Professional Documents
Culture Documents
Demam Tifoid
Diabetes Melitus Tipe 2
Nefropati Diabetik
Disusun Oleh :
Widya Melianita, S.Ked
Preseptor :
dr. Rina Kriswiastiny, Sp.PD
1
LEMBAR PENGESAHAN
Demam Thypoid
DM Tipe 2
Nefropati DM
Dipresentasikan pada hari , tanggal April 2018
Pembimbing Penyaji
2
BAB I
PENDAHULUAN
Reaksi ini dapat disebabkan oleh penekanan pada paru akibat penimbunan
cairan, darah atau nanah dalam rongga pleura. Pleura parietalis dan viseralis
letaknya berhadapan satu sama lain dan hanya dipisahkan oleh selapis tipis
visceral dan parietal dan saluran getah bening. Efusi pleura adalah istilah
yang digunakan untuk penimbunan cairan dalam rongga pleura. Efusi pleura
3
BAB II
Laporan Kasus
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. X
Tanggal Lahir : 17-03-195
Usia : 53 tahun
Alamat : Bandar Lampung
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
No.RM : 03.85.10
Masuk RSPBA : 20/04/2018 pukul 15.55
II. Anamnesis
1. Keluhan Utama
2. Keluhan Tambahan
4
hari. Setiap malam Os bisa terbangun lebih dari 3 kali untuk kencing.
Keluhan kencing tidak disertai nyeri dan warna kuning jernih. Selain
mengeluh sakit perut disertai mual muntah ≥ 5 kali hingga badan lemas dan
tidak mampu untuk berdiri. Akhirnya Os dibawa oleh anak dan tetangganya
ke RS, saat di periksa dan di cek GDS pada waktu itu adalah 520. Kemudian
kontrol setiap bulan dan Os juga mengatakan bahwa Os meminum obat rutin
yaitu metformin.
dirasakan hilang timbul dan badan sering terasa lemas. Os juga mengeluh
dan saat di cek GDS lagi, gula darah Os ternyata masih tinggi yaitu 300
kemudian Os diberi obat suntikan yang dipakai setiap hari dan obat
demam tinggi selama ± 6 hari yang dirasakan naik turun, dimana Os merasa
demam mulai terasa tinggi saat sore menjelang malam dan demam mulai
turun perlahan di pagi hari. Selain demam Os juga mengeluh mual muntah
5
sebanyak ± 5-10 x/hari. Os mengeluh nafsu makan menurun, setiap makan
bahwa sudah minum obat penurun panas yang di beli diarung tetapi tidak
jatuh karena tersandung batu. Awalnya kaki Os hanya luka kecil disertai
berobat. Setelah Os memakai obat yang di dapat dari puskesmas, luka yang
tadinya kecil menjadi bonyok. Os mengaku baru pertama kali seperti ini.
yang dirasakan naik turun, dimana Os merasa demam mulai terasa tinggi
saat menjelang sore hari disertai menggigil. Dan demam turun perlahan di
muntah sebanyak setengah gelas, muntah yang keluar berupa makanan dan
tinggi yang dirasakan naik turun, dimana Os merasa demam mulai terasa
tinggi saat menjelang sore hari disertai menggigil. Dan demam turun
6
sebanyak 5-6 kali. Nafsu makan Os menurun, setiap makan dan minum Os
makanan dan air tetapi yang paling banyak keluar air. Selain itu Os
mengeluh rasa tidak enak dan nyeri seluruh perut. Os juga masih mengeluh
warna kuning kehijauan. Nyeri saat BAB disangkal. Os juga mengeluh sakit
sudah meminum obat bodrex yang dibeli diwarung tetapi tidak ada
(-), Riwayat asma (-), riwayat alergi obat dan makanan (-).
