu otomatis.

Mekanisme atau cara membayar Suroboyo Bus, menggunakan sampah plastik.

Berikut mekanismenya:

1. Bawa sampah plastik yang sudah dibersihkan ke halte terdekat atau bank-bank
sampah.

2. Tukarkan sampah plastik yang sudah dibersihkan kepada petugas yang ada di halte.

3. Petugas akan memberikan satu tiket.

4. Tiket berlaku satu kali jalan atau lebih asalkan tidak melebihi batas waktu yang tertera
pada tiket

Bus bermotif ikan Suro (hiu) dan Boyo itu tidak berlaku uang tunai. Bus ini akan beroperasi
dengan rute Purabaya-Perak (Jembatan Merah Plaza). Berikut titik lokasi halte suroboyo bus:

1. Rute Purabaya – Perak (Jembatan Merah Plaza)

4
 Halte Dukuh Menanggal  Halte Basra
 Halte Siwalankerto  Halte Kaliasin
 Halte Taman Pelangi  Halte Embong Malang
 Halte UBHARA  Halte Blauran
 Halte PUSVETMA  Halte Pirngadi
 Halte Wonokromo  Halte Pasar Turi
 Halte Joyoboyo  Halte Masjid Kemayoran
 Halte Museum BI  Halte Indrapura
 Halte RS Darmo  Halte Rajawali
 Halte Pandegiling

2. Rute Perak (Jembatan Merah Plaza) – Purabaya


 Halte Jembatan Merah  Halte Pandegiling
 Halte Veteran  Halte Santa Maria
 Halte Tugu Pahlawan  Halte Darmo
 Halte Alun – alun Contong  Halte Marmoyo
 Halte Tunjungan  Halte Joyoboyo
 Halte Simpang Dukuh  Halte RSAL
 Halte Gubernur Suryo  Halte Margorejo
 Halte Panglima Sudirman  Halte UIN
 Halte Sono Kembang  Halte Siwalankerto
 Halte Urip Sumoharjo  Halte Kerto Menanggal
2.2. Model Pemilihan Moda Transportasi

Pemilihan moda merupakan model terpenting dalam perencanaan transportasi. Model pemilihan
moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan menggunakan setiap moda. Bruton
(1985), mendefinisikan pemilihan moda sebagai pembagian secara proposional dari semua orang
yang melakukan perjalanan terhadap sarana transportasi yang ada, yang dapat dinyatakan dalam
bentuk fraksi, rasio atau prosentase terhada jumlah total perjalanan. Pada analisis pemilihan
moda, diestimasi jumlah orang yang menggunakan masing-masing sarana transportasi, seperti
kendaraan pribadi, bus, kereta api dan angkutan umum lainnya.

Ada dua kemungkinan situasi yang dihadapi dalam meramal pemilihan


moda:

a. Moda yang ditinjau telah beroperasi (revealed preference method, RP). Dalam kasus ini
survei dilakukan berdasarkan prilaku pangsa pasar, misalnya atas dasar zona-zona

5
asal/tujuan yang ada, dan menghubungkannya dengan besaran-besaran yang
menerangkan tentang atribut masing-masing moda.
b. Moda yang ditinjau tidak harus ada (Stated preference method, SP). Dalam kasus ini
survei dilakukan berdasarkan pertanyaan andaian (hipotesis) yang dihubungkan dengan
atribut-atribut moda yang baru. Metoda ini banyak digunakan dalam riset pasar.

2.3. Model Pemilihan Diskrit


Menurut Tamin (2008), secara umum model pemilihan diskrit dinyatakan sebagai peluang setiap
individu memilih suatu pilihan merupakan fungsi ciri sosio-ekonomi dan daya tarik pilihan
tersebut. Untuk menyatakan daya tarik suatu alternatif, digunakan konsep utilitas (didefinisikan
sebagai sesuatu yang dimaksimumkan oleh setiap individu). Domencich and McFadden (975)
dan Williams (1977), sebagaimana dikutip dari Tamin (2008), mengemukakan bahwa setiap set
pilihan utilitas Uin untuk setiap individu n. Pemodel yang juga merupakan pengamat sistem
tersebut tidak mempunyai informasi yang lengkap tentang semua unsur yang dipertimbangkan
oleh setiap individu yang menentukan pilihan. Sehingga dalam membuat model diasumsikan
bahwa Uindapat dinyatakan dalam dua komponen, yaitu :
1. Vin yang terukur sebagai fungsi dari atribut terukur.
2. Bagian acak ɛin, yang mencerminkan hal tertentu dari setiap individu, termasuk kesalahan
yang dilakukan oleh pemodel.
Secara umum, pengaruh tersebut dapat diekspresikan menjadi :
Uin = Vin + ɛin
dimana :
Uin = utilitas alternatif i bagi pembuat keputusan n
Vin = fungsi deterministik utilitas moda i bagi individu n
ɛin = kesalahan acak (random error) atau kompenen stokastik dan berfungsi distribusi tertentu
Persamaan tersebut dapat menjelaskan hal-hal yang tidak rasional. Contohnya, dua individu
dengan atribut yang sama dan mempunyai set pilihan yang sama mungkin memilih pilihan yang
berbeda dan beberapa individu tidak selalu memilih alternatif yang terbaik. Agar persamaan
tersebut benar, dibutuhkan populasi yang homogen. Individu yang berada dalam suatu populasi
yang homogen akan bertindak secara rasional dan memiliki informasi yang tepat sehingga
biasanya dapat menentukan pilihan yang dapat memaksimumkan utilitas individunya masing-
masing sesuai dengan batasan hukum, sosial, fisik, waktu dan uang.

6
2.4. Model Logit Binomial
Pengambilan keputusan pada model logit binomial ditentukan pada sepasang alternatif diskrit,
dimana alternatif yang akan dipilih adalah yang mempunyai utilitas terbesar, utilitas dalam hal
ini dipandang sebagai utilitas acak (random utility). Pada penelitian ini perilaku pemilihan moda
angkutan penumpang yang akan diamati adalah antara bus suroboyo dan moda eksisting (Bus
Damri, motor dan angkot). Dengan dua alternatif moda maka persamaan tersebut dapat ditulis
sebagai berikut.
𝑒𝑥𝑝𝑈𝑏𝑢𝑠
𝑃𝑏𝑢𝑠 =
𝑒𝑥𝑝𝑈𝑏𝑢𝑠 + 𝑒𝑥𝑝𝑈𝑚𝑜𝑑𝑎

𝑃𝑚𝑜𝑑𝑎 = 1 − 𝑃𝑏𝑢𝑠

dimana:
Pbus adalah probabilitas untuk Bus Suroboyo
PModa adalah probabilitas untuk moda eksisting, yaitu: Bus Damri/ motor/ angkot

2.5. Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP)

Ability To Pay (ATP)


Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa angkutan yang
diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam
analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dan intensitas perjalanan
pengguna. Besar ATP adalah rasio anggaran untuk untuk transportasi dengan intensitas
perjalanan. Besaran ini menunjukkan kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos
perjalanan yang dilakukannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi ATP adalah :
1. Penghasilan keluarga per bulan Bila pendapatan total keluarga semakin besar, tentunya
semakin banyak uang yang dimilikinya sehingga akan semakin besar alokasi biaya
transportasi yang disediakannya.
2. Alokasi biaya transportasi Semakin besar alokasi biaya transportasi yang disediakan
sebuah keluarga, maka secara otomatis akan meningkatkan kemampuan membayar
perjalanannya, demikian pula sebaliknya.