Hingga pada tanggal 20 April 2018 pukul 15.55 WIB os dibawa oleh
awal dan dirawat agar mendapat penanganan lebih lanjut oleh dokter
- Tuberkulosis - Disentri
- Difteri - Hepatitis
- Campak - Hipotensi
- Influenza - Sifilis
+ Diabetes - Gonore
- Kholera - Hipertensi
7
- Pleuritis + Gastritis
- Alergi - Batu empedu
Keadaan Penyebab
Hubungan Diagnosa
Kesehatan Meninggal
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Ibu DM - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -
Anamnesis Sistem
Kulit
- Bisul - Rambut - Keringat malam
Kepala
- Trauma - Kepala pusing
Mata
- Nyeri + Konjungtiva pucat
Telinga
8
- Nyeri - Telinga Berdengung
- Kehilangan pendengaran
Hidung
- Trauma - Gejala penyumbatan
- Sekret - Pilek
- Mimisan
Mulut
- Bibir - Plak putih seluruh lidah
- Selaput - Sariawan
Tenggorokan
- Nyeri tenggorokan - Perubahan suara
Leher
- Benjolan - Nyeri leher
Dada (Jantung/Paru)
- Nyeri dada - Sesak nafas
Abdomen (Lambung/Usus)
+ Rasa kembung - Perut membesar
+ Mual - Wasir
+ Muntah + Mencret
9
- Sukar menelan - Tinja berwarna dempul
- Kejang - Pingsan
Ekstremitas
Ekstremitas superior dextra et sinistra
- Sembab - Perubahan bentuk
- Bintik-bintik merah
10
- Nyeri sendi - Kebiruan
- Bintik-bintik merah
RIWAYAT KEBIASAAN
Merokok (-)
Pola makan tidak dijaga (+), suka makan yang manis-manis dan ngemil
Frekuensi/hari : 2 x/ hari
Jumlah/hari : Sedikit-sedikit
Variasi/hari : Bervariasi
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Apatis
Suhu : 39,3 ⁰C
Berat Badan : 72
11
IMT : BB/TB(m)2=60/3,36=19,34
Aspek Kejiwaan
Status Generalisata
Kulit
Kepala
Rambut : Normal
Mata
Telinga
12
Tuli : Tidak tuli Selaput pendengaran : Normal
Hidung
Mulut
Faring : Normal
Leher
Thorak
13
Paru Depan Belakang
krepitasi (-)
Jantung
Gallop (-)
Abdomen
Palpasi : Nyeri tekan seluruh lapang perut, rabaan seperti papan (-)
14
Ekstremitas
Ekstremitas superior dextra dan sinistra: Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-),
(-)
Ekstremitas inferior dextra dan sinistra: Oedem (-), deformitas (-), sianosis (-),
(-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 0-3%
Batang 1 2-6 %
Segmen 79 50-70 %
Limposit 18 20-40 %
Monosit 2 2-8 %
15
Wn: 38-47 %
MCV 81 80-96 fl
MCH 24 27-31 pg
IMUNOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
KIMIA DARAH
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
KIMIA DARAH
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
KIMIA DARAH
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
16
Creatinin 3,9 Lk: 0,6-1,1 mg/dl
KIMIA DARAH
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
KIMIA DARAH
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
KIMIA DARAH
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Pemeriksaan EKG
17
Pada pemeriksaan EKG didapatkan sinus thacycardia, long corrected CT interval,
inferior infarction
RESUME
Pada tanggal 20 April 208 pukul 15.55 WIB os dibawa oleh keluarganya
dengan keluhan demam tinggi memberat sejak 1 hari SMRS. Os mengatakan
keluhan demam dirasakan naik turun, dimana Os merasa demam mulai terasa tinggi
saat menjelang sore hari disertai menggigil dan demam turun perlahan di pagi hari.
Selain demam, Os juga mengeluh mual muntah sebanyak 5-6 kali. Nafsu makan
Os menurun, setiap makan dan minum Os selalu muntah sebanyak setengah gelas,
muntah yang keluar berupa makanan dan air tetapi yang paling banyak keluar air.