7
3. Intensitas perjalanan Semakin besar intensitas perjalanan keluarga tentu akan semakin
panjang pula jarak (panjang) perjalanan yang ditempuhnya maka akan semakin banyak
alokasi dana dari penghasilan keluarga per bulan yang harus disediakan.
4. Jumlah anggota keluarga Semakin banyak jumlah anggota keluarga tentunya akan semakin
banyak intensitas perjalanannya, semakin panjang jarak yang ditempuhnya dan secara
otomatis akan semakin banyak alokasi dana dari penghasilan keluarga per bulan yang harus
disediakan.
Untuk menganalisis kemampuan membayar dari masyarakat pada dasarnya dilakukan dengan
pendekatan travel budget, dengan asumsi bahwa setiap keluarga akan selalu mengalokasikan
sebagian dari penghasilannya untuk kebutuhan akan aktivitas pergerakan, baik yang
menggunakan kendaraan pribadi maupun yang menggunakan angkutan umum.
Besarnya biaya perjalanan atau tarif merupakan salah satu pertimbangan masyarakat dalam
memilih moda angkutan untuk memenuhi kebutuhannya. Jika tarif yang harus dibayar
mempunyai proporsi yang besar dari tingkat pendapatannya maka masyarakat akan memilih
moda yang lebih murah, tetapi jika tidak ada pilihan lain maka ia akan menggunakan moda
tersebut secara terpaksa. Secara eksplisit tampak bahwa pendapatan merupakan faktor yang
mempengaruhi daya beli atas jasa pelayanan angkutan umum. Selanjutnya diperhitungkan
persentase alokasi dana untuk transportasi untuk setiap keluarga dari total pendapatannya.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap persentase alokasi biaya transportasi keluarga, maka
kemudian diperhitungkan ATP tiap keluarga. Dengan menggunakan metode household budget
dapat dicari besaran ATP Ada dua besaran ATP yaitu

𝐿𝑡.𝑃𝑡.𝑃𝑝
ATP = 𝑇𝑡

Dimana : It = Total pendapatan keluarga per bulan (Rp/Kel/Bulan)


Pp = Persentase pendapatan untuk transportasi per bulan dari total Pendapatan keluarga
Pt = Persentase untuk angkutan dari Pendapatan transportasi keluarga per bulan
Tt = Total panjang perjalanan keluarga per bulan per trip (trip/kel/bulan)

𝐿𝑟𝑠.𝑃𝑝.𝑃𝑡
ATP = 𝑇𝑟𝑠

Dimana : ATPresp = ATP responden berdasarkan jenis pekerjaan (Rp/Resp/Trip)


8
Irs = Pendapatan responden per bulan (Rp/bulan)
Pp = Persentase pendapatan untuk transportasi per bulan dari Pendapatan responden
Pt = Persentase untuk angkutan dari Pendapatan untuk transportasi
Trs = Total panjang perjalanan per bulan per trip (Trip/Resp/bulan)

Dan dengan menggunakan metode travel cost individual ATP yang dapat diterima oleh
pengguna jasa, adalah :
𝐼𝑐.%𝑇𝐶
ATP = 𝐷

Dimana : Ic = Penghasilan
%TC = Persentase dari penghasilan untuk travel cost
D = Frekuensi perjalanan

Willingness To Pay (WTP)

Dalam operasionalnya, WTP survey secara langsung dapat memperoleh nilai WTP dari
konsumen (Pattanayak, 2006). Pendekatan dasar dari metode tersebut adalah menjelaskan suatu
skenario kebijakan tertentu secara hipotetik yang dituangkan dalam kuesioner yang kemudian
ditanyakan atau diserahkan kepada konsumen untuk mengetahui WTP yang sebenarnya dari
suatu barang atau jasa (Johnson, 2006). Untuk menilai WTP dari konsumen, ada beberapa format
metode stated preference yang dapat dilaksanakan dan dituangkan dalam kuesioner:

1. Open-ended elicitation format


Open-ended elicitation format adalah metode yang dilakukan dengan bertanya kepada responden
berapa jumlah atau nilai maksimum yang ingin dibayar terhadap suatu barang atau jasa. Metode
ini jarang digunakan karena lebih banyak memperhatikan faktor lingkungan seperti WTP tentang
usaha mengurangi polusi udara. Pada umumnya responden yang tidak terbiasa dengan
pertanyaan ini akan merasa bingung sehingga hasilnya kurang akurat.

2. Closed ended referendum elicitation format


Closed ended referendum elicitation format merupakan pertanyaan tertutup dimana responden
ditanya apakah bersedia membayar dalam jumlah tertentu yang diajukan sebagai titik awal

9
(starting point) dengan memberikan pilihan dichotomous choice, ya atau tidak, atau setuju dan
tidak setuju. Jika jawabannya ya, maka nilai penawaran akan dinaikkan sampai batas yang
disepakati. Namun bila jawabannya tidak, maka nilai penawaran akan diturunkan sampai batas
yang disepakati. Kelebihan metode ini adalah responden memiliki waktu yang lama untuk
berfikir untuk menentukan WTP. Sedangkan salah satu kelemahannya adalah kemungkinan
mengandung bias pada starting point.

3. Payment card elicitation (Sequential referendum method atau discrete choice


method)
Pada metode ini responden diminta memilih WTP yang realistis menurut preferensinya yang
ditawarkan dalam bentuk kartu. Untuk mengembangkan metode ini, diberikan semacam
benchmark yang menggambarkan nilai yang dikeluarkan seseorang dengan pendapatan tertentu
bagi suatu barang atau jasa. Kelebihan metode ini dapat memberikan rangsangan yang akan
diberikan tanpa harus terintimidasi pada nilai tertentu. Kelemahannya adalah konsumen masih
bisa terpengaruh pada besaran nilai yang tertera pada kartu yang disodorkan.

2.6. Teknik Survey


Ketika kita melakukan suatu penelitian, secara tradisional kita mengamati atau menanyakan apa
yang sebenarnya individu lakukan. Dalam data tersebut karena perilaku individu yang
sebenarnya diketahui, yang biasanya diasumsikan bahwa informasi yang dapat dipercaya dan
dapat diperoleh dari kuesioner retrospektif, data ini disebut data preferensi terungkap (Revealed
Preference, RP). Di sisi lain, dalam suatu kuesioner atau wawancara survei kita bertanya, "Jika
Anda menghadapi situasi tertentu, apa yang akan Anda lakukan?" Dalam data ini karena reaksi
yang diberikan oleh responden bukan merupakan perilaku yang sebenarnya, tetapi hanya
pernyataan preferensi, data tersebut disebut data Stated Preference (SP). Karakteristik data RP
dan SP dirangkum dalam tabel berikut ini (Morikawa dan Ben-Akiva, 1992).

Tabel 1 Karakteristik Data RT dan SP


Data RP Data SP
Informasi  Hasilnya merupakan perilaku  Tanggapan merupakan situasi yang
Preferensi sebenarnya hipotesa
 Perilaku konsisten dalam pasar  Kemungkinan perilaku tidak
sebenarnya konsisten dalam pasar sebenarnya

10
Data RP Data SP
 Hasilnya adalah pilihan  Hasilnya adalah pemeringkatan,
penilaian dan pilihan
Alternatif Hanya alternatif eksisting Alternatif eksisting dan tidak eksisting
Atribut  Mengukur kesalahan  Tidak mengukur kesalahan
 Tingkatan atribut yang terbatas  Tingkatan atribut dapat diperluas
 Kemungkinan adanya korelasi  Korelasi diantara atribut dapat
diantara atribut dikontrol
Set Pemilihan Tidak jelas Jelas
Jumlah Respon Satu respon per responden Satu atau lebih respon per reponden

Untuk penelitian mengenai kereta api bandara ini dipakai teknik Stated Prefence (SP), dimana
alternatif hipotesa yang akan diberikan merupakan pilihan antara kereta api bandara dengan
moda eksisting (Bus Damri, taksi dan mobil). Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, teknik SP
ini dicirikan oleh adanya penggunaan desain eksperimen untuk membangun alternatif hipotesa
terhadap situasi (hypothetical situation), yang kemudian disajikan kepada responden. Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam desain eksperimen SP adalah sebagai berikut:
1. Respon kuesioner (Penilaian / Peringkat / Pilihan / Tingkat preferensi)
2. Metode Analisis
Untuk menganalisa hasil pemilihan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
 Naive atau metode grafik
 Non-metric scaling
 Metode regressi
 Analisa logit dan probit
3. Jumlah sampel
Untuk mengumpulkan data diperlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, setelah
metode analisis ditentukan, maka selanjutnya dapat diputuskan jumlah sampel yang
diperlukan.
4. Atribut (Pengukuran)
Faktor ini perlu diperhatikan untuk menentukan atribut apa yang akan ditinjau dan
bagaimana mengekspresikan tingkatan atribut, khususnya untuk atribut kualitatif.
5. Tingkatan atribut
Faktor ini mempertimbangkan berapa banyak tingkat harus diperlakukan dan cara mengatur
atribut (nilai absolut, persentase dan sebagainya).Tingkatan atribut dalam desain eksperimental