Selain itu Os mengeluh rasa tidak enak dan nyeri seluruh perut. Os juga masih
mengeluh mencret-mencret dengan frekuensi sebanyak 3 kali, konsistensi lembek
dan warna kuning kehijauan. Nyeri saat BAB disangkal. Os juga mengeluh sakit
kepala yang dirasakan berdenyut serta badan terasa lemas. Os mengaku sudah
meminum obat bodrex yang dibeli diwarung tetapi tidak ada perbaikan. Os
memiliki riwayat Diabetes Melitus (+), Riwayat Hipertensi (-), Riwayat asma (-),
riwayat alergi obat dan makanan (-).
18
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, TD: 130/90 mmHg, Nadi: 9 x/menit,
reguler, RR: 2 x/menit, Suhu: 39,3℃. Pada status generalisata terlihat kelopak mata
tampak sembab, konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan,
inspeksi: bentuk tampak cembung, pada auskultasi didapatkan bising usus + normal
(8 x/menit). Pada pemeriksaan palpasi didapatkan nyeri tekan pada seluruh lapang
perut dan pada pemeriksaan perkusi didapatkan bunyi hipertimpani.pada
ekstrimitas bawah terdapat ulkus di daerah os tibia sinistra.
Pada pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan hematologi didapatkan,
Hb 8,7 gr/dl, leukosit:14.400 ul, eritrosit 36, hematokrit 29%. Pada pemeriksaan
kimia darah didapatkan GDS: 534, ureum: 100 dan creatinin 3,9. Pada pemeriksaan
imunologi yaitu test WIDAL (+) didapatkan titer H: 1/320, titer O: 1/160, titer AO:
1/320, titer BO: 1/160.
DAFTAR MALASAH
Rontgen thorax : tampak gambaran KP lama duplex aktif disertai effusi pleura dan
DIAGNOSIS KERJA
PENATALAKSANAAN
19
Non Farmakologi
c) Berhenti merokok
d) Pungsi paru
Farmakologi
c) Paracetamol 3x 500 mg
d) ND 1x1 tab
f) 2 RHZE/ 4RH3
ANJURAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan BTA
- Rontgen Thorax
PROGNOSIS
FOLLOW UP
20
S Nyeri perut kanan ±30 hari, demam ±15 hari, batuk, sesak napas hilang timbul, nafsu
makan menurun.
Kepala:
Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher:
JVP (5-2) cm H2O, pembesaran KGB (-)
Paru:
I: Bentuk normal, pergerakan dada asimetris ( bagian kanan tertinggal)
Jantung:
I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis tidak teraba
P: Batas jantung atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavikula sinistra
Batas jantung kanan : ICS V linea parasternalis sinistra
A: reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I: Dinding perut simetris dengan dinding dada
A: Bising usus (+) normal
21
P: Nyeri tekan epigastrium (+), hipokondrium dextra (+), lumbal dextra (+). Hepar lien
tidak teraba.
P: Timpani pada lapang perut.
Extremitas:
Extremitas superior dan inferior: oedem (-/-)
P IVFD RL xx gtt/mnt
Ro. Thorax PA
Cek GDS
Inj. Ceftriaxon 2x1 gr
Paracetamol 3x 500 mg
ND 1 x 1 tab
Racikan batuk 2x1 tab
29 Maret 2018 pukul 05.00 WIB
S Nyeri dada kanan, sesak, demam tinggi
Kepala:
Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher:
JVP (5-2) cm H2O, pembesaran KGB (-)
Paru:
I: Bentuk normal, pergerakan dada asimetris ( bagian kanan tertinggal)
22
P: Vokal fremitus kanan menurun dan kiri normal
P: Sonor redup pada paru kanan mulai ICS 5-6
A: Vesikuler menurun pada paru kanan, Ronkhi kering (-/-) wheezing (-/-)
Jantung:
I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis tidak teraba
P: Batas jantung atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavikula sinistra
Batas jantung kanan : ICS V linea parasternalis sinistra
A: reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I: Dinding perut simetris dengan dinding dada
A: Bising usus (+) normal
P: Nyeri tekan epigastrium (+), hipokondrium dextra (+), lumbal dextra (+). Hepar lien
tidak teraba.
P: Timpani pada lapang perut.
Extremitas:
Extremitas superior dan inferior: oedem (-/-)
23
S Susah tidur, sedikit sesak
Kepala:
Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher:
JVP (5-2) cm H2O, pembesaran KGB (-)
Paru:
I: Bentuk normal, pergerakan dada asimetris ( bagian kanan tertinggal)
Jantung:
I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis tidak teraba
P: Batas jantung atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavikula sinistra
Batas jantung kanan : ICS V linea parasternalis sinistra
A: reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I: Dinding perut simetris dengan dinding dada
A: Bising usus (+) normal
P: Nyeri tekan epigastrium (+), hipokondrium dextra (+), lumbal dextra (+). Hepar lien
tidak teraba.
24
P: Timpani pada lapang perut.
Extremitas:
Extremitas superior dan inferior: oedem (-/-)
Kepala:
Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher:
JVP (5-2) cm H2O, pembesaran KGB (-)
Paru:
I: Bentuk normal, pergerakan dada asimetris ( bagian kanan tertinggal)
25
P: Sonor redup pada paru kanan mulai ICS 5-6
A: Vesikuler menurun pada paru kanan, Ronkhi kering (-/-) wheezing (-/-)
Jantung:
I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis tidak teraba
P: Batas jantung atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavikula sinistra
Batas jantung kanan : ICS V linea parasternalis sinistra
A: reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I: Dinding perut simetris dengan dinding dada
A: Bising usus (+) normal
P: Nyeri tekan epigastrium (+), hipokondrium dextra (+), lumbal dextra (+). Hepar lien
tidak teraba.
P: Timpani pada lapang perut.
Extremitas:
Extremitas superior dan inferior: oedem (-/-)
26
O Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,3 o C
Pernapasan : 22 x/menit
Kepala:
Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher:
JVP (5-2) cm H2O, pembesaran KGB (-)
Paru:
I: Bentuk normal, pergerakan dada asimetris ( bagian kanan tertinggal)
Jantung:
I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis tidak teraba
P: Batas jantung atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavikula sinistra
Batas jantung kanan : ICS V linea parasternalis sinistra
A: reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I: Dinding perut simetris dengan dinding dada
A: Bising usus (+) normal
P: Nyeri tekan epigastrium (+), hipokondrium dextra (+), lumbal dextra (+). Hepar lien
tidak teraba.
P: Timpani pada lapang perut.
27
Extremitas:
Extremitas superior dan inferior: oedem (-/-)
Kepala:
Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher:
JVP (5-2) cm H2O, pembesaran KGB (-)
Paru:
28
I: Bentuk normal, pergerakan dada asimetris ( bagian kanan tertinggal)
Jantung:
I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis tidak teraba
P: Batas jantung atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavikula sinistra
Batas jantung kanan : ICS V linea parasternalis sinistra
A: reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I: Dinding perut simetris dengan dinding dada
A: Bising usus (+) normal
P: Nyeri tekan epigastrium (+), hipokondrium dextra (+), lumbal dextra (+). Hepar lien
tidak teraba.
P: Timpani pada lapang perut.