11
biasanya bersifat 'ortogonal', yaitu untuk memastikan bahwa atribut disajikan kepada responden
bervariasi secara independen dari satu sama lain. Hasilnya adalah bahwa efek dari setiap tingkat
atribut pada respon lebih mudah diisolasi. Hal ini untuk menghindari 'multi-kolinearitas' antara
atribut, yang merupakan masalah umum dengan data RP.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Strategi penelitian yang dipilih oleh peneliti dalam melaksakanakan penelitian dengan
menggunakan metode survey state preference. Survey dilakukan dengan cara menyebarkan
kuesioner yang berfungsi untuk mengumpulkan data dari penumpang berupa kemampuan
membayar dan keinginan membayar penumpang. Perancangan kuesioner dibagi menjadi empat
bagian yaitu karakteristik responden, ATP, WTP dan harapan responden.

1. Kuesioner Karakteristik Penumpang Kuesioner ini dirancang untuk mengetahui


karakteristik dari responden penumpang di Bandara Soekarno Hatta dengan menanyakan
umur, jenis kelamin, jumlah ke bandara, frekuensi ke Bandara Soekarno Hatta, alat
transportasi yang paling sering digunakan, alternatif alat tranportasi yang biasa dipilih,
waktu tempuh menuju bandara, posisi tempat tinggal/asal, maksud perjalanan, jumlah
keluarga yang di tanggung dan biaya satu kali perjalanan ke bandara.
2. Kuesioner Ability To Pay (ATP) ATP adalah kemampuan membayar dari masyarakat atas
imbalan terhadap barang atau jasa yang dinikmati berdasarkan pendapatan yang dianggap
ideal. ATP dipengaruhi oleh income, fequency of travel, transport cost estimate daily, and
other cost, sehingga faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan ATP terhadap jasa
kereta api adalah total pendapatan responden, alokasi pendapatan terhadap transportasi,
dan alokasi biaya transportasi ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta cengkareng per
bulan.
3. Kuesioner Willingness To Pay (WTP) WTP dapat didefenisikan sebagai besaran rata-rata
rupiah yang bersedia dikeluarkan oleh penumpang sebagai pembayaran satu unit layanan
kereta api yang dinikmatinya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP terhadap
jasa kereta api didasarkan atas tarif kereta api yang diharapkan. Variabel-variabel yang
digunakan untuk menentukan WTP terhadap jasa kereta api adalah tarif yang diharapkan,
prioritas pelayanan yang diharapkan, dan kemauan membayar lebih untuk peningkatan
keselamatan.

13
4. Kuesioner Harapan Responden Kuesioner ini dirancang untuk mengetahui penilaian
konsumen terhadap pelayanan jasa yang diharapkan. Kuesioner ini digunakan untuk
pemilihan prioritas kualitas pelayanan jasa.

3.1 PROSES PENELITIAN

3.1.1 Variabel Penelitian

Penentuan variabel penelitian pada Ability To Pay (ATP) yaitu Penghasilan keluarga per bulan
dan alokasi biaya transportasi, Sedangkan variabel penelitian untuk Willingness To Pay (WTP)
yaitu terdiri dari produk yang ditawarkan, kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan,
utilitas atau maksud pengguna terhadap angkutan dan penghasilan pengguna per bulan.
Variabelvariabel ini selanjutnya akan digunakan untuk membentuk kuisioner.

3.1.2 Pengumpulan Data

3.1.2.1 Data Primer

Data yang dikumpulkan berasal dari penumpang di Bus Suroboyo. Data penumpang berupa
karakteristik penumpang, kemampuan membayar, keinginan membayar penumpang dan harapan
penumpang yang diambil dengan cara menyebarkan kuesioner. Data responden adalah data
primer yang didapatkan dengan cara survey langsung dengan menyebarkan kuesioner yang
terbagi menjadi empat bagian yaitu kuesioner karakteristik responden, ATP, WTP dan harapan.
Kuesioner terlebih dahulu di disain sedemikian rupa, sehingga data dapat dikumpulkan dan
diolah serta dianalisis.

3.1.3 Analisis Data

Analisis masalah berdasarkan hasil-hasil yang didapat dari pengolahan data yang terdiri dari
analisis karakterisrik responden, analisis ATP dan analisis WTP. Pengolahan data ATP dan WTP
akan diolah dengan menggunakan alat bantu Excel dan dengan alat bantu Statistical Package for
Social Science (SPSS) untuk perhitungan validitas dan reliabilitas, digunakan SPSS untuk
membantu mempercepat proses pengolahan data yang berasal dari kuesioner.

1. Analisis Karakteristik Responden

14
Data karakteristik responden yang diperoleh dari kuesioner kemudian dimasukan ke dalam tabel
seperti tabel 3.2. Kemudian data tersebut dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk tabel, kurva
dan diagram karateristik responden.

2. Analisis ATP

Data ATP reponden yang diperoleh dari kuesioner kemudian dimasukan ke dalam tabel seperti
tabel 3.3. Kemudian data tersebut dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk diagram ATP
responden. Nilai besaran ATP responden dihitung dengan menggunakan rumus 2.7 pada bab II.

3. Analisis WTP

Data WTP reponden yang diperoleh dari kuesioner kemudian dimasukan ke dalam tabel seperti
tabel 3.4. Kemudian data tersebut dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk diagram WTP
responden. Nilai besaran WTP responden dihitung dengan menggunakan rumus 2.9 pada bab II.

4. Analisis Data Harapan Responden

Data harapan reponden yang diperoleh dari kuesioner kemudian dimasukan ke dalam tabel
seperti tabel 3.10. Kemudian data tersebut dianalisis dan menghasilkan tingkatan prioritas atribut
kualitas jasa harapan responden.

5. Analisis Model Logit Binomial

Model pemilihan moda dalam studi ini berfungsi untuk mengetahui proporsi orang yang akan
menggunakan jenis moda transportasi.Pengambilan keputusan pada model logit binomial
ditentukan pada sepasang alternatif diskrit, dimana alternatif yang akan dipilih adalah yang
mempunyai utilitas terbesar, utilitas dalam hal ini dipandang sebagai utilitas acak (random
utility). Pada penelitian ini perilaku pemilihan moda angkutan penumpang yang akan diamati
adalah antara kereta api bandara dan moda eksisting (Bus, travel dan mobil pribadi). Dengan dua
alternatif moda maka persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
𝑒𝑥𝑝𝑈𝐾𝐴
𝑃𝐾𝐴 = 𝑒𝑥𝑝𝑈𝐾𝐴 +𝑒𝑥𝑝𝑈𝑚𝑜𝑑𝑎

dan 𝑃𝑚𝑜𝑑𝑎 = 1 − 𝑃𝐾𝐴

dimana:

15
PKA adalah probabilitas untuk KA cepat
PModa adalah probabilitas untuk moda eksisting, yaitu: Bus/ Travel/ Kendaraan Pribadi

16
Diagram Alir Penelitian

Identifikasi dan
rumusan masalah

Pengumpulan dasar teori


dan studi pendahuluan

Perancangan kuisioner

Penyebaran kuisioner

Data Primer : Data Primer : Data Primer :


Pemilihan Moda Willingness To Willingness To
Responden Move Responden Pay Responden
(Revealed terhadap Kereta terhadap Kereta
Preference) Cepat Cepat

Analisis Karakteristik
Responden
pendahuluan

Analisis Probabilitas Responden yang


akan beralih menggunakan Bus Suroboyo

Analisis Willingness To Pay Responden


yang akan beralih menggunakan Bus
Suroboyo

Kesimpulan dan Saran

17
18

You might also like