Extremitas:
Extremitas superior dan inferior: oedem (-/-)
P BLPL
Racikan batuk 2 3 x 1 tab
Vit. B6 1 x 1
Sucralfat 3 x 1 c
Paracetamol 3 x 500
Scopamin 3x1
29
BAB III
ANALISA KASUS
dirasakan naik turun, dimana Os merasa demam mulai terasa tinggi saat menjelang
sore hari disertai menggigil dan demam turun perlahan di pagi hari. Selain demam,
Os juga mengeluh mual muntah sebanyak 5-6 kali. Nafsu makan Os menurun,
setiap makan dan minum Os selalu muntah sebanyak setengah gelas, muntah yang
keluar berupa makanan dan air tetapi yang paling banyak keluar air. Selain itu Os
mengeluh rasa tidak enak dan nyeri seluruh perut. Os juga mengeluh mencret-
mencret dengan frekuensi sebanyak 3 kali, konsistensi lembek dan warna kuning
kehijauan. Nyeri saat BAB disangkal. Os juga mengeluh sakit kepala yang
dirasakan berdenyut serta badan terasa lemas. Os mengaku sudah meminum obat
bodrex yang dibeli diwarung tetapi tidak ada perbaikan. Os memiliki riwayat
Diabetes Melitus (+), Riwayat Hipertensi (-), Riwayat asma (-), riwayat alergi obat
30
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, TD: 130/90 mmHg, Nadi: 9 x/menit,
reguler, RR: 2 x/menit, Suhu: 39,3℃. Pada status generalisata terlihat kelopak mata
inspeksi: bentuk tampak cembung, pada auskultasi didapatkan bising usus + normal
(8 x/menit). Pada pemeriksaan palpasi didapatkan nyeri tekan pada seluruh lapang
Hb 8,7 gr/dl, leukosit:14.400 ul, eritrosit 36, hematokrit 29%. Pada pemeriksaan
kimia darah didapatkan GDS: 534, ureum: 100 dan creatinin 3,9. Pada pemeriksaan
imunologi yaitu test WIDAL (+) didapatkan titer H: 1/320, titer O: 1/160, titer AO:
di indonesia. Efusi pleura timbul sebagai akibat dari suatu penyakit, sebab itu
hendaknya dicari penyebabnya. Tuberkulosis paru dapat disertai efusi pleura yang
bukan karena tuberkulosis dan sebaliknya non tuberkulosis paru dapat disertai efusi
pleura karena tuberkulosis. Gambaran klinik dan radiologik antara transudat dan
eksudat bahkan antara efusi pleura tuberkulosis dan non tuberkulosis hampir tidak
Setelah adanya efusi pleura dapat dibuktikan melalui pungsi percobaan, kemudian
31
pengelolaannya menjadi tidak masalah, efusi ditangani seperti efusi pada
sebagai akibat transudasi (perubahan tekanan hidrostatik dan onkotik) dan eksudasi
proses infeksi dan neoplasma. Pada keadaan normal ruangan interpleura terisi
sedikit cairan untuk sekedar melicinkan permukaan kedua pleura yang saling
bertekanan tinggi dan diserap oleh sirkulasi di pleura viseralis yang bertekanan
rendah. Disamping sirkulasi dalam pembuluh darah, pembuluh limfe pada lapisn
terjadinya efusi pleura pada umunya ialah kenaikan tekanan hidrostatik dan
pleura, kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe dari rongga
demam, berat badan yang menurun, nyeri dada terutama pada waktu bernapas
dalam, sehingga pernapasan penderita menjadi dangkal dan cepat dan pergerakan
pernapasan pada hemitoraks yang sakit menjadi tertinggal. Sesak napas terjadi pada
waktu permulaan pleuritis, disebabkan karena nyeri dadanya dan apabila jumlah
32
nonproduktif dan ringan, terutama apabila disertai dengan proses tuberkulosis di
parunya.
dengan efusi pleura pada umumnya, yaitu dengan melakukan torakosintesis agar
keluhan sesak penderita menjadi berkurang, terutama untuk efusi plaura yang berisi
dengan syarat terus menerus, waktu lama dan kombinasi obat. Penderita TB paru
* Pasien berusia >60 tahun tidak bisa mendapatkan dosis >500 mg/hari
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Zen. 2002. Tuberkulosis Paru. Dalam : Hadi H, Rasyid A, Ahmad Z, Anwar J.
Naskah Lengkap Workshop Pulmonology Pertemuan Ilmiah Tahunan IV Ilmu
33
Penyakit Dalam, Sumbagsel. Lembaga Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FK UNSRI,
hlm: 95-119.
Halim, Hadi. Penyakit-Penyakit Pleura. Dalam : Sudoyo, Aru W Dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Hal 2329 - 2336. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. 2009
Halim, Hadi. Penyakit-Penyakit Pleura. Dalam : Sudoyo, Aru W Dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Hal 2329 - 2336. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. 2009
